Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan di Indonesia pada hakekatnya dilakukan untuk menghadapi adanya
pengaruh-pengaruh yang datang dari luar seperti perubahan global (Globalisasi); serta
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sehingga, menggerakkan dengan
sendirinya kesadaran dan kemauan serta kemampuan masyarakat Indonesia untuk melakukan
perilaku hidup sehat melalui pelayanan kesehatan seperti, pelayanan promotif (promosi),
preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan) di FASYANKES
(Fasilitas Pelayanan Kesehatan) yang pada akhirnya dapat mewujudkan masyarakat yang
produktif dan searah dengan harapan membangun kesehatan Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menegaskan
definisi sehat sebagai keadaaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi; Maka dibutuhkan peran serta
masyarakat Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya; Namun,
pada keyataannya tidak sebagaimana yang diharapkan; Hal ini disebabkan sinergisasi
pelayanan kesehatan (Petugas Kesehatan/NAKES) dan pengguna layanan kesehatan
(Klien/Pasien) belum terlaksana baik, sehingga menimbulkan masalah-masalah kesehatan:
seperti meningkatnya angka kesakitan, meningkatnya angka kematian, rendahnya
kunjungan/pemeriksaan ke FASYANKES, bahkan sampai dengan kekurangan tenaga
kesehatan yang terampil atau yang memiliki kemampuan penyelenggaraan jenis kesehatan
tertentu (misalnya: dokter spesialis anak, dokter gigi, bidan, dll) yang tentunya
mengakibatkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Menurut data dunia yang disampaikan oleh World Health Organization (WHO, 2016)
Indonesia menempati peringkat kedua untuk angka kejadian TBC yang meningkat (tidak
pernah menurun), adapun melalui data Riet Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) yang
menampilkan data Provinsi Papua dengan angka prevalensi penyakit menular tertinggi pada
penyakit-penyakit seperti: ISPA, TBC, Pneumonia, Hepatitis, Diare, dan Malaria.
Memperhatikan terhadap hal-hal tersebut, maka muncullah isu strategis dari pemerintah pusat
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia), yaitu Universal Health Coverage (Pelayanan
Kesehatan Menyeluruh) untuk pelaksanaan Percepatan Eliminasi Tuberkulosis, Penurunan
Stunting, dan Peningkatan Cakupan serta Mutu Imunisasi.
Keadaan kesehatan masyarakat Indonesia yang masih menunjukkan permasalahan
seperti data-data yang telah ditampilkan inilah, yang kemudian harus segera ditanggapi.
Tanggapan yang perlu diperhatikan yaitu seperti keberadaan FASYANKES yang mudah
dicapai, keberadaan ALKES (Alat Kesehatan) untuk membantu anamnesa dan diagnosa
penyakit oleh NAKES, serta yang terpenting ialah keberadaan SDMK (Sumber Daya Manusia
Kesehatan) yang terampil dan cukup di tempat tugas serta mampu menggunakan ALKES
yang telah disediakan.
Kecukupan SDMK di tempat tugas serta keterampilan dan kompetensinya merupakan
perihal penting kelancaran pelayanan kesehatan, oleh sebab itu kebutuhan SDMK perlu
direncanakan dan kemudian didistribusi merata. Dalam menyusun perencanaan kebutuhan
SDMK, maka faktor-faktor yang perlu diperhatikan secara teknis (kesediaan NAKES untuk
tetap berada di tempat tugas, kenyamanan dan kemanan dari NAKES selama berada di tempat
tugas, kebutuhan akan NAKES yang mendesak di tempat tertentu, dll) yang bisa menjadi
determinan terhadap penerimaan masyarakat ataupun keleluasaan NAKES untuk bekerja
bahkan faktor-faktor strategis (tidak ada atau kurangnya NAKES tertentu pada wilayah
pelayanan di suatu tempat, terkumpulnya NAKES pada satu tempat sehingga tidak
terdistribusi baik, dll).
Dengan demikian, Seksi Pengendalian SDMK Dinas Kesehatan Kabupaten Waropen,
mencoba melakukan pengisian data kebutuhan NAKES melalui pengisian online
(renbut.kemkes.go.id) untuk melihat kebutuhan NAKES yang masih perlu ditambah atau
bahkan perlu didistribusi merata juga kelebihan NAKES yang bisa jadi muncul dan perlu
dievaluasi kembali. Pengolahan data ini kemudian akan menjadi dokumen Perencanaan
Kebutuhan yang digunakan sebagai acuan kuantitas NAKES serta dengan rinci mengetahui
masa tugas dan produktifitas kerja berdasarkan waktu kerja (MPP/Masa Persiapan Pensiun)
dan masa kontrak (HONDA/Honor Daerah).

1.2 Tujuan
Berikut ini tujuan dibuatnya Dokumen RENBUT (Perencanaan Kebutuhan) NAKES, yaitu:
1. Memberikan gambaran singkat tentang ketersediaan SDMK menurut jenis dan
jumlahnya di FASYANKES.
2. Memberikan gambaran kecukupan jenis dan jumlah SDMK dengan menggunakan
metode ABK-kes dan Standar Ketenagaan Minimal (SKM).
3. Menjadi acuan dalam upaya pemenuhan kebutuhan SDMK.
4. Menjadi acuan pemerataan kapasitas SDMK.
5. Menjadi acuan dalam meningkatkan kuantitas SDMK.

1.3 Mekanisme Penulisan


Berikut ini adalah mekanisme dari penulisan dokumen RENBUT Dinas Kesehatan Kabupaten
Waropen:
Bab I : Mendeskripsikan latar belakang, tujuan, dan mekanisme penulisan.
Bab II : Mendeskripsikan gambaran umum Kabupaten Waropen dan gambaran
SDM Kesehatan Kabupaten Waropen, serta Instalasi Farmasi.
Bab III : Menunjukkan perencanaan dengan menggunakan metode Analisis Beban
Kerja Kesehatan dan Standar Ketenagaan Minimal.
Bab IV : Mendeskripsikan kesimpulan dan saran.
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Waropen


Berikut ini akan ditampilkan peta Kabupaten Waropen, yaitu:
Gambar 1. Peta Kabupaten Waropen

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Waropen, 2017

2.1.1 Keadaan Geografis


Kabupaten Waropen berada pada koordinat 1°30’40” LS sampai dengan 2°57’39” LS dan
136°12’49” BT sampai dengan 137°37’25” BT. Letak Kabupaten Waropen yang demikian
berpengaruh pada kondisi kebudayaan, sosial, politik, dan ekonominya. Kabupaten Waropen
disebut juga sebagai Kabupaten Bakau/Mangrove yang jika dipetakan wilayahnya
membentang dari Sungai Mamberamo dan memanjang ke arah barat sampai batas Desa
Wapoga.
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2002, tentang Pembentukan Kabupaten di Provinsi
Papua; maka, batas-batas administratif wilayah Kabupaten Waropen, yaitu:
 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Saireri.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Mamberamo, Distrik Mamberamo Hilir,
Distrik Mamberamo Tengah dan Distrik Mamberamo Hulu, Kabupaten Sarmi.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Fawi dan Distrik Mulia Kabupaten Puncak
Jaya, Distrik Agisiga dan Distrik Homeyo Kabupaten Paniai
 Sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Napan Kabupaten Nabire.
Kabupaten Waropen mempunyai Luas Wilayah seluruhnya adalah 56.802.755 Km2 dan
secara administrasi pemerintahan, memiliki 10 Distrik dan 75 Kampung / Kelurahan definitif.
Berikut ini daftar luas wilayah dari masing-masing distrik yang ditampilkan melalui Tabel 1.

Tabel 1. Luas Wilayah Distrik


No Distrik Jumlah Kampung Luas Wilayah (Km2)
1. Distrik Masirei 6 1.513.63
2. Distrik Demba 8 1.548.84
3. Distrik Risei Sayati 6 1.469.58
4. Distrik Oudate 7 4.298.62
5. Distrik Urei Faisei 12 567.55
6. Distrik Warbah 8 1.078.81
7. Distrik Inggerus 7 4.418.16
8. Distrik Wapoga 7 4.098.15
9. Distrik Kirihi 11 7.807.82
10. Distrik Walani 16 21.521.70
Sumber: BPS Kabupaten Waropen (Proyeksi)

2.1.2 Keadaan Demografi


Perkembangan Jumlah Penduduk cenderung meningkat setiap tahunnya selain faktor
kelahiran faktor mobilitas penduduk serta urbanisasi dan transmigrasi memberikan gambaran
nyata naik turunya angka / jumlah penduduk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin per Tahun
Jenis kelamin
Tahun Jumlah / Total
Laki‐laki Perempuan
2011 13.137 11.502 24.639
2012 13.670 12.342 26.012
2013 13.689 12.392 26.081
2014 14.208 12.697 26.905
2015 14.597 13.126 27.723
Sumber: BPS Kabupaten Waropen (Proyeksi)

Melalui data di atas, dapat terlihat gambaran kependudukan Kabupaten Waropen yang naik
secara konstan setiap tahun, sehingga jumlah penduduk paling sedikit ada pada tahun 2011
yaitu 24.639 jiwa dan paling banyak pada tahun 2015 yaitu 27.723 jiwa. Begitu pula untuk
jumlah berdasarkan jenis kelamin, pada tahun 2011 jenis kelamin laki-laki sebanyak 13.137
jiwa dan jenis kelamin perempuan sebanyak 11.502 jiwa serta terus meningkat dan tidak
terjadi penurunan sedikitpun, walaupun pada tahun 2012 ke tahun 2013 terjadi peningkatan
yang kurang bermakna, dari total 26.012 jiwa menjadi 26.081 atau naik 69 jiwa saja.
Distrik yang paling padat penduduknya adalah Distrik Urei Faisei sebanyak 7.167 jiwa
dan yang paling jarang penduduknya adalah Distrik Kirihi 1.458 jiwa (BPS Kabupaten
Waropen, 2015). Laju pertumbuhan penduduk Waropen adalah 2,9% (BPS Kabupaten
Waropen, 2015), masih cukup tinggi dibanding Laju Pertumbuhan Penduduk Nasional yaitu
rata-rata 2,5%. Laju pertumbuhan penduduk di Waropen sangat khas, yaitu angka yang cukup
tinggi di kampung-kampung penduduk pribumi, sedangkan di kampung-kampung penduduk
pendatang memiliki laju pertumbuhan yang rendah.
Perbedaan yang sangat mendasar dalam laju pertumbuhan tersebut sangat berpengaruh
terhadap pencapaian target pelayanan kesehatan. Struktur penduduk Kabupaten Waropen,
tergolong penduduk muda yaitu berusia 19 tahun ke bawah. Penduduk laki-laki masih lebih
banyak dibanding penduduk wanita dengan rasio antara laki-laki dan perempuan adalah
122,11. Tingkat hunian penduduk adalah rata-rata 3,91 orang per rumah. Urbanisasi penduduk
Waropen cukup tinggi sebagai akibat kurang suburnya sebagaian daerah tempat tinggalnya
(gagal panen), sulit transportasi hasil pertanian/perkebunan saat panen, karena kondisi sarana
transportasi yang sangat parah pada musim penghujan ataupun karena keinginan untuk
menambah penghasilan dengan mencari pekerjaan sampingan ke kota sebelum masa musim
tanam atau musim panen. Angka Ketergantungan Penduduk (Dependency Ratio) atau angka
beban tanggungan Kabupaten Waropen yaitu penduduk yang non produktif (berusia 64 tahun
ke atas dan 15 tahun ke bawah) sebesar 43,50% (BPS Kabupaten Waropen, 2015).

2.2 Gambaran Fasilitas dan SDM Kesehatan Kabupaten Waropen


2.2.1 Gambaran Faslitas Kesehatan Kabupaten Waropen
Fasilitas Kesehatan yang dimiliki oleh Kabupaten Waropen, yakni sebagai berikut:
Tabel 3. Jenis Fasilitas Kesehatan Kabupaten Waropen
No. Fasilitas Kesehatan Jumlah Keterangan
1. Kantor Dinas Kesehatan 1 Baik digunakan
2. Instalasi Farmasi Kesehatan 1 Baik digunakan
3. Puskesmas Rawat Inap 4 Baik digunakan
4. Puskesmas Non-Rawat Inap 7 Baik digunakan
5. Puskesman Pembantu 9 Baik digunakan
6. Rumah Sakit 1 Belum digunakan
7. Rumah Tunggu 1 Baik digunakan
8. Klinik VCT 1 Baik digunakan
Sumber: Dokumen Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Waropen, 2019

Berdasarkan tabel di atas, Fasilitas Kesehatan yang dimiliki di Kabupaten Waropen sudah
cukup memadai, hanya saja untuk Rumah Sakit, belum dapat digunakan, walaupun telah
diresmikan sebagai Rumah Sakit dengan Tipe D-Pratama atau dapat disebut sebagai Rumah
Sakit yang didirikan dan diselenggarakan di daerah tertinggal, perbatasan, atau kepulauan
dengan alasan belum tersedianya Rumah Sakit pada Kabupaten tersebut.
2.2.2 Gambaran SDM Kesehatan Kabupaten Waropen
Berikut ini kuantitas NAKES yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Waropen pada tahun
2019 yang diurutkan dari kantor dinas, puskesmas-puskesmas, dan Instalasi Farmasi
Kesehatan (IFK), yakni:
Tabel 4. Jumlah Tenaga Kesehatan di Dinas Kesehatan Waropen
No. Fasyankes Jumlah
1. Kantor Dinas 79
2. Puskesmas Waren 153
3. Puskesmas Urfas 133
4. Puskesmas Khemoon Jaya 59
5. Puskesmas Botawa 68
6. Puskesmas Kirihi 10
7. Puskesmas Dokis 19
8. Puskesmas Inggerus 39
9. Puskesmas Fafado 48
10. Puskesmas Koweda 35
11. Puskesmas Demba 26
12. IFK 16
Sumber: Profil Dinas Kesehatan, 2019

