Anda di halaman 1dari 22

Arahan Strategi Berdasarkan Daya Saing Industri Kecil Kerajinan Tenun

Songket/Tenun Ikat di Kota Pekanbaru

Rieskie Ayu Zamora


rieskieayu@yahoo.com

Andri Kurniawan
andri.kurniawan@ugm.ac.id

Abstract
Tenun songket/tenun ikat as small scale industry in Pekanbaru has different
characteristic from another tenun songket/tenun ikat in other province. This research goals
are (1) to identify industry characteristic, (2) to analyze their competitiveness, and (3) to
determine the strategy to improve the competitiveness. This research are using quantitative
and qualitative methods. The research objects are all of the industry owner by interview and
give the questionnaire to them. Crosstab in SPSS, GE-McKinsey and Shell matrix, and SWOT
analyze are the techniques to do processing data. The results are 15 tenun songket/tenun ikat
industries have much different characteristics such as the type of industry, industry running
time, industry capital, production showroom, labor, product price and uniqueness,
marketing, and income. The industry competitiveness position are 2 industries include in
grow position, 11 industries include in hold position, and 2 industries include in divest
position. The strategy recommendation is diversification strategy.

Keywords: tenun songket/tenun ikat, competitiveness, strategy

Abstrak
Kota Pekanbaru memiliki salah satu jenis industri yang menghasilkan produk khas
melayu yaitu tenun songket/tenun ikat dengan karakteristik yang berbeda dari tenun
songket/tenun ikat di provinsi lain. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi
karakteristik industri tersebut, (2) menganalisis kondisi daya saingnya, dan (3) menentukan
strategi untuk meningkatkan daya saing. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan
kualitatif. Penelitian dilakukan dengan teknik wawancara dan memberi kuesioner pada
pengusaha. Teknik pengolahan data menggunakan crosstab pada SPSS, matriks GE-
McKinsey dan Shell, dan analisis SWOT. Hasil penelitian yaitu tedapat perbedaan
karakteristik pada 15 industri yang dilihat dari jenis usaha, lama usaha, modal usaha, tempat
produksi, ketenagakerjaan, harga produk, keunikan produk, pemasaran, dan pendapatan.
Posisi daya saing terbagi menjadi tiga yaitu 2 industri berada pada posisi grow , 11 industri
berada pada posisi hold, dan 2 industri berada pada posisi divest. Strategi yang
direkomendasikan adalah diversifikasi strategi.

