Analisa Laporan Keuangan PDF
Analisa Laporan Keuangan PDF
Tim Penyaji :
1. Dianitasari Pratiwi 2012410383
2. Rahmadi Wijoyo Kusumo 2012410850
3. Ismia Sholiha 2012410886
4. Firda Yuniartiwi 2012410923
5. Ika Ratna Ardini 2012410927
6. Rian Tri Widianto 2012410945
D3 Akuntansi
STIE PERBANAS SURABAYA
2013
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
Analisa Kesehatan Bank
(Laporan Keuangan Bank Yang Diteliti Menggunakan Metode CAMELS)
Tim Penyusun :
1. Aulia Rahliyani Wairooy 2012410330
2. Astri Dyah Widyarini 2012410828
3. Nisa Nailur Rahmah 2012410883
4. Cita Ratnawati 2012410888
5. Elly Rizky Fitriyani 2012410889
6. Meriensya Candra N. 2012410929
7. Dara Ninggar 2012410934
8. Adella Setya Purwa S. 2012410941
9. Dita Oktafiani 2012410946
10. Achmad Yunianto Dwi P. 2012410965
11. Nur Laili Arfianti 2012410963
12. Putri Selvianda Dwi Prihatini 2012410976
13. Rizki Meiawan 2012410985
14. Zulhad Abdurrahim Usyel 2012410988
D3 Akuntansi
STIE PERBANAS SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puja dan puji syukur atas kehadiran Allah SWT. Yang telah
i
memberikan kita rahmat, berkah serta hidayahnya kepada kami, sehingga kita dapat
berkumpul kembali dalam perencanaan membuat tugas Analisa Laporan Keuangan yang
telah mencapai materi pembuatan Makalah yang bertemakan Analisa Kesehatan Bank
(Laporan Keuangan Bank Yang Diteliti Menggunakan Metode CAMELS).
Sholawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada junjungan Nabi besar
ialah Nabi Muhammad saw yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang yaitu zaman Hijriah. Dimana zaman ini telah membawa
berkah buat kita karena penuh dengan hikmah dan barokah yang bisa kita ambil dari
tauladan, dan sikap kebijakan baik beliau.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... I
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ II
PENDAHULUAN ................................................................................................................... III
ISI ............................................................................................................................................... 1
A. PENGERTIAN DAN TUJUAN KESEHATAN BANK ........................................................................................... 1
KESIMPULAN ....................................................................................................................... 18
KATA PENUTUP ................................................................................................................... IV
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. V
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam berbagai bidang kehidupan, baik
iii
bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan meningkatkan gairah kerja dan
kemampuan kerja serta kemampuan lainnya.
Melihat begitu pentingnya suatu kesehatan bank, maka dalam makalah ini penulis
akan membahas tentang Analisis Kesehatan Bank dengan Metode CAMELS. Untuk
membatasi pembicaraan, maka penulis hanya membahas tentang:
Dengan kata lain, tingkat kesehatan bank juga erat kaitannya dengan
pemenuhan peraturan perbankan (kepatuhan pada Bank Indonesia).
Menurut Bank Of Settlement, bank dapat dikatakan sehat apabila bank tersebut
dapat melaksanakan control terhadap aspek modal, aktiva, rentabilitas, manajemen dan
aspek likuiditasnya. Pengertian Kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai
denganUndang– undang RI No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan Pasal 29 adalah
Bank dikatakan sehat apabila bank tersebut memenuhi ketentuan Kesehatan bank
a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan
aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha
sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak
merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada Bank.
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan
mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan
bantuan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan
penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun
setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik
untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
f. Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi
tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tesebut
wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik.
g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Sesuai surat edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004 kepada
semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal
sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor
6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank
umum, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan
untuk posisi bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Apabila diperlukan Bank
Indonesia meminta hasil penilaian tingkat kesehatan bank tersebut secara berkala atau
sewaktu-waktu untuk posisi penilaian tersebut terutama untuk menguji ketepatan dan
kecukupan hasil analisis bank. Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksud diselesaikan
Berdasarkan hasil penilaian itu, Bank Indonesia dapat meminta agar bank
menyampaikan rencana tindakan (action plan) yang memuat langkah-langkah
perbaikan yang wajib dilaksanakan dalam target waktu penyelesaian selama periode
tertentu, selambat-lambatnya sepuluh hari kerja setelah pelaksanaan action plan. Action
plantersebut meliputi:
a. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau pihak lainnya
apabila bank mengalami permasalahan faktor permodalan.
