Anda di halaman 1dari 37

PENANGANAN KEJADIAN

NYARIS CEDERA (KNC)


S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

Kejadian nyaris cedera selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya


1. PENGERTIAN
insiden yang belum sampai terpapar pada pasien di puskesmas
Mencegah terjadinya cedera pada pasien
2. TUJUAN
SK Kepala UPTD Puskesmas Pusian Nomor tahun Tentang
3. KEBIJAKAN
Penanganan KTD, KTC, KPC, KNC
Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor 75 tahun
4. REFERENSI/
2015 Tentang Puskesmas
REGULASI
5. PROSEDUR/ 1. Petugas menberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien
LANGKAH- tentang kejadian yang dialami pasien dan kronologis kejadiannya;
LANGKAH 2. Petugas pelayanan klinis memberikan pemahaman tentang
prosedur penanganan kepada pasien sesuai cedera yang dialami;
3. Jika penanganan cedera harus dilakukan oleh TIM maka harus
dilakukan koordinasi dengan TIM;
4. Setelah melakukan penanganan kepada pasien dilakukan evalusi
baik terhadap kejadian yang dialami pasien maupun tindakan
yang telah dilakukan ;
5. Petugas yang menangani pasien yang mengalami KNC mengisi
forum laporan insiden internal puskesmas ;.
6. Mensosialisasikan setiap KNC pada pertemuan sebagai proses
pembelajaran;
7. Mendokumentasikan semua kegiatan yang telah dilakukan.
6. DIAGRAM ALIR
Petugas memberikan penjelasan pada keluarga
dan pasien

Petugas memberikan pemahaman tentang prosedur


kepada pasien.

menberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien


tentang kejadian yang dialami pasien dan kronologis
kejadiannya
Petugas memberikan pelayanan penanganan kepada
pasien sesuai cedera yang dialami

Jika penanganan cedera harus dilakukan oleh TIM


maka harus dilakukan koordinasi dengan TIM
dilakukan evaluasi baik terhadap kejadian yang
dialami pasien maupun tindakan yang telah dilakukan

Mensosialisasikan keselamatan setiap ada pertemuan


sebagai proses pembelajaran

Mendokumentasikan semua kegiatan


yang telah dilakukan

Loket, Ruang Tindak, Poli Umum, Poli Gigi, Ruang KIA/KB,


7. UNIT TERKAIT
Ruang TB Paru, Ruang Obat, Laboratorium, Gizi, Imunisasi,
Malaria.

8. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
PENANGANAN KONDISI
POTENSIAL CEDERA (KPC)
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

1. PERGERTIAN Kondisi potensial cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat


berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
2. TUJUAN Mencegah terjadinya cedera pada pasien
3. KEBIJAKAN SK Kepala FKTP Puskesmas Pusian Nomor : tentang
Penanganan KTD, KTC, KPC, KNC
4. REFERENSI/ 1. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
REGULASI 1691/Menkes/PER(VIII)2011 Tentang keselamatan pasien
rumah sakit
2. Peraturan menteri kesehatan Republik indonesia nomor 75 tahun
2015 tentang puskesmas
5. PROSEDUR 1. Petugas yang menangani pasien melaporkan kepada penangung
jawab klinis tentang kejadiaan potensi cedera (KPC) yang
dialami pasien;
2. Penangung jawab layanan klinis melakukan pemeriksaan surat
terkait keadaan pasien yang meliputi suhu, nadi, tekanan darah
dan lokasi cedera;
3. Petugas menberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien
tentang kejadian yang dialami pasien dan kronologis
kejadiannya;
4. Petugas pelayanan klinis memberikan pelayanan penanganan
kepada pasien sesuai cedera yang dialami;
5. Jika penanganan cedera harus dilakukan oleh TIM maka harus
dilakukan koordinasi dengan TIM;
6. Setelah melakukan penanganan kepada pasien dilakukan evalusi
baik terhadap kejadian yang dialami pasien maupun tindakan
yang telah dilakukan;
7. Mensosialisasikan keselamatan setiap ada pertemuan sebagai
proses pembelajaran;
8. Mendokumentasikan semua kegiatan yang telah dilakukan.
6. DIAGRAM ALIR
Petugas melaporkan kepada penangung jawab klinis
tentang kejadian potensi cedera (KPC)

Penangung jawab layanan klinis melakukan


pemeriksaan surat terkait keadaan pasien
memberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien
tentang kejadian yang dialami pasien dan kronologis
kejadiannya
Jika penanganan cedera harus dilakukan oleh TIM
maka harus dilakukan koordinasi dengan TIM

dilakukan evaluasi baik terhadap kejadian yang dialami


pasien maupun tindakan yang telah dilakukan

Mensosialisasikan keselamatan setiap ada pertemuan


sebagai proses pembelajaran

Melakukan pencatatan di buku register

Loket, Ruang Tindak, Poli Umum, Poli Gigi, Ruang KIA/KB,


7. UNIT TERKAIT
Ruang TB Paru, Ruang Obat, Laboratorium, Gizi, Imunisasi,
Malaria.

8. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
PENANGANAN KEJADIAN TIDAK
CEDERA (KTC)
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

1. PENGERTIAN Kejadian tidak cedera selanjutnya disingkat KTC adalah insiden


yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.

2. TUJUAN Mencegah agar kejadian serupa tidak terjadi lagi

3. KEBIJAKAN SK Kepala UPTD Puskesmas Pusian Nomor : Tahun


tentang Penanganan KTD, KTC, KPC, KNC
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
4. REGULASI/
1691/Menkes/PER(VIII)2011 tentang keselamatan pasien
REFERENSI
rumah sakit
2. Peraturan menteri kesehatan Republik indonesia nomor 75
tahun 2015 tentang puskesmas
1. Petugas yang menangani pasien melaporkan kepada penangung
5. PROSEDUR
jawab klinis tentang kejadian tidak cedra (KTC) yang dialami
pasien;
2. Penangung jawab layanan klinis melakukan pemeriksaan surat
terkait keadaan pasien yang meliputi suhu, nadi, tekanan darah
dan lokasi cedera;
3. Petugas menberikan penjelasan kepda keluarga dan pasien
tentang kejadian yang dialami pasien dan kronologis
kejadiannya;
4. Petugas pelayanan kliniks memberikan pelayanan penanganan
kepada pasien sesuai cedera yang dialami ;
5. Jika penangana cedera harus dilakukan oleh TIM maka harus
dilakukan koordinasi dengan TIM;
6. Setelah melakukan penanganan kepada pasien dilakukan evalusi
baik terhadap kejadian yang dialami pasien maupun tindakan
yang telah dilakukan;
7. Mensosialisasikan keselamatan setiap ada pertemuan sebagai
proses pembelajaran;
8. Mendokumentasikan semua kegiatan yang telah dilakukan.

