Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

Hubungan Depresi Dengan Kualitas Tidur Pasien Deabites Melitus Tipe 2 Di


Rsud Rembang
Dibuat guna memenuhi tugas Pengantar Penelitian dan Penulisan Ilmiah
Dosen pengampu : Icca Narayani S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :
Nama : Eka Rahayu Hirmawati
Kelas : 3A
Nim : 20171282
Prodi : D3 keperawatan

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


Tahun Ajaran 2019/2020
Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati-Jepang, Mejobo KudusTelp (0291) 4248655,
4248656, Fax (0291) 424865

LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Penelitian Dengan Judul “Hubungan Depresi Dengan Kualitas Tidur


Pasien Deabites Melitus Tipe 2 Di RSUD Rembang Didepan Penguji Proposal
Penelitian.

Mengetahui
Pembing/Tim Penguji
Pembimbing utama : (………….)
Pembimbing pendamping : (………….)
Penguji : (………….)

Mengetahui

Ketua Progam Studi Diploma III Ketua Jurusan mata kuliah

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan pengajauan Proposal Penelitian ​“​Hubungan Depresi Dengan
Kualitas Tidur Pasien Deabites Melitus Tipe 2 Di RSUD Rembang ”
Dalam penyusunan Proposal Penelitian ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Eni Pujianti S.KM.,M.,Kes selaku Direktur Akper Krida Husada
Kudus..
2. Icca Narayani S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai Pembimbing Pendamping yang
telah banyak membantu dalam penyelesaian proposal ini.
3. Seluruh staf dosen dan staf administrasi Jurusan Diploma III keperawatan
yang Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal
yang berjudul “Hubungan Depresi Dengan Kualitas Tidur Pasien Deabites
Melitus Tipe 2 Di RSUD Rembang ” telah memberikan bantuan moril
bagi penulis, baik dalam proses pendidikan maupun dalam penyusunan
proposal ini.
4. Teristimewa dari lubuk hati yang dalam, penulis menghanturkan terima
kasih kepada keluargaku khususnya Bapak dan Ibu tercinta atas segala doa
dan pengorbanan yang diberikan, baik moril maupun kritikan dan saran
yang sifatnya membangun demi perbaikan proposal ini. Semoga proposal
ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan terkhusus bagi
penulis.

Kudus 06 Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Dm Tipe 2 8


B. Tinjauan Umum Depresi dan Kualitas Tidur 12

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual 15
B. Hipotesis Penelitian 15
C. Definisi Operasional 15
D. Desain Penelitian 16
E. Waktu dan Tempat Penelitian 16
F. Populasi dan Sampel 16
G. Pengumpulan Data 17
H. Pengolahan Data 18
I. Analisa Data 19
J. Etika Penelitian 19

DAFTAR PUSTAKA 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas


tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkan (WHO, 2010). Selain itu,
diabetes mellitus biasanya juga ditandai dengan hiperglikemia (ADA,
2014). Diabetes mellitus (DM) dibagi menjadi empat tipe yaitu DM tipe 1,
DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional (ADA, 2014). DM tipe 1
disebabkan oleh reaksi autoimun dimana sistem pertahanan tubuh
menyerang sel-sel beta pankreas. Akibatnya, tubuh tidak bisa lagi
memproduksi insulin yang dibutuhkan. Pada DM tipe 2, tubuh mampu
memproduksi insulin tetapi tidak cukup atau tubuh tidak mampu untuk
meresponnya (IDF, 2013). DM tipe lain adalah salah satu jenis diabetes
yang disebabkan oleh adanya malnutrisi disertai kekurangan protein.
Sedangkan DM Gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan
(Sudoyo dkk, 2007).

Diabetes Atlas edisi ke enam tahun 2013 yang dikeluarkan oleh


International Diabetes Federation (IDF), menyebutkan terdapat 382 juta
orang yang hidup dengan diabetes mellitus atau sekitar 8,3% penduduk di
seluruh dunia mengalami DM. Dari seluruh pasien dengan diabetes mellitus,
DM tipe 2 jumlahnya mencapai 90-95%. Indonesia merupakan negara
urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes mellitus tertinggi sebesar 8,5%,
setelah China, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico (IDF, 2013). Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukan bahwa

4
prevalensi diabetes mellitus berdasarkan wawancara terjadi peningkatan dari
1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013. Daerah Istimewa
Yogyakarta menempati urutan pertama dari seluruh provinsi yang ada di
Indonesia dengan jumlah penderita Diabetes Mellitus yaitu sebesar 2,6%
(Kemenkes, 2013). Berdasarkan Laporan Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) Tahun 2015 di Kabupaten Bantul, kunjungan rawat jalan di rumah
sakit, khususnya Rumah Sakit Panembahan Senopati sudah didominasi oleh
penyakit tidak menular salah satunya adalah diabetes mellitus (Dinkes
Bantul, 2016).