Kata kunci: tenun songket/tenun ikat, daya saing, strategi


PENDAHULUAN pesta, upacara adat maupun sebagai
Negara Kesatuan Republik pakaian sehari-hari, dan instansi-instansi
Indonesia atau yang sering disebut sebagai atau dinas pemerintahan pada hari tertentu
NKRI merupakan salah satu negara (Pramadewi, 2010). Ada perbedaan
berkembang. Secara umum, negara penggunaan kain songket sebagai pakaian
berkembang akan berorientasi pada proses lokal kebanggaan masyarakat melayu pada
pembangunan secara nasional maupun acara formal, bagi kaum wanita diwajibkan
diintegrasikan kepada cakupan regional. menggunakan kain songket yang dijahit
Berkenaan dengan hal tersebut, maka menjadi rok dan selendang, sedangkan
proses pembangunan dapat dikaitkan bagi kaum laki-laki kain songket dijadikan
dengan pendekatan geografi yang berupa kain panjang/kain samping sebagai
pendekatan kompleks wilayah mengenai pelengkap stelan baju melayu (Mee, 2010).
fenomena dan interaksi antar variabel fisik Industri kecil kerajinan songket ini dapat
lingkungan serta ruang dan variabel dijadikan sumber atau peluang investasi
manusia didalamnya. Hal yang biasanya dalam meningkatkan pertumbuhan
ditonjolkan dalam proses pembangunan ekonomi regional meskipun jumlah pelaku
yang dilakukan terdapat pada sisi kegiatan industri ini tidak begitu banyak .
perekonomian.
Industri kecil kerajinan tenun
Pembangunan ekonomi daerah songket/tenun ikat ini merupakan salah
otonomi dalam menghadapi tantangan satu bagian dari subsektor industri kreatif
internal dan eksternal seperti iklim berupa industri kreatif kerajinan yang
globalisasi dan kesenjangan dituntut untuk dapat diintegrasikan melalui usaha mikro,
dapat melakukan persaingan. Gelombang kecil, ataupun menengah (UMKM.)
globalisasi kali ini mengalami lompatan Industri kreatif berbentuk industri kecil
yang spektakuler yang mempengaruhi kerajinan tenun songket/tenun ikat ini
kehidupan individu, keluarga, dan bangsa tentunya dapat menggambarkan dan
(Baiquni, 2004). Sebagai salah satu mengangkat identitas suatu wilayah
contohnya yaitu kerjasama ekonomi dapat melalui produk lokal hasil kreativitas
memunculkan sebuah kompetisi global masyarakatnya. Hal tersebut juga
dari para pelaku usaha di suatu daerah. Hal berbanding lurus dengan adanya Peraturan
ini tentunya dapat berimplikasi pada salah Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang
percepatan ekonomi kota/kabupaten Kebijakan Industri Nasional yang juga
melalui sektor unggulan atau potensi yang mengatur tentang industri kreatif untuk
dimiliki (Wardhani, 2012). Persaingan pengembangan dan penetepan peta
yang sering terlihat diwujudkan dalam panduannya.
sistematika persaingan pasar yang
dijadikan sebagai pusat perdagangan dari Kebijakan yang berkaitan dengan
hasil suatu usaha atau industri. Sebagai industri pada cakupan regional yaitu kota
pusat perdagangan, pasar tentunya Pekanbaru sebagai ibukota dari Provinsi
memiliki beberapa produk yang akan Riau dapat dilihat pada Peraturan Daerah
dipasarkan salah satunya yaitu hasil Kota Pekanbaru Nomor 31 tahun 2001
industri kecil berupa kerajinan tenun tentang Pengaturan Usaha Industri di Kota
songket/tenun ikat. Songket adalah jenis Pekanbaru yang menempatkan industri
kain tenunan tradisional Melayu dan tenun songket/tenun ikat sebagai salah satu
Minangkabau di Indonesia, Malaysia dan industri pemintalan, pertenunan, dan
Brunei (Dinantia, 2016). Tenun pengolahan akhir tekstil. Keberadaan
songket/tenun ikat yang digunakan oleh industri kecil kerajinan tenun
masyarakat Melayu pada umumnya songket/tenun ikat ini dapat menjadi salah
digunakan pada upacara perkawinan, satu bentuk investasi lokal seiring dengan
adanya Perda Nomor 19 Tahun 2012
terkait Visi Walikota Pekanbaru dalam
RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017
untuk mewujudkan Pekanbaru sebagai
kota metropolitan yang madani dan
sebagai salah satu kota tujuan investasi
terbaik di Indonesia tahun 2030.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi
regional dengan adanya keberadaan
beberapa pelaku usaha /industri yang
memproduksi hasil produk beridentitas Peta Lokasi Kajian
dan bercorak Melayu yaitu industri tenun METODE PENELITIAN
songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru Metode penelitian yang digunakan
tentunya akan menimbulkan persaingan. pada penelitian ini adalah metode
Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi kuantitatif dan metode kualitatif. Metode
guna mengoptimalkan peningkatan kinerja penelitian kuantitatif merupakan metode
pelaku industri dan meningkatkan penelitian yang berlandaskan pada filsafat
pemasukan dalam kegiatan industri yang positivisme yang digunakan untuk meneliti
ditinjau dari sisi persaingannya. populasi atau sampel tertentu, yang mana
Disamping adanya strategi dalam bersaing pengumpulan data menggunakan
yang tepat, adanya inovasi dan dukungan instrumen penelitian, analisis data bersifat
dari berbagai stakeholder tentunya mampu kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
membuat dan membantu sektor industri menguji hipotesis yang telah ditetapkan
kreatif berupa industri kecil kerajinan (Sugiyono, 2011). Metode penelitian
tenun songket/tenun ikat untuk kualitatif merupakan metode yang
mengangkat perekonomian regional kota dilakukan dengan mendefinisikan konsep-
Pekanbaru menjadi lebih baik dan berdaya konsep yang sangat umum, melakukan
saing terhadap wilayah lainnya guna pengamatan melalui lensa-lensa yang
mendukung efektivitas dan optimalisasi lebar, mencari pola-pola antar hubungan
pembangunan wilayah Kota Pekanbaru. antara konsep-konsep yang sebelumnya
Penelitian yang dilakukan di Kota tidak ditentukan (Brannen, 1997).
Pekanbaru ini memiliki tujuan untuk Penelitian ini dilakukan melalui survey
mengidentifikasi karakteristik industri untuk mengumpulkan data primer melalui
kecil kerajinan tenun songket/tenun ikat di observasi, pemberian kuesioner serta
Kota Pekanbaru, menganalisis kondisi wawancara pada responden. Selain itu,
daya saing pada industri kecil kerajinan pengumpulan data sekunder diperoleh
tenun songket/tenun ikat di Kota melalui penelitian terdahulu dan informasi
Pekanbaru, dan menentukan strategi untuk dari instansi seperti Dinas Perdagangan
meningkatkan daya saing pada industri dan Perindustrian Kota Pekanbaru, serta
kecil kerajinan tenun songket/tenun ikat di adanya studi literatur sebagai acuan yang
Kota Pekanbaru. menjadi pendukung dalam pemecahan
masalah penelitian.
Teknik pengambilan sampel yang
dilakukan dalam penelitian adalah teknik
sensus. Teknik sensus dilakukan untuk
mengumpulkan data apabila seluruh
elemen populasi diselidiki satu persatu.
Sensus juga dilakukan ketika jumlah
populasi sebagai sumber data dan
informasi tidak begitu banyak. Data yang McKinsey dan Shell tentang posisi unit
merupakan hasil pengolahan sensus usaha dan daya tarik maing-masing
disebut dengan data sebenarnya. Populasi industri kecil kerajinan tenun
sebagai sumber data dan informasi pada songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru.
penelitian ini adalah populasi industri kecil
kerajinan tenun songket/tenun ikat yang Tujuan ketiga pada penelitian ini
ada di Kota Pekanbaru sebanyak 37 diolah menggunakan menggunakan matrik
industri, namun sampel pada penelitian ini skor dan bobot SWOT model kuantitatif
adalah sebanyak 15 industri karena 22 dengan baik dari faktor internal dan juga
industri lainnya sudah tidak aktif lagi. faktor eksternalnya. Untuk faktor internal
dan eksternal dapat ditentukan berdasarkan
Teknik pengolahan dan analisis data hasil kuesioner dari indikator yang sudah
pada masing-masing tujuan penelitian ini ada seperti produk, lokasi, dan teknik
berbeda-beda. Tujuan pertama pada pemasarannya sehingga dapat
penelitian ini menggunakan software SPSS dikelompokkan menjadi kekuatan dan
dalam pengolahan data berupa kelemahan untuk faktor internalnya serta
karakteristik usaha, produk, dan teknik peluang dan ancaman untuk faktor
pemasaran pada industri tenun eksternalnya. Pengolahan datanya juga
songket/tenun ikat. Data tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Ms.
dikelompokkan pada sebuah tabel dan Excel agar mempermudah dalam proses
diklasifikasikan sehingga mudah untuk penghitungan.
melakukan pengolahannya dengan Hasil dari matrik skor dan bobot baik
menggunakan tabulasi silang. Teknik internal maupun eksternal dapat
analisis data yang digunakan adalah dinterpretasi melalui kuadran SWOT pada
analisis deskriptif kuantitatif terhadap hasil gambar berikut.
penyajian data melalui tabel dari data yang
terkait dengan karakteristik industri kecil
kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota
Pekanbaru.
Tujuan kedua pada penelitian ini
diolah menggunakan Matriks General
Electric McKinsey Company and Shell.
Adapun cara menghitungnya adalah
sebagai berikut:
1.Menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi posisi dan daya tarik Gambar Kuadran SWOT
industri. (sumber: Muta’ali, 2015)
2.Memberi bobot pada seluruh faktor dan
tidak boleh melebihi 100 untuk Keterangan kuadran hasil SWOT:
mengetahui faktor apa saja yang paling 1. Kuadran I (positif, positif),
dominan. menandakan sebuah institusi yang kuat
3.Memberi rating pada masing-masing dan berpeluang sehingga strategi yang
faktor yaitu 1(tinggi), 0,5 (sedang), dan 0 diberikan adalah strategi progresif
(rendah). 2. Kuadran II (positif, negatif)
4. Menjumlahkan bobot dari seluruh faktor menandakan sebuah institusi yang kuat
dan mengalikan bobot dan rating yang namun menghadapi tantangan besar.
telah diberikan pada masing-masing Strategi yang diberikan adalah
faktor. diverisifikasi strategi
Teknik analisis yang digunakan adalah 3. Kuadran III (negatif, positif),
analisis deskriptif terhadap matriks GE- menandakan sebuah institusi yang
lemah namun sangat berpeluang. • Tenun yang diajarkan adala tenun
Strategi yang diberikan adalah dengan tumpu kemudian berganti dengan alat
mengubah strategi sebelumnya yang bernama Kik
4. Kuadran IV (negatif, negatif), • Setelah masa kerajaan berakhir, tenun
menandakan sebuah institusi yang songket sempat menghilang dan susah
lemah dan menghadapi tantangan dicari
besar, strategi yang diberikan adalah • Tahun 1992 Pemda Kabupaten
strategi bertahan Indragiri Hulu menumbuhkembangkan
Teknik analisis yang digunakan adalah kembali songket Indragiri
analisis SWOT dengan keempat faktor • Di Indragiri Hilir, tenun songket juga
yang membentuk akronim SWOT dikembangkan oleh pendatang dari
(strengths, weaknesses, opportunities, dan Sulawesi Selatan dengan pembinaan
threaths) yang disesuaikan dengan oleh Dekranasda setempat (Zulkifli
indikator yang ditentukan seperti usaha, ZA,dkk, 2009).
produk, dan teknik pemasaran yang
nantinya akan menghasilkan strategi- 2. Karakteristik Industri Kecil
strategi yang berguna dalam peningkatan Kerajinan Tenun Songket/Tenun
daya saing industri kecil kerajinan tenun Ikat di Kota Pekanbaru
songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru. Berdasarkan data diperoleh dari
Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota
Pengolahan data untuk membuat peta Pekanbaru terdapat 37 pelaku usaha tenun
dilakukan menggunakan software ArcGIS songket/tenun ikat yang tersebar di 8
setelah sebelumnya mengumpulkan data kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru
titik koordinat lokasi industri kecil antara lain: di Kecamatan Lima Puluh
kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota industri, Kecamatan Payung Sekaki ,
Pekanbaru sehingga dapat diketahui Kecamatan Tampan, Kecamatan Bukit
interpretasi letaknya dengan penyesuaian Raya, Kecamatan Tenaya Raya,
shp Kota Pekanbaru pada software Kecamatan Senapelan, Kecamatan Rumbai
tersebut. Pesisir, dan Kecamatan Marpoyan Damai.
Akan tetapi, setelah dilakukanya survey
HASIL DAN PEMBAHASAN lapangan, jumlah pelaku usaha/ industri
kecil kerajinan tenun songket/tenun ikat
1. Sejarah Terbentuknya Songket yang ada dan aktif di Kota Pekanbaru
A. Tenun Siak hanya 15 pengusaha. Sementara bagi 22
• Diperkenalkan dan diajarkan oleh pengusaha lainnya sudah tidak aktif lagi
Wan Siti binti Wan Karim dari karena pengusaha atau pemilik pindah ke
Kerajaan Terengganu Malaysia ke luar kota dan juga ada yang sudah
Kerajaan Siak pada masa pemerintahan meninggal dunia sehingga pencarian
Sultan Sayid Ali informasi tentang tenun songket/tenun ikat
• Tenun yang diajarkan adala tenun hanya dapat diperoleh dari 15 pengusaha
tumpu kemudian berganti dengan alat saja.
yang bernama Kik ( Zulkifli ZA, dkk. Lima belas pengusaha industri kecil
2009). kerajinan tenun songket/tenun ikat tersebut
B. Tenun Indragiri tersebar di 6 kecamatan yang ada di Kota
• Berasal dari dagang yang menetap di Pekanbaru antara lain di Kecamatan Lima
Puluh sebanyak 5 industri yaitu,
Indragiri yang berpusat di Kota Rengat
Kecamatan Tampan sebanyak 4 industri,
yang dikenal dengan daerah Kampung Kecamatan Payung Sekaki sebanyak 3
Dagang industri, Kecamatan Bukit Raya sebanyak
2 industri, Kecamatan Senapelan sebanyak
1 industri, dan Kecamatan Marpoyan tersebut adalah 11 usaha. Akan tetapi, ada
Damai sebanyak 1 industri. Banyaknya 4 pengusaha tenun songket/tenun ikat
usaha Industri kecil kerajinan tenun yaitu WF, HA, SM, dan EH yang
songket/tenun ikat yang berada di usahanya diturunkan oleh leluhur mereka.
Kecamatan Lima Puluh disebabkan karena Berdasarkan informasi dari pengusaha
lokasinya yang berdekatan dengan Sungai tenun songket/tenun ikat yang turun
Siak sehingga mempermudah akses temurun ini, pengusaha meneruskan
pengiriman melalui jalur laut ke daerah- industri dari orangtua atau leluhur mereka
daerah pesisir atau pulau. Keberadaan yang membuka usaha tenun songket/tenun
industri kecil kerajinan tenun ikat yang ada di Kota Pekanbaru maupun
songket/tenun ikat tersebut dapat dilihat di luar Kota Pekanbaru seperti di
pada gambar berikut. Kabupaten Siak. Oleh karena usaha turun
temurun dan usia yang sudah lansia, maka
usaha tenun songket/tenun ikat akan
diturunkan lagi ke anak dan cucu agar
usaha dapat terus hidup dan tetap menjaga
kelestarian produk melayu.
Industri kecil kerajinan tenun
songket/tenun ikat yang ada di Kota
Pekanbaru ini sudah ada di Kota
Pekanbaru sejak puluhan tahun yang lalu
yang dipelopori oleh WF pada tahun 1963
Peta Persebaran Titik Lokasi Industri yang berarti sudah 54 tahun menekuni
Tenun Songket di Kota Pekanbaru usaha tersebut. Setelah beberapa tahun
kemudian, barulah muncul banyak
2.1 Karakteristik Usaha
pengusaha tenun songket/tenun ikat baru
Karakteristik usaha pada industri kecil
yang ada di Kota Pekanbaru dengan ciri
kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota
khas masing-masing. Industri kecil
Pekanbaru memiliki keanekaragaman antar
kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota
pemilik atau pelaku usahanya. Informasi
Pekanbaru yang paling baru terbentuk dua
mengenai karakteristik usaha pada industri
tahun belakangan ini adalah KUB TM
kecil kerajinan tenun songket/tenun ikat di
yang diketuai oleh EL. Pengusaha tenun
Kota Pekanbaru digali melalui beberapa
songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru
variabel antara lain adalah pemilik usaha,