6. DIAGRAM ALIR
Petugas yang menangani pasien melaporkan
kepada penangung jawab klinis tentang kejadian
tidak cedera (KTC) yang dialami pasien.
Penanggung jawab layanan klinis melakukan
pemeriksaan surat terkait keadaan pasien

Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga dan


pasien tentang kejadian yang dialami pasien dan
kronologis kejadiannya

Petugas pelayanan klinis memberikan pelayanan


penanganan kepada pasien sesuai cedera yang dialami

dilakukan evaluasi baik terhadap kejadian yang dialami


pasien maupun tindakan yang telah dilakukan

Mensosialisasikan keselamatan setiap ada pertemuan


sebagai proses pembelajaran

Mendokumentasikan semua kegiatan yang telah


dilakukan

Loket, Ruang Tindak, Poli Umum, Poli Gigi, Ruang KIA/KB,


7. UNIT TERKAIT
Ruang TB Paru, Ruang Obat, Laboratorium, Gizi, Imunisasi,
Malaria.

8. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
PENANGANAN KONDISI TIDAK DI
HARAPKAN (KTD)
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

1. PENGERTIAN Kondisi Tidak Diharapkan adalah penanganan insiden yang


menimbulkan cedera pada pasien yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan di puskesmas, untuk menyelamatkan nyawa pasien
2. TUJUAN 1. Mencegah cacat lebih lanjut;
2. Menyelamatkan nyawa pasien
3. KEBIJAKAN SK Kepala UPTD Puskesmas Pusian Nomor / / tentang
Penanganan KTD, KTC, KPC, KNC
4. REGULASI/ 1. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
1691/Menkes/PER(VIII)2011 tentang keselamatan pasien
REFERENSI
rumah sakit
2. Peraturan menteri kesehatan Republik indonesia nomor 75
tahun 2015 tentang puskesmas
1. Petugas yang menangani pasien melaporkan kepada penangung
5. PROSEDUR
jawab klinis tentang kejadian tidak diinginkan(KTD) yang
dialami pasien;
2. Penangung jawab layanan klinis melakukan pemeriksaan surat
terkait keadaan pasien yang meliputi suhu, nadi, tekanan darah
dan lokasi cedera;
3. Petugas menberikan penjelasan kepda keluarga dan pasien
tentang kejadian yang dialami pasien dan kronologis
kejadiannya;
4. Petugas pelayanan kliniks memberikan pelayanan penanganan
kepada pasien sesuai cedera yang dialami;
5. Jika penangana cedera harus dilakukan oleh TIM maka harus
dilakukan koordinasi dengan TIM;
6. Setelah melakukan penanganan kepada pasien dilakukan
evaluasi baik terhadap kejadian yang dialami pasien maupun
tindakan yang telah dilakukan;
7. Mensosialisasikan keselamatan setiap ada pertemuan sebagai
proses pembelajaran;
8. Mendokumntasikan semua kegiatan yang telah dilakukan .
6. FORMULIR 1. Rekam medic
2. Informed concent
7. DIAGRAM ALIR
Petugas melaporkan kepada penangung jawab
klinis tentang kejadian tidak diinginkan(KTD)
yang dialami pasien.
Penangung jawab layanan klinis melakukan
pemeriksaan surat terkait keadaan pasien

Petugas memberikan penjelasan kepda keluarga dan


pasien tentang kejadian yang dialami pasien dan
kronologis kejadiannya

Petugas pelayanan kliniks memberikan pelayanan penanganan


kepada pasien sesuai cedera yang dialami

Setelah melakukan penanganan kepada pasien dilakukan evaluasi


baik terhadap kejadian yang dialami pasien maupun tindakan yang
telah dilakukan

Mensosialisasikan keselamatan setiap ada pertemuan sebagai


proses pembelajaran

Mendokumntasikan semua kegiatan yang telah


dilakukan
Loket, Ruang Tindakan, Poli Umum, Poli Gigi, Ruang KIA/KB,
8. UNIT TERKAIT
Ruang TB Paru, Ruang Obat, Laboratorium, Gizi, Imunisasi,
Malaria.

9. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
PROSEDUR PENYUSUNAN
LAYANAN KLINIS
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

1. PENGERTIAN Prosedur ini meliputi segala upaya yang dipakai sebagai dasar
untuk menyusun pelayanan klinis.
2. TUJUAN Pelayanan klinis yang diselenggarakan berdasarkan prosedur
standart diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
3. KEBIJAKAN SK Kepala Puskesmas Pusian Nomor / / Tentang Prosedur
Penyusunan Layanan Klinis
4. REGULASI/ 1. UU RI Nomor 36 tahun 2009 passal 5 tentang pelayanan,
monitoring, dan evaluasi pelayanan kesehatan di Puskesmas
REFERENSI
2. Permenkes 1483 tahun 2010 tentang standart pelayanan
kedokteran
3. Permenkes 75 tahun 2014 tentang puskesmas
5. PROSEDUR Kepala puskesmas dan tim peningkatan mutu pelayanan klinis
mengadakan pertemuan membahas:
1. Prioritas prosedur layanan klinis yang harus disusun dengan
mempertimbangkan: visi misi puskesmas, tingkat kegawatan
penyakit, kondisi 10 besar penyakit yang ditemui di puskesmas,
kemampuan puskesmas;
2. Data literatur yang diperlukan dalam penyusunan;
3. Tim mutu pelayanan klinis membuat SOP layanan klinis;
4. Pertimbangan masing-masing unit dalam penyusunan SOP;
5. Pelaksanaan SOP.
1. Rekam medic
6. FORMULIR
2. Informed concent
-
7. DIAGRAM ALIR
Loket, Ruang Tindakan, Poli Umum, Poli Gigi, Ruang KIA/KB, ,
8. UNIT TERKAIT
Ruang TB Paru, Ruang Obat, Laboratorium, Gizi, Imunisasi,
Malaria.

9. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
PENYAMPAI INFORMASI
HASIL PENINGKATAN MUTU
LAYANAN KLINIS DAN
KESELAMATAN PASIEN
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

1. PENGERTIAN Jajaran pengelola dan seluruh karyawan puskesmas berkomitmen


untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan
memperhatikan kebutuhan dan harapan pelanggan.
2. TUJUAN Pedoman mutu ini disusun sebagai acuan bagi Puskesmas dalam
membangun sistem manajemen mutu baik untuk penyelenggaraan
UKM maupun untuk penyelenggaraan pelayanan klinis
3. KEBIJAKAN SK Kepala Puskesmas Pusian Nomor . tentang penyampaian
informasi hasil peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan
pasien
4. REGULASI/REFERE Dokumen Peningkatan Mutu Puskesmas, Dr. Amiruddin, MARS,
NSI 2013
1. Didapatkan hasil peningkatan mutu layanan klinis dan
5. PROSEDUR
keselamatan pasien;
2. Penyampaian hasil peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien dilakukan sekali sebulan pada lokmin
bulanan Puskesmas;
3. Setelah mendapatkan hasil peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien, Kepala Puskesmas menyampaiakan sekali
setahun hasil peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan
pasien kepada semua petugas kesehatan yang memberikan
pelayanan klinis untuk meningkatkan motivasi petugas;
4. Kepala Puskesmas bersama penanggung jawab pelayanan klinis
melakukan pemantuan dan evaluasi kegiatan peningkatan mutu
layanan klinis dan keselamatan pasien selanjutnya.

6. DIAGRAM ALIR
Didapatkan hasil peningkatan mutu layanan
klinis dan keselamatan pasien

Penyampaian hasil peningkatan mutu layanan klinis


dan keselamatan pasien pada mini lokakarya bulanan
Puskesmas
Setelah mendapatkan hasil, Kepala Puskesmas
menyampaiakan sekali setahun hasil peningkatan mutu
layanan klinis dan keselamatan pasien kepada semua
petugas kesehatan yang memberikan pelayanan klinis
untuk meningkatkan motivasi petugas

Kepala Puskesmas bersama penanggung jawab


pelayanan klinis melakukan pemantuan dan
evaluasi kegiatan peningkatan mutu layanan
klinis dan keselamatan pasien selanjutnya

7. UNIT TERKAIT Loket, ruang Tindakan, Poli Umum, Poli Gigi, Ruang KIA/KB,
Klinik Sanitasi, Ruang TB Paru, Ruang Obat, Laboratorium, Gizi,
Imunisasi, Malaria, Ruang Kusta

8. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
COMMON COLD
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

1. PENGERTIAN Peradangan pada mukosa hidung yang berlangsung akut (< 12 minggu).
2. TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pengobatan common cold.
SK Kepala Puskesmas Pusian Nomor Tahun Tentang Asuhan
3. KEBIJAKAN
Keperawatan.
1. PERMENKES NO. 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas.
4. REFERENSI
2. PMK No.5 Tahun 2014 Tentang Pengobatan dasar.
1. Pasien datang dengan membawa rekam medis.
2. Pemeriksaan Fisik
 Dapat ditemukan adanya demam.
 Terdapat sekret serous atau mukopurulen dan mukosa udem dan
 Hiperemis.
 Pada rhinitis difteri tampak ada ingus yang bercampur darah.
 Membran keabu-abuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi
bagian bawah, membrannya lengket dan bila diangkat dapat terjadi
perdarah.
3. Penatalaksanaan
a. Istirahat yang cukup.
b. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat.
5. LANGKAH-LANGKAH
c. Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara
spontan setelah kurang lebih 1-2 minggu. Karena itu umumnya terapi
yang diberikan lebih bersifat simptomatik, seperti analgetik, antipiretik,
dan nasal dekongestan disertai dengan istirahat yang cukup.
 Antipiretik dapat diberikan parasetamol.
 Dekongestan oral dapat mengurangi sekret hidung yang banyak,
membuat pasien merasa lebih nyaman, seperti pseudoefedrin,
fenilpropanolamin, atau fenilefrin.
 Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi bakteri, seperti amoxicillin,
eritromisin, cefadroxil.
4. Mencatat kedalam rekam medis.
5. Pasien mengambil obat ke apotik.
6. DIAGRAM ALIR -
7. UNIT TERKAIT Unit Layanan Umum dan Ruang Tindakan.

8. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
DERMATITIS KONTAK
ALERGI
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

