Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu : Icca Narayani Pramudaningsih S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 18 :
1. Eka Sugiyarti 2017’1283
2. Faldo Tri Setiawan 2017’1288
3. Hertine Mega Puspita 2017’1292
Kelas : 3A/V
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan analisa masalah gizi buruk
dan campak di suku Asmat yang berhubungan dengan demografi.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, serta untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi analisa
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah analisa ini.a
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan .......................................................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................................ 2
A. Definisi ......................................................................................................................... 3
B. Penyebab gizi buruk dan campak yang terjadi di suku Asmat .................................... 3
C. Peran pemerintah dalam melakukan penanganan gizi buruk dan campak di suku Asm.
...................................................................................................................................... 3
D. Respon pemerintah dan menteri kesehatan tentang gizi buruk dan campak .................. 3
E. Persentase penduduk yang terkena gizi buruk dan campak ........................................... 3
BAB III
PENUTUP ...................................................................................................... 4
A. Kesimpulan ........................................................................................... 4
B. Saran .................................................................................................... 4
DAFTAR ISI ................................................................................................... 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah yang multidimensi dan dipengaruhi banyak faktor seperti
ekonomi, pendidikan, sosial budaya, pertanian dan kesehatan. Menurut bagan yang dikembangkan oleh
UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund) tahun 2013 menunjukkan krisis
ekonomi, politik dan sosial merupakan akar permasalahan gizi buruk. Menurut Kementerian kesehatan
(2013) hingga saat ini ada 2 faktor langsung yang diyakini menyebabkan timbulnya gizi kurang yaitu
rendahnya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi. Konsumsi makanan yang rendah umumnya
merupakan sindroma kemiskinan, selain itu sanitasi lingkungan yang buruk menyebabkan meluasnya
penyakit yang bersifat menginfeksi. Menurut United Nations International Children’s Emergency Fund
(2013) dalam Commiting to Child Survival A Promise Renewed Progress Report menjelaskan bahwa dari
semua kematian balita di bawah usia lima tahun hampir setengah atau sekitar tiga juta kematian pertahun
disebabkan oleh gizi buruk atau beberapa gangguan gizi. Gangguan gizi tersebut diantaranya adalah
keterlambatan pertumbuhan, kasus pendek atau pengerdilan, kekurangan gizi baik sedang, akut maupun
kronik dan praktik pemberian ASI yang tidak optimal.
Menurut World Health Organization (2012), jumlah penderita kurang gizi di dunia mencapai 104
juta anak, dan keadaan kurang gizi menjadi penyebab sepertiga dari seluruh penyebab kematian anak di
seluruh dunia. Asia Selatan merupakan daerah yang memiliki prevalensi kurang gizi terbesar di dunia,
yaitu sebesar 46%, disusul sub-Sahara Afrika 28%, Amerika Latin/Caribbean 7%, dan yang paling rendah
terdapat di Eropa Tengah, Timur, dan Commonwealth of Independent States (CIS) sebesar 5% (UNICEF,
2006). Gizi buruk hingga saat ini masih merupakan masalah di Indonesia, meskipun pemerinta h telah
berupaya menanggulanginya. Menurut data riset kesehatan dasar (2013) jumlah kasus gizi buruk sejak
tahun 2010 dan 2013 didapatkan hasil prevalensi berat badan kurang (underweight) secara nasional.
Prevalensi gizi kurang tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika
dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%) terlihat
meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, menjadi 4,9%
pada tahun 2010, Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9% tahun 2007 menjadi 5,7% tahun
2013. Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goal’s tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi
gizi buruk dan gizi kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4% dalam periode 2013` sampai 2015
. Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar, meskipun adanya vaksin
telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta orang setiap tahun
dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian. Insiden terbanyak berhubungan dengan morbiditas dan
mortalitas penyakit campak yaitu pada negara berkembang, meskipun masih mengenai beberapa negara
maju seperti Amerika Serikat.
Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan masih
masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah lima tahun (
balita ) akan tetapi campak bisa menyerang semua umur. Campak telah banyak diteliti, namun masih
banyak terdapat perbedaan pendapat dalam penanganannya. Imunisasi yang tepat pada waktunya dan
penanganan sedini mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit ini.
Krisis kesehatan berupa gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua,
telah menyebabkan 71 anak meninggal dunia dan sedikitnya 800 orang dirawat di rumah
sakit.Berdasar laporan wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, anak-anak yang terserang
campak dan gizi buruk di kabupaten tersebut masih dapat dijumpai di Rumah Sakit Umum
Daerah (RUD) Agats, Rabu (31/01) dini hari.
"Gizi buruk ada 21 pasien, campaknya ada lima pasien," ungkap Richard Rumbino,
pimpinan RSUD Agats, satu-satunya rumah sakit di wilayah Asmat.
Dari 71 anak yang meninggal dunia, 66 di antara mereka meninggal karena penyakit
campak dan lima anak meninggal dunia karena gizi buruk. Adapun wilayah yang paling banyak
jatuh korban adalah Distrik Pulau Tiga, yang mencapai 37 jiwa. Uskup Aloysius Murwito dari
keuskupan Agats-Asmat menceritakan pengalamannya berhadapan dengan anak-anak dengan
kondisi minim gizi di wilayah tersebut.Tim keuskupan Agats menemukan situasi ini saat
kegiatan pelayanan Natal pada 2017 di Kampung As dan Kampung Atat, Distrik Pulau Tiga.
Menurutnya, kondisi anak-anak sangat memprihatikan dengan kondisi fisik yang sangat kurus
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi dalam masyarakat
awam bisa dikatakan karena setatus nutrisinya berada dibawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud
bisa berupa protein,karbohidrat dan kaloroi. Di Indonesia kasus kurangnya energi protein (KEP) adalah
salah satu masalah gizi yang utama banyak sekali dijumpai pada balita. Karena gizi merupakan suatu
proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses
digesti,absorpsi,trasportasi,penyimpanan,metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan,pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energy.
Akibat kekurangan gizi maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan
apabila keadaan ini berlangsung lama akan mengakibatkan kemrosotan jaringan.
Pengertian gizi buruk menurut Depkes RI,masalah gizi buruk adalah faktor pembunuh utama bagi bayi
dan balita. Gizi buruk pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba tetapi diawali dengan tidak bertambahnya
berat badan bayi sehingga tidak mampu melewati batas minimal berat bayi yang sesuai dengan umumnya.
Petunjuk awal terjadinya gizi buruk adalah perubahan berat badan balita dari waktu kewaktu dalam
priode 6 bulan, bayi yang berat badanya tidak naik dua kali dari berat awalnya berisiko mengalami gizi
buruk 12,6kali di bandingkan pada balita yang berat badanya naik secara normal ( HeldaSihombing,2013)
Pengertian campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular yang ditandai dengan
demam,batuk, konjungtiva ( peradangan selaput ikat mata) dan ruam kulit. Penularan infeksi terjadi
karena terkena percikan cairan dari penderita campak menularnya infeksi ini dalam wasktu 2-4 sebelum
timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit masih ada. Sebelum vaksinasi campak di gunakan secara
meluas wabah camapak terjadi setiap 2-3 tahun terutama pada anak-anak pada usia prasekolah. Jika
seseorang yang sudah pernah menderita campak akan mendapatkan kekebalan tubuh yang dialami
contohnya jika dekat dengan seseorang yang mengalami campak maka tidak dapat tertular lagi.
B. Penyebab gizi buruk dan campak yang terjadi di suku Asmat
30, 30%
perilaku sosial budaya
Permasalahan gizi buruk dan campak yang terdapat di suku asmat ini bukan
karena masalah kesehatan, tetapi masalah tersebut muncul akibat ketahanan pangan,
pengetahuan tentang kesehatan dan upaya membangun ekonomi yang agk sulit. Akibat
hal tersebut, Kabupaten Asmat sempat menetapkan kasus Kejadian Luar Biasa atau KLB
untuk gizi buruk dan campak.