Penelitian menunjukan pasien diabetes mellitus memiliki risiko lebih


besar untuk depresi dibandingkan dengan individu tanpa DM (ADA, 2014).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, Indonesia menunjukkan prevalensi
gangguan emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 6,0%.
Provinsi DIY masuk ke dalam peringkat 5 besar dari seluruh provinsi di
Indonesia. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi
adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan
Nusa Tenggara Timur. Depresi yang dialami oleh pasien diabetes mellitus
akan mencapai 22%-30% dibandingkan pasien penyakit lain, yang berarti
depresi akan lebih parah dua kali lipat jika dialami oleh pasien diabetes
mellitus (Kinder et al, 2006). Penelitian telah menunjukan bahwa dari 80
pasien diabetes mellitus yang datang ke bagian endokrin, sebanyak 31
pasien mengalami gejala depresi, 20 pasien mengalami depresi ringan, 10
pasien mengalami depresi sedang, dan 1 pasien mengalami depresi berat
(Mathew et al, 2012).

Jenita (2014) menyebutkan berbagai faktor psikologis baik secara


langsung maupun tidak langsung, berpengaruh terhadap muncul tidaknya
depresi pada diri penderita diabetes mellitus. Misalnya saja, persepsi
dukungan sosial, optimisme, resiliensi, dan harga diri. Fenomena yang
terjadi dilapangan, biasanya pasien diabetes mellitus memiliki harga diri
rendah karena merasa malu dengan keadaan yang dialami, pesimis akan

5
sembuh dari penyakit yang diderita, dan kurangnya dukungan dari keluarga
maupun orang terdekat. Pasien DM dengan depresi akan meningkatkan
risiko komplikasi pada DM dan juga memiliki efek pada kontrol glukosa
darah, manajemen diri dan kualitas hidup (Lloyd, 2008). Selain itu, secara
fisik depresi memperberat beban penyakit, serta memunculkan lebih banyak
gejala fungsional.

Depresi sendiri adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan rasa sedih
berkepanjangan, motivasi menurun, dan kurang tenaga untuk melakukan
kegiatan sehari hari (Budi, 2007). Orang yang mengalami masalah depresi,
suasana hati mengalami penundaan waktu tidur, munculnya tidur REM
lebih awal, sering terbangun, meningkatkan waktu total tidur, perasaan tidur
buruk, dan bangun lebih awal (National sleep foundation, 2006b dalam
Potter & Perry, 2009).

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia (Wahyuningsih dkk, 2010).


Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan
tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya
(Hidayat, 2006). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas dan
kuantias tidur seseorang, diantaranya yaitu faktor fisiologis, psikologis, dan
lingkungan (Potter & Perry, 2009). Cemas dan depresi merupakan salah satu
faktor psikologis yang menyebabkan gangguan frekuensi pada tidur
seseorang (Asmadi, 2008). Penelitian telah membuktikan kurangnya jumlah
jam tidur selama 2 malam dapat menyebabkan meningkatnya kadar gula
darah (Arieselia dkk, 2014).

Penelitian Sathyanarayana et al (2015), yang menunjukan bahwa dari


beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas tidur pada pasien
DM tipe 2 yang menjalani terapi insulin, salah satunya adalah depresi
dengan hasil mereka yang memiliki kualitas tidur yang buruk dibandingkan
dengan mereka yang memiliki kualitas tidur yang baik memiliki skor
CES-D lebih tinggi pada pasien yang memiliki kualitas tidur buruk

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka rumusan


masalah pada penelitian ini adalah peneliti ingin meneliti “Apakah ada
hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas tidur pada pasien DM tipe
2 di Rsud Rembang?

7
C. Tujuan
1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan
kualitas tidur pasien DM tipe 2 di poli penyakit dalam Rsud Rembang
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat depresi pada pasien DM tipe 2 di poli penyakit
dalam Rsud Rembang
b. Mengetahui kualitas tidur pasien DM tipe 2 di poli penyakit dalam
Rsud Rembang
c. Mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel depresi
dengan kualitas tidur pasien DM tipe 2 di poli penyakit dalam Rsud
Rembang

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, diantaranya:

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dasar dalam menentukan


kebijakan pada penanganan pasien DM tipe 2.

2. Bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi perawat dalam
melakukan pengkajian dan asuhan keperawatan psikososial pada
penderita penyakit kronis seperti DM.

3. Bagi responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan


pasien tentang tingkat depresi dan kualitas tidur yang dimiliki.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Dm Tipe 2


1. Pengertian
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikitmenurun
atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh
sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non
insulin dependent diabetes mellitus.6,9 Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah
penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah
akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan
fungsi insulin (resistensi insulin)
2. Patofisiologi
Patofisologi Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang
berperan yaitu :
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
merespon insulin secara normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai
“resistensi insulin”.1,8 Resistensi insulinbanyak terjadi akibat dari
obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.Pada penderita
diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang
berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara
autoimun seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada
penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak
absolut.4,5 Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B
menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi

9
insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani
dengan baik,pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan
sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara
progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin,sehingga
akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes
melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu
resistensi insulin dan defisiensi insulin​.

3. Faktor Resiko
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat
diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut
American DiabetesAssociation (ADA) bahwa DM berkaitan dengan
faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputiriwayat keluarga dengan
DM (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayatmelahirkan
bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah
menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan beratbadan rendah
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic
ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolikmemiliki riwatyat
toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu
(GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti
stroke, PJK, atau peripheral rrterial Diseases (PAD), konsumsi
alkohol,faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi
dan kafein.

1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah,
pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
2. Hipertensi

10
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan
tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya
tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga
Diabetes Mellitus Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga
mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes
merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot
dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus
4. Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan
plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering
didapat pada pasien Diabetes.
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus
adalah > 45 tahun. 6. Riwayat persalinan Riwayat abortus
berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi > 4000gram
6. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental
Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi
familial. Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan
meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara
kandung mengalami penyakitini.
7. Alkohol dan Rokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan
frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini
dihubungkan dengan peningkatan obesitas dan pengurangan
ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan kebarat-
baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi

11
alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2.
Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah terutama pada
penderita DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan
meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan
darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan
plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering
didapat pada pasien Diabetes. 5. Umur Berdasarkan penelitian,
usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah > 45 tahun.

12
B. Depresi dan Kualitas Tidur

1. Depresi
adalah suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang berdampak
negatif terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental
seseorang . Kondisi depresi adalah reaksi normal sementara terhadap
peristiwa-peristiwa hidup seperti kehilangan orang tercinta. Depresi juga
dapat merupakan gejala dari sebuah penyakit fisik dan efek samping dari
penggunaan obat dan perawatan medis tertentu. Dalam kaitannya dengan
gangguan mental lain, depresi dapat juga menjadi gejala dari gangguan
kejiwaan seperti ​Gangguan depresi mayor​ dan ​distimia​
Seseorang dalam kondisi depresi umumnya mengalami perasaan
sedih, cemas, atau kosong; mereka juga cenderung merasa terjebak dalam
kondisi yang tidak ada harapan, tidak ada pertolongan, penuh penolakan,
atau perasaan tidak berharga. Gejala-gejala lain yang mungkin muncul
adalah perasaan bersalah, mudah tersinggung, atau kemarahan​[3]​[4]​. Lebih
jauh, individu yang mengalami depresi dapat juga merasa malu atau
gelisah.
Selain perubahan suasana hati, individu dengan gejala depresi
cenderung kehilangan minat untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang
sebelumnya ia anggap menyenangkan; kehilangan napsu makan atau
sebaliknya, makan dengan porsi berlebih. Penderita juga akan kesulitan
untuk berkonsentrasi, mengingat detail-detail umum, membuat
keputusan, ataupun mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan
orang lain. Pengalaman-pengalaman ini dapat mendorong individu untuk
mencoba ​bunuh diri​.
Gejala Insomnia​, ​Hipersomnia​, kelelahan, kesakitan, gangguan
pencernaan, dan stamina yang menurun juga kerap ditemukan pada
individu dalam kondisi ​depresi
Faktor penyebab suatu kondisi depresi meliputi:

● Faktor ​organobiologis​ karena ketidakseimbangan neurotransmiter


di otak terutama serotonin
● Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak
pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial
● Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan
hidup, kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak situasi
kehidupan sehari-hari lainnya
2. Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang itu dapat kemudahan
dalam memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur, kualitas tidur
seseorang dapat digambarkan dengan lama waktu tidur, dan keluhan –