b. Penanganan kredit bermasalah secara intensif dan efektif apabila bank mengalami
permasalahan faktor kualitas asset.
c. Peningkatan fungsi audit internal, penyempurnaan pemisahan tugas, dan peningkatan
efektivitas tindakan korektif berdasarkan temuan audit.
d. Peningkatan efisiensi bank apabila bank mengalami permasalahan rentabilitas.
e. Peningkatan akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan
lainnya apabila bank mengalami permasalahan likuiditas.
f. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau pihak lainnya atau
penataan kembali portofolio bank apabila bank mengalami permasalahan sensitivitas
terhadap risiko pasar.
a. Permodalan (Capital)
Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi komponen-komponen berikut ini :
1) Kecukupan modal
2) Komposisi modal
3) Proyeksi (trend ke depan) permodalan
4) Kemampuan modal dalam mengcover aset bermasalah
5) Kemampuan bank yang bersangkutan memelihara kebutuhan tambahan modal
yang berasal dari laba
6) Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, dan
7) Akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham untuk
meningkatkan permodalan bank yang bersangkutan.
c. Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian atas komponen-komponen
berikut ini :
1) Kualitas manajemen umum dam penerapan manajemen risiko
2) Keputusan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada bank
Indonesia dan atau pihak lain.
d. Rentabilitas (Earning)
Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian atas komponen-komponen
berikut ini :
1) Pencapaian return on asset (ROA)
2) Pencapaian return on equity (ROE)
3) Pencapaian NIM (Net Interest Margin)
4) Tingkat efisiensi
5) Perkembangan laba operasional
6) Diversifiksi pendapatan
7) Penerapan prinsip akuntansi dan pengakuan pendapatan dan biaya
8) Prospek laba operasional
e. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian atas komponen-komponen
berikut ini :
Sebagai contoh, suatu bank yang mengalami masalah likuiditas (meskipun bank
tersebut modalnya cukup, selalu untung, dikelola dengan baik, kualitas aktiva produktifnya
baik) maka apabila permasalahan tidak segera dapat diatasi maka dapat dipastikan bank
tersebut akan menjadi tidak sehat. Pada waktu terjadi krisis perbankan di Indonesia
sebetulnya tidak semua bank dalam kondisi tidak sehat, tetapi karena terjadi rush dan
mengalami kesulitan likuiditas, maka sejumlah bank yang sebenarnya sehat menjadi tidak
sehat.
Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank,
tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan
dasar ini, maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan
antara bank umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan
BPR ditetapkan sebagai berikut:
Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan
melakukan kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor dan
komponen tersebut selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruh
terhadap kesahatan suatu bank.
1. Capital
Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negara-
negara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua hal, yang
pertama adalah karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua adalah kualitas
modalnya yang buruk. Dengan demikian, pengawas bank harus yakin bahwa bank
harus mempunyai modal yang cukup, baik jumlah maupun kualitasnya. Selain itu, para
pemegang saham maupun pengurus bank harus benar-benar bertanggungjawab atas
modal yang sudah ditetapkan.
Pada saat ini persyaratan untuk mendirikan bank baru memerlukan modal
disetor sebesar Rp. 3 trilyun. Namun bank-bank yang saat ketentuan tersebut
diberlakukan sudah berdiri jumlah modalnya mungkin kurang dari jumlah tersebut.
Pengertian kecukupan modaltersebut tidak hanya dihitung dari jumlah
nominalnya,tetapi juga dari rasio kecukupan modal, atau yang sering disebut sebagai
Capital Adequency Ratio (CAR). Rasio tersebut merupakan perbandingan antara
2. Assets Quality
Dalam kondisi normal sebagian besar aktiva suatu bank terdiri dari kredit dan
aktiva lain yang dapat menghasilkan atau menjadi sumber pendapatan bagi bank,
sehingga jenis aktiva tersebut sebagai aktiva produktif. Dengan kata lain, aktiva
produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam
bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga, penempatan, penyertaan modal,
penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening
administratif. Di dalam menganalisis suatu bank pada umumnya perhatian difokuskan
pada kecukupan modal bank karena masalah solvensi memang penting. Namun
demikian, menganalisis kualitaas aktiva produktif secara cermat tidaklah kalah
pentingnya. Kualitasa aktiva produktif bank yang sangat jelek secara implisit akan
menghapus modal bank.
Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila kualitaas
aktiva produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal
ini antara lain terkait dengan berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan,
penilaian asset,pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya. Penilaian
terhadap kualitas aktiva produktif di dalam ketentuan perbankan di indonesia
didasarkan pada dua rasio yaitu:
4. Earning
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah
kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila bank
selalu mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama kelamaan
kerugian tersebut akan memakan modalnya. Bank yang dalam kondisi demikian tentu
saja tidak dapat dikatakan sehat.
Penilaian didasarkan kepada rentabilitas atau earning suatu bank yaitu melihat
kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan
pada dua macam, yaitu :
Penilaian rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 0 % atau
negatif diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0%
nilai kredit ditambah dengan nilai maksimum 100.
5. Liquidity
Penilaian terhadap likuiditas dilakukan dengan nilai dua buah rasio, yaitu rasio
Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal inti dan rasio kredit terhadap dana yang
diterima oleh Bank yang dimaksud Kewajiban Bersih Antar Bank adlah selisih antara
kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain. Sementara itu yang termasuk Dana
yang Diterima adalah Kredit Likuiditas Bank Indonesia, Giro, Deposito, dan Tabungan
Masyarakat, Pinjaman bukan dari bsnk yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan
(tidak termasuk pinjaman subordina), Deposito dan Pinjaman dari bank lain yang
berjangka waktu lebih dari tiga bulan, dan surat berharga yang diterbitkan oleh bank
yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan.
Liquidity yaitu rasio untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank
didasarkan atas dua maca rasio, yaitu :
Tingkat kesehatan bank umum bisa dilihat dari dua sisi yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Dari sisi kualitatif dilihat dari pengelolanya, sejarahnya, pemiliknya. Sisi
kuantitatif dapat dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, kecukupan modal
(capital adequency ratio) dan Loan Deposit Ratio.
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini menuunjukkan kemampuan bank dalam mengembalikan
(membayar) hutang jangka pendek.
b. Rasio solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan bank dalam mengembalikan
(membayar) utang jangka pnjang.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑜𝑙𝑣𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
Semakin tinggi nilai rasio solvabilitas makasemakin baik kondisi kesehatan
bank.
c. Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan
laba. Ada dua pendekatan yang bisa digunakan untuk mengetahui ukuran ini :
Return on Asset (ROA)
ROA mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan
membagi laba sebelum pajak dengan aktiva.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑓 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (𝑅𝑂𝐴) =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Return on Equity (ROE)
ROE mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan
membandingkan laba sebelum pajak dengan equity.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑓 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
Tingkat kesehatan bank emliputi golongan sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan
tidak sehat.
Faktor yang
No Komponan yang dinilai Bobot %
dinilai
1 C Capital Rasio modal terhadap aktiva 25
(permodalan) tertimbang menurut risiko
2 A Assets (aktiva) a. Rasio aktiva produktif yang 25
diklasifikasikan terhadap aktiva
produktif
b. Rasio penyisihan penghapusan
aktiva produktif yang dibentuk 5
terhadap penyisihan penghapusan
aktiva produktif yang wajib
dibentuk
3 M Management a. Manajemen umum 10
(manajemen) b. Manajemen risiko 15
4 E Earnings a. Rasio laba terhadap rata-rata 5
(Rentabilitas ) volume usaha
b. Rasio biaya operasional terhadap 5
pendapatan operasional
5 L Liquidity a. Rasio kewajiban bersih call 5
(likuiditas) money terhadap aktiva lancer
dalam rupiah 5
b. Rasio kredit terhadap dana yang
diterima oleh bank dalam rupiah
dan valuta asing
Struktur atau komponen penilaian bank yang lama tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia
nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 serta ketentuan pelaksanaannya sesuai Surat Edaran Bank
Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Semua komponen pada CAMELS 2004 lebih mengarah
pada ukuran-ukuran kinerja perusahaan secara internal, mulai dari Asset Quality, Management, Earning
Power, dan Liquidity, serta Sensitivity to Market Risk. Sistem penilaian dengan 5 faktor tersebut sering
disebut dengan CAMELS Rating System. Tatacara CAMEL secara umum adalah sebagai berikut:
Kedua, berdasarkan nilai komponen tersebut, misalnya CAR, lihatlah pada matriks penilaian
komposit untuk faktor permodalan yang telah disediakan oleh BI. Dari matriks tersebut kita akan
mengetahui nilai peringkatnya jika diketahui nilai CAR. Misalnya, bank dengan CAR = 8% akan
memperoleh nilai “Komposit 3”.
