Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
KANKER SERVIKS
Disusun Oleh :
Adelia Muhlifa Saputri 1910027007
Gita Permatasari 1810029027
Pembimbing :
dr. Andriansyah, Sp.OG (K) Onk
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini, kanker merupakan penyakit yang paling banyak
menyebabkan angka kematian dan kesakitan, yang disebabkan oleh pertumbuhan
sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal dan dapat menyerang berbagai jaringan
di dalam organ tubuh, termasuk organ reproduksi perempuan yang terdiri dari
payudara, uterus, ovarium, dan vagina. Menurut World Health Organization
(WHO), terdapat sekitar 14 juta kasus kanker baru pada tahun 2012. Kanker
merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia, dengan jumlah 8,8 juta kasus
kematian pada tahun 2015. Secara global, 1 dari 6 kematian disebabkan oleh
kanker.1
Jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita adalah kanker serviks.
Angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks di dunia menempati
urutan kedua setelah kanker payudara, termasuk di Indonesia. Di Indonesia kanker
serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari
Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%. Menurut perkiraan
Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita baru kanker serviks
berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu
kasus kanker serviks. 2
Penyebab kanker serviks belum diketahui secara pasti. Beberapa factor
mempunyai hubungan erat dengan kejadiannya, insiden tinggi pada wanita yang
telah menikah terutama wanita yang menikah sangat muda (kurang dari 16 tahun),
insidensi meningkat dengan tingginya paritas, sosio-ekonomi rendah, hygiene
seksual yang jelek, aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan
(promiskuitas), jarang ditemukan pada pasangan suami yang disunat (sirkumsisi),
sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi HPV (human papilloma
virus) tipe 16 dan 18 dan kebiasaan merokok.4
Gejala yang ditimbulkan pada kanker serviks antara lain adalah perdarahan
melalui vagina, misalnya setelah melakukan koitus, atau perdarahan menstruasi
yang lebih banyak dan lebih sering, ataupun timbul perdarahan diantara siklus
menstruasi. Selain itu terdapat pula gejala keputihan, terjadi perdarahan
3
pervaginam meskipun telah memasuki masa menopause dan timbul nyeri panggul
(pelvis).4 Gejala kanker serviks yang banyak terjadi adalah perdarahan
pervaginam abnormal (44,8%), selanjutnya diikuti dengan keputihan (23,8%) dan
nyeri panggul (15,2%).5
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang kanker serviks dan perbandingan antara teori dengan
kasus nyata kanker serviks.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui teori tentang kanker serviks yang mencakup definisi,
epidemiologi, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.
2. Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus nyata kanker serviks
yang terjadi di Ruang Mawar Nifas RSUD Abdul Wahab Syahranie.
1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran
terutama bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang kanker serviks.
1.3.2. Manfaat bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca
mengenai kanker serviks.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. DF
Usia : 21 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Hidup Baru RT 6
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 20 November 2019, pukul 14.00 WITA
b) Identitas Suami
Nama : Tn. S
Usia : 25 tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Hidup Baru RT 6
c) Keluhan Utama:
Rencana kemoterapi lanjutan.
5
serviks dan dirujuk untuk penanganan onkologi. Sebelumnya, pasien
mengeluhkan keluar darah dari vagina sejak 4 bulan SMRS. Darah yang
keluar diluar siklus haid, berwarna merah segar. Perdarahan banyak
mengalir dan kadang disertai darah yang bergumpal. Saat berhubungan
suami istri pasien sering merasa nyeri dan keluar darah dari vagina. Pasien
mengatakan keputihan yang berwarna kekuningan dan terkadang terasa
gatal. Pasien mengatakan kadang merasakan badan yang lemas dan
demam. Pasien tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah serta pusing.
Pasien mengaku haid pasien tidak teratur sejak 4 atau 5 bulan yang lalu.
Pasien juga mengeluh BAB encer sebanyak 10x dalam sehari. Keluhan
lain seperti nyeri pinggang, gangguan BAK disangkal. Pasien mengaku
tidak pernah melakukan pemeriksaan serviks seperti pemeriksaan
papsmear.
g) Riwayat Pernikahan
Pasien 1 kali menikah, pertama kali menikah pada usia 20 tahun dan lama
pernikahan dengan suami sekarang 1 tahun.
h) Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi.
i) Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 16 tahun
Lama : 7 hari
Banyak darah : 3-4 kali ganti pembalut dalam sehari
Sakit waktu menstruasi : dalam batas normal
6
j) Riwayat Obstetri
No. Tahun Tempat Usia Jenis Penolong Penyulit JK/BB Keadaan
Kehamilan Persalinan Lahir
-
7
Abdomen
Lihat status ginekologi
Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik
Bawah : Akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik
g) Status Ginekologis
Inspeksi : Tidak tampak massa abdomen, tidak ada bekas
operasi.
Palpasi : Nyeri tekan suprapubik (+)
Inspekulo : Tidak dilakukan
Vaginal Toucher : Vulva dan vagina tampak normal, portio teraba
massa, tidak rata, berdungkul-dungkul, ostium uteri
eksterna tertutup, cavum douglas tidak menonjol.
Nyeri tekan (+). Flek darah (+), warna merah segar.
Biopsi
o Makroskopis : Diterima 2 buah jaringan diameter 1 cm dan 0,8
cm, padat agak rapuh putih keabu-abuan. Semua cetak.
o Mikroskopis : Sediaan biopsy menampakkan massa tumor epitel
tersusun solid dengan pertumbuhan papiller, inti atipik, polimorfik,
anak inti jelas, kromatin kasar. Tidak ditemukan gambaran
kreatinisasi.
o Kesimpulan : Servik: Karsinoma sel skuamous non Keratin,
Large Cell Type.
8
- Foto Thorax : Cor dan pulmo tak tampak kelainan, tak tampak nodul
metastase
- Echocardiography : Disfungsi diastolik
2.4 Diagnosis
Ca servix stadium IIB
2.5 Penatalaksanaan
Kemoterapi cisplatin-etopusid ke 2
2.6 Follow Up
WAKTU FOLLOW UP
20/11/2019 Menerima pasien dari poliklinik dengan Ca servix stadium
15.00 WITA IIB pro kemoterapi ke 2 di Ruang Mawar Nifas
S : rencana kemoterapi dan tranfusi, BAB encer 10x, demam
badan lemas
O : KU sakit sedang, kesadaran composmentis
TD : 120/70 mmHg N : 110 x/menit
RR : 20 x/menit T : 38°C
A : Ca servix Stadium IIB + Anemia
P : Observasi Keadaan umum dan tanda vital
Tranfusi PRC 2 Kolf
Infus RL dalam 6 jam
New diatab 3x2tablet
Paracetamol tablet 4x500mg k/p
pro cisplatin-etopusid ke 2
21/11/2019 S : Perdarahan pervaginam sedikit
08.00 WITA O : KU sakit sedang, kesadaran composmentis
TD : 120/60 mmHg N : 105 x/menit
RR : 20 x/menit T : 36,2°C
A : Ca servix Stadium IIB
9
P : Observasi Keadaan Umum dan tanda vital
pro cisplatin-etopusid ke 2
22/11/2019 S : tidak ada keluhan, perdarahan (-)
08.00 WITA O : KU baik, kesadaran CM
TD: 110/70 mmHg N : 80 x/menit
RR: 20 x/menit T : 36,0°C
A : Ca servix Stadium IIB
P : Observasi Keadaan Umum dan tanda vital
Rehidrasi RL 1500cc/12jam dimulai pukul 18.00
pro kemoterapi cisplatin-etopusid ke 2
23/11/2019s/d Pasien menjalani kemoterapi cisplatin-etopusid ke 2 di ruang
24/11/2019 kemoterapi selama 1 hari
24/11/2019 Pasien kembali dari ruang kemoterapi ke ruang Mawar Nifas
09.00 WITA S : tidak ada keluhan
O : KU baik, kesadaran komposmentis
A : Ca servix Stadium IIB + post kemoterapi cisplatin-
etopusid ke 2
P : Observasi KU dan tanda-tanda vital
Pasien rencana KRS
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks
merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.6
11
pun sangat buruk dengan angka harapan hidup selama 5 tahun pada stadium awal
sebesar 31,6% - 36,4%, sedangkan untuk stadium lanjut sebesar 0% - 14%.4,7,8,9
3.2 Epidemiologi
Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000
kasus. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi, registrasi
data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980 sampai 2010.