13
keluhan yang dirasakan saat tidur ataupun sehabis bangun tidur.
Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan selain oleh faktor jumlah jam
tidur (kuantitas tidur), juga oleh faktor kedalaman tidur (kualitas tidur).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur yaitu,
faktor fisiologis, faktor psikologis, lingkungan dan gaya hidup. Dari
faktor fisiologis berdampak dengan penurunan aktivitas sehari – hari,
rasa lemah, lelah, daya tahan tubuh menurun, dan ketidak stabilan tanda
tanda vital, sedangkan dari faktor psikologis berdampak depresi, cemas,
dan sulit untuk konsentrasi (Potter dan Perry. 2005).
● Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas tidur Pemenuhan
kebutuhan tidur bagi setiap orang berbeda – beda , ada yang yang
dapat terpenuhi dengan baik bahkan sebaliknya. Seseorang bisa tidur
ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya
sebagai berikut, (Asmadi. 2008).
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat
tidur dengan nyenyak, sedangkan untuk seseorang yang
kondisinya kurang sehat (sakit) dan rasa nyeri , makan
kebutuhan tidurnya akan tidak nyenyak (Asmadi. 2008).
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang
untuk tidur. Pada lingkungan bersih, bersuhu dingin,
suasana yang tidak gaduh (tenang), dan penerangan yang
tidak terlalu terang akan membuat seseorang tersebut
tertidur dengan nyenyak, begitupun sebaliknya jika
lingkungan kotor, bersuhu panas, susana yang ramai dan
penerangan yang sangat terang, dapat mempengaruhi
kualitas tidurnya (Asmadi. 2008).
c. Stres

14
psikologis Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada
frekwensi tidur. Hal ini disebabkan karena kondisi cemas
akan meningkatkan norepineprin darah melalui sistem
saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM
dan REM (Asmadi. 2008).
d. Diet
Makanan yang banyak menandung L – Triptofan seperti keju,
susu, daging, dan ikan tuna dapat menyebabkan
seseorang mudah tidur. Sebaliknya minuman yang
menandung kafein maupun alkohol akan mengganggu
tidur (Asmadi. 2008).
e. Gaya hidup
Kelelahan yang dirasakan seseorang dapat pula memengaruhi
kualitas tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah
orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada
kelelahan yang berlebih akan menyebabkan periode tidur
REM lebih pendek (Asmadi. 2008).

15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konseptual

DM tipe 2 , pankreas dapat menghasilkan cukup jumlah insulin untuk


metabolisme glukosa (gula), tetapi tubuh tidak mampu memanfaatkan
secara efisien. Seiring waktu, penurunan jumlah produksi insulin dan kadar
glukosa darah meningkat .Deabetes melitus sebelumnya dikatakan diabetes
tidak terganyung insulin atau diabetes pada orang dewasa .Orang dengan
diabetes jenis ini adalah biasanya resisten terhadap insulin.In adalah
diabetes sering tidak berat namun cukup memprovokasi gejala nyata
diabetes . Namun demikian, pasien tersebut adalah resiko peningkatan
pengembangan komplikai macrovaskular dan mikrovaskuler.

B. Hipotesis
Dari kerangka konsep penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian
sebagai berikut :
1. Ada hubungan tingkat depresi terhadap kualitas tidur pada pasien dm
tipe 2
2. Ada faktor yang mempengaruhi depresi dengan kualitas tidur
C. Definisi Operasional
Untuk memudahkan dalam menganalisis masing-masing variabel, maka perlu
dilakukan defenisi operasional variabel independen yaitu :
1. DM tipe 2.
DM tipe 2 , pankreas dapat menghasilkan cukup jumlah insulin untuk
metabolisme glukosa (gula), tetapi tubuh tidak mampu memanfaatkan
secara efisien

16
1. Depresi.
Depresi adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan rasa sedih
berkepanjangan, motivasi menurun, dan kurang tenaga untuk
melakukan kegiatan sehari hari.
Kriteria objektif :
Ya : Jika merasa sedih
Tidak : Jika tidak

2. Kualitas Tidur
Tidur adalah suatu kebutuhan untuk mengistirahatkan tubuh, tidur yang baik
semestinya 7-8 jam dalam sehari, apaka pada kondisi pasieb dm tipe 2
ssah tidur, tidak maksimal. Ssering terbangun, dan mimpi buruk saat
tidur.
Ya : jika mengalami
Tidak : jika bisa tidur

D. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ialah observasional dengan rancangan deskriptif


yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pola makan dengan kejadian
obesitas pada masyarakat di kecamatan bonto bahari kabupaten bulukumba
pada tahun 2014.

E. Waktu dan tempat penelitian


1. Waktu.
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2019
2. Tempat penelitian.
Penelitilian ini dilakukan di Rsud Rembang
F. Populasi dan sampel
1. Populasi

17
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan dm tipe 2 di Rsud Rembang

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dm tipe 2 di Rsud Rembang . Jumlah
sampel pada penelitian ini adalah 30 orang dengan menggunakan
purposive sampling​, yaitu dengan memilih sampel diantara populasi
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang dikenal sebelumnya. Adapun
kriteria sampel penelitian sebagai berikut :

a. Kriteria inskluasi
1) Pasien yang bersedia untuk diteliti.
2) Pasien yang dapat diajak berkomunikasi.
3) Pasien yang sehat jasmani dan rohani.
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien yang tidak bersedia untuk diteliti.
2) Pasien yang tidak dapat diajak berkomunikasi.
3) Pasien yang tidak sehat jasmani dan rohani.
3. Cara pengambilan sampel.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara ​purposive sampling yakni dengan


cara keseluruhan tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota
populasi.

G. Pengumpulan data
1. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian kuesioner yang dibuat oleh
peneliti.

2. Instrument pengumpulan data

18
Instrument adalah alat pengukur data yang digunakan penelitian. Pengumpulan
data dilakukan dengan pemberian kuesioner ​skala guttman yang ada pada
kuesioner peneliti, yakni skala pengukuran dengan jawaban ya atau tidak.

19
3. Jenis dan sumber data.
a. Data Primer

Adalah data-data yang diperoleh langsung dari masyarakat yang mengalami


obesitas dengan menggunakan lembar kuesioner yang telah
disiapkan oleh peneliti.

b. Data Sekunder.

Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen seperti buku, catatan-catatan yang


sifatnya tertulis yang dapat menunjang proses penelitian yang
diperoleh dari bagian yang terkait dengan penelitian.

H. Pengolahan data

Prosedur pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data memeriksa kesinambungan


data dan meneliti kelengkapan jawaban.

2. Koding.

Untuk memudahkan pengolahan data, semua jawaban perlu disederhanakan


dengan cara memberikan simbol-simbol tertentu pada setiap jawaban.

3. Tabulasi.

Setelah data terkumpul dan tersusun, selanjutnya data di- kelompokkan dalam
satu tabel menurut sifat-sifat pengelompokan- nya atau sesuai peneliti.

20
4. Penetapan Skor

Setelah data terkumpul dan kelegkapannya diperiksa, kemudian dilakukan tabulasi


yang diperoleh dari pengisisan kuesioner oleh responden.

I. Analisa data

Melakukan analisa dan interprestasi data sesuai perhitungan dari variabel


untuk mengetahui hubungan tingkat depresi dengan kualitas tidur pasien yang
ediabetes melitus tipe 2 di Rsud Rembang. Analisa yang digunakan yang
dibantu dengan komputerisasi.

J. Etika penelitian.

Etika penelitian bertujuan untuk melinungi hak-hak dengan menjamin


keberhasilan identitas responen dan kemungkinan terjadinya ancaman
terhadap kerahasiaan responden sebelum pelaksanaan penelitian yang akan
dilakukan meliputi :

1. Informasi consents

Lembar persetujuan untuk diberikan kepada responden yang akan diteliti harus
memenuhi kriteria inskluasi disertai judul penelitian serta manfaat dari
penelitian.

2. Anomity

Untuk menjaga kerahasian data responden, peneliti tidak akan mencantumkan


nama responen tapi lembar tersebut diberi kode.

3. Confidentiality ( kerahasiaan )

Kerahasiaan informasi dari responen dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adikusuma W, Dyah A, Perwitasari, Supadmi W. (2014). Evaluasi Kepatuhan


Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum PKU
Muhammadiyah Bantul, Yogyakarta. Vol. 11 No.2.

Adillah. (2016). Hubungan Depresi dengan Kontrol Glikemik pada Lansia


Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. (Skripsi). Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiah Semarang.

American Diabetes Association. (2014). Diagnosis and Classification of


Diabetes Mellitus: Diabetes Care, Volume 37, Supplement. American
Diabetes Association. (2014). Living with diabetes. Article. Amir,
N.(2005). Dep

Arieselia Z, Tasia Y, Sasmita PK. (2014). Pengaruh Kurangnya Jumlah Jam


Tidur Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Mahasiswa Preklinik
Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Damianus Journal of Medicine;
Vol.13 No.2, hlm. 128-136. Jakarta. Fakultas Kedokteran Unika Atma
Jaya

Jenita DT. D. (2014). Peran faktor-faktor psikologis terhadap depresi pada


pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal psikolgi. Vol. 41 No.1.
Yogyakarta. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai