SNH
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh
Disusun oleh :
Aminah Alaydrus
30101407130
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh
NIM : 30101407130
Judul : SNH
Pembimbing,
I. Identitas Penderita
Nama : Tn. M
Umur : 64 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Demak
No. CM : 221632
DAFTAR MASALAH
Masalah
No Masalah aktif tanggal no tanggal
inaktif
1. SNH 30-11-19 -
3. BRPN 30-11-19 -
4. Hiperglikemia 30-11-19 -
Hemiparesis
5. 30-11-19
Sinistra
6. Kejang 30-11-19
II. Data Subyektif
1. Keluhan Utama
III. Kualitas
IV. Kuantitas:
VII. Gejala Penyerta: Kesemutan (+), Sakit kepala (-), mual (-),
muntah (-),
Tidak ada.
BPJS.
1. Status Present
d. RR : 18x/m
e. Suhu : 36,5oC
f. GCS : E4 V5 M6
g. Thoraks : dbn
h. Jantung : dbn
i. Paru-paru : dbn
2. Status Psikis
a. Kepala : mesochepal
b. Leher : simetri, tidak ada pembesaran KGB
c. N. Cranialis
1. N. I (OLFAKTORIUS) : Normal
2. N. II (OPTIKUS)
tajam penglihatan : normal
lapang penglihatan : normal
melihat warna : normal
funduskopi : tidak dilakukan
PERGERAKAN BOLA
N N
MATA
NISTAGMUS - -
EKSOFTALMUS - -
bulat,isokor,ø bulat,isokor,ø
PUPIL
3mm 3mm
STRABISMUS - -
MELIHAT KEMBAR - -
4. N. V (TRIGEMINUS)
Dex. Sin.
SENSIBILITAS MUKA + +
MEMBUKA MULUT + +
MENGGERAKKAN
+ +
RAHANG
MENGGIGIT + +
REFLEK KORNEA + +
5. N. VII (FACIALIS)
Dex. Sin.
MENGGEMBUNGKAN
Dbn Minimal
PIPI
MEMPERLIHATKAN
Dbn Minimal
GIGI
MENCUCUKAN BIBIR Dbn Dbn
PENGECAPAN 2/3
Dbn Dbn
ANTERIOR LIDAH
6. N. VIII (VESTIBULOCOCHLEARIS)
Dex. Sin.
7. N. IX (GLOSSOPHARINGEUS)
Pengecapan 1/3 posterior lidah : Dbn
8. N. X (VAGUS)
Arkus faring : simetris
Berbicara : afasia
Menelan : dbn
Nadi : dbn
9. N. XI (ACCESORIUS)
Mengangkat bahu : dbn
Respirasi : dbn
Duduk : -
SENSIBILITAS
Taktil : dbn
Nyeri : dbn
Thermi : Dbn
Diskriminasi 2 titik : Dbn
Lokasi : Dbn
REFLEK
PERGERAKAN BT T
KLONUS - -
SENSIBILITAS
Dex. Sin.
REFLEK
Dex. Sin.
BICEPS + +
TRICEPS + +
HOFFMAN - -
TROMMER - -
3. ANGGOTA GERAK BAWAH
MOTORIK
PERGERAKAN B T
KLONUS - -
SENSIBILITAS
Dex. Sin.
REFLEK
Dex. Sin.
PATELLA + +
ACHILLES + +
BABINSKI - -
CHADDOCK - -
OPPENHEIM - -
GORDON - -
SCHAEFFER - -
GONDA - -
BING - -
ROSSOLIMO - -
MENDEL-BECHTREW - -
c. Gerakan-gerakan Abnormal
a. Tremor :-
b. Athetosis :-
d. Alat Vegetatif
a. Miksi : dbn
b. Defekasi : dbn
DARAH:
Darah rutin I :
Hb : 12,3 g/dl L
Ht : 36,3 % L
Basofil : 0,2
MCH :28,4
MCHC :33,9
MCV : 83,8
RDW :13,3
PDW :12,0
Kimia :
Trigliserid : 60 mg/dl
HDL : 57 mg/dl
Elektrolit
Kalium : 3,95
Natrium : 135, 52
Klorida : 101,96
Calsium : 8,14
Siriraj Stroke Score (SSS)
Kesadaran : 2,5x 0 :0
Muntah : 2x0 :0
Nyeri kepala : 2x1 :0
Diastolik : 10%x100 : 10
Ateroma, CI, DM :0
Konstanta :-12
o Skor SSS : -2
= Jadi <1 : Stroke Non Perdarahan
KESAN: Meragukan CT-Scan
Foto Thorak AP :
- COR tidak membesar, bentuk dan letak normal
- Gambaran BRPN
Ringkasan
V. Assesment
1. Diagnosa utama
Dextra
2. Dianosa Banding :
a. Masalah
1. SNH
2. Hipertensi gr. II
3. BRPN
4. Hiperglikemia
5. Hemipharesis Sinistra
6. Kejang
b. Assesment
HIPERTENSI GRADE 2
BRPN
Kejang
VII. Terapi
Medikamentosa
1. Inf. RL 20 tpm
6. Tarontal 2 x 400 mg
7. Neutropik 3 x 1 tab
UMUM
VIII. Edukasi
kelemahan.
6. Tarontal 2 x 400 mg
7. Neutropik 3 x 1 tab
BRPN
1. N asetil sistein 2 x 3 mg
2. Inj Ceftriakson 2 x 1 gr
6. Tarontal 2 x 400 mg
7. Neutropik 3 x 1 tab
8. Depakene sirup 3 x 1 cth
6. Tarontal 2 x 400 mg
7. Neutropik 3 x 1 tab
SNH
I. DEFINISI
Stroke menurut WHO adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi
cerebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan
cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa
ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular. (3,6) .
II. ANATOMI
a. Aterosklerosis (tersering).
b. Vaskulitis : arteritis temporalis, poliarteritis nodosa.
c. Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).
d. Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
2. Embolisme.
a. Sumber di jantung : fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium,
penyakit jantung reumatik, penyakit katup jantung, katup prostetik,
kardiomiopati iskemik.
b. Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis
komunis, arteri vertrebralis distal.
c. Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.
3. Vasokonstriksi.
a. Vasospasma serebrum setelah peradarahan subaraknoid.
Epidemiologi
Stroke menduduki posisi ketiga di Indonesia setelah jantung dan kanker.
Sebanyak 28.5 persen penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita
kelumpuhan sebagian maupun total hanya lima belas persen saja yang dapat
sembuh total dari serangan stroke atau kecacatan. Yayasan Stroke Indonesia
(Yastroki) menyebutkan bahwa 63,52 per 100.000 penduduk indonesia
berumur di atas 65 tahun ditaksir menderita stroke.
Gambaran klinis
Proses penyumbatan pembuluh darah otak mempunyai beberapa sifat
klinis yang spesifik :11
1. Timbul mendadak. Timbulnya gejala mendadak dan jarang didahului oleh
gejala pendahuluan (warning signs) seperti sakit kepala, mual, muntah,
dan sebagainya.
2. Menunjukkan gejala neurologis kontraleteral terhadap pembuluh yang
tersumbat. Tampak sangat jelas pada penyakit pembuluh darah otak sistem
karotis dan perlu lebih teliti pada observasi sistem vertebra-basilar
meskipun prinsipnya sama.
3. Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada perdarahan otak
sedangkan pada stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan kesadaran.