Per tahun insiden dari kanker serviks meningkat 3.1% dari 378.000 kasus pada
tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks, dan
46.000 diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang
berkembang. Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan
ke-7 secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke-6 di negara
kurang berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian
(menyumbangkan 3,2% mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat
leukemia). Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang,dan
urutan ke 10 pada negara maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia kanker
serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari
Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%. Menurut perkiraan
Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita baru kanker serviks
berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu
kasus kanker serviks. Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup
dari penderitanya dan keluarganya sertajuga akan sangat mempengaruhi sektor
pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan upaya
penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi dini
sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.
3.3 Etiologi
Penyebab terjadinya kanker serviks belum diketahui, tetapi terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker ini, sebagai berikut:
3.3.1 Usia Reproduksi
Kanker serviks terjadi mulai dari dekade kedua kehidupan.
Setengah dari perempuan didiagnosis dengan penyakit ini adalah
antara 35 - 55 tahun dan jarang mempengaruhi perempuan di bawah
12
usia 20 tahun. Usia lebih dari 35 tahun mempunyai risiko tinggi
terhadap kanker serviks. Semakin tua usia seseorang, maka semakin
meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya risiko
kanker serviks pada usia lanjut merupakan gabungan dari
meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap
karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat
usia.4,8,9
3.3.2 Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Usia pertama kali menikah atau berhubungan seksual
merupakan salah satu faktor yang cukup penting, karena terjadinya
kanker serviks dengan masa latennya memerlukan waktu 30 tahun
sejak melakukan hubungan seksual pertama, sehingga hubungan
seksual pertama dianggap awal dari mula proses munculnya kanker
serviks. Wanita yang menikah dibawah usia 16 tahun biasanya 10-12
kali lebih besar kemungkinan terjadinya kanker serviks daripada yang
menikah setelah berusia 20 tahun ke atas.4,8,9
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita
benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari
sudah menstruasi atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-
sel mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh.
Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20
tahun ke atas. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa
pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum
matang dan terjadi proses metaplasia skuamosa yang aktif yang terjadi
di dalam zona transformasi. Artinya, masih rentan terhadap
rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar.
Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma ataupun bahan
karsinogenik.4,8,9
Metaplasia skuamosa merupakan suatu proses fisiologi, tetapi di
bawah pengaruh karsinogen, perubahan sel dapat terjadi sehingga
mengakibatkan suatu zona transformasi yang tidak patologik.
Perubahan ini menginisiasi suatu proses neoplasia intraepitel serviks
13
(Cervic Intraepithel Neoplasma = CIN) yang merupakan fase
prainvasif dari kanker serviks.10,11
3.3.3 Jumlah Paritas
Kanker serviks dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan risiko mendapat
kanker serviks. Pada beberapa penelitian dengan metode case control
didapatkan bahwa wanita yang 3 atau 4 kali partus memiliki 2,6 kali
risiko untuk terkena kanker serviks, sedangkan wanita yang
melahirkan lebih dari 7 memiliki risiko sebesar 3,8 kali.8,9
Alasan fisiologi adanya hubungan antara paritas dan kanker
serviks sampai saat ini belum jelas, namun kemungkinan faktor
hormonal pada saat kehamilan yang membuat wanita lebih peka
terhadap infeksi HPV (human papilloma virus) dan trauma serviks
pada saat melahirkan diduga sebagai alasannya.8,9
3.3.4 Penggunaan Kontrasepsi Oral
Penggunaan kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama
yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko kanker serviks 1,5-
2,5 kali. Kontrasepsi oral mungkin dapat meningkatkan risiko kanker
serviks karena jaringan serviks merupakan salah satu sasaran yang
disukai oleh hormon steroid perempuan.8,9
3.3.5 Riwayat Kanker Serviks pada Keluarga
Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang
mempunyai kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3
kali lebih besar untuk juga mempunyai kanker serviks dibanding
dengan orang normal. 8,9
3.3.6 Berganti-ganti pasangan seksual
Kebiasaan berganti-ganti pasangan akan memungkinkan
tertularnya penyakit kelamin, salah satunya HPV. Risiko terjadinya
kanker serviks meningkat lebih dari 10 kali bila mitra seks 6 atau
lebih.4,8,9
14
3.3.7 Penyakit menular seksual (PMS)
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri
maupun virus, diantaranya adalah HPV (human papilloma virus),
HSV (herpes simplek virus), HIV (human immunodeficiency virus)
dan Klamidia. Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus tersebut
dapat bersatu ke dalam gen DNA sel pejamu sehingga menyebabkan
terjadinya mutasi sel.4,8,9
1. HPV (human papilloma virus)
Wanita yang terkena penyakit akibat hubungan seksual berisiko
terkena virus HPV, karena virus HPV diduga sebagai penyebab utama
terjadinya kanker serviks sehingga wanita yang mempunyai riwayat
penyakit kelamin berisiko terkena kanker serviks.4,9
Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi
yang 40 di antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual.
Beberapa tipe HPV merupakan virus risiko rendah yang jarang
menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko
tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat
menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya
hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu kanker. Virus HPV
risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah
tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin
masih terdapat beberapa tipe yang lain. Beberapa penelitian
mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker serviks disebabkan oleh
tipe 16 dan 18. Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan lebih
dari 50% kanker serviks. Dari berbagai penelitian terdapat tiga
golongan HPV yang berhubungan dengan kanker serviks, yaitu: HPV
risiko rendah (HPV tipe 6, 11 dan jarang tipe 46 pada kanker invasif),
HPV risiko sedang (HPV tipe 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58) dan HPV
risiko tinggi (HPV tipe 16, 18, dan 31).9
Prevalensi puncak infeksi HPV dimulai pada usia sekitar 20
tahun, yaitu setelah wanita memulai aktivitas seksualnya. Kemudian
15
menjadi kondisi pre-kanker setelah 10 tahun kemudian dan mencapai
fase invasif pada usia 40-50 tahun.13
2. HIV (human immunodeficiency virus)
HIV merupakan virus penyebab AIDS (acquired immue
odeficiency syndrome) yang merusak system kekebalan tubuh dan
pada wanita meningkatkan risiko terjadinya infeksi HPV. Dengan kata
lain, wanita yang terkena AIDS akan meningkatkan risiko kanker
serviks. Sistem imun berfungsi penting dalam menghancurkan sel
kanker dan memperlambat pertumbuhan dan penyebarannya. Pada
wanita dengan HIV, pre kanker serviks lebih cepat berkembang
menjadi kanker invasif dibanding wanita non HIV.4,6
3. Klamidia
Klamidia merupakan bakteri yang dapat menginfeksi sistem
reproduksi. Bakteri ini dapat menyebar melalui kontak seksual. Infeksi
Klamidia dapat menyebabkan terjadinya infeksi pelvis yang
mengakibatkan infertil. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
wanita yang pernah dan baru terinfeksi Klamidia berdasarkan
pemeriksaan tes darah memiliki risiko yang tinggi terhadap kanker
serviks. Infeksi Klamidia sering tidak menyebabkan gejala apapun,
sehingga wanita tidak tahu jika telah terinfeksi bakteri tersebut.6
3.3.8 Pasangan suami yang tidak sirkumsisi
Beberapa penelitian mengatakan bahwa pria yang sudah
disirkumsisi akan menurunkan risiko terjadinya infeksi HIV, HSV-2
dan HPV, selain itu juga menurunkan risiko terjadinya trikomoniasis
dan vaginosis bakterial pada pasangan wanitanya.4,11
Sirkumsisi merupakan tindakan memotong atau menghilangkan
sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis (preputium). Pria
yang belum disirkumsisi, ketika melakukan hubungan seksual akan
mengakibatkan terjadinya retraksi preputium sehingga paparan
mukosanya mengenai langsung vagina ataupun cairan serviks. Padahal
rongga pada preputium kondisinya lembab, sehingga menjadi tempat
16
yang baik bagi pertumbuhan HPV dan HSV-2, sehingga
meningkatkan risiko terjadinya infeksi.11
3.3.9 Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogenik baik yang
dihisap sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok
menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic
nitrosamines. Pada wanita perokok, konsentrasi nikotin pada getah
serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek
langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status
imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Risiko
wanita perokok terkena 4-13 kali lebih besar dibandingkan wanita
bukan perokok.8,9.
17
Gambar 3 : Skema Pembentukan Zona Transformasi Serviks14
18
Proses terjadinya kanker serviks sangat erat hubungannya dengan
proses metaplasia. Masuknya bahan-bahan yang dapat mengubah sifat sel
secara genetik atau mutagen pada saat fase aktif metaplasia dapat
menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan biasanya terjadi pada
daerah SCJ atau daerah transformasi. Sel-sel yang mengalami mutasi dapat
berkembang menjadi sel displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia
sedang, displasia berat, kanker in situ dan kemudian berkembang menjadi
kanker invasif.8,9,14
19
pervaginam yang berulang. Pada stadium kanker lanjut, badan menjadi kurus
karena kekurangan gizi, timbul iritasi pada kandung kemih dan poros usus
besar bagian bawah (rectum), kegagalan faal ginjal (CRF= Chronic Renal
Failure) akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih,
yang menyebabkan obstruksi total, atau timbul gejala-gejala lain yang
disebabkan oleh metastasis jauh dari kanker serviks itu sendiri.4,9
Berdasarkan dari pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:
a) Serviks dapat teraba membesar, ireguler, teraba lunak
b) Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau
sudah sampai vagina.
Pemeriksaan in spekulo:
a) Adanya portio ulseratif
b) Adanya fluor albus
c) Muncunya darah jika lesi tersentuh (lesi rapuh)
d) Terdapat gambaran seperti bunga kol pada stadium lanjut
Pemeriksaan bimanual:
a) Adanya fluor albus
b) Adanya massa benjolan ataupun erosi ataupun ulkus pada
portio uteri.4,9
20
Gambar 4: Stadium Klinis Kanker Serviks8
Stadium Kriteria
0 Lesi belum menembus membrane basalis
I Lesi tumor masih terbatas di serviks
IA1 Lesi telah menembus membrane basalis kurang dari 3
mm dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IA2 Lesi telah menembus membrane basalis > 3mm tetapi <
5 mm dengan diameter permukaan tumor <7 mm
IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer < 4
mm
IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer > 4
mm
II Lesi telah keluar serviks (meluas ke parametrium dan
sepertiga proksimal vagina)
IIA Lesi telah meluas ke sepertiga vagina proksimal
21
IIB Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai
dinding panggul
III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke parametrium
dan atau sepertiga vagina distal)
IIIA Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal/bawah
22
pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil
pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut14 :
a. Normal
b. CIN I : displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat
ganas), dimana sel abnormal terbatas pada sepertiga luar
lapisan permukaan yang melapisi serviks. termasuk
didalamnya adalah perubahan sel yang disebabkan oleh
virus HPV.
c. CIN II : displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat
ganas), dimana sel abnormal menempati setengah dari
lapisan permukaan serviks.
d. CIN III : kanker in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling
luar) dan kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan
serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya),
dimana keseluruhan lapisan epitel tersusun oleh sel
abnormal namun belum menyebar ke bawah permukaan.
23
Gambar 5 : Histologi Cervic Intraepithelial Neoplasia (CIN)14
2. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap
smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.4,6,8
Biopsi dilakukan di daerah abnormal jika squamocolumnar
junction (SCJ) terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SCJ tidak
terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian sehingga kelainan di
kanalis servikalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil
secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy
harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%. 4,6,8
3. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Pemeriksaan melihat porsio (juga vagina dan vulva) dengan
pembesaran 10-15x, untuk menampilkan porsio dipulas terlebih dahulu
dengan asam asetat 3-5%. Pada porsio dengan kelainan (infeksi HPV
24
atau NIS) terlihat bercak putih atau perubahan corakan pembuluh
darah.4,6,8
4. Konisasi
Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks
sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus),
dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan
diagnostik, konisasi harus dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan
yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi atau dapat
pula dengan menggunakan tes Schiller. Pada tes ini digunakan larutan
lugol (yodium 5g, kalium yodida 10g, air 10 ml). Serviks diolesi dengan
larutan yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat,
sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.6,8
Konisasi diagnostic dilakukan pada keadaan dimana proses
dicurigai berada di endoserviks rahim, lesi tidak tampak seluruhnya
dengan pemeriksaan kolposkopi, diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas
dasar spesimen biopsi, dan jika terdapat kesenjangan hasil sitologi dan
histopatologik.6,8
5. Tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan pemeriksaan skrining alternative dari Papsmear
karena murah dan praktis, sangat mudah dilakukan dengan peralatan
sederhana. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melihat serviks yang
telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Zat ini akan
meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler epitel abnormal. Cairan
ekstraseluler hipertonik ini akan menarik cairan intraseluler sehingga
membrane akan kolaps dan jarak antar sel semakin dekat. Akibatnya jika
permukaan epitel disinari maka sinar tersebut tidak akan diteruskan ke
stroma namun akan dipantulkan dan permukaan epitel abnormal akan
berwarna putih.4,6
Daerah metaplasia yang merupakan daerah peralihan juga akan
berwarna putih setelah pengusapan asam asetat tetapi dengan intensitas
yang kurang dan cepat menghilang, ini yang membedakannya dengan
proses pra-kanker dimana epitel putih lebih tajam dan lebih lama
25
menghilang karena asam asetat berpenetrasi lebih dalam sehingga terjadi
koagulasi protein yang lebih banyak.4,6
Makin putih dan makin jelas, makin tinggi derajat kelainan
histologiknya. Demikian pula makin makin tajam batasnya, makin tinggi
derajat jaringannya, sehingga dengan pemberian asam asetat akan
didapatkan hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan
bercak putih (displasia). Dibutuhkan satu sampai dua menit untuk dapat
melihat perubahan-perubahan pada epitel. Serviks yang diberi larutan
asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan 3%. Efek
akan hilang setelah sekitar 50-60 detik. Lesi yang tampak sebelum
aplikasi larutan asam asetat bukan merupakan epitel putih namun
dikatakan suatu leukoplakia.4,6
26
menetap. Vaksin HPV merupakan vaksin kedua di dunia yang dapat
mencegah kanker, setelah vaksin Hepatitis B yang dapat mencegah
kanker hati.
Pencegahan sekunder diterapkan dengan pengidentifikasian
kelompok populasi berisiko tinggi terhadap kanker, skrining populasi
tertentu, deteksi dini kanker pada individu yang tidak bergejala
(asimtomatik) dan pengubahan perilaku manusia sehingga
kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Skrining ini dapat
dilakukan melalui pemeriksaan pap smear pada wanita diatas usia 25
tahun, telah menikah dan sudah mempunyai anak.11
Pencegahan tersier ditujukan pada seseorang yang telah positif
menderita kanker serviks dan menjadi cacat karena komplikasi
penyakitnya atau karena pengobatan. Sehingga perlu dilakukan
rehabilitasi untuk mengembalikan bentuk dan atau fungsi organ yang
cacat, supaya penderita dapat hidup dengan layak dan wajar di
masyarakat. Rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk penderita kanker
serviks pasca menjalani operasi contohnya yaitu dengan melakukan
gerakan-gerakan untuk membantu mengembalikan fungsi gerak dan
untuk mengurangi pembengkakan, bagi penderita yang mengalami
alopesia (rambut gugur) akibat kemoterapi dan radioterapi bisa diatasi
dengan memakai wig untuk sementara karena umumnya rambut akan
tumbuh kembali.11
3.8.2 Pengobatan
o Tatalaksana Lesi Prakanker
Tatalaksana lesi pra kanker disesuaikan dengan fasilitas
pelayanan kesehatan, sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia
dan sarana prasarana yang ada. Pada tingkat pelayanan primer dengan
sarana dan prasarana terbatas dapat dilakukan program skrining atau
deteksi dini dengan tes IVA. Skrining dengan tes IVA dapat dilakukan
dengan cara single visit approach atau see and treat program, yaitu bila
didapatkan temuan IVA positif maka selanjutnya dapat dilakukan
27
pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh dokter umum atau bidan
yang sudah terlatih. Pada skrining dengan tes Pap smear, temuan hasil
abnormal direkomendasikan untuk konfirmasi diagnostik dengan
pemeriksaan kolposkopi. Bila diperlukan maka dilanjutkan dengan
tindakan Loop Excision Electrocauter Procedure (LEEP) atau Large
Loop Excision of the Transformation Zone (LLETZ) untuk kepentingan
diagnostik maupun sekaligus terapeutik.16
Bila hasil elektrokauter tidak mencapai bebas batas sayatan, maka
bisa dilanjutkan dengan tindakan konisasi atau histerektomi total.
Temuan abnormal hasil setelah dilakukan kolposkopi :
LSIL (low grade squamous intraepithelial lesion),dilakukan
LEEP dan observasi 1 tahun.
HSIL (high grade squamous intraepithelial lesion),
dilakukan LEEP dan observasi 6 bulan16
Kanker serviks dapat ditangani dengan pembedahan, terapi radiasi
atau kemoterapi. Penentuan terapi yang digunakan berdasarkan
stadium, ukuran dan lokasi kanker, usia dan kondisi kesehatan pasien.
Terapi kanker serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan
secara histologik. Pengobatan pada kanker serviks dapat berupa:
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif
maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung
menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang
ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah
tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Pembedahan
dipilih hanya untuk kanker serviks stadium I sampai IIA. 4,8,9
Ada beberapa macam bentuk terapi bedah, antara lain: a)
radical trachelectomy, merupakan suatu cara pembedahan dimana
serviks, sebagian vagina dan limfonodi pelvis diangkat. Pembedahan
ini ditujukan untuk tumor yang kecil dan pada pasien kanker serviks
yang ingin memiliki keturunan lagi; b) total hysterectomy, dilakukan
pengangkatan uterus dan serviks; c) radical hysterectomy, dilakukan
28
pengangkatan serviks, beberapa jaringan disekitar serviks, uterus dan
sebagian vagina. Pembedahan secara radikal dan total histerektomi
harus diikuti dengan pengangkatan jaringan tuba dan ovarium yang
dikenal sebagai salpingo-oophorectomy, dan pengangkatan
limfonodi yang berada didekat tumor. 4,8,9
2. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang
masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan
sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya.24 Terdapat dua macam terapi
penyinaran untuk kanker serviks, yaitu: a) terapi radiasi eksternal,
dilakukan sebanyak lima kali dalam seminggu (sekali dalam sehari)
selama 6 minggu, b) terapi radiasi internal (brachytherapy), terapi ini
dilakukan dengan menempatkan kapsul radioaktif di vagina atau
dekat serviks. terapi ini dapat diulang dua kali atau lebih selama
beberapa minggu. 4,8,9
3. Kemoterapi
Apabila kanker telah menyebar ke luar panggul, maka
dianjurkan menjalani kemoterapi. Kemoterapi menggunakan obat
obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa
diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut.4,8,9
4. Terapi biologis
Terapi biologi berguna untuk memperbaiki sistem kekebalan
tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis tersebut dilakukan
pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.4,8,9
3.9 Prognosis
Prognosis kanker serviks tergantung dari tingkatan klinik dan jenis
histologik tumor. Biasanya penyakit ini ditemukan dalam stadium lanjut, maka
angka harapan hidupnya tidak seberapa baik. Harapan hidup selama 5 tahun pada
pasien kanker serviks yaitu 100% pada stadium prainvasif, 90% pada stadium I,
82% pada stadium II, 35% pada stadium III dan 10% pada stadium IV.8,14
29
Pasien kanker serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan, 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah
timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki risiko tinggi
terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati
dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadi 80% rekurensi dalam 2
tahun.4,8,14
30
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Anamnesis
Teori Kasus
Pada stadium dini tidak ada gejala khas, Perdarahan dari jalan lahir
terkadang asimtomatik. Namun dapat yang abnormal, dialami
ditemukan: selama kurang lebih lima
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari bulan terakhir
vagina. Getah yang keluar dari vagina ini Keputihan berwarna
makin lama makin berbau busuk karena kekuningan, berlendir, dan
adanya infeksi dan nekrosis jaringan. kadang gatal pada kemaluan.
2. Perdarahan abnormal, biasanya setelah Nyeri dan perdarahan saat
senggama (post coital bleeding), perdarahan berhubungan suami istri
diluar masa haid, haid yang lama, dan Badan lemas
timbulnya perdarahan setelah masa
menopause
3. Timbul gejala-gejala anemia akibat dari
perdarahan abnormal yang berulang.