1. PENGERTIAN Dermatisis kontak alergi (DKA) adalah reaksi peradangan kulit


imunologik karena reaksi hipersensitivitas. Kerusakan kulit terjadi
didahului oleh proses sensitisasi berupa alergen (fase sensitisasi)
yang umumnya berlangsung 2-3 minggu. Bila terjadi pajanan ulang
dengan allergen yang sama atau serupa, periode hingga terjadinya
gejala klinis umumnya 24-48 jam (fase elisitasi). Alergen paling
sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-
1000 Da. DKA terjadi dipengaruhi oleh adanya sensitisasi alergen
derajat pajanan dan luasnya penetrasi di kulit.
Untuk memberikan tata laksana yang tepat pada pasien yang
2. TUJUAN
mengalami Dermatisis kontak alergi.
SK Kepala Puskesmas Pusian Nomor Tahun Tentang
3. KEBIJAKAN
Asuhan Keperawatan.
 Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
4. REFERENSI
 Permenkes No 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. PROSEDUR 1. Petugas menerima rekam medis pasien dari pendaftaran.
2. Petugas memanggil pasien masuk ke ruang bp umum.
3. Dokter menanyakan pada pasien (Anamnesis (Subjective).
a. Keluhan kelainan kulit berupa gatal. Kelainan kulit
bergantung pada keparahan dermatitis. Keluhan dapat
disertai timbulnya bercak kemerahan. Hal yang penting
ditanyakan adalah riwayat kontak dengan bahan-bahan yang
berhubungan dengan riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal
yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetik, bahan-
bahan yang dapat menimbulkan alergi, serta riwayat alergi
di keluarga.
b. Faktor Risiko
 Ditemukan pada orang-orang yang terpajan oleh bahan
alergen.
 Riwayat kontak dengan bahan alergen pada waktu tertentu.
 Riwayat dermatitis atopic atau riwayat atopi diri dan
keluarga.
4. Perawat mengukur tekanan darah, Nadi, Suhu, Respirasi rate,
berat badan, tinggi badan.
5. Dokter melakukan Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan
Penunjang Sederhana (Objective)
a. Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis : Tanda yang dapat diobservasi sama
seperti dermatitis pada umumnya, tergantung pada kondisi
akut atau kronis. Lokasi dan pola kelainan kulit penting
diketahui untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya,
seperti di ketiak oleh deodorant, di pergelangan tangan oleh
jam tangan, dan seterusnya.
b. Faktor Predisposisi : Pekerjaan atau paparan seseorang
terhadap suatu bahan yang bersifat alergen.
c. Pemeriksaan Penunjang : Tidak diperlukan.
6. Dokter melakukan Penegakan Diagnosis (Assessment) .
a. Diagnosis Klinis : Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
b. Diagnosis Banding : Dermatitis kontak iritan.
c. Komplikasi : Infeksi sekunder.
7. Dokter melakukan Rencana Penatalaksanaan Komprehensif
(Plan) berupa :
a. Penatalaksanaan
1) Keluhan diberikan farmakoterapi berupa:
a) Topikal (2x sehari)
• Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
Kortikosteroid : Desonid krim 0.05% (catatan: bila
tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon
asetonid krim 0.025%).
• Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi : golongan betametason valerat
krim 0.1% atau mometason furoat krim 0.1%).
• Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan
pemberian antibiotitopikal.
b) Oral sistemik
• Antihistamin hidroksisin (2 x 1 tablet) selama
maksimal 2 minggu, atau
• Loratadine 1x10 mg/ hari selama maksimal 2
minggu.
2) Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, seperti
menghindari bahan-bahan yang bersifat alergen, baik
yang bersifat kimia, mekanis, dan fisis, memakai sabun
dengan pH netral dan mengandung pelembab serta
memakai alat pelindung diri untuk menghindari kontak
alergen saat bekerja.
b. Konseling dan Edukasi
1) Konseling untuk menghindari bahan alergendi rumah saat
mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
2) Edukasi menggunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan dan sepatu boot.
3) Memodifikasi lingkungan tempat bekerja.
8. Dokter menuliskan hasil anamnesa, vital sign, pemeriksaan fisik,
penegakan diagnosa dan rencana penatalaksanaan pasien di
rekam medis pasien.
9. Dokter merujuk pasien apabila sesuai dengan Kriteria Rujukan
yaitu :
a. Apabila dibutuhkan melakukan patch test.
b. Apabila kelainan tidak membaik dalam 4 minggu pengobatan
standar dan sudah menghindari kontak.
6. DIAGRAM ALIR -
7. UNIT TERKAIT Unit Layanan Umum, Ruang Tindakan, Kesehatan Lingkungan.

8. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
GASTROENTERITIS
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

1. Pengertian Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus


halus yang ditandai dengan diare, yaitu buang air besar lembek atau
cair, dapat bercampur darah atau lender, dengan frekuensi 3 kali
atau lebih dalam waktu 24 jam, dan disertai dengan muntah,
demam, rasa tidak enak di perut dan menurunnya nafsu makan.
Apabila diare > 30 hari disebut kronis.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan diare
SK Kepala Puskesmas Pusian Nomor Tahun Tentang
3. Kebijakan
Asuhan Keperawatan.
Permenkes No 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
4. Referensi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
1. Petugas melakukan anamnesa dan mendapatkan keluhan pasien
datang karena buang air besar (BAB) lembek atau cair, dapat
bercampur darah atau lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih
dalam waktu 24 jam. Dapat disertai rasa tidak nyaman di perut
(nyeri atau kembung), mual dan muntah serta tenesmus setiap
kali diare, BAB dapat menghasilkan volume yang besar (asal
dari usus kecil) atau volume yang kecil (asal dari usus besar).
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik.
a. Menentukan tingkat/derajat dehidrasi akibat diare.
Tanda-tanda dehidrasi yang perlu diperhatikan adalah turgor
kulit perut menurun, akral dingin, penurunan tekanan darah,
peningkatan denyut nadi, tangan keriput, mata cekung tidak,
penurunan kesadaran (syok hipovolemik), nyeri tekan
abdomen, kualitas bising usus hiperperistaltik. Pada anak
5. Langkah-langkah kecil cekung ubun-ubun kepala.
b. Pada tanda vital lain dapat ditemukan suhu tubuh yang
tinggi (hiperpireksi), nadi dan pernapasan cepat.
Derajat dehidrasi sebagai berikut :

Gejala Derajat Dehidrasi

Minimal (< Ringan Berat (> 9%


3% dari berat sampai sedang dari berat
badan) (3-9% dari badan)
berat badan)
Baik, sadar Normal,
Status penuh lemas, atau Apatis, letargi,
mental gelisah, tidak sadar
iritabel
Minum Sangat haus, Tidak dapat
normal, sangat ingin minum
Rasa haus mungkin minum
menolak
minum
Normal Normal Takikardi, pada
Denyut
sampai kasus berat
jantung
meningkat bradikardi
Normal Normal
Kualitas Lemah atau
sampai
denyut nadi tidak teraba
menurun

