Anda di halaman 1dari 3

Judul : Cinta Suci Zahrana

Penerbit : Ihwah Publishing House


Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Kategori : Novel Roman Dewasa
Tebal : 284 Halaman

Satu lagi novel pembangun jiwa adikarya novelis nomor 1 Indonesia, Habiburrahman
El Shirazy hadir di tengah-tengah kita, yaitu Cinta Suci Zahrana. Bercerita tentang Dewi
Zahrana, seorang wanita cantik dan berprestasi di bidang arsitektur. Seperti novel-novel
mahakarya Kang Abik sebelumnya, seperti Ayat-Ayat Cinta, KCB 1 dan 2, Dalam Mihrab
Cinta yang akhirnya menjadi sebuah film laris, novel Kang Abik berikutnya yang berjudul
Cinta Suci Zahrana juga kembali di film kan.

“Untuk apa penghargaan kalau cuma bikin malu keluarga?”

Demikian dialog yang diungkapkan Bapak pada Zahrana, tepatnya Ir. Dewi Zahrana,
M.Sc. Kepulangan Zahrana ke rumah setelah mendapat penghargaan dari luar negeri
sepantasnya disambut bahagia oleh Bapak-Ibunya. Sayang, Bapak hanya menyambut dingin
kepulangan Rana, seorang gadis pintar yang berprofesi sebagai dosen. Memiliki anak gadis
sekaligus anak satu-satunya, tentu saja harapan Bapak, begitu juga dengan Ibu, adalah
memiliki anak yang pintar, sukses, dan juga menikah. Hal terakhir inilah yang lebih
diharapkan Bapak. Tak ada hal yang lebih membanggakan bagi Bapak selain melihat Rana
menikah sebelum ajal menjemput.

Diumurnya yang telah berkepala tiga, Zahrana belum juga menikah dan membina
rumah tangga. Sebagai anak semata wayang, kedua orang tuanya tidak lagi membutuhkan
sederetan piagam penghargaan internasional. Yang mereka inginkan ialah, melihat Zahrana
bersanding di pelaminan dan dapat segera menimang cucu. Padahal sudah banyak pria yang
berusaha mendekatinya. Tapi lagi-lagi, semuanya itu ia tolak dengan halus. Dengan alasan ia
masih ingin menimba ilmu. Lambat laun kedua orang tuanya pun tidak luput dari gunjingan
para warga. Yang mengatakan kalau Zahrana, anaknya adalah seorang perawa tua.

Dalam film tersebut juga diceritakan bahwa Rana sulit dapat jodoh karena
sekolahnya yang mencapai S2, menjadi dosen berkualitas, dan mendapat penghargaan di
mana-mana. Inilah yang (katanya) membuat lelaki jadi minder untuk mendekati Rana. Hal ini
lah yang membuat sebagian perempuan beralasan jadi cewek nggak usah kelewat pinter,
ntar nggak ada cowok yang mau!
Seperti yang masyarakat juga sering katakan, “Gimana mau dapet jodoh, kalau nggak
ada usahanya!” Begini juga kira-kira yang Ibu Zahrana katakan, “Coba kamu minta tolong
sama Kiai. Siapa tau beliau punya santri yang cocok.” Demi membahagiakan hati Bapak dan
Ibu, Rana pun datang bersama sahabat menemui ‘Nyai’ yang merupakan istri Pak Kiai.
Setelah berembuk dengan Pak Kiai, Nyai pun mengusulkan agar Rana mengenal Rahmad,
‘hanya’ seorang tukang kerupuk. Awalnya Rana kecewa, namun sekali lagi, demi cepat
menikah, Rana pun menyetujui saran Nyai.

Melihat tukang kerupuk yang ganteng, Rana mendadak jatuh cinta. Ditambah lagi
dengan feeling Ibu yang menganggap kalau Rahmad merupakan lelaki baik-baik, apalagi
kandidat yang diusulkan Pak Kiai dan Nyai. Bapak dan Ibu segera ‘melamar’ Rahmad melalui
Pak Kiai dan Nyai, sebagai wali Rahmad di pesantren.

Sebelum pertemuannya dengan Rahmad, Rana juga sempat dilamar oleh Rektor di
kampusnya. Predikat Pak (aduh saya lupa namanya) sebagai lelaki kaya, punya lima pom
bensin, pemegang saham kampus juga, tapi hobinya tukang kawin, membuat Rana enggan
menerima pinangan tersebut. Walau Bapak dan Ibu begitu kecewa dengan keputusan Rana
yang menolak atasannya, namun Rana sudah berprinsip, “Calon suamiku harus lelaki baik-
baik.” Demikian juga saran dari sahabat Rana. Dia berusaha tegar ketika Bapak dan Ibu
mengatakan, “Lelaki seperti apa lagi yang kamu inginkan?”

Hingga pada akhirnya Rana bertemu Rahmad. Sayang, ketika besok pagi akan
menikah, malam sebelumnya Rana mendapat kabar bahwa Rahmad kecelakaan dan meninggal.
Rana begitu terguncang dan pingsan. Bapak jantungnya jadi kumat, dilarikan ke rumah sakit,
dan meninggal. Di malam yang sama, Rana kehilangan dua orang yang dia cintai.

Karena jiwanya begitu terguncang, Rana pun dirawat ke rumah sakit, berkenalan
dengan psikiater yang ternyata Ibu dari Hasan (Miller) yang dulunya merupakan mahasiswa
Rana. Kedekatan Rana, Hasan, dan Ibu Hasan, membuat Hasan jadi mantap melamar Rana,
melalui Ibunya. Mungkin ada yang menganggap, ‘Ah nggak macho, kok bukan Hasan sendiri
yang melamar?’ Ya, kalau yang mengerti etika Islam, pasti nggak akan bilang seperti ini.

Awalnya Rana sempat nggak yakin, mengingat Hasan merupakan ‘berondong’ atau
usianya lebih muda dari Rana. Dan lagi mengingat Ibu Hasan telah mengenal Rana, “Apa
mungkin Ibu mau menerima saya sebagai menantu?” Kemantapan hati Ibu Hasan membuat
Rana akhirnya berucap, “Aku terima dengan syarat… Aku ingin menikah ba’da Isya.”

Habis sudah penantian Rana akan sebuah jodoh. Ketika dirinya ikhlas untuk menikah
dengan lelaki manapaun (asalkan sholeh) termasuk ketika dirinya ikhlas menjadi calon istri
penjual kerupuk, malah membuat Rana mendapat jodoh yang sangat ideal, lebih muda,
pintar, mapan, dan pastinya agamanya baik.
Film ini sangat baik untuk ditonton semua kalangan, kecuali kalau ada yang
menganggap bahwa tak ada satupun film Indonesia yang bagus. Bagi para perempuan, jangan
pernah takut untuk sekolah setinggi mungkin, berkarier, dan berkarya. Jangan pernah
hiraukan ungkapan bahwa tidak ada lelaki yang jatuh cinta dengan perempuan cerdas.
Biarkan saja jika ada sebagian lelaki yang seleranya adalah perempuan bodoh. Toh saya
yakin ada banyak lelaki yang lebih memilih perempuan cerdas dan baik, mengingat nantinya
mereka akan menitipkan anak-anak mereka pada kita, menitipkan penghasilannya pada kita
untuk kebutuhan rumah-tangga, untuk menjadi sahabat dan penasehat mereka, untuk
membantu mereka mencari nafkah juga. Ya, perempuan cerdas memang banyak gunanya

Nama : Sekar Mawarni

Kelas : XI IPA 1

No absen : 31

Anda mungkin juga menyukai