4. Timbul nyeri pada daeah panggul (pelvis)
atau pada daerah perut bagian bawah bila
terjadi peradangan pada panggul dan
infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
Pada stadium lanjut dapat terlihat tanda-tanda
yang lebih khas untuk kanker serviks, baik
berupa perdarahan yang hebat, fluor albus yang
berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
Pada stadium kanker lanjut, badan menjadi
kurus karena kekurangan gizi, timbul iritasi
pada kandung kemih dan poros usus besar
bagian bawah (rectum), kegagalan faal ginjal
(CRF= Chronic Renal Failure) akibat infiltrasi
31
tumor ke ureter sebelum memasuki kandung
kemih, yang menyebabkan obstruksi total, atau
timbul gejala-gejala lain yang disebabkan oleh
metastasis jauh dari kanker serviks itu sendiri.
c. Pemeriksaan bimanual :
c) Adanya fluor albus
d) Adanya massa benjolan ataupun
erosi ataupun ulkus pada portio
uteri
Diagnosis harus dipastikan dengan
pemeriksaan histologi dan jaringan
yang diperoleh dari biopsi.
32
4.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang
Teori Fakta
Diagnosis dapat ditegakkan dengan Biopsi
bantuan beberapa pemeriksaan - Makroskopis : Diterima 2 buah
penunjang sebagai berikut: jaringan diameter 1 cm dan 0,8 cm, padat
- Sitologi Pap Smear agak rapuh putih keabu-abuan. Semua
- Biopsi cetak.
- Kolposkopi - Mikroskopis : Sediaan biopsy
- Konisasi menampakkan massa tumor epitel
- Tes IVA tersusun solid dengan pertumbuhan
Sedangkan pemeriksaan penunjang papiller, inti atipik, polimorfik, anak inti
berupa laboratorium darah, kimia jelas, kromatin kasar. Tidak ditemukan
klinik, sampai dengan urinalisa gambaran kreatinisasi.
berfungsi sebagai skrining ada atau - Kesimpulan : Servik: Karsinoma
tidaknya penyakit lain pada pasien. sel skuamous non Keratin, Large Cell
Pada pasien yang telah mengalami Type.
kemoterapi, pemeriksaan
- laboratorium Foto Thorax : Cor dan pulmo tak tampak
darah sangat penting karena beberapa kelainan, tak tampak nodul metastase
jenis obat kemoterapi
- ada yang Echocardiography: Disfungsi diastolik
berpengaruh pada kerja sumsum tulang Laboratorium:
yang merupakan pabrik pembuat sel - Hematologi :
darah merah, sehingga jumlah sel darah Hemoglobin : 9/9 mg/dl
merah menurun. Yang paling sering Leukosit : 10.400/μL
adalah penurunan sel darah putih Trombosit : 177.000/μL
(leukosit). Penurunan sel darah terjadi Hematokrit : 30.3 %
setiap kemoterapi, dan test darah
biasanya dilakukan sebelum kemoterapi
berikutnya untuk memastikan jumlah
sel darah telah kembali normal.
33
4.4 Tatalaksana
Penatalaksanaan
Teori Fakta
Stadium IA : Konisasi, kemoterapi cisplatin-etopusid ke2
histerektomi ekstrafasial, radiasi
Stadium IB-IIA : Histerektomi
radikal, radiasi
Stadium IIB-IV : Radiasi,
kemoterapi
34
BAB V
PENUTUP
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Imunohistokimia. Biodiversitas. Surakarta: Bagian Kebidanan dan
Penyakit Kandungan RSUD dr. Muwardi Surakarta; 2005. 6: 157-159.
13. Schiffman M, Castle PE. The Promise of Global Cervical Cancer
Prevention. The New England Journal of Medicine; 2005. 353: 2102-
2103.
14. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Dalam : Hartanto H.,Darmaniah N.,
Wulandari N., editor. Buku Ajar Patologi Volume 2. Edisi 7. Jakarta :
EGC; 2007. h. 765-766.
15. Wiebe K, Denny L, Thomas G. Cancer of the cervix uteri. International
journal of gynecology and obstetrics: 2012
16. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan penatalaksanaan
kanker serviks. Komite penanggulangan kanker nasional
17. Pedoman pelayanan medik kanker ginekologi, kanker serviks, ed-2,2011,
hal 19-28
18. European soviety gynecology oncology (ESGO), algoritms for
management of cervical cancer, 2011.
37