Pernapasan Normal Normal cepat Dalam

Sedikit
Mata Normal Sangat cekung
cekung

Air mata Ada Menurun Tidak ada

Mulut dan
Basah Kering Pecah-pecah
lidah

Turgor kulit Baik < 2 detik > 2 detik

Memanjang,
Isian kapiler Normal Memanjang
minimal

Ekstremitas Hangat Dingin Dingin

Normal Menurun Minimal


Output urin sampai
menurun
3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang
a. Darah rutin (lekosit) untuk memastikan adanya infeksi.
b. Feses lengkap (termasuk analisa mikrobiologi) untuk
menentukan penyebab.
4. Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik dan penunjang.
5. Petugas memberikan terapi
a. Memberikan cairan dan diet adekuat
1.Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat
untuk rehidrasi.
2.Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase
transien. Hindari juga minuman yang mengandung
alkohol atau kafein, karena dapat meningkatkan motilitas
dan sekresi usus.
3.Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak
mengandung gas, dan mudah dicerna.
b. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat anti
diare untuk mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi
definitif.
c. Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada
pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif,
traveller’s diarrhea, dan imunosupresi. Antimikroba: pada
GE akibat infeksi diberikan antibiotik atau antiparasit, atau
anti jamur tergantung penyebabnya.
Obat antidiare, antara lain:
1. Turunan opioid: loperamide, difenoksilat atropine, tinktur
opium.
2. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan
disentri yang disertai demam, dan penggunaannya harus
dihentikan apabila diare semakin berat walaupun diberikan
terapi.
3. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien
immunocompromised, seperti HIV, karena dapat
meningkatkan risiko terjadinya bismuth encephalopathy.
4. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau
smectite 3x 1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare
stop.
5. Obat anti sekretorik atau anti enkefalinase: Hidrasec 3x 1/
hari
Antimikroba, antara lain:
1. Golongan kuinolon yaitu ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari selama
5-7 hari, atau
2. Trimetroprim/Sulfamethoxazole 160/800 2x 1 tablet/hari.
3. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, metronidazole
dapat digunakan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari.
4. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan
dengan etiologi. Terapi probiotik dapat mempercepat
penyembuhan diare akut.
Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan derajat dehidrasinya,
pasien ditangani dengan langkah sebagai berikut:
1. Menentukan jenis cairan yang akan digunakan
Pada diare akut awal yang ringan, tersedia cairan oralit yang
hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2.5 g
Natrium bikarbonat dan 1.5 KCl setiap liter. Cairan ini
diberikan secara oral atau lewat selang nasogastrik. Cairan
lain adalah cairan ringer laktat dan NaCl 0,9% yang
diberikan secara intravena.
2. Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan
Prinsip dalam menentukan jumlah cairan inisial yang
dibutuhkan adalah: BJ plasma dengan rumus:
Defisit cairan : Bj plasma – 1,025 X Berat badan X 4 ml
0,001
Kebutuhan cairan = Skor X 10% X kgBB X 1 liter
15
3. Menentukan jadwal pemberian cairan:
a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total
kebutuhan cairan menurut BJ plasma atau skor Daldiyono
diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai
rehidrasi optimal secepat mungkin.
b. Satu jam berikutnya/ jam ke-3 (tahap ke-2) pemberian
diberikan berdasarkan kehilangan selama 2 jam
pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak
ada syok atau skor daldiyono kurang dari 3 dapat diganti
cairan per oral.
Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan
kehilangan cairan melalui tinja dan insensible water loss.
6. DIAGRAM ALIR -
7. UNIT TERKAIT Unit Layanan Umum, Ruang Tindakan, Kesehatan Lingkungan.

8. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
DIABETES MELITUS
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

1. PENGERTIAN Suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh


hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin)
atau defek pada sekresi insulin , atau kedua-duanya.
2. TUJUAN Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan.
SK Kepala Puskesmas Pusian Nomor Tahun Tentang
3. KEBIJAKAN
Asuhan Keperawatan.
4. REFERENSI Indonesian Doctor’s Compendium, 2015.
1. Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik penderita :
Anamnesa :
Keluhan Khas DM :
 Poliuria
 Polidipsia
 Polifagia
 Penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Keluhan tidak khas DM :
 Lemah
 Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas)
 Gatal
 Mata kabur
 Disfungsi ereksi pada pria
 Pruritus vulvae pada wanita
 Luka yang sulit sembuh
Mencari faktor –faktor resiko
5. LANGKAH- Anamnesis komplikasi DM
LANGKAH Pemeriksaan fisik lengkap :
 BB,TB,TD Lingkar pinggang
 Tanda neuropati
 Mata (visus)
 Jantung
 Paru
 Keadaan kaki,kuli dan kuku
Pemeriksaan Penunjang :
 Pemeriksaan GDS/GDP
 Reduksi Urine
2. Petugas menegakkan diagnosis DM pada penderita .
a. Gejala klasik DM + GDS >= 200 mg/dl
b. Gejala klasik DM + GDP >= 126 mg/dl
3. Petugas memberikan penatalaksanaan DM
 Edukasi pasien
 Perencanaan makan : konsul dengan petugas Gizi
 Latihan jasmani (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30
mnt.
 Farmakologis : Obat Hipoglikemia Oral (OHO) yang
diberikan dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan
secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah,
dapat diberikan sampai hampir dosis maksimal
a. Sulfonilurea : Glimepiride tab (1 mg,2mg, 3 mg) 1x 0,5-6
mg/hari sebelum makan
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin Metformin tab
(500mg) : 1-3 x perhari 250-3000mg/hari bersama atau
sesudah makan.
6. DIAGRAM ALIR -
7. UNIT TERKAIT Unit Layanan Umum, Ruang Tindakan.

8. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
PENANGANAN KEJADIAN TIDAK
CEDERA (KTC)
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

Anamnesa adalah suatu komunikasi antara dokter dengan pasien


untuk menjalin hubungan empati dokter – pasien dan mendapatkan
1. PENGERTIAN
riwayat medis pasien sehingga dapat dijadikan sebagai penegakan
awal diagnosis.
- Sebagai acuan dalam langkah – langkah untuk mencapai
anamnesis yang baik dan benar.
2. TUJUAN
- Sebagai acuan untuk membantu penegakan diagnosis awal
penyakit pasien
SK Kepala UPTD Puskesmas Nomor Tahun tentang
3. KEBIJAKAN
Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Pusian
KMK RI Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan
4. REFERENSI Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang
sistematis, yaitu dengan berpedoman pada empat pokok pikiran
(The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara anamnesis (The
Sacred Seven). Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah
melakukan anamnesis dengan cara mencari data :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Langkah – langkah anamnesa :
1. Memanggil pasien sesuai dengan urutan
2. Mempersilahkan pasien memasuki ruangan periksa dan duduk
di kursi periksa.
3. Melakukan 5 S, yaitu Salam, Sapa, Senyum, Sopan dan Santun
5. PROSEDUR 4. Memperkenalkan diri
5. Menanyakan keluhan apa yang dirasakan pasien saat ini
6. Memperdalam pertanyaan tentang keluhan utama dengan
menggunakan 7 butir mutiara, YAITU :
a. Lokasi (dimana? Menyebar atau tidak?)
b. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya ? berapa
hari?)
c. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering
terjadi?)
d. Kualitas keluhan (rasa seperti apa?)
e. Faktor – factor yang memperberat keluhan.
f. Factor – factor yang meringankan keluhan
7. Menanyakan Riwayat Penyakit sebelumnya, bila ada kapan
terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi pengobatan
apa saja, serta mencari penyakit yang relevan dengan keadaan
sekarang dan penyakit kronik, riwayat pengobatan dan riwayat
menstruasi (untuk wanita)
8. Menanyakan riwayat penyakit yang pernah di derita oleh
keluarga pasien, berupa penyakit kronik / turunan atau penyakit
menular.
9. Menanyakan status social dan ekonomi pasien, meliputi
pendidikan, pekerjaan, pernikahan, dan kebiasaan yang sering
dilakukan.
6. DIAGRAM ALIR -
1. Unit Gawat Darurat
2. Balai Pengobatan Umum
3. Balai Pengobatan Gigi
4. Unit Rawat Inap
7. UNIT TERKAIT
5. Bagian Pendaftaran
6. Unit Laboratorium
7. KIA – KB
8. Kamar Bersalin
8. DOKUMEN TERKAIT Rekam Medis

9. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
PELAYANAN MEDIS KLINIS
S Nomor Dokumen :UKP/ / /2019
Nomor Revisi :00
O Tanggal Terbit :
P Halaman :1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

1. Pengertian Pelayanan klinis adalah proses pemberian asuhan kepada pasien


sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi pasien
2. Tujuan Agar pelayanan Puskesmas dari pendaftaran sampai pasien pulang
berjalan lancar
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Pusian Nomor Tahun
tentang Pelayanan Kesehatan yang Tersedia di Puskesmas Pusian
4. Referensi 1. PMK No. 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
2. Panduan Praktik Klinis Kedokteran Gigi pada Pelayanan Primer,
Kemenkes RI Tahun 2013
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.
02.02/MENKES/62/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter Gigi
5. Alat dan bahan ATK
Rekam Medis
Form Inform Consent
Diagnostic set
6. Langkah- langkah 1. Petugas menerima rekam medis dari petugas pendaftaran
2. Petugas memanggil masuk pasien ke ruang pemeriksaan
3. Petugas melakukan anamnesa kepada pasien
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
5. Petugas mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi
pasien
6. Petugas menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan
sesuai dengan standar atau evidence base terbaru
7. Petugas menjelaskan mengenai rencana tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien
8. Petugas memastikan bahwa pasien mengerti tentang
penjelasan yang diberikan petugas
9. Petugas melengkapi form pemberian informasi dan
persetujuan/ penolakan tindakan kedokteran
10. Petugas melakukan tindakan kepada pasien sesuai dengan
rencana
11. Petugas memperhatikan respon klien
12. Petugas mengevaluasi tindakan yang
13. Petugas mendokumentasikan kegiatan
Diagram Alir

Loket Pendaftran, Poli umum, Gizi, Lansia, KIA-KB, Gigi,


7. Unit Terkait Laboratorium, Obat, Kesehatan Jiwa

CATATAN MUTU
1. Rekam medis
8. Dokumen terkait 2. Form pemberian informasi
3. Form Persetujuan Tindakan
4. Form Penolakan Tindakan

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
TUBERCULOSIS PARU
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang


1. PENGERTIAN
disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis.
Untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
2. TUJUAN
terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberculosis
(OAT).
SK Kepala Puskesmas Dungaliyo Nomor : 113 Tahun 2018 Tentang
3. KEBIJAKAN
Asuhan Keperawatan.
Depkes RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis. Jakarta:
4. REFERENSI
Kementrian Kesehatan. 2014.
1. Pasien dipersilahkan masuk ke ruang BP.
5. PROSEDUR 2. Pasien diberi penjelasan sesuai dengan hasil pemeriksaan dahak.
3. Pemberian OAT sesuai panduan OAT yang digunakan di
Indonesia.
Pengobatan TB yang adekuat harus memenuhi:
- Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah
terjadinya resistensi.
- Diberikan dalam dosis yang tepat.
- Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh
PMO (Pengawas Minum Obat) sampai selesai pengobatan.
- Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup
terbagi dalam tahap awal dan tahap lanjutan untuk
mencegah kekambuhan.
Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:
- Kategori 1 : 2(RHZE)/4(HR)3.
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
 Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
 Pasien TB paru terdiagnosis klinis.
 Pasien TB ekstra paru.
- Kategori 2 : 2(RHZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang
pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang):
 Pasien kambuh.
 Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT
kategori 1 sebelumnya.
 Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost
to follow-up).
- Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR).
Paduan OAT Kategori-1 dan Kategori-2 disediakan dalam bentuk
paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini
terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien.
Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk
blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam
pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping pada
pengobatan dengan OAT KDT sebelumnya.
Paduan OAT Kategori Anak disediakan dalam bentuk paket obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri
dari kombinasi 3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan
dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket
untuk satu pasien.
Dosis Panduan OAT KDT Kategori 1
Berat badan Tahap intensif tiap Tahap lanjutan 3 kali
hari selama 56 hari seminggu selama 16
minggu
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
≥71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT
Dosis Panduan OAT KDT Kategori 2:
Berat Tahap insentif tiap hari Tahap lanjutan 3
badan kali seminggu
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20
minggu
30-37 2 tab 4 KDT + 2 tab 4 KDT 2 tab 2 KDT + 2
kg 500 mg injeksi tab Etambutol
Streptomisin
38-54 3 tab 4 KDT + 3 tab 4 KDT 3 tab 2 KDT + 3
kg 750 mg injeksi tab Etambutol
Streptomisin
55-70 4 tab 4 KDT + 4 tab 4 KDT 4 tab 2 KDT +
kg 1000 mg injeksi 4 tab Etambutol
Streptomisin
≥71 kg 5 tab 4 KDT + 5 tab 4 KDT 5 tab 2 KDT + 5
1000mg injeksi tab Etambutol
Streptomisin
Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan
prinsip pengobatan dengan:
 System patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk
obat, cara pemberian, cara mendapatkan obat serta
kontrol pasien sesuai dengan cara yang paling mampu
dilasanakan pasien
 Pengawasan langsung menelan obat (DOT/direct
observed therapy)
Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan pada orang dewasa
dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis.
Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan
dengan pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan
pengobatan.
Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan
dua contoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan
dinyatakan negatif bila ke 2 contoh uji dahak tersebut negatif. Bila
salah satu contoh uji positif atau keduanya positif, hasil
pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif. Hasil dari
pemeriksaan mikroskopis semua pasien sebelum memulai
pengobatan harus dicatat. Pemeriksaan ulang dahak pasien TB BTA
positif merupakan suatu cara terpenting untuk menilai hasil
kemajuan pengobatan. Setelah pengobatan tahap awal, tanpa
memperhatikan hasil pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap
BTA positif atau sudah menjadi BTA negatif, pasien harus memulai
pengobatan tahap lanjutan(tanpa pemberian OAT sisipan apabila
tidak mengalami konversi). Pada semua pasien TB BTA positif,
pemeriksaan ulang dahak selanjutnya dilakukan pada bulan ke 5.
Apabila hasilnya negatif, pengobatan dilanjutkan hingga seluruh
dosis pengobatan selesai dan dilakukan pemeriksaan ulang dahak
kembali pada akhir pengobatan.
Ringkasan tindak lanjut berdasarkan hasil pemeriksaan ulang
dahak untuk memantau kemajuan hasil pengobatan:
1) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal negatif :
- Pada pasien baru maupun pengobatan ulang, segera diberikan
dosis pengobatan tahap lanjutan
- Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal
(pada bulan ke 5 dan Akhir Pengobatan)
2) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal positif :
Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT
kategori 1) :
- Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur?. Apabila
tidak teratur, diskusikan dengan pasien tentang pentingnya
berobat teratur. Segera diberikan dosis tahap lanjutan (tanpa
memberikan OAT sisipan). Lakukan pemeriksaan ulang
dahak kembali setelah pemberian OAT tahap lanjutan satu
bulan. Apabila hasil pemeriksaan dahak ulang tetap positif,
lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat.
- Apabila tidak memungkinkan pemeriksaan uji kepekaan obat,
lanjutkan pengobatan dan diperiksa ulang dahak kembali pada
akhir bulan ke 5 (menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5 ).
Pada pasien dengan pengobatan ulang (mendapat pengobatan
dengan paduan OAT kategori 2) :
- Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur?. Apabila
tidak teratur, diskusikan dengan pasien tentang pentingnya
berobat teratur.
- Pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR.
- Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS
Pusat Rujukan TB MDR.
- Apabila tidak bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan obat
atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR, segera diberikan
dosis OAT tahap lanjutan (tanpa pemberian OAT sisipan) dan
diperiksa ulang dahak kembali pada akhir bulan ke 5
(menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5 ).
3) Pada bulan ke 5 atau lebih :
- Baik pada pengobatan pasien baru atau pengobatan ulang
apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif,
lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis pengobatan
selesai diberikan.
- Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya positif,
pengobatan dinyatakan gagal dan pasien dinyatakan sebagai
terduga pasien TB MDR .
- Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS
Pusat Rujukan TB MDR.
- Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan
OAT kategori 1), pengobatan dinyatakan gagal. Apabila
oleh karena suatu sebab belum bisa dilakukan pemeriksaan
uji kepekaan atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR,
berikan pengobatan paduan OAT kategori 2 dari awal.
- Pada pasien TB dengan pengobatan ulang (mendapat
pengobatan dengan paduan OAT kategori 2), pengobatan
dinyatakan gagal. Harus diupayakan semaksimal mungkin
agar bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk
ke RS Pussat Rujukan TB MDR. Apabila oleh karena suatu
sebab belum bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan atau
dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR, berikan penjelasan,
pengetahuan dan selalu dipantau kepatuhannya terhadap
upaya PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi).
4. Melakukan rujukan pada pasien yang memenuhi kriteria
rujukan.
 TB dengan komplikasi/ keadaan khusus (TB dengan
komorbid) seperti TB pada orang dengan HIV, TB dengan
penyakit metabolic, TB anak perlu dirujuk ke layanan
sekunder. Pasien TB yang telah mendapat advis dari layanan
spesialistik dapat melanjutkan pengobatan di fasilitas
pelayanan primer.
 Suspek TB-MDR harus dirujuk ke layanan sekunder.
5. Melakukan pencatatan mengenai.
 Semua pengobatan yang telah diberikan.
 Respon hasil mikrobiologi.
 Kondisi fisik pasien.
 Efek samping obat.
6. DIAGRAM ALIR -
7. UNIT TERKAIT Unit Layanan Umum, Ruang Tindakan, P2M.

8. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
CATIN
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

1. PENGERTIAN Pengertian Pemeriksaan Calon Pengantin adalah pemeriksaan


terhadap calon pengantin apakah sehat secara jasmani dan kejiwaan
atau tidak, memberikan imunisasi Tetanus Toksoid pada Calon
Pengantin tersebut dan memberikan surat rekomendasi untuk KUA.
2. TUJUAN Sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan calon pegantin
3. KEBIJAKAN SK Kepala UPTD Puskesmas Pusian No Tahun tentang
penyelenggaraan pelayanan KIA KB
4. REFERENSI Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464 Tahun 2010 Tentang Izin
Penyelenggaraan Praktik Bidan
5. PROSEDUR 1. Petugas menerima rekam medis pasien
2. Petugas memanggil nama pasien yang tertulis direkam medis
pasien ,
3. Petugas mencocokan identitas pasien dengan identitas pada
rekam medis, jika sudah cocok petugas melakukan anamnesa,
jika terjadi kesalahan petugas melakukan penelusuran ke unit
rekam medis,
4. Petugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
5. Petugas melakukan skrening status TT,
6. Petugas memberikan konseling tentang kesehatan reproduksi,
7. Petugas memberikan pengantar permintaan pemeriksaan kadar
hemoglobin dan pemeriksaan kehamilan ke laboratorium ,
8. Petugas memberikan rujukan internal kepada pasien untuk
mendapatkan konsultasi ke klinik konsultasi gizi dan konsultasi
psikologi,setelah pasien selesai mendapatkan konsultasi gizi dan
psikologi pasien kembali ke bagian KIA dengan membawa hasil
laboratorium,
9. Petugas menentukan apakah pasien memerlukan rujukan, jika
memerlukan petugas melakukan tata laksana rujukan jika tidak,
petugas memberikan imunisasi Tetanus Toksoid kepada Calon
PngantinWanita,
10. Petugas memberikan surat rekomendasi ke KUA bahwa calon
pengantin telah mendapatkan konsultasi yang diperlukan dan
imunisasi TT.
6. DIAGRAM ALIR
Pasien daftar di Menuju Poli Anamnesa
Loket Penerimaan KIA-KB Oleh
Pasien Petugas

Konseling Pra Pemeriksaan


Tes Urine
NIkah Fisik

Mengisi Formulir
catin yang
ditanda tangani

8. UNIT TERKAIT 1. Loket Penerimaan Pasien


2. Poli KIA-KB
3. Laboratorium

9. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
KONTROL IUD
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