Patogenesis
A. Patogenesis umum
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di
dalam arteri – arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteri karotis
interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang– cabangnya. Secara
umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai
20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Proses patologik
yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di
dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat
berupa, (1) keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti
aterosklerosis dan thrombosis, robeknya dinding pembuluh darah, atau
peradangan; (2) berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah,
misalnya syok hiperviskositas darah; (3) gangguan aliran darah akibat
bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh
ekstrakranium; atau (4) ruptur vaskular didalam jaringan otak atau ruang
subaraknoid.11
Berdasarkan patogenesis stroke, maka perjalanan sakit akan
dijabarkan dibawah ini menjadi:12
1. Stadium prapatogenesis, yaitu stadium sebelum terjadi gejala stroke.
Stadium ini umumnya penderita sudah mempunyai faktor risiko atau
memiliki gaya hidup yang mengakibatkan penderita menderita
penyakit degeneratif.
2. Stadium patogenesis, yaitu stadium ini dimulai saat terbentuk lesi
patologik sampai saat lesi tersebut menetap. Gangguan fungsi otak
disini adalah akibat adanya lesi pada otak. Lesi ini umumnya
mengalami pemulihan sampai akhirnya terdapat lesi yang menetap.
Secara klinis defisit neurologik yang terjadi juga mengalami
pemulihan sampai taraf tertentu.
3. Stadium pascapatogenesis, yaitu stadium ini secara klinis ditandai
dengan defisit neurologik yang cenderung menetap. Usaha yang dapat
dilakukan adalah mengusahakan adaptasi dengan lingkungan atau
sedapat mungkin lingkungan beradaptasi dengan keadaan penderita.
Sehubungan dengan penalataksanaanya maka stadium patogenoesis
dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu : 12
1. Fase hiperakut atau fase emergensi. Fase ini berlangsung selama 0 – 3
/ 12 jam pasca onset. Penatalaksanaan fase ini lebih ditujukkan untuk
menegakkan diagnosis dan usaha untuk membatasi lesi patologik
yang terbentuk.
2. Fase akut. Fase ini berlangsung sesudah 12 jam – 14 hari pasca onset.
Penatalaksanaan pada fase ini ditujukkan untuk prevensi terjadinya
komplikasi, usaha yang sangat fokus pada restorasi/rehabilitasi dini
dan usaha preventif sekunder.
3. Fase subakut. Fase ini berlangsung sesudah 14 hari – kurang dari 180
hari pasca onset dan kebanyakan penderita sudah tidak dirawat di
rumah sakit serta penatalaksanaan lebih ditujukkan untuk usaha
preventif sekunder serta usaha yang fokus pada neuro restorasi /
rehabilitasi dan usaha menghindari komplikasi.
B. Patogenesis stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau
lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan
oleh bekuan (trombus) yang terbentuk didalam suatu pembuluh otak
atau pembuluh organ distal kemudian bekuan dapat terlepas pada
trombus vaskular distal, atau mungkin terbentuk didalam suatu organ
seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak
sebagai suatu embolus.11
Pangkal arteria karotis interna (tempat arteria karotis komunis
bercabang menjadi arteria karotis interna dan eksterna) merupakan
tempat tersering terbentuknya arteriosklerosis. Sumbatan aliran di
arteria karotis interna sering merupakan penyebab stroke pada orang
berusia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak
arteriosklerosis di pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau
stenosis.
Diagnosis
A. Anamnesis
Proses anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak
sebelah badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul sangat mendadak,
dapat sewaktu bangun tidur, sedang bekerja, ataupun sewaktu istirahat.
B. Pemeriksaan fisik
Penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi vital
seperti tekanan darah kiri dan kanan, nadi, pernafasan, tentukan juga
tingkat kesadaran penderita. Jika kesadaran menurun, tentukan skor
dengan skala koma glasglow agar pemantauan selanjutnya lebih mudah,
tetapi seandainya penderita sadar tentukan berat kerusakan neurologis
yang terjadi, disertai pemeriksaan saraf – saraf otak dan motorik apakah
fungsi komunikasi masih baik atau adakah disfasia. Jika kesadaran
menurun dan nilai skala koma glasglow telah ditentukan, setelah itu
lakukan pemeriksaan refleks – refleks batang otak yaitu :
1. Reaksi pupil terhadap cahaya.
2. Refleks kornea.
3. Refleks okulosefalik.
4. Keadaan (refleks) respirasi, apakah terdapat pernafasan
Cheyne Stoke, hiperventilasi neurogen, kluster, apneustik dan
ataksik. Setelah itu tentukan kelumpuhan yang terjadi pada
saraf – saraf otak dan anggota gerak. Kegawatan kehidupan
sangat erat hubungannya dengan kesadaran menurun, karena
makin dalam penurunan kesadaran, makin kurang baik
prognosis neurologis maupun kehidupan. Kemungkinan
perdarahan intra serebral dapat luas sekali jika terjadi
perdarahan – perdarahan retina atau preretina pada
pemeriksaan funduskopi.
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan cek laboratorium,
pemeriksaan neurokardiologi, pemeriksaan radiologi, penjelasanya
adalah sebagai berikut :
1. Laboratorium.
a. Pemeriksaan darah rutin.
b. Pemeriksaan kimia darah lengkap.
1. Gula darah sewaktu.
Stroke akut terjadi hiperglikemia reaktif. Gula darah dapat
mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur – angsur
kembali turun.
2. Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim
SGOT/SGPT/CPK, dan profil lipid (trigliserid, LDH-HDL
kolesterol serta total lipid).
c. Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap).
1. Waktu protrombin.
2. Kadar fibrinogen.
3. Viskositas plasma.
d. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan atas indikasi
Homosistein.
2. Pemeriksaan neurokardiologi
Sebagian kecil penderita stroke terdapat perubahan
elektrokardiografi. Perubahan ini dapat berarti kemungkinan
mendapat serangan infark jantung, atau pada stroke dapat terjadi
perubahan – perubahan elektrokardiografi sebagai akibat perdarahan
otak yang menyerupai suatu infark miokard. Pemeriksaan khusus
atas indikasi misalnya CK-MB follow up nya akan memastikan
diagnosis. Pada pemeriksaan EKG dan pemeriksaan fisik mengarah
kepada kemungkinan adanya potensial source of cardiac emboli
(PSCE) maka pemeriksaan echocardiografi terutama transesofagial
echocardiografi (TEE) dapat diminta untuk visualisasi emboli
cardial.
3. Pemeriksaan radiologi
a. CT-scan otak
Perdarahan intraserebral dapat terlihat segera dan pemeriksaan ini
sangat penting karena perbedaan manajemen perdarahan otak dan
infark otak. Pada infark otak, pemeriksaan CT-scan otak mungkin
tidak memperlihatkan gambaran jelas jika dikerjakan pada hari –
hari pertama, biasanya tampak setelah 72 jam serangan. Jika ukuran
infark cukup besar dan hemisferik. Perdarahan/infark di batang otak
sangat sulit diidentifikasi, oleh karena itu perlu dilakukan
pemeriksaan MRI untuk memastikan proses patologik di batang
otak.
b. Pemeriksaan foto thoraks.
1. Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita stroke dan adakah kelainan lain
pada jantung.
2. Dapat mengidentifikasi kelainan paru yang potensial mempengaruhi
proses manajemen dan memperburuk prognosis.
Apabila sasaran dari terapi stroke akut adalah daerah inti dari iskemi yaitu
daerah dimana neuron mengalami kekurangan oksigen dan depat mati, maka
hanya terapi yang cepat dan efektif yang dapat mengembalikan sumbaan
aliran darah dan meningkatkan aliran sebelum sel mengalami rusak yang
ireversibel. Pada daerah penumbra iskemik, aliran darah secara bertahap
menurun. Daerah penumbra merupakan sasaran terapi yang menjanjikan
karena periode jendela terapi yang beberapa jam (15).
b. Menghilangkan vasokonstriksi
Calcium channel blocker, agar diberikan dalam 3 jam pertama dan
belum ada edema otak (GCS >12)
Pencegahan sekunder