Dari tabel di atas dapat diperhatikan jika distribusi atau sebaran Tenaga Kesehatan yang
paling banyak terdapat di Puskesmas Waren, selanjutnya yang paling sedikit yaitu di
Puskesmas Kirihi. Sedangkan keadaan Tenaga Fungsional Kesehatan yang tersebar di
Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Waropen dapat ditampilkan pada tabel
5 berikut ini:
Tabel 5. Jenis SDMK per Puskesmas
Jenis SDMK
No. Puskesmas
Dokter Perawat Bidan Farmasi Kesmas Kesling Gizi ATML
1 Waren 3 89 29 2 3 4 2 5
2 Inggerus 1 21 2 0 0 0 0 1
3 Urfas 1 73 22 2 6 2 3 6
4 Khemoon Jaya 1 39 9 1 3 1 2 4
5 Oudate 0 43 14 0 1 2 1 2
6 Dokis 0 11 4 0 0 0 1 0
7 Koweda 0 19 6 0 2 0 0 1
8 Fafado 0 30 5 0 0 2 0 2
9 Demba 0 12 2 0 1 1 2 1
10 Kirihi 0 4 2 0 0 0 0 0
Sumber: Form SDMK Dinas Kesehatan Waropen, 2019

Pada tabel di atas, dapat diketahui jika tenaga fungsional kesehatan di setiap Puskesmas
berbeda-beda, bahkan terdapat Puskesmas yang tidak ada jenis profesi ketenagaan
kesehatannya yaitu kekurangan profesi medis, farmasi, kesmas, kesling gizi dan ATML pada
beberapa Puskesmas juga adanya rangkap tugas fungsional dan pelaksana sehingga satu
tenaga dapat melakukan beberapa TUPOKSI sekaligus.
Pelayanan kesehatan yang dapat menyentuh masyarakat, tentunya pelayanan yang
semakin dekat dengan masyarakat, sehingga masyarakat dapat dengan mudah menjangkau
dan menikmati fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk mencapai target atau harapan pelayanan
kesehatan yang mampu menyentuh kepada masyarakat, maka harus dimulai dengan
membenahi pada manajemen kesehatan yakni perencanaan (Planning), pengorganisasian
(Organizing), pelaksanaan (Actuating), pengontrolan (Controlling), dan evaluasi (Evaluating).
Dengan demikian akan memudahkan dan memperkecil timbulnya masalah yang bisa
diakibatkan dari tidak meratanya pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat.
Manajemen pelayanan kesehatan jika ditelaah secara umum akan mencakup kepada
banyak hal terkait dengan upaya kesehatan yang harus diberikan dan jenis pelayanan yang
diinginkan. Untuk itu, yang akan dibahas lebih mendalam pada saat ini terkait dengan
pelaksanaan manajemen SDMK, yaitu suatu kegiatan untuk memudahkan perencanaan
kebutuhan dan pendistribusian NAKES, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang baik kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Perencanaan
NAKES pada dasarnya bertujuan memenuhi kebutuhan kuantitasnya yang disesuaikan dengan
jenis pelayanan, keberadaan sarana kesehatan, juga jenis dan jumlah yang diperlukan.

2.2.3 Standar Kebutuhan SDM Kesehatan


Penentuan Standar Kebutuhan SDM Kesehatan, maka harus mengacu pada regulasi atau
aturan yang mengarahkan yakni pada Permenkes nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, (lembar lampiran, halaman 84) yang menjelaskan Standar Ketenagaan
Puskesmas yang dibedakan berdasarka kemampuan pelayanan (Rawat Inap dan Non-Rawat
Inap) serta letak atau jangkauan Puskesmas (Perkotaan, Pedesaan, dan Kawasan Terpencil-
Sangat Terpencil). Untuk lebih jelas lagi dapat di lihat pada tabel 6, yaitu:
Tabel 6. Standar Kebutuhan SDMK per Puskesmas
Puskesmas Puskesmas Puskesmas
Perkotaan Pedesaan Terpencil – Sangat Terpencil
No. Jenis Tenaga
Rawat Non – Rawat Non – Rawat Non –
Inap Rawat Inap Inap Rawat Inap Inap Rawat Inap
1 Dokter 1 2 1 2 1 2
2 Dokter Gigi 1 1 1 1 1 1
3 Perawat 5 8 5 8 5 8
4 Bidan 4 7 4 7 4 7
5 Tenaga Kesmas 2 2 1 1 1 1
6 Tenaga Kesling 1 1 1 1 1 1
7 ATLM 1 1 1 1 1 1
8 Tenaga Gizi 1 2 1 2 1 2
9 Tenaga Farmasi 1 2 1 1 1 1
10 Tenaga Admin 3 3 2 2 2 2
11 Pekarya 2 2 1 1 1 1
Jumlah 22 31 19 27 19 27
Sumber: Permenkes 75, 2014 ( Lembar Lampiran, Halaman 84)

2.3 Instalasi Farmasi Kesehatan


Gudang farmasi ialah area atau tempat yang difungsikan untuk menyimpan dan memelihara
persediaan ALKES, obat-obatan, vaksin, dan lainnya yang berhubungan dengan penyimpanan
barang-barang farmasi, serta menerima dan mendistribusi barang-barang tersebut sesuai
kebutuhan dari masing-masing pelaksana pelayanan kesehatan, bentuk kegiatan atau program
kesehatan yang bersifat komprehensif (imunisasi MR dan yang lainnya) dalam rangka
pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit, sesuai dengan petunjuk yang
berwenang (Kementerian Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan dan/atau yang berwajib
lainnya).
IFK Kabupaten Waropen, dikelola oleh 16 tenaga yang terdiri dari 3 PNS dan 13
Honor Daerah yang terdiri dari 5 orang tenaga farmasi (1 PNS dan 4 Honorer) dan 11 orang
tenaga admin/pendidikan di luar keahlian farmasi (2 PNS dan 9 Honorer).
BAB III
RENCANA KEBUTUHAN SDM KESEHATAN

3.1 Metode Perhitungan Kebutuhan SDM Kesehatan


Perhitungan kebutuhan SDMK dapat dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode untuk
mendapatkan angka atau perhitungan SDMK yang diharapkan yaitu Metode ABK-Kes
(Analisis Beban Kerja Kesehatan) yang tergulasi atau diatur dalam Permenkes Nomor 33
Tahun 2015, Permen PANRB Nomor 26 Tahun 2011, dan Permendagri Nomor 12 Tahun
2008 serta Metode SKM (Standar Ketenagaan Minimal) yang teregulasi dalam Permenkes
Nomor 56 Tahun 2014 (Untuk RS Umum), Permenkes Nomor 340 Tahun 2010 (Untuk RS
Khusus), dan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 (Tentang Puskesmas).

3.2 Perhitungan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten Waropen


3.2.1 Perhitungan ABK-Kes Kabupaten
Berdasarkan perhitungan ABK-Kes Kabupaten Waropen, maka didapatkan hasil perhitungan
kebutuhan SDM Kesehatan pada masing-masing Fasyankes, yaitu:

1. Puskesmas Waren
Puskesmas Waren ialah puskesmas pertama di Kabupaten Waropen dan merupakan
puskesmas yang berada di kawasan perkotaan. Puskesmas ini melakukan pelayanan rawat
inap terhadap wilayah kerjanya. Berikut hasil perhitungan kebutuhan SDMK puskesmas ini:
Tabel 7. Rekapitulasi Kebutuhan SDMK Puskesmas Waren
Jumlah SDMK Jumlah SDMK
No Jenis SDMK Kesenjangan Keadaan
Saat Ini (PNS) Seharusnya
Sanitarian Pelaksana
1. 1 14 -13 K
Lanjutan
2. Dokter Ahli Pertama 3 21 -18 K
3. Perawat Terampil 38 29 9 L
4. Bidan Penyelia 11 29 -18 K
Pranata Laboratorium
5. 1 9 -8 K
Kesehatan Penyelia
Administrator Kesehatan
6. 9 28 -19 K
Ahli Muda
Total 63 130 -67 K
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Puskesmas Waren memiliki 6 jenis SDMK dengan status PNS, yaitu Sanitarian Pelaksana
Lanjutan, Dokter Ahli Pertama, Perawat Terampil, Bidan Penyelia, Pranata Laboratorium
Kesehatan Penyelia, dan Administrator Kesehatan Ahli Muda. Administrator Kesehatan di
dalamnya mewakili Kepala Puskesmas dan bagian Tata Usaha (TU) Puskesmas. Berdasarkan
tabel, diketahui jika semua jenis SDMK keadaannya kurang, tetapi hanya 1 (satu) jenis yang
lebih yaitu Perawat Terampil.

2. Puskesmas Urfas
Puskesmas Urfas ialah salah satu puskesmas yang melakukan pelayanan rawat inap di
kawasan perkotaan. Hasil perhitungan kebutuhan SDMK puskesmas yang ditampilkan pada
tabel 8, sebagai berikut:
Tabel 8. Rekapitulasi Kebutuhan SDMK Puskesmas Urfas
Jumlah SDMK Jumlah SDMK
No Jenis SDMK Kesenjangan Keadaan
Saat Ini (PNS) Seharusnya
1. Dokter Ahli Madya 1 16 -15 K
2. Perawat Mahir 4 15 -11 L
3. Bidan Pelaksana Lanjutan 2 26 -24 K
Pranata Laboratorium Kesehatan
4. 1 17 -16 K
Pelaksana Lanjutan
5. Administrator Kesehatan Ahli Muda 31 31 0 S
Total 39 105 -66 K
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Puskesmas Urfas memiliki 5 jenis SDMK dengan status PNS, yaitu Dokter Ahli Madya,
Perawat Mahir, Bidan Pelaksana Lanjutan, Pranata Laboratorium Kesehatan Pelaksana
Lanjutan, dan Administrator Kesehatan Ahli Muda. Administrator Kesehatan di dalamnya
mewakili Kepala Puskesmas dan bagian Tata Usaha (TU) Puskesmas. Berdasarkan tabel,
diketahui jika semua jenis SDMK keadaannya kurang, tetapi hanya 1 (satu) jenis yang sesuai
yaitu Administrator Kesehatan Ahli Muda.

3. Puskesmas Khemoon Jaya


Puskesmas Khemoon Jaya ialah salah satu puskesmas yang melakukan pelayanan non-rawat
inap di kawasan perkotaan. Berikut hasil perhitungan kebutuhan SDMK puskesmas ini:
Tabel 9. Rekapitulasi Kebutuhan SDMK Puskesmas Khemoon Jaya
Jumlah SDMK Jumlah SDMK
No Jenis SDMK Kesenjangan Keadaan
Saat Ini (PNS) Seharusnya
1. Sanitarian Ahli Pertama 1 13 -12 K
2. Dokter Ahli Pertama 1 16 -15 K
3. Perawat Mahir 14 13 1 L
4. Bidan Pelaksana Lanjutan 6 29 -23 K
5. Asisten Apoteker Pelaksana 1 6 -5 K
Penyuluh Kesheatan Masyarakat
6. 1 16 -15 K
Pelaksana Lanjutan
7. Nutrisionis Pelaksana Lanjutan 1 27 -26 K
Pranata Laboratorium Kesehatan
8. 2 19 -17 K
Pelaksana
9. Administrator Kesehatan Ahli Muda 4 31 -27 K
Total 31 170 -139 K
Sumber: renbut.kemkes.go.id
Puskesmas Khemoon Jaya memiliki 9 jenis SDMK dengan status PNS, yaitu Dokter Ahli
Pertama, Sanitarian Ahli Pertama, Perawat Mahir, Bidan Pelaksana Lanjutan, Asisten
Apoteker Pelaksana, Penyuluh Kesehatan Masyarakat Pelaksana Lanjutan, Nutrisionis
Pelaksana Lanjutan, Pranata Laboratorium Kesehatan Pelaksana dan Administrator Kesehatan
Ahli Muda. Dari tabel di atas, semua jenis SDMK keadaannya kurang, tetapi hanya 1 (satu)
jenis yang lebih yaitu Perawat Mahir.

4. Puskesmas Oudate
Puskesmas Oudate ialah salah satu puskesmas yang melakukan pelayanan non-rawat inap di
kawasan pedesaan. Hasil perhitungan kebutuhan SDMK puskesmas ini, yang dapat dilihat
melalui tabel 10 berikut:
Tabel 10. Rekapitulasi Kebutuhan SDMK Puskesmas Oudate
Jumlah SDMK Jumlah SDMK
No Jenis SDMK Kesenjangan Keadaan
Saat Ini (PNS) Seharusnya
1. Administrator Kesehatan Ahli Muda 3 31 -28 K
2. Perawat Mahir 2 15 -7 L
3. Bidan Pelaksana Lanjutan 8 26 -24 K
Total 13 72 -59 K
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Puskesmas Oudate memiliki 3 jenis SDMK dengan status PNS, yaitu Perawat Mahir, Bidan
Pelaksana Lanjutan dan Administrator Kesehatan Ahli Muda. Dari tabel di atas, semua jenis
SDMK keadaannya kurang.

5. Puskesmas Inggerus
Puskesmas Inggerus ialah salah satu puskesmas yang melakukan pelayanan rawat inap di
daerah sebelah barat Kabupaten dan termasuk dengan kawasan terpencil karena harus melalui
perjalanan lautan dan perjalanan darat yang agak jauh. Berikut hasil perhitungan kebutuhan
SDMK puskesmas ini:
Tabel 11. Rekapitulasi Kebutuhan SDMK Puskesmas Inggerus
Jumlah SDMK Jumlah SDMK
No Jenis SDMK Kesenjangan Keadaan
Saat Ini (PNS) Seharusnya
1. Perawat terampil 1 15 -14 K
Pranata Laboratorium Kesehatan
2. 1 18 -17 K
Pelaksana
Administrator Kesehatan Akl
3. 1 13 -24 K
iPertama
Total 3 46 -43 K
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Puskesmas Inggerus memiliki 3 jenis SDMK dengan status PNS, yaitu Perawat Terampil,
Pranata Laboratorium Kesehatan Pelaksana dan Administrator Kesehatan Ahli Pertama. Dari
tabel di atas, semua jenis SDMK keadaannya kurang.
6. Puskesmas Dokis
Puskesmas Dokis ialah salah satu puskesmas yang melakukan pelayanan non-rawat inap di
daerah sebelah barat Kabupaten dan termasuk dengan kawasan terpencil karena harus melalui
lautan dan perjalanan darat yang agak jauh. Berikut hasil perhitungan kebutuhan SDMK
puskesmas ini pada tabel di bawah ini:
Tabel 12. Rekapitulasi Kebutuhan SDMK Puskesmas Dokis
Jumlah SDMK Jumlah SDMK
No Jenis SDMK Kesenjangan Keadaan
Saat Ini (PNS) Seharusnya
1. Perawat Mahir 5 11 -6 K
2. Bidan Pelksana Lanjutan 1 16 -15 K
Administrator Kesehatan Ahli
3. 1 13 -12 K
Pertama
Total 7 40 -33 K
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui jika, puskesmas Dokis memiliki 3 jenis SDMK dengan
status PNS, yaitu Perawat Mahir, Bidan Pelaksana Lanjutan dan Administrator Kesehatan
Ahli Pertama. Dari tabel di atas, semua jenis SDMK keadaannya kurang.

7. Puskesmas Demba
Puskesmas Demba ialah salah satu puskesmas yang melakukan pelayanan non-rawat inap di
daerah sebelah timur Kabupaten dan termasuk dengan kawasan terpencil karena harus melalui
lautan dan perjalanan darat yang agak jauh. Berikut hasil perhitungan kebutuhan SDMK
puskesmas ini:
Tabel 13. Rekapitulasi Kebutuhan SDMK Puskesmas Demba
Jumlah SDMK Jumlah SDMK
No Jenis SDMK Kesenjangan Keadaan
Saat Ini (PNS) Seharusnya
1. Perawat Termpail 5 11 -6 K
2. Perawat Mahir 1 22 -12 K
3. Bidan Pelaksana Lanjutan 4 12 -12 K
Total 10 45 -35 K
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Puskesmas Demba memiliki 3 jenis SDMK dengan status PNS, yaitu Perawat Terampil,
Bidan Pelaksana dan Administrator Kesehatan Ahli Pertama. Dari tabel di atas, semua jenis
SDMK keadaannya kurang.

8. Puskesmas Fafado
Puskesmas Fafado ialah salah satu puskesmas yang melakukan pelayanan non-rawat inap di
daerah sebelah timur Kabupaten dan termasuk dengan kawasan terpencil karena harus melalui
lautan. Hasil perhitungan kebutuhan SDMK puskesmas yang dapat terlihat pada tabel berikut
ini, yaitu:
Tabel 14. Rekapitulasi Kebutuhan SDMK Puskesmas Fafado
Jumlah SDMK Jumlah SDMK
No Jenis SDMK Kesenjangan Keadaan
Saat Ini (PNS) Seharusnya
1. Perawat terampil 3 12 -9 K
2. Bidan Pelaksana Lanjutan 1 19 -18 K
Pranata Laboratorium Kesehatan
3. 1 9 -8
Pelaksana
Administrator Kesehatan Ahli
4. 1 1 0 S
Pertama
Total 6 41 -35 K
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Puskesmas Fafado berdasarkan tabel 14, memiliki 4 jenis SDMK dengan status PNS, yaitu
Perawat Terampil, Bidan Pelaksana Lanjutan, Penata Laboratorium Kesehatan Pelaksana dan
Administrator Kesehatan Ahli Pertama. Dari tabel di atas, semua jenis SDMK keadaannya
kurang kecuali Administrator Kesehatan yang keadaanya sesuai.

9. Puskesmas Koweda
Puskesmas Koweda ialah salah satu puskesmas yang melakukan pelayanan rawat inap di
daerah sebelah timur Kabupaten dan termasuk dengan kawasan terpencil karena harus melalui
lautan. Hasil perhitungan kebutuhan SDMK puskesmas ini, yang dapat dilihat pada tabel 15
berikut:
Tabel 15. Rekapitulasi Kebutuhan SDMK Puskesmas Koweda
Jumlah SDMK Jumlah SDMK
No Jenis SDMK Kesenjangan Keadaan
Saat Ini (PNS) Seharusnya
1. Perawat terampil 4 14 -10 K
2. Bidan Pelaksana Lanjutan 3 16 -13 K
Pranata Laboratorium Kesehatan
3. 2 11 -9
Pelaksana
Administrator Kesehatan Ahli
4. 6 31 -25 K
Pertama
5. Sanitarian Pelaksana 1 21 -20 K
Total 16 93 -77 K
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Puskesmas Koweda memiliki 5 jenis SDMK dengan status PNS, yaitu Perawat Terampil,
Bidan Pelaksana Lanjutan, Penata Laboratorium Kesehatan Pelaksana, Sanitarian Pelaksana
dan Administrator Kesehatan Ahli Muda. Dari tabel di atas, semua jenis SDMK keadaannya
kurang.

10. Puskesmas Kirihi


Puskesmas Kirihi ialah salah satu puskesmas yang melakukan pelayanan non-rawat inap dan
berada pada daerah pegunungan Kabupaten Waropen. Untuk masuk ke daerah ini, harus
melalui lautan, daratan dan udara (penerbangan helikopter) dan termasuk ke dalam kawasan
sangat terpencil. Berikut hasil perhitungan kebutuhan SDMK puskesmas ini:
Tabel 16. Rekapitulasi Kebutuhan SDMK Puskesmas Kirihi
Jumlah SDMK Jumlah SDMK
No Jenis SDMK Kesenjangan Keadaan
Saat Ini (PNS) Seharusnya
Administrator Kesehatan Ahli
1. 1 8 -7 K
Pertama
Total 1 8 -7 K
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Puskesmas Kirihi hanya memiliki 1 jenis SDMK dengan status PNS, yaitu Administrator
Kesehatan Ahli Pertama yang bertindak selaku Kepala Puskesmas (KAPUS) etapi juga
melakukan pelayanan keperawatan. Dari tabel di atas, didapati jika keadaan SDMK-nya
masih kurang.

3.2.1 Perhitungan Standar Ketenagaan Minimal


Berdasarkan perhitungan Standar Ketenagaan Minimal di Kabupaten Waropen maka
didapatkan hasil perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan pada masing-masing Puskesmas,
yaitu:
1. Puskesmas Waren
Puskesmas Waren ialah Puskesmas yang melakukan pelayanan rawat inap terhadap wilayah
kerjanya. Wilayah kerjanya termasuk ke dalam kategori Puskesmas perkotaan dilihat dari
jangkauan atau jaraknya dari ibu kota kabupaten. Berikut hasil perhitungan kebutuhan SDMK
puskesmas ini yang dapat dilihat pada tabel 17:
Tabel 17. Tabel Standar Ketenagaan Minimal Puskesmas Waren
No. Jenis SDMK PNS / Pegawai Tetap PPPK Total SDMK Standar Kesenjangan
1. Dokter 3 0 3 2 +1
2. Dokter Gigi 0 0 0 1 -1
3. Perawat 45 48 93 8 +85
4. Bidan 10 14 24 7 +17
5. Kesmas 1 0 1 2 -1
6. Kesling 1 2 3 1 +2
7. ATLM 1 2 3 1 +2
8. Gizi 1 1 2 2 0
9. Kefarmasian 2 0 2 2 0
10. Administrasi 0 0 0 3 -3
11. Pekarya 0 0 0 2 -2
12. Perawat Pustu 0 0 0 1 -1
13. Bidan Desa 0 0 0 8 -8
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Berdasarkan Tabel di atas kesenjangan yang didapat yaitu 91 SDMK yang ada di Puskesmas
dan kebutuhan yang diperlukan adalah hanya 40 SDMK dan kelebihan pada jenis SDMK
dokter, perawat, bidan, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga ahli teknologi laboratorium
medik.
2. Puskesmas Urfas
Puskesmas Urfas ialah Puskesmas yang melakukan pelayanan rawat inap terhadap wilayah
kerjanya. Wilayah kerjanya termasuk ke dalam kategori Puskesmas perkotaan dilihat dari
keberadaannya di ibu kota kabupaten. Berikut hasil perhitungan kebutuhan SDMK puskesmas
ini:
Tabel 18. Tabel Standar Ketenagaan Minimal Puskesmas Urfas
No. Jenis SDMK PNS / CPNS PPPK Total SDMK Standar Kesenjangan
1. Dokter 1 0 1 2 -1
2. Dokter Gigi 0 0 0 1 -1
3. Perawat 4 27 31 8 +23
4. Bidan 2 10 12 7 +5
5. Kesmas 0 2 2 2 0
6. Kesling 0 1 1 1 0
7. ATLM 1 4 5 1 +4
8. Gizi 0 0 0 0 -2
9. Kefarmasian 0 1 1 2 -1
10. Administrasi 0 0 0 3 -3
11. Pekarya 0 0 0 2 -2
12. Perawat Pustu 0 0 0 1 -1
13. Bidan Desa 0 0 0 9 -9
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Berdasarkan Tabel di atas kesenjangan yang didapat yaitu 72 SDMK yang ada di Puskesmas
dan kebutuhan yang diperlukan adalah hanya 41 SDMK dan kelebihan pada jenis SDMK
perawat, bidan, tenaga ahli teknologi laboratorium medik.

3. Puskesmas Khemoon Jaya


Puskesmas Khemoon Jaya ialah Puskesmas yang melakukan pelayanan non-rawat inap
terhadap wilayah kerjanya. Wilayah kerjanya termasuk ke dalam kategori Puskesmas
perkotaan dilihat dari keberadaannya di ibu kota kabupaten (sama dengan Puskesmas Urfas,
karena berada di wilayah distrik yang sama) Berikut hasil perhitungan kebutuhan SDMK
puskesmas ini yang dapat dilihat pada tabel 19:
Tabel 19. Tabel Standar Ketenagaan Minimal Puskesmas Khemoon Jaya
No. Jenis SDMK PNS / CPNS PPPK Total SDMK Standar Kesenjangan
1. Dokter 1 0 1 1 0
2. Dokter Gigi 0 0 0 1 -1
3. Perawat 14 18 32 5 +27
4. Bidan 6 4 10 4 +6
5. Kesmas 1 2 3 2 +1
6. Kesling 1 0 1 1 0
7. ATLM 2 0 2 1 +1
8. Gizi 1 2 3 1 +2
9. Kefarmasian 1 1 2 1 +1
10. Administrasi 0 0 0 3 -3
11. Pekarya 0 0 0 2 -2
12. Perawat Pustu 0 0 0 0 0
13. Bidan Desa 0 0 0 3 -3
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Berdasarkan Tabel di atas kesenjangan yang didapat yaitu 38 SDMK yang ada di Puskesmas
dan kebutuhan yang diperlukan adalah hanya 25 SDMK dan kelebihan pada jenis SDMK
perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga ahli teknologi laboratorium medik,
tenaga gizi dan tenaga farmasi.

4. Puskesmas Oudate
Puskesmas Oudate ialah Puskesmas yang melakukan pelayanan non-rawat inap terhadap
wilayah kerjanya. Wilayah kerjanya termasuk ke dalam kategori Puskesmas pedesaan dilihat
dari keberadaannya yang agak jauh dari daerah perkotaan. Berikut hasil perhitungan
kebutuhan SDMK puskesmas ini:
Tabel 20. Tabel Standar Ketenagaan Minimal Puskesmas Oudate
No. Jenis SDMK PNS / CPNS PPPK Total SDMK Standar Kesenjangan
1. Dokter 0 0 0 1 -1
2. Dokter Gigi 0 0 0 1 -1
3. Perawat 8 18 26 5 +21
4. Bidan 2 9 11 4 +7
5. Kesmas 0 1 1 1 0
6. Kesling 0 1 1 1 0
7. ATLM 0 0 0 1 -1
8. Gizi 0 1 1 1 0
9. Kefarmasian 0 0 0 1 -1
10. Administrasi 0 0 0 2 -2
11. Pekarya 0 0 0 1 -1
12. Perawat Pustu 0 0 0 5 -5
13. Bidan Desa 0 0 0 7 -7
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Berdasarkan Tabel di atas kesenjangan yang didapat yaitu 21 SDMK yang ada di Puskesmas
dan kebutuhan yang diperlukan adalah hanya 31 SDMK dan kelebihan pada jenis SDMK
perawat dan bidan.
5. Puskesmas Inggerus
Puskesmas Inggerus ialah Puskesmas yang melakukan pelayanan rawat inap terhadap wilayah
kerjanya. Wilayah kerjanya berada di sebelah barat kabupaten waropen dan termasuk ke
dalam kategori Puskesmas Terpencil dilihat dari jangkauan atau jarak dari perkotaan karena
harus melewati lautan untuk mencapai daerah pelayanan. Berikut hasil perhitungan kebutuhan
SDMK puskesmas ini:
Tabel 21. Tabel Standar Ketenagaan Minimal Puskesmas Inggerus
No. Jenis SDMK PNS / CPNS PPPK Total SDMK Standar Kesenjangan
1. Dokter 0 0 0 2 -2
2. Dokter Gigi 0 0 0 1 -1
3. Perawat 1 7 8 8 0
4. Bidan 0 0 0 7 -7
5. Kesmas 0 0 0 1 -1
6. Kesling 0 0 0 1 -1
7. ATLM 1 0 1 1 0
8. Gizi 0 0 0 2 -2
9. Kefarmasian 0 0 0 1 -1
10. Administrasi 0 0 0 2 -2
11. Pekarya 0 0 0 1 -1
12. Perawat Pustu 0 0 0 1 -1
13. Bidan Desa 0 0 0 7 -7
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Berdasarkan Tabel di atas kesenjangan yang didapat yaitu -11 (minus 11) SDMK yang ada di
Puskesmas dan kebutuhan yang diperlukan adalah 35 SDMK dan kekurangan pada jenis
SDMK dokter, dokter gigi, tenaga ahli teknologi medik laboratorium, tenaga farmasi, tenaga
administrasi, tenaga perawat pustu dan tenaga bidan desa.
6. Puskesmas Dokis
Puskesmas Dokis ialah Puskesmas yang melakukan pelayanan non-rawat inap terhadap
wilayah kerjanya. Wilayah kerjanya berada di sebelah barat kabupaten waropen dan termasuk
ke dalam kategori Puskesmas Terpencil dilihat dari jangkauan atau jarak dari perkotaan
karena harus melewati lautan dan perjalanan darat yang cukup jauh untuk mencapai daerah
pelayanan. Berikut hasil perhitungan kebutuhan SDMK puskesmas ini:
Tabel 22. Tabel Standar Ketenagaan Minimal Puskesmas Dokis
No. Jenis SDMK PNS / CPNS PPPK Total SDMK Standar Kesenjangan
1. Dokter 0 0 0 1 -1
2. Dokter Gigi 0 0 0 1 -1
3. Perawat 5 3 8 5 +3
4. Bidan 1 4 5 4 +1
5. Kesmas 0 1 0 1 0
6. Kesling 0 0 0 1 -1
7. ATLM 0 0 1 1 -1
8. Gizi 0 1 1 1 0
9. Kefarmasian 0 0 0 1 -1
10. Administrasi 0 0 0 2 -2
11. Pekarya 0 0 0 1 -1
12. Perawat Pustu 0 0 0 1 -1
13. Bidan Desa 0 0 0 7 -7
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Berdasarkan Tabel di atas kesenjangan yang didapat yaitu -8 (minus 8) SDMK yang ada di
Puskesmas dan kebutuhan yang diperlukan adalah 27 SDMK dan kekurangan pada jenis
SDMK dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga ahli teknologi medik
laboratorium, tenaga farmasi, tenaga administrasi, tenaga perawat pustu dan tenaga bidan
desa.