1. PENGERTIAN Kontrol IUD adalah Suatu kegiatan yang dilakukan untuk melihat
apakah IUD terpasang dengan benar dan melihat apakah ada
kelainan yang timbul setelah pemasangan IUD
2. TUJUAN Sebagai acuan dalam melaksanakan pemeriksaan control IUD di
unit KIA
3. KEBIJAKAN SK Kepala UPTD Puskesmas Pusian No Tahun
tentang Penyelenggaraan Pelayanan KIA-KB
4. REFERENSI Irianto.K. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana Dua Anak Cukup
5. PROSEDUR 1. Petugas mempersiapkan alat
 Bak steril berisi;
 Spekulum kecil, sedang dan besar
 Korentang
 Waskom kecil untuk desinfektan
 Larutan clorin 0.5%
 Deterjen
 Lampu tindakan
 Sarung tangan steril
 Kasa
 Cairan desinfektan
 Albotil
 Tempat sampah medis
2. Petugas meminta pasien untuk mengosongkan kantung kencing
3. Petugas mengatur posisi pasien yaitu litotomi
4. Petugas memberitahu pasien tentang prosedur tindakan
5. Petugas mendekatkan peralatan
6. Petugas menyalakan lampu dan mengarahkan pada bagian yang
akan diperiksa
7. Petugas memakai sarung tangan
8. Petugas memasang speculum
9. Petugas melihat dan memastikan portio ditengah antara
speculum
10. Petugas melihat keadaan portio dan sekitarnya (adanya cairan,
lender, darah)
11. Petugas membersihkan daerah portio dan sekitarnya dengan
desinfektan
12. Petugas melihat benang IUD
13. Petugas melepas spekulum dan diletakkan dibaskom larutan
klorin 0,5%
14. Petugas memberitahu pasien bahwa tindakan sudah selesai
15. Petugas melepas sarung tangan dan meletakkan dalam larutan
clorin 0,5%
16. Petugas membereskan peralatan
17. Petugas memberitahu hasil pemeriksaan, jika benang terlihat
maka posisi IUD baik, jika benang tak tampak atau
menemukan kondisi non fisiologis petugas melakukan
tatalaksana rujukan
18. Petugas mencatat dalam kartu status hasil pemeriksaan dan
rekam medis
6. DIAGRAM ALIR -
7. UNIT TERKAIT 1. Poli KIA-KB
2. Loket Penerima Pasien

8. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
INFORMED CONSENT
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat


1. PENGERTIAN setelah mendapat persetujuan secara lengkap mengenai tindakan
medis yang akan dilakukan terhadap pasien.
- Sebagai acuan sebagai untuk memberikan informed consent.
2. TUJUAN - Sebagai sarana untuk mendapatkan legitimasi atas tindakan
medis yang dilakukan terhadap pasien.
SK Kepala Puskesmas Pusian Nomor Tahun Tentang
3. KEBIJAKAN
Informed Consent.
Peraturan mentri kesehatan Nomor 290 tentang Persetujuan
4. REFERENSI
Tindakan Kedokteran.
1. Setelah petugas layanan klinis mengidentifikasi suatu tindakan
pasien/keluarga pasien dijelaskan mengenai :
- Diagnosis dan tata cara tindakan medis.
- Tujuan tindakan medis yang akan dilakukan.
- Prognosis dan komplikasi yang mungkin terjadi.
5. PROSEDUR
2. Petugas menanyakan apakah pasien/keluarga sudah paham
dengan penjelasan yang diberikan.
3. Setelah pasien dan atau keluarga memahami penjelasan yang
telah diberikan, petugas memberikan lembar informed consent
untuk ditanda tangani.
6. DIAGRAM ALIR -
Unit layanan umum, unit pelayanan gigi, Unit Layanan KIA-KB
7. UNIT TERKAIT
dan UGD

8. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
PEMASANGAN INFUS
S Nomor Dokumen : UKP/ / /2019
Nomor Revisi : 00
O Tanggal Terbit :
P Halaman : 1/1
UPTD PUSKESMAS PUSIAN NI NYOMAN SUSUN
KECAMATAN DUMOGA NIP.196509201985032005

Tindakan memasang akses ke vena pasien untuk memasukkan


1. PENGERTIAN
cairan rehidrasi atau obat-obatan lainnya
2. TUJUAN Sebagai acuan untuk melakukan tindakan pemasangan infus
SK Kepala UPTD Puskesmas Pusian Nomor Tahun tentang
3. KEBIJAKAN
Penggunaan dan Pemberian Obat dan/atau Cairan Intravena
4. REFERENSI Buku Saku Asuhan Keperawatan
5. PROSEDUR Alat dan Bahan :
1. Infus set
2. Abocath ukuran sesuai kebutuhan
3. Tourniquet
4. Kapas alkohol
5. Standar infus
6. Plester
7. Cairan antiseptik
8. Kasa steril
9. Sarung tangan
Cairan yang dibutuhkan (NaCl 0,9%/dekstrose/Ringer Laktat/dll)
6. LANGKAH- 1. Petugas menjelaskan pada pasien atau keluarga mengenai
LANGKAH tindakan yang akan dilakukan.
2. Pasien mengisi form inform consent.
3. Petugas menyiapkan alat dan bahan.
4. Petugas mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
5. Petugas menententukan darah vena yang akan digunakan.
6. Petugas membersihkan area dari bulu-bulu jika ada.
7. Petugas memasang tourniquet.
8. Petugas mendisinfeksi daerah penusukan.
9. Petugas menusukkan jarum abocath dengan posisi 45⁰, lubang
jarum menghadap ke atas dan setelah tampak darah pada
pangkal abocath masukkan kanul perlahan-lahan dan secara
bersamaan jarum dikeluarkan dengan cara mendorongnya
sambil tangan yang lain menahan kanul tepat di tempatnya.
10. Petugas melepas tourniquet.
11. Petugas menghubungkan kanul infus dengan set infus dan
memfiksasi kanul abocath dengan membalut kain kasa steril.
12. Petugas menyesuaikan kecepatan aliran pemberian cairan
(tetesan cairan) sesuai indikasi atau sesuai instruksi dokter.
13. Petugas membuang jarum abocath kedalam safety box atau
kotak atau plabotil.
14. Petugas merapihkan alat-alat
15. Petugas melepas sarung tangan dan buang dalam tempat sampah
infeksius
16. Petugas mencuci tangan
Petugas mencatat pada rekam medik dan buku register (termasuk
jenis infus dan waktu pemasangan).
7. DIAGRAM ALIR -
8. HAL-HAL YANG
PERLU Kepatuhan petugas terhadap SOP
DIPERHATIKAN
9. UNIT TERKAIT 1. UGD
2. Poli Umum
3. Poli KIA
4. Poli Gigi
10. DOKUMEN 1. Rekam Medis
TERKAIT 2. Pernyataan persetujuan (informed consent)

11. REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai