Anda di halaman 1dari 4

Pasal yang dapat dijadikan klausul dalam pembuatan Akta perjanjian lisensi yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta


a. Pasal 80, yang menyebutkan bahwa :
(1) Kecuali diperjanjikan lain, pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait
berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian
tertulis untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 ayat (1), pasal 23 ayat (2), pasal 24 ayat (2), dan pasal 25 ayat
(2).
(2) Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama
jangka waktu tertentu dan tidak melebihi masa berlaku Hak Cipta dan
Hak Terkait.
(3) Kecuali diperjanjiakn lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disertai kewajiban penerima lisensi untuk
memberikan royalti kepada Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak
Terkait selama jangka waktu lisensi.
(4) Penentuan besaran Royalti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
tata cara pemberian royalti dilakukan berdasarkan perjanjian lisensi
antara pemegang hak cipta atau pemegang hak terkait dan penerima
lisensi.
(5) Besaran royalti dalam perjanjian lisensi harus ditetapkan berdasarkan
kelaziman praktik yang berlaku.
b. Pasal 81 yang menyebutkan bahwa :
Kecuali diperjanjikan lain, Pemegang Hak Cipta atau pemilik Hak Terkait dapat
melaksanakan sendiri atau memberikan Lisensi kepada pihak ketiga untuk
melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal
23 ayat (2), Pasal 24 ayat (2), dan Pasal 25 ayat (2).
c. Pasal 83, ketentuan mengenai kewajiban pencatatan oleh Menteri dalam
daftar umum perjanjian Lisensi Hak Cipta
d. Pasal 87 Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat perjanjian
dengan Lembaga Manajemen Kolektif yang berisi kewajiban untuk membayar
Royalti atas Hak Cipta dan Hak Terkait yang digunakan.
e. Pasal 89
(3) Untuk melakukan penghimpunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
kedua Lembaga Manajemen Kolektif wajib melakukan koordinasi dan
menetapkan besaran Royalti yang menjadi hak masing-masing Lembaga
Manajemen Kolektif dimaksud sesuai dengan kelaziman dalam praktik
berdasarkan keadilan.
(4) Ketentuan mengenai pedoman penetapan besaran Royalti ditetapkan
oleh Lembaga Manajemen Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan disahkan oleh Menteri.
f. Pasal 95, tentang Penyelesaian sengketa Hak Cipta dapat dilakukan melalui
alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase, atau pengadilan.

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten


a. Pasal 108, Bahwa paten dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia
b. Pasal 74 ayat (1) huruf e, yang menegaskan bahwa Hak atas Paten dapat
beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena adanya
perjanjian tertulis.
c. Pasal 76 ayat (1), Pemegang Paten berhak memberikan Lisensi kepada pihak
lain berdasarkan perjanjian Lisensi baik eksklusif maupun non-eksklusif untuk
melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19.
d. Pasal 142, Pihak yang berhak memperoleh Paten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 dapat menggugat ke Pengadilan Niaga
jika suatu Paten diberikan kepada pihak lain selain dari yang berhak
memperoleh Paten.
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
a. Pasal 5 ayat (1) huruf d, rahasia dagang dapat beralih atau dialihkan dengan
perjanjian tertulis
b. Pasal 6, Pemegang rahasia dagang berhak memberikan lisensi kepada pihak
lain berdasarkan perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, kecuali jika diperjanjikan lain
c. Pasal 7, Dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 6, pemegang Hak Rahasia Dagang tetap dapat melaksanakan sendiri atau
memberikan Lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, kecuali jika diperjanjikan lain.
d. Pasal 8 ayat (1), Perjanjian Lisensi wajib dicatatakan pada Direktorat Jenderal
dengan dikenai biaya sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
e. Pasal 9 ayat (1), Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat
menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat
ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Pasal 11 , Penyelesaian sengketa melalu Pengadilan Negeri
g. Pasal 12, para pihak dapat menyelesaikan perselisihan tersebut melalui
arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.

4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis


a. Pasal 42, ayat (1), (2), (3), (6), mengenai kewenangan pemilik merek untuk
memberikan lisensi kepada pihak lain untuk menggunakan merek tersebut,
ruang lingkup perjanjian lisensi, Kewajiban pencatatannya kepada Menteri,
Larangan yang di muat dalam perjanjian lisensi
b. Pasal 43, Pemilik Merek terdaftar yang telah memberikan Lisensi kepada pihak
lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) tetap dapat menggunakan
sendiri atau memberikan Lisensi kepada pihak ketiga untuk menggunakan
Merek tersebut, kecuali diperjanjikan lain.
c. Pasal 72 ayat (3), Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih
terikat perjanjian Lisensi, penghapusan hanya dapat dilakukan jika hal tersebut
disetujui secara tertulis oleh penerima Lisensi.
d. Pasal 83, Penyelesaian sengketa melalu gugatan yang diajukan ke Pengadilan
Niaga
e. Pasal 93, para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase atau
alternatif penyelesaian sengketa.

Anda mungkin juga menyukai