7. Puskesmas Demba
Puskesmas Demba ialah Puskesmas yang melakukan pelayanan non-rawat inap terhadap
wilayah kerjanya. Wilayah kerjanya berada di sebelah timur kabupaten waropen dan termasuk
ke dalam kategori Puskesmas Terpencil dilihat dari jangkauan atau jarak dari perkotaan
karena harus melewati lautan dan perjalanan darat yang cukup jauh untuk mencapai daerah
pelayanan. Berikut hasil perhitungan kebutuhan SDMK puskesmas ini yang dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 23. Tabel Standar Ketenagaan Minimal Puskesmas Demba
No. Jenis SDMK PNS / CPNS PPPK Total SDMK Standar Kesenjangan
1. Dokter 0 0 0 1 -1
2. Dokter Gigi 0 0 0 1 -1
3. Perawat 5 1 6 5 +1
4. Bidan 1 3 4 4 0
5. Kesmas 0 2 2 1 +1
6. Kesling 0 0 0 1 -1
7. ATLM 0 0 1 1 -1
8. Gizi 0 1 1 1 0
9. Kefarmasian 0 0 0 1 -1
10. Administrasi 0 0 0 2 -2
11. Pekarya 0 0 0 1 -1
12. Perawat Pustu 0 0 0 0 0
13. Bidan Desa 0 0 0 8 -8
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Berdasarkan Tabel di atas kesenjangan yang didapat yaitu -2 (minus 2) SDMK yang ada di
Puskesmas dan kebutuhan yang diperlukan adalah 27 SDMK dan kekurangan pada jenis
SDMK dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga ahli teknologi medik
laboratorium, tenaga farmasi, tenaga administrasi dan tenaga bidan desa.

8. Puskesmas Fafado
Puskesmas Fafado ialah Puskesmas yang melakukan pelayanan non-rawat inap terhadap
wilayah kerjanya. Wilayah kerjanya berada di sebelah timur kabupaten waropen dan termasuk
ke dalam kategori Puskesmas Terpencil dilihat dari jangkauan atau jarak dari perkotaan
karena harus melewati lautan yang cukup jauh untuk mencapai daerah pelayanan. Berikut
hasil perhitungan kebutuhan SDMK puskesmas ini:
Tabel 24. Tabel Standar Ketenagaan Minimal Puskesmas Fafado
No. Jenis SDMK PNS / CPNS PPPK Total SDMK Standar Kesenjangan
1. Dokter 0 0 0 1 -1
2. Dokter Gigi 0 0 0 1 -1
3. Perawat 3 21 24 5 +19
4. Bidan 1 4 5 4 +1
5. Kesmas 0 0 0 1 -1
6. Kesling 0 1 0 1 0
7. ATLM 0 0 1 1 0
8. Gizi 0 0 0 1 -1
9. Kefarmasian 0 0 0 1 -1
10. Administrasi 0 0 0 2 -2
11. Pekarya 0 0 0 1 -1
12. Perawat Pustu 0 0 0 0 0
13. Bidan Desa 0 0 0 6 -6
Sumber: renbut.kemkes.go.id
Berdasarkan Tabel 24 kesenjangan yang didapat yaitu 15 SDMK yang ada di Puskesmas dan
kebutuhan yang diperlukan adalah hanya 25 SDMK dan kelebihan pada jenis SDMK perawat
dan bidan.

9. Puskesmas Koweda
Puskesmas Koweda ialah Puskesmas yang melakukan pelayanan rawat inap terhadap wilayah
kerjanya. Wilayah kerjanya berada di sebelah timur kabupaten waropen dan termasuk ke
dalam kategori Puskesmas Terpencil dilihat dari jangkauan atau jarak dari perkotaan karena
harus melewati lautan untuk mencapai daerah pelayanan. Berikut hasil perhitungan kebutuhan
SDMK puskesmas ini:
Tabel 25. Tabel Standar Ketenagaan Minimal Puskesmas Koweda
No. Jenis SDMK PNS / CPNS PPPK Total SDMK Standar Kesenjangan
1. Dokter 0 0 0 2 -2
2. Dokter Gigi 0 0 0 1 -1
3. Perawat 4 9 13 8 +5
4. Bidan 3 0 0 7 -4
5. Kesmas 0 0 0 1 -1
6. Kesling 1 0 0 1 0
7. ATLM 2 0 2 1 +1
8. Gizi 0 0 0 2 -2
9. Kefarmasian 0 0 0 1 -1
10. Administrasi 0 0 0 2 -2
11. Pekarya 0 0 0 1 -1
12. Perawat Pustu 0 0 0 0 0
13. Bidan Desa 0 0 0 6 -6
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Berdasarkan Tabel di atas kesenjangan yang didapat yaitu -5 (minus 5) SDMK yang ada di
Puskesmas dan kebutuhan yang diperlukan adalah 33 SDMK dan kekurangan pada jenis
SDMK perawat dan tenaga ahli teknologi medik laboratorium.

10. Puskesmas Kirihi


Puskesmas Kirihi ialah Puskesmas yang melakukan pelayanan non-rawat inap terhadap
wilayah kerjanya. Wilayah kerjanya berada di daerah pegunungan dan termasuk ke dalam
kategori Puskesmas Sangat Terpencil dilihat dari jangkauan atau jarak dari perkotaan karena
harus melewati lautan, daratan, dan melalui udara (penerbangan dengan helikopter) untuk
mencapai daerah pelayanan. Berikut hasil perhitungan kebutuhan SDMK puskesmas ini:
Tabel 26. Tabel Standar Ketenagaan Minimal Puskesmas Kirihi
No. Jenis SDMK PNS / CPNS PPPK Total SDMK Standar Kesenjangan
1. Dokter 0 0 0 1 -1
2. Dokter Gigi 0 0 0 1 -1
3. Perawat 0 0 0 5 -5
4. Bidan 0 0 0 4 -4
5. Kesmas 0 0 0 1 -1
6. Kesling 0 0 0 1 -1
7. ATLM 0 0 0 1 -1
8. Gizi 0 0 0 1 -1
9. Kefarmasian 0 0 0 1 -1
10. Administrasi 0 0 0 2 -2
11. Pekarya 0 0 0 1 -1
12. Perawat Pustu 0 0 0 0 0
13. Bidan Desa 0 0 0 27 -27
Sumber: renbut.kemkes.go.id

Berdasarkan Tabel di atas kesenjangan yang didapat yaitu -44 (minus 44) SDMK yang ada di
Puskesmas dan kebutuhan yang diperlukan adalah 46 SDMK dan kekurangan pada jenis
SDMK dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesmas, tenaga kesehatan lingkungan,
tenaga ahli teknologi medik laboratorium, tenaga gizi, tenaga farmasi, administrasi dan bidan
pustu.

11. Rumah Sakit (RS) Rodo Fabo (Tipe D-Pratama)


Perhitungan yang digunakan untuk mendapatkan hasil Standar Ketenagaan Minimal (SKM)
untuk kebutuhan ketenagaan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Waropen,
yaitu berdasarkan pada Permenkes nomor 56 Pasal 54 sampai dengan Pasal 58 Tahun 2014,
karena keberadaan RS yang belum terdaftar/belum memiliki kode akses pada layanan
pengisian SKM-online.
Sumber daya manusia rumah sakit umum kelas D dan/atau rumah sakit umum kelas
D-Pratama yaitu tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan
lain, tenaga non-kesehatan. Tenaga medis yang dimaksud yaitu harus terdiri atas 4 (empat)
dokter umum untuk pelayanan medik dasar, 1 (satu) dokter gigi umum untuk pelayanan
medik gigi mulut dan 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
dasar.
Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud di atas, paling sedikit terdiri atas 1 (satu)
orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit, 1 (satu) apoteker yang bertugas
di rawat inap dan rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) orang tenaga teknis
kefarmasian dan 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan
produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat
jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban
kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
Kebutuhan tenaga keperawatan dihitung dengan perbandingan 2 (dua) perawat untuk 3
(tiga) tempat tidur. Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan rumah sakit. Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga
non-kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berikut ini yang menjadi kesimpula atas dokumen RENBUT Dinas Kesehatan Kabupaten
Waropen, yaitu:
1. Ketersediaan SDMK menurut jenis dan jumlahnya pada FASYANKES, belum
memberikan penilaian baik, terkait dengan kapasitas dari pemenuhan 9 Tenaga Kesehatan
Strategis bahkan tidak memenuhi 5 Tenaga Kesehatan Minimal secara lengkap di
masing-masing puskesmas. Terlihat dari data setiap tabel, setelah dimasukkan ke dalam
aplikasi yang membaca ABK-Kes dan SKM, menunjukkan angka-angka yang menjadi
acuan, jika ketersediaan dari NAKES di FASYANKES pada kedinasan kesehatan
Kabupaten Waropen, ternyata masih belum memenuhi syarat minimal sekalipun.
2. Dokumen RENBUT ini, menjadi gambaran atas sebaran SDMK yang melaksanakan
pelayanan di masing-masing FASYANKES. Keberadaan SDMK yang tidak sesuai
dengan SK tugas atau penempatan kerjanya masih banyak, namun dengan demikian
pengisian pada ABK-Kes diisi berdasarkan pada keberadaan NAKES di tempat dan
masih menjalankan tugasnya atau tidak.
3. Dokumen RENBUT ini, telah menggambarkan keberadaan dari SDMK yang tersebar di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Waropen. Walaupun pengisiannya masih
belum maksimal, tetapi telah dilakukan secara optimal, sehingga dapat dijadikan acuan
untuk memenuhi kebutuhan dari kesenjangan keberadaan NAKES di FASYANKES.
4. Melalui dokumen ini, diketahui dengan jelas untuk SDMK yang masih tertumpuk pada
satu-satu FASYANKES dan dapat dilihat kelebihan-kelebihan jumlah NAKES pada
FASYANKES tertentu.
5. Dengan adanya dokumen ini, dapat dilakukan perencanaan untuk memenuhi kekurangan
atas jenis-jenis SDMk tertentu, serta menambahkan untuk menuhi keberadaan minimal
jumlah SDMK pada FASYANKES.

4.2 Saran
Berikut ini yang menjadi saran bagi perencanaan kebutuhan SDMK di Dinas Kesehatan
Kabupaten Waropen, yaitu:
1. Diharapkan jika Dinas Kesehatan dapat membuat permintaan kebutuhan NAKES yang
secara minimal dapat memenuhi kebutuhan dari suatu FASYANKES untuk memberikan
pelayanan optimal di wilayah kerjanya.
2. Diharapkan agar, dalam menugaskan kepada pegawai, terlebih yang telah memiliki SK
sebagai PNS atau CPNS dapat dilakukan dengan tegas dan apabila dimungkinkan
diberikan sanksi tegas agar memiliki efek jera.
3. Diharapkan agar dokumen RENBUT tahun yang akan datang diisi dengan lebih baik lagi,
dengan mempertimbangkan pada keberadaan yang sesuai SK penugasan bukan
berdasarkan nota penugasan.
4. Diharapkan agar, melalui data yang ditampilkan dalam dokumen ini menjadi acuan untuk
pemerataan NAKES di seluruh FASYANKES yang ada di wilayah kerja milik Dinas
Kesehatan Kabupaten Waropen, sehingga bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang baik
dapat dilakukan serta mampu menekan angka-angka kesakitan dan meningkatkan angka
angka harapan hidup per seorangan.
5. Diharapkan agar pada penerimaan CPNS Kabupaten Waropen Tahun 2018 dapat
menggunakan Dokumen RENBUT ini sebagai acuan untuk memenuhi kebutuhan pasti
dari Tenaga Kesehatan yang seharusnya masih perlu ditambah jumlahnya di wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Waropen.

Anda mungkin juga menyukai