Menurut data Kemenkes RI, hingga 18 Maret 2018 tercatat ada 66 jiwa yang
meninggal dunia karena campak dan 10 orang yang meninggal karena gizi buruk .
Sementara itu, jumlah penduduk yang terjangkit campak mencapai 651 kasus, dan
gizi buruk sebanyak 229 kasus dengan jumlah komplikasi campak-gizi buruk mencapai 11
kasus.
Menurut Usman, salah satu kendala utama untuk menangani KLB campak dan gizi
buruk di Kabupaten Asmat adalah biaya dan minimnya tenaga medis profesional di sana .
Biaya operasioanal di Asmat, sekali gerak puluhan juta. Tidak sejuta atau dua juta seperti
di (Pulau) Jawa. Apalagi di sana ada 226 kampung dan 23 distrik .
C. Peran pemerintah dalam melakukan penanganan gizi buruk dan campak di suku Asmat
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyebut Pemkab Asmat menganggarkan 10%
APBD 2017 untuk kesehatan, sesuai anjuran pemerintah pusat, meski anggaran pendapatan
dan belanja daerah (APBD) kabupaten itu mencapai lebih dari Rp1 triliun pada 2017 dan
mendapat jatah sekitar Rp106 miliar dari dana otonomi khusus Papua dan kemententriannya
sedang tengah menginvestigasi hubungan sebab-akibat dalam alokasi anggaran dan krisis gizi
di Asmat.
Dosen Ilmu Politik Universitas Cendrawasih, Marinus Yaung, menilai penggunaan APBD
di Papua tidak efektif dan tidak tepat sasaran karena persaingan politik pada pemilihan kepala
daerah tidak berkesudahan.
Presiden Joko Widodo menginstruksikan agar warga Asmat di pedalaman yang rawan dari
penyakit campak dan gizik buruk- direlokasi ke wilayah yang lebih mudah dijangkau unit
pelayanan kesehatan.,Namun ide relokasi ini langsung ditolak oleh Gubernur Papua, Lukas
Enembe dan Bupati Kabupaten Asmat, Elisa Kambu karena memindahkan orang tidak mudah
karena terkait budaya, adat istiadat, hak ulayat dan bagaimana mereka menanam dan
sebagainya.
Menteri Sosial, Idrus Marham, mengakui pemerintah Indonesia menghadapi kesulitan dalam
menangani bencana gizi buruk atau busung lapar yang melanda Kabupaten Asmat, karena
kondisi alam dan minimnya infastruktur.
Pasien sakit
11 orang 10 orang
229 orang
651 orang
Keterangan
: Gizi buruk
: Campak
: Meninggal Dunia
Tahun
Indikator
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Dependency Ratio
81,19 81,41 81,38 81,1 80,31 79,00
(%)
Sex Ratio
110,6 110,0 108,6 108,8 106,5 106,0
(%)
(%)
Dari persentase data diatas dapat dilihat bagaimana pertumbuhan penduduk dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Permasalahan kependudukan terkait dengan jumlah
penduduk yang besar dapat menjadi sebuat masalah yang muncul dan tidak dapat
dihindarkan dikarenakan bertambahnya penduduk dapat meningkatnya jumlah rumah
tangga. Jika didalam rumah tangga tidak mempunyai sumber pekerjaaan yang tetap akan
memunculkan resiko yang dapat terlihat nyata dari laju pertumbuhan penduduk dari tahun
ketahun merosot hingga 2,27%.
Tingkat
Persentase Penduduk Tingkat Keparahan
Jumlah Penduduk Kedalaman Garis Kemiskinan
Tahun Miskin Kemiskinan
Miskin Kemiskinan
(%) (P1) (P2) (Rp)
2003 19.900 31,74 7,21 2,41 126.012
2004 19.200 31,37 n.a n.a n.a
Dapat dilihat dari jumlah dan persentase penduduk yang tinggi tentunya akan
memunculkan faktor yang berkesinambungan karena semakin besar persentase kenaikannya
maka semakin besar jumlah penduduknya. Kenaikan ini sudah terlihat nyata yang akan
memunculkan dampak bagi kependudukan yang berujung pada tingkat kemiskinan dari (P1) ke
(P2) keparahan kemiskinan semakin menigkat karena persaingan dalam mencari lapangan
pekerjaan yang semakin ketat.
c. Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki di
Kabupaten Asmat, 2011-2015
Ijazah/ STTB Tertinggi yang di Tahun
miliki
20112 2012 2013 2014 2015
Dari table di atas dapat kita lihat bawah persentase penduduk yang memiliki Ijazah/ STTB Tertinggi dari
tamat SD sampai tamat Universitas yang menonjol adalah penduduk yang tidak memiliki ijaza sedangkan
penduduk yang mempunyai gelar Diplomat dari tahun ke tahu tidak meningkat tetapi semakin menurun.
Tahun
Indikator Kesehatan
2012 2013
Persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan sebulan
22,40 7,37
yang lalu
Persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan (dokter, bidan
21,53 21,59
dan tenaga medis)
% Balita yang pernah mendapat imunisasi BCG 94,60 83,61
% Balita yang pernah mendapat imunisasi DPT 87,55 80,75
% Balita yang pernah mendapat imunisasi Polio 89,35 76,29
% Balita yang pernah mendapat imunisasi Campak 75,14 68,27
Rata-rata lama (bulan) anak 2-4 tahun mendapat ASI n.a 10,50
Rata-rata anak 2-4 tahun yang disusui dengan makanan tambahan
n.a 4,97
(bulan)
Rata-rata anak 2-4 tahun yang disusui tanpa makanan tambahan
n.a 5,53
(bulan)
Jumlah Puskesmas n.a 12
Jumlah Dokter n.a 12
Jumlah Bidan n.a 65
Keterangan:
n.a : data tidak tersedia
Dapat kita lihat dari persentase diatas bahwa pada tahun 2012 penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan sangatlah meningkat,dan tenaga medis tidak tersedia sedangan banyak para balita yang perlu
mendapatkan kebutuhan kesehatan. Pada tahun 2013 di kabupaten asmat jumlah penduduk meningkat
tetapi rata-rata bagi bayi yang butuh ASI Cukup memenuhi kriteria dan tenaga medis pun semakin
banyak.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada 4 faktor yang melatarbelakangi KKP ,atau masalah social ekonomi biologis dan
lingkungan. Kemiskinan salah satu cerminan dari sosial ekonomi merupakan akar dari
ketiadaan pangan,permukiman yang berjajar yang tidak sehat serta ketidak mampuan
mengakses fasilitas tenaga kesehatan.penilaian setatus gizi masyarakat memerlukan kebijakan
yang menjamin setiap anggota masyarakat mendapatkan tenaga kesehatan yang maksimal dan
mendapatkan makan yang bergizi. Gizi yang diperoleh seorang anak memalui makanan setiap
hari karena kecukupan zat gizi dapat berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak. Kasus
gizi buruk maupun campak tidak datang dengan tiba-tiba tetapi karena proses yang menahun
terus menumpuk dan menjadi kronik saat mencapai puncak masalah. Masalah defisiensi gizi
khususnya KKP menjadi perhatian karena berbagai bukti menunjukan adanya efek jangka
panjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak dan kesehatan manusia.
B. Saran
Ketidak seriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganankasus gizi buruk terlamabat
seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita gizi buruk brlum
mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merabak barulah pemeritah
melakukan tindakan yang serius. Keseriusan pemerintah tidak dapat berjalan jika tidak ada
dukungan dari masyarakat. Karena perilaku orang tua yang tidak mengutamakan gizi untuk
anak-anaknya dikarenakan ekonomi menurun dan kurangnya pengetahuan. Kita sebagai ibu
atau calon ibu dapat berfikir kritis mengenai gizi utama dan tenaga kesehatan yang harus
didapatkan oleh setiap anak-anak kita dengan berbagai cara pasti ada jalan keluar.