Keempat, tetapkan nilai komposit faktor berdasarkan nilai peringkat untuk masing-masing
indikator parameter penyusunnya. Jadi kita akan menetapkan nilai komposit untuk masing-masing
faktor, yaitu “C”, “A”, “M”, “E”, “L” dan “S”. Di sinilah perlu “expert judgement”, terutama pada saat
menilai faktor yang nilai indikatornya bervariasi. Misalnya, berapa nilai “faktor C” jika nilai enam
indikatornya berbeda-beda. Berikut matriks penilaian peringkat faktor permodalan.
Terakhir, setelah mengetahui nilai komposit untuk 6 Faktor (CAMELS), langkah terakhir
adalah menentukan nilai komposit akhir dari bank tersebut. Misalnya, jika sebuah bank memperoleh
nilai komposit 1 untuk faktor “C”, komposit 2 untuk “A”, komposit 2 untuk “M”, komposit 3 untuk
“E”, komposit 1 untuk “L”, dan Komposit 3 untuk “S”, maka berapa nilai Komposit akhir dari bank
tersebut? Sekali lagi, tidak ada rumus matematik yang menghubungkan nilai komposit masing-masing
faktor dengan nilai komposit akhir dari bank tersebut. Berikut matriks penetapan peringkat komposit
bank umum.
Dalam SE edarannya, BI sudah menyediakan petunjuk pelaksanaan teknis yang rinci, baik
dalam bentuk rumus atau penjelasan indikator, matriks penetapan kriteria penilaian, dan lembar kerja
isian. Muara akhirnya adalah laporan akhir kesehatan bank umum.
Format laporan hasil penilaian tingkat kesehatan bank umum versi CAMELS
Sekali lagi kami mohon maaf apabila ada salah kata atau penulisan kami,
karena kesempurnaan hanya milik Tuhan YME. Dan tak lupa kami ucapkan terima
kasih terhadap semua pihak yang ikut andil dan berpartisipasi dalam pembuatan
Laporan dan kegiatan yang telah dilaksanakan ini berupa mengidentifikasi tentang
Analisa Kesehatan Bank (Laporan Keuangan Bank Yang Diteliti Menggunakan Metode
CAMELS) yang dikemas dalam bentuk suatu makalah.
Tim Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Djumingan. SE., M.M., M.Si. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta. Penerbit:
v
Bumi Aksara
Subagyo. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, Edisi 2. Bagian Penerbitan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. 2002
Totok Budi Santoso dkk. Bank dan Lembaga Keuangan lain, Edisi 2. Salemba Empat.
Jakarta. 2006
http://nukhanku.wordpress.com/2011/06/15/analisis-tingkat-kesehatan-bank-dengan-
metode-camel/
http://lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20184677.pdf
http://yantiruby.blogspot.com/2013/05/analisis-kesehatan-bank-dengan-metode.html
http://ayuupurnama.blogspot.com/2012/12/penilaian-kesehatan-bank-dengan.html
http://jerinnurazizah.wordpress.com/2012/10/19/mengukur-kesehatan-bank-umum-dan-
bpr/
http://www.slideshare.net/ariefselalutersenyum/tata-cara-penilaian-tingkat-kesehatan-bank
http://www.scribd.com/doc/61916837/Proyeksi-Cash-Flow
http://iweldolphin.blogspot.com/2012/11/penilaian-tingkat-kesehatan-dengan.html
http://jagatrian.wordpress.com/2011/04/14/analisis-perbankan-antara-bisnis-dan-
intermediasi-perbankan-antara-bisnis-dan-intermediasi/