cenderung memiliki satu tempat produksi,
jenis usaha, lama usaha, modal usaha,
akan tetapi ada 1 pengusaha yang memiliki
bantuan usaha, jenis produk hasil usaha,
2 tempat produksi yaitu industri tenun
tempat produksi, jumlah tenaga kerja, asal
songket dari produk songket WD, serta ada
tenaga kerja, kepemilikan tenaga kerja dari
yang memiliki 20 tempat produksi (rumah
anggota keluarga, upah tenaga kerja, dan
pribadi anggota KUB TM).
tingkat pendidikan tenaga kerja. Beberapa
dari variabel-variabel dapat disatukan
2.1.2 Modal Usaha dan Pendapatan
dalam sebuah tabulasi silang untuk melihat
Tabel Hasil Crosstab Modal Usaha dan
hubungan antara kedua variabel.
Pendapatan
2.1.1 Jenis Usaha dan Lama Usaha Modal Usaha
Rp.
Jenis usaha tenun songket/tenun 8.143.233 > Rp.
- Rp. 18.190.10
ikat di Kota Pekanbaru didominasi oleh < Rp. 18.190.10 1 TOTAL
usaha yang tidak turun temurun, melainkan Pendapatan 8.143.233 1
F % f % f % f %
dibentuk dan dirintis oleh pengusaha tenun < Rp.
songket/tenun ikat sendiri mulai dari nol. 14.026.3 70,0 100 1 73,3
1 00 7 % 2 % 2 67% 1 %
Jumlah usaha yang tidak turun temurun 2 Rp. 1 10,0 0 0% 0 0% 1 6,7%
14.026.3 %
00 - Rp.
dengan modal yang telah dikeluarkan yang
37.973.7
00
berarti bahwa industri tersebut tidak begitu
> Rp. produktif dan berindikasi mengalami
37.973.7 20,0
3 00 2 20% 0 0% 1 33% 3 % kerugian.
1 100 100 100 1 100
TOTAL 0 % 2 % 3 % 5 %
2.1.3 Usia Pengusaha dan Pendapatan
Pengolahan data primer, 2018 Tabel Hasil Crosstab Usia dan
Berdasarkan hasil pengolahan data Pendapatan
tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak Usia Pengusaha
70% industri tenun songket/tenun ikat
yang memiliki modal awal kurang dari Rp. 50-64
>64 tahun
<50 tahun tahun TOTAL
8.143.233,- lebih cenderung memiliki Pendapatan F % f % f % f %
pendapatan kurang dari Rp. 14.026.300,-. < Rp.
Sementara itu 10% industri tenun 1
14.026.30
0 8
88,9
% 2 40% 1
100
%
1
1
73,3
%
songket/tenun ikat dengan modal yang Rp.
14.026.30
sama memiliki pendapatan sebesar Rp. 0 - Rp.
14.026.300,- hingga Rp. 37.973.700,-. 2
37.973.70
0 0 0,0% 1 20% 0 0% 1 6,7%
Selanjutnya sebanyak 20% industri tenun > Rp.
37.973.70 11,1 20,0
songket/tenun ikat yang juga memiliki 3 0 1 % 2 40% 0 0% 3 %
100 100 1
modal yang sama, memperoleh pendapatan TOTAL 9 100% 5 % 1 % 5 100%
lebih dari Rp. 37.973.700,-. Hal tersebut
menunjukkan bahwa 20% industri tenun Pengolahan data primer, 2018
songket/tenun ikat tersebut memiliki Berdasarkan hasil pengolahan data
kinerja usaha yang sangat produktif tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak
sehingga memperoleh pendapatan yang 88,9% pengusaha industri tenun
lebih banyak dibandingkan dengan modal songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru yang
yang dikeluarkan. Disisi lain terdapat dua memiliki usia sangat produktif yaitu <50
industri tenun songket/tenun ikat dengan tahun memiliki pendapatan kurang dari
persentase 100% yang memperoleh Rp. 14.026.300,- dan 11,1% industri yang
pendapatan kurang dari Rp. 14.026.300,- juga termasuk dalam kelompok usia
dengan modal awal yang dikeluarkan sangat produktif tersebut memiliki
sebesar Rp. 8.143.233,- hingga Rp. pendapatan lebih dari Rp. 37.973.700,-.
18.190.101,-. Selanjutnya, sebanyak 67% Sementara itu terdapat pula 40%
industri tenun songket/tenun ikat yang pengusaha industri tenun songket/tenun
memiliki modal usaha lebih dari Rp. ikat usia produktif yaitu dengan rentang
18.190.101,- memperoleh pendapatan usia dari 50-64 tahun yang memperoleh
kurang dari Rp. 14.026.300,- sedangkan pendapatan kurang dari Rp. 14.026.300,- ,
33% industri tenun songket/tenun ikat 20% memperoleh pendapatan sebesar Rp.
dengan modal yang sama memperoleh 14.026.300,- hingga Rp. 37.973.700,-, dan
pendapatan lebih dari Rp. 37.973.700,-. 40% lainnya memperoleh pendapatan lebih
Hal tersebut menunjukkan bahwa ada dari Rp. 37.973.700,-. Selanjutnya
sebanyak 33% industri tenun sebanyak 100% pengusaha industri tenun
songket/tenun ikat tersebut memiliki songket/tenun ikat yang berada pada usia
kinerja usaha yang cukup produktif non produktif yaitu >64 tahun hanya dapat
sehingga perolehan pendapatan cenderung memperoleh pendapatan kurang dari Rp.
lebih besar dibandingkan dengan modal 14.026.300,-. Adanya hal tersebut
yang telah dikeluarkan, sedangkan menunjukkan bahwa kelompok pengusaha
sebanyak 67% industri tenun industri tenun songket/tenun ikat yang
songket/tenun ikat tersebut memperoleh tergolong pada usia sangat produktif dan
pendapatan yang kurang dibandingkan usia produktif lebih cenderung dapat
memperoleh pendapatan yang lebih besar industri tenun songket/tenun ikat lainnya
dibandingkan dengan kelompok pengusaha memberikan upah lebih dari Rp.
dengan usia tidak produktif. 1.097.515,-. Selanjutnya terdapat sebuah
industri tenun songket/tenun ikat dengan
persentase 100% yang memiliki tenaga
2.1.4 Jumlah Tenaga Kerja dan Upah kerja sebanyak 25-35 orang yang memberi
Tenaga Kerja upah pada tenaga kerjanya lebih dari Rp.
Tabel Hasil Crosstab Jumlah Tenaga 1.097.515,-. Upah yang diberikan oleh
Kerja dan Upah Tenaga Kerja pemilik usaha kepada tenaga kerjanya
yaitu dengan waktu sekali dalam setiap
Jumlah Tenaga Kerja
bulannya. Perbedaan upah dari tenaga
25-35 kerja di masing-masing industri tenun
13-24 orang
2-12 orang orang TOTAL songket/tenun ikat tergantung dari
Upah F % f % f % f %
Tenaga kebijakan pemilik usahanya. Pemilik usaha
Kerja
< Rp. 58,3 46,7
menilai kinerja tenaga kerja dari tingkat
1 302.485 7 % 0 0% 0 0% 7 % kerajinan dan ketekunannya. Akan tetapi
Rp.
302.485- adapula pengusaha yang memberikan upah
Rp.
1.097.51 25,0 26,7
sesuai dengan upah minimum
2 5 3 % 1 50% 0 0% 4 % kabupaten/kota (UMK) setempat.
> Rp.
1.097.51 100 26,6
3 5 2 17% 1 50% 1 % 4 %
100 100 1 2.2 Karakteristik Produk
TOTAL 1 100% 2 % 1 % 5 100% Songket merupakan kain yang terbuat
dari perpaduan benang emas dan benang
Pengolahan data primer, 2018 katun yang disatukan dengan
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan alat yang bernama Alat
tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak Tenun Bukan Mesin (ATBM). Sebanyak
58,3% industri tenun songket/tenun ikat di 15 pengusaha tenun songket di Kota
Kota Pekanbaru yang memiliki tenaga Pekanbaru menggunakan bahan baku
kerja sebanyak 2-12 orang memberikan berupa benang emas dan benang katun
upah kepada tenaga kerjanya kecil dari Rp. yang berkualitas sehingga produk songket
302.485,-. Pada kenyataannya, hal tersebut tersebut akan berkualitas baik dan
sebenarnya menunjukkan bahwa dari memiliki daya jual yang tinggi. Pengusaha
industri-industri tersebut tidak memiliki tenun songket/tenun ikat di Kota
tenaga kerja sehingga tidak perlu Pekanbaru memperoleh bahan baku dari
mengeluarkan upah bagi tenaga kerja. . wilayah setempat dan bahkan dibeli atau
Selanjutnya, sebanyak 25% industri tenun dikirim dari luar Pekanbaru seperti
songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru Silungkang, Bukittinggi, Jakarta, Bandung,
dengan rentang jumlah tenaga kerja yang Surabaya, Singapura, Cina, dan India.
sama memberikan upah dengan rentang
nilai sebesar Rp. 302.485,- hingga Rp. 2.2.1 Harga Terendah dan
1.097.515,- dan sebanyak 17% industri Pendapatan
tenun songket/tenun ikat di Kota Tabel Hasil Crosstab Harga Terendah
Pekanbaru dengan rentang jumlah tenaga Produk dan Pendapatan
kerja yang sama memberikan upah lebih Harga Terendah Produk
Rp.
dari Rp. 1.097.515,-. Sementara itu 666.666 -
<Rp. Rp. >Rp.
terdapat 50% industri tenun songket/tenun 666.666 999.999 999.999 TOTAL
ikat yang memiliki tenaga kerja sebanyak Pendapatan F % f % f % f %

13-24 yang memberikan upah pada tenaga < Rp.


14.026.3 60,0 100 100 1 73,3
kerjanya dengan rentang nilai Rp. 1 00 6 % 2 % 3 % 1 %
Rp.
302.485,- hingga Rp. 1.097.515,- dan 50% 14.026.3 10,0
2 00 - Rp. 1 % 0 0% 0 0% 1 6,7%
37.973.7 Pendapatan F % f % f % f %
00
> Rp. < Rp.
37.973.7 20,0 14.026.3 1 76,9 100 1 73,3
3 00 3 30% 0 0% 0 0% 3 % 1 00 0 % 0 0% 1 % 1 %
Rp.
1 100 100 100 1 100
14.026.3
TOTAL 0 % 2 % 3 % 5 %
00 - Rp.
37.973.7
2 00 1 7,7% 0 0% 0 0% 1 6,7%
Pengolahan data primer, 2018 > Rp.
37.973.7 100 20,0
Berdasarkan hasil pengolahan data 3 00 2 15% 1 % 0 0% 3 %
tersebut terhadap produksi kain tenun 1 100 100 100 1 100
TOTAL 3 % 1 % 1 % 5 %
songket/tenun ikat yang dilakukan setiap
Pengolahan data primer, 2018
bulannya, diketahui bahwa sebanyak 60%
Berdasarkan hasil pengolahan data
industri tenun songket/tenun ikat yang
tersebut terhadap produksi kain tenun
menetapkan harga terendah produk kain
songket/tenun ikat yang dilakukan setiap
songket dengan harga kurang dari Rp.
bulannya, diketahui bahwa sebanyak
666.666,- lebih cenderung memiliki
76,9% industri tenun songket/tenun ikat
pendapatan kurang dari Rp. 14.026.300,-
yang menetapkan harga tertinggi produk
sedangkan sebanyak 10% industri tenun
kain tenun songket kurang dari Rp.
songket/tenun ikat lainnya dengan harga
5.866.666,- lebih cenderung memiliki
terendah produk yang sama memiliki
pendapatan kurang dari sebesar Rp.
pendapatan dengan rentang nilai sebesar
14.026.300,- sedangkan sebanyak 7,7%
Rp. 14.026.300,- hingga Rp. 37.973.700,-,
industri tenun songket/tenun ikat lainnya
kemudian 30% industri tenun
dengan harga tertinggi produk yang sama
songket/tenun ikat dengan harga terendah
memiliki pendapatan dengan rentang nilai
produk yang juga sama memperoleh
sebesar Rp. 14.026.300,- hingga Rp.
pendapatan lebih dari Rp. 37.973.700,-.
37.973.700,-, kemudian 15% industri
Sementara itu sebanyak 100% industri
tenun songket/tenun ikat dengan harga
tenun songket/tenun ikat yang memiliki
tertinggi produk yang juga sama
harga jual terendah produk dengan rentang
memperoleh pendapatan lebih dari Rp.
harga sebesar Rp. 666.666,- hingga Rp.
37.973.700,-. Sementara itu sebanyak
999.999,- memperoleh pendapatan kurang
100% industri tenun songket/tenun ikat
dari Rp. 14.026.300,-. Selanjutnya
yang memiliki harga jual tertinggi produk
terdapat 100% industri tenun
dengan rentang harga sebesar
songket/tenun ikat yang memiliki harga
Rp.5.866.666,- hingga Rp. 8.799.999,-
terendah produk lebih dari Rp. 999.999,-
memperoleh pendapatan lebih dari Rp.
juga memperoleh pendapatan kurang dari
37.973.700,-. Selanjutnya terdapat 100%
Rp. 14.026.300,-. Hal tersebut
industri tenun songket/tenun ikat yang
menunjukkan bahwa semakin rendah atau
memiliki harga tertinggi produk lebih dari
murah harga jual produk kain tenun
Rp. 8.799.999,- memperoleh pendapatan
songket/tenun ikat, maka pendapatan akan
kurang dari Rp. 14.026.300,-. Hal tersebut
cenderung diperoleh dengan mudah karena
menunjukkan bahwa pendapatan akan
pada dasarnya pembeli cenderung tertarik
lebih mudah dan banyak diperoleh
pada suatu produk dengan harga jual yang
pengusaha tenun songket/tenun ikat ketika
lebih murah namun juga didukung oleh
harga tertinggi kain tenun songket/tenun
kualitas produk yang bagus. ikat yang ditawarkan kepada pembeli
2.2.2 Harga Tertinggi dan Pendapatan cenderung lebih murah dibandingkan
Tabel Hasil Crosstab Harga Tertinggi dengan pengusaha yang lainnya.
Produk dan Pendapatan
Harga Tertinggi Produk 2.3 Karakteristik Teknik Pemasaran
Rp.
5.866.666
<Rp. - Rp. >Rp. Teknik pemasaran yang dilakukan
5.866.666 8.799.999 8.799.999 TOTAL
pada industri kecil kerajinan tenun
songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru yaitu
penyebaran informasi dari pelanggan, ikut
serta dalam pameran, membuka gerai, dan
promosi melalui perantara lain seperti
media sosial berupa Facebook. Teknik-
teknik tersebut diharapkan mampu
menarik pelanggan agar membeli hasil
produksi kain tenun songket dan sekaligus
menjadi pelanggan tetap.
Produk kain tenun songket yang telah
dibuat pengusaha tenun songket/tenun ikat Peta Distribusi Pemasaran Tenun
juga memiliki distribusi mulai dari tingkat Songket/Tenun Ikat Tingkat Nasional
lokal (Provinsi), tingkat nasional, dan
tingkat internasional atau mancanegara.
Distribusi barang pada tingkat Provinsi
tersebar di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten
Siak, Kabupaten Kuantan Singingi,
Kabupaten Indragiri Hulu, dan Kabupaten
Indragiri Hilir. Sementara itu pada tingkat
nasional, distribusi produk disalurkan ke
Provinsi Sumatera Utara, Provinsi DKI
Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi
Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur,
Provinsi Bali, dan Provinsi Nusa Peta Distribusi Pemasaran Tenun
Tenggara. Pada tingkat internasional atau Songket/Tenun Ikat Tingkat Nasional
mancanegara, produk disalurkan hingga ke
Negara Singapura, Malaysia, Brunei, Distribusi dilakukan oleh
Filipina, Thailand, Cina, Jepang, dan pengusaha dengan menggunakan jasa
India. Adapun distribusi produk dari pengiriman dan transportasi pribadi untuk
tingkat lokal (Provinsi), tingkat nasional, di tingkat lokal Provinsi. Adanya
dan tingkat internasional atau mancanegara pendistribusian ini memudahkan pembeli
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut. atau pelanggan untuk memperoleh produk
tenun songket yang diinginkannya.
Disisi lain, hal yang perlu
ditonjolkan dalam sistem pemasaran yaitu
posisi atau lokasi dari industri kecil
kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota
Pekanbaru. Lokasi industri yang strategis
akan dapat menjadi keuntungan bagi
pemiliknya dan menjadi suatu hal yang
dapat menarik pembeli. Pengaruh lokasi
industri kecil kerajinan tenun
songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru
Peta Distribusi Pemasaran Tenun terhadap penjualan adalah semakin
Songket/Tenun Ikat di Provinsi Riau strategis lokasi industrinya maka akan
banyak pembeli yang tertarik untuk
membeli produk di industri tersebut.
Apabila lokasi kurang strategis dan akses
menuju industri tersebut agak sulit dicapai,
maka pemasaran produk tidak akan
berjalan optimal sehingga perolehan Tabel Hasil Crosstab Jumlah Pelanggan
pendapatan juga tidak banyak. Tetap dan Produk yang Dikirim
Jumlah Produk yang Dikirimkan

2.3.1 Jumlah Pelanggan Tetap dan


10-20 >20
Frekuensi Pembelian <10 produk produk produk TOTAL
Jumlah F % f % f % f %
Tabel Hasil Crosstab Pelanggan Tetap Pelanggan
dan Frekuensi Pembelian Tetap
<5
Jumlah Pelanggan Tetap
1 orang 9 69,2% 0 0% 0 0% 9 60%
5-10
2 orang 3 23,1% 0 0% 0 0% 3 20%
<5 orang 5-10 orang >10 orang TOTAL >10
Frekuensi F % f % f % f % 3 orang 1 8% 1 100% 1 100% 3 20%
Pembelian TOTAL 13 100% 1 100% 1 100% 15 100%
<5
1 kali 9 100% 3 100% 1 33,3% 13 86,7% Pengolahan data primer, 2018
5-10
2 kali 0 0% 0 0% 2 66,7% 2 13,3% Berdasarkan hasil pengolahan data
TOTAL 9 100% 3 100% 3 100% 15 100% tersebut dapat diketahui adanya variasi
Pengolahan data primer, 2018 kepemilikan jumlah pelanggan tetap dari
Berdasarkan hasil pengolahan data jumlah produk yang dikirimkan oleh
tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 9 pemilik industri yaitu sebesar 69,2%
industri tenun songket/tenun ikat di Kota industri tenun songket/tenun ikat yang
Pekanbaru dengan persentase sebesar mengirimkan produk sebanyak <10 produk
100% yang memiliki jumlah pelanggan setiap bulannya memiliki jumlah
tetap <5 orang melakukan pembelian pelanggan tetap dengan rentang antara <5
produk tenun songket dengan frekuensi <5 orang, kemudian sebesar 23,1% industri
kali setiap bulannya, begitu juga dengan 3 dengan jumlah pengiriman produk yang
industri lainnya dengan persentase sebesar sama memiliki pelanggan tetap dengan
100% memiliki pelanggan tetap dengan jumlah 5-10 orang, dan 8% industri
jumlah 5-10 orang juga memiliki frekuensi dengan jumlah pengiriman produk yang
pembelian produk tenun songket sebanyak sama memiliki pelanggan tetap sebanyak
<5 kali setiap bulannya. Sementara itu >10 orang. Sementara itu terdapat sebuah
sebesar 33,3% industri tenun indsutri dengan persentase sebesar 100%
songket/tenun ikat yang memiliki dengan jumlah produk yang dikirimkan
pelanggan tetap sebanyak >10 orang setiap bulannya mencapai 10-20 produk
melakukan pembelian produk tenun yang memiliki pelanggan tetap sebanyak
songket/tenun ikat dengan frekuensi >10 orang, begitu juga dengan sebuah
sebanyak <5 kali setiap bulannya, dan industri lainnya dengan persentase sebesar
sebesar 66,7% industri tenun 100% yang mengirimkan jumlah produk
songket/tenun ikat lainnya dengan jumlah sebanyak >20 produk setiap bulannya dan
pelanggan tetap yang sama melakukan memiliki jumlah pelanggan tetap sebanyak
pembelian produk dengan frekuensi >10 orang. Hal tersebut menunjukkan
sebanyak 5-10 kali setiap bulannya. Hal bahwa lebih banyak industri yang
tersebut bahwa pelanggan tetap lebih memiliki pelanggan tetap sebanyak <5
banyak melakukan pembelian produk orang yang mengirimkan jumlah produk
tenun songket <5 kali setiap bulannya. Hal ke luar kota sebanyak <10 produk setiap
ini dapat disebabkan karena keterbatasan- bulannya dibandingkan dengan yang lain.
keterbatasan baik dalam segi materi Hal ini juga dapat disebabkan karena
pelanggan tetap ataupun adanya kebutuhan masing-masing pelanggan tetap
pembatasan kebutuhan akan kain songket berbeda-beda dan juga karena ada
terhadap kebutuhan primer lainnya. keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki
pelanggan tetap tersebut.
2.3.2 Jumlah Produk yang Dikirim
dan Jumlah Pelanggan Tetap
3. Daya saing Industri Kecil Kerajinan adalah tindakan responsif dan keramahan
Tenun Songket/Tenun Ikat di Kota dari pengusaha dan tenaga kerja dalam
Pekanbaru melayani pembeli atau pelanggan yang
Dalam dunia usaha atau industri datang ke tempat dan penyediaan ruang
sudah sewajarnya terdapat persaingan parker yang memadai bagi kendaraan
antar pemiliknya. Persaingan yang terjadi pembeli sehingga tidak mengganggu
dapat ditingkat industri lokal, regional kondisi lalu lintas jalan.
nasional, maupun internasional. Persaingan yang terjadi pada aspek
Persaingan yang terjadi antar industri juga pemasaran antar industri tenun
ditentukan dari beberapa aspek seperti songket/tenun ikat juga mengalami
lokasi, harga, dan kualitas, pelayanan, dan perbedaan. Pemasaran yang dilakukan
promosi. Terjadinya persaingan tersebut pengusaha tenun songket/tenun ikat antara
sebagai bentuk upaya pemilik usaha atau lain dengan mengikuti pameran, membuka
industri dalam memperoleh keuntungan gerai, penyebaran informasi pelanggan dari
yang optimal. mulut ke mulut, serta menerima pemesanan
Persaingan yang terjadi di lingkup melalui media sosial.
industri kecil kerajinan tenun
songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru pada
3.1 Posisi Daya Saing Industri Kecil
aspek lokasi menunjukkan adanya
Kerajinan Tenun Songket/Tenun
persebaran 15 lokasi industri tenun
Ikat di Kota Pekanbaru
songket/tenun ikat di 8 Kecamatan yang
Posisi daya saing suatu industri
ada di Kota Pekanbaru. Lokasi industri
dapat diketahui melalui perhitungan pada
tersebut ada yang strategis yakni berada
matriks General Electric (GE)-McKinsey
dekat dengan pusat kota dan adapula yang
dan Shell (Porter,1980). Langkah pertama
jauh dari pusat kota. Kondisi infrastruktur
yang dilakukan adala menentukan faktor-
berupa jalan sebagai aksesibilitas menuju
faktor yang berpengaruh terhadap posisi
industri tersebut juga berbeda-beda
kompetitif industri dan daya tarik industri.
diantaranya jalan aspal dan jalan yang
Langkah kedua memberi bobot pada faktor-
belum beraspal. Hal tersebut menjadi salah
faktor tersebut dengan batasan tidak boleh
satu faktor penentu dalam daya saing
melebihi 100 untuk mengetahui faktor yang
industri.
dominan berdasarkan hasil pertimbangan
Persaingan yang terjadi pada aspek
masing-masing pemilik industri. Langkah
harga dan aspek kualitas dari industri tenun
ketiga adalah memberikan rating pada
songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru
faktor-faktor tersebut sebesar 1,0 (tinggi),
menunjukkan adanya keterkaitan. Harga
0,5 (sedang), dan 0,0 (rendah). Pemberian
tenun songket/tenun ikat yang diberikan
rating didasarkan pada indikator-indikator
kepada pembeli ataupun pelanggan
dari faktor-faktor yang telah dipilih agar
berbeda-beda. Akan tetapi pemberian harga
hasil analisis lebih objektif. Langkah
tersebut didasarkan pada kualitas produk
keempat adalah mengklasifikasikan
dan banyaknya bahan baku yang
indikator-indikator tersebut pada masing-
digunakan oleh pengusaha. Hal tersebut
masing industri. Langkah terakhir adalah
disebabkan oleh harga bahan baku untuk
menghitung bobot total skor dari masing-
membuat tenun songket/tenun ikat relatif
masing pengusaha.
mahal. Harga yang diberikan dimulai
Posisi daya saing pada industri kecil
dengan rentang nilai Rp.300.000,- hingga
kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota
Rp. 10.000.000,- untuk tenun songket.
Pekanbaru juga ditentukan berdasarkan
Persaingan yang terjadi pada aspek
posisi kompetitif industri dan daya tarik
pelayanan antar industri tenun
industrinya. Faktor-faktor yang digunakan
songket/tenun ikat juga mengalami
dalam posisi kompetitif adalah 11 faktor
perbedaan. Pelayanan yang diberikan
seperti faktor seperti ukuran, pertumbuhan
pasar, bagian pasar, posisi,
kemampulabaan, margin, sisi teknologis,
kekuatan dan kelemahan, citra, pencemaran
dan orang-orang. Sementara itu, faktor-
faktor yang yang menjadi daya tarik
industri terdiri dari 8 faktor yang terdiri dari
ukuran, petumbuhan pasar (penentuan
harga), struktur persaingan, peranan teknis,
sosial, lingkungan, peraturan, dan manusia.
Informasi mengenai posisi kompetitif unit
industri dan daya tarik industri tersebut
diperoleh melalui pengambilan data di
lapangan kepada 15 pemilik industri tenun
songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru yaitu
WF, WD, EL (KUB TM), ER, SU, RH,
HA, ZU, JL, SM, EH, ME, YS, NH dan
DY. Keterangan:
Berdasarkan hasil perhitungan total
skor pada masing-masing pengusaha, maka = Membangun/meningkat
dapat dilakukan pengklasifikasian pada
posisi kompetitif dan daya tarik industri = Bertahan
untuk menentukan kekuatan yang dimiliki.
Pengklasifikasian tersebut diberi batasan = Menuai/terhenti
untuk mempermudah dalam
mendeskripsikan data. Batasan tersebut Posisi Industri Masing-Masing Industri
adalah 0-33.33 untuk kategori rendah, Tenun Songket/Tenun Ikat di Kota
33.33-66.67 untuk kategori sedang, dan Pekanbaru Dalam Matriks GE-
66.67-100 untuk kategori tinggi. Hasil dari McKinsey dan Shell.
pengklasifikasian tersebut akan dapat Berdasarkan hasil
dilihat pada tabel dan gambar berikut. pengklasifikasian industri tenun
songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru pada
Tabel Hasil Klasifikasi Skor Posisi matriks GE-McKinsey dan Shell tersebut
Kompetitif dan Daya Tarik Industri diperoleh bahwa tenun songket/tenun ikat
Masing-Masing Industri Tenun milik WF dan WD berada pada posisi daya
Songket/Tenun Ikat di Kota Pekanbaru saing yang tinggi dan aman dengan asumsi
bahwa industri tenun songket/tenun ikat
No Tenun Posisi Keterangan Daya Keterangan
Songket Kompetitif Tarik yang dimilikinya berada pada tahap
1 WF 68.5 Tinggi 67.5 Tinggi
2 WD 67.5 Tinggi 68 Tinggi
membangun atau meningkat. Dengan kata
3 EL 60.5 Sedang 65 Sedang lain bahwa ke dua industri tersebut
4 ER 48.5 Sedang 43 Sedang
5 SU 47 Sedang 58.5 Sedang berinvestasi untuk pertumbuhan dan
6 RH 49 Sedang 53.5 Sedang
7 HA 42 Sedang 38 Sedang memiliki konsentrasi usaha dalam menjaga
8
9
ZU
NH
43.75
27
Sedang
Rendah
39
39
Sedang
Sedang
kekuatannya seperti citra usaha yang sudah
10 JL 41 Sedang 43 Sedang dikenal oleh masyarakat luas, jangkauan
11 SM 54.5 Sedang 57.5 Sedang
12 EH 53.5 Sedang 57 Sedang industri sudah mencakup seluruh bagian
13 DY 28.5 Rendah 38 Sedang
14 ME 55.5 Sedang 63 Sedang
pasar, tenaga kerja terampil yang sudah
15 YS 43 Sedang 44 Sedang memadai, dan dukungan sosial dari
masyarakat yang berada di sekitar lokasi
industri. Industri kecil kerajinan tenun
songket/tenun ikat yang dijalankan oleh
EL (KUB TM), ER, SU, RH, HA, ZU, JL,
3. Adanya kerjasama dengan kerja pembuat tenun songket
SM, EH, ME, YS berada pada posisi daya pihak hotel dalam
saing yang bertahan dengan memperkenalkan songket
kepada wisatawan
mempertahankan kinerja yang telah Berdasarkan hasil perumusan
dilakukan selama proses menjalankan faktor internal dan faktor eksternal
industri dan berkonsentrasi pada investasi (SWOT) tersebut, langkah selanjutnya
dalam segmen-segmen yang memberikan yang dilakukan adalah memberikan skor 1-
keuntungan yang bagus dan resiko yang 10 dan bobot 1-3 pada tiap poin faktor.
rendah. Disisi lain, industri kecil kerajinan Langkah selanjutnya adalah mengalikan
tenun songket/tenun ikat yang dijalankan skor dan bobot pada tiap poin faktor dan
oleh NH dan DY berada pada posisi daya dihitung totalnya dari 3 poin yang ada
saing yang menuai dan adanya pada masing-masing faktor. Pada faktor
keterbatasan ekspansi industri yang artinya internal dilakukan pengurangan dari nilai
membutuhkan cara-cara utuk melakukan poin kekuatan dengan nilai poin
ekpansi tanpa mengalami resiko yang kelemahan sehingga menghasilkan nilai x,
besar, minimalnya nilai investasi dan sedangkan pada faktor eksternal dilakukan
pembuatan serta penjualan produk tenun pengurangan nilai poin peluang dengan
songket/tenun ikat sangat jarang dilakukan nilai poin ancaman sehingga menghasilkan
dan hanya dibuat apabila ada yang nilai y. Nilai x dan y tersebut digunakan
memesan saja sehingga upaya untuk untuk menggambarkan posisi relatif dari
meningkatkan daya saing terhadap industri industri. Pemberian skor dan bobot
lain agak sulit dilakukan. Keterbatasan- disesuaikan dengan hasil pengecekan
keterbatasan ke dua industri ini terdapat langsung pada industri tenun
pada hampir seluruh bagian faktor-faktor songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru.
dari posisi kompetitif unit industri dan Adapun tabel total skor dari masing-
daya tarik industri, namun peranan masing poin faktor yang menjadi nilai x
lingkungan sekitar tempat tinggal serta dan y dapat dilihat pada tabel berikut.
masyarakat setempatlah yang menjadikan Tabel Matriks Internal Factor Analysis
industri ini masih tetap berjalan. Summary (IFAS)
No Faktor Internal Kunci Skor Bobot Total Bobot
(critical success factor) (Si) (Bi) (Si x Bi)
4. Strategi Peningkatan Daya Saing Kekuatan, Strength (S)
Industri Kecil Kerajinan Tenun 1 Kualitas songket yang terjamin 9 2 18
baik
Songket/Tenun Ikat di Kota
2 Adanya variasi motif dan 9 1 9
Pekanbaru diversifikasi produk
3 Pembuat tenun adalah orang 8 1 8
asli melayu Riau sehingga
4.1 Faktor Internal dan Faktor akan lebih mengetahui dan
menguasai tentang hal
Eksternal penenunan.

Total Kekuatan 35
Tabel SWOT Kelemahan, Weakness (W)
Kekuatan (strength): Kelemahan (weakness): 1 Jumlah tenaga kerja terampil 9 2 18
1. Kualitas songket yang 1. Jumlah tenaga kerja yang kurang yang kurang memadai
terjamin baik memadai
2. Adanya variasi motif dan 2. Kesulitan dalam memperoleh 2 Kesulitan dalam memperoleh 6 1 6
diversifikasi produk bahan baku bahan baku
3. Pembuat tenun adalah orang 3. Delivery order yang kadang tidak 3 Delivery order yang kadang 7 1 7
asli melayu Riau sehingga tepat waktu tidak tepat waktu
kan lebih mengetahui dan Total Kelemahan 31
menguasai tentang hal Selisih Total Kekuatan – Kelemahan (S-W) = 35-31= 4 (x)
penenunan

Peluang (opportunity): Ancaman (threat): Tabel Matriks External Factor Analysis


1. Adanya dukungan dari 1. Material bahan dan persaingan
pemerintah dalam bentuk produk dari luar Pekanbaru yang Summary EFAS
kebijakan untuk motifnya relative sama dengan No Faktor Eksternal Kunci Skor Bobot Total Bobot
menggunakan kain songket teknologi printing dan harga yang (critical success factor) (Se) (Be) (Se x Be)
dan mengadakan pelatihan lebih murah Peluang, Opportunities (O)
untuk menenun 2. Harga bahan baku itnggi tapi 1 Adanya dukungan dari 8 1 8
2. Kegiatan pameran sebagai harga produk tidak bisa naik pemerintah dalam bentuk
wadah pengenalan kain 3. Sulitnya untuk melakukan kebijakan untuk menggunakan
songket regenerasi pengrajin atau tenaga kain songket kain songket dan
No Faktor Eksternal Kunci Skor Bobot Total Bobot
(critical success factor) (Se) (Be) (Se x Be)
dipasarkan kepada pembeli juga bervariasi
mengadakan pelatihan untuk seperti tanjak, dompet, tas, tempat tisu,
menenun
2 Kegiatan pameran sebagai 6 1 6 gantungan kunci, selendang, dan baju
wadah pengenalan kain
songket
pengantin yang bahannya berbeda dengan
3 Adanya kerjasama dengan
pihak hotel dalam
7 1 7 yang dijual orang lain biasanya. Barang-
memperkenalkan songket barang tersebut dibuat dari tenun songket
kepada wisatawan
Total Kekuatan 21 sehingga menciptakan keunikan tersendiri.
Ancaman, Threats (T)
1 Material bahan dan persaingan 8 2 16
Poin kekuatan dengan skor dan
produk dari luar bobot yang tertinggi ketiga adalah
Pekanbaru/Riau yang motifnya
relatif sama dengan teknologi pembuat tenun merupakan orang asli
printing dan harga yang lebih
murah
melayu Riau sehingga akan lebih
mengetahui dan menguasai tentang hal
2 Harga bahan baku tinggi tapi 6 1 6
harga produk tidak bisa naik penenunan. Orang asli melayu Riau yang
3 Sulitnya untuk melakukan 6 1 6 bekerja sebagai penenun biasanya akan
regenerasi pengrajin pembuat
tenun songket
lebih memahami dan menguasai teknik-
teknik pembuatan kain tenun songket dari
Total Kelemahan 28
Selisih Total Peluang – Ancaman (O-T )= 21-28= -7(y) tahap awal hingga akhir serta lebih
Skor 1-10 = dari yang sangat tidak penting memiliki penguasaan motif yang banyak
ke sangat tidak penting dan memiliki kreasi dalam meletakkan
Bobot = 1 (mendesak), 2 (lebih motif pada sebuah kain songket.
mendesak), 3 (sangat mendesak) Poin kelemahan pada industri kecil
Poin kekuatan pada industri kecil kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota
kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru yang memiliki skor dan bobot
Pekanbaru yang memiliki skor dan bobot paling tinggi adalah jumlah tenaga kerja
paling tinggi adalah kualitas songket yang terampil yang kurang memadai. Ada 7
terjamin dengan baik. Semua pengusaha industri tenun songket/tenun ikat di Kota
tenun songket/tenun ikat yang ada di Kota Pekanbaru yang tidak memiliki tenaga
Pekanbaru menggunakan bahan baku kerja diantaranya industri tenun
pembuatan songket yang berkualitas songket/tenun ikat milik ER, HA, ZU, NH,
tinggi. Bahan baku yang digunakan oleh JL, DY, dan YS. Tidak adanya
pengusaha yaitu benang katun dan benang kepemilikan tenaga kerja yang terampil
emas. Disamping itu, pembuatan tenun dapat menghambat produktivitas dalam
songket juga dikerjakan dengan teliti guna membuat tenun songket apalagi ketika
menjaga kualitas tenun songket. menerima pesanan yang cukup banyak dari
Poin kekuatan dengan skor dan pembeli. Kurangnya tenaga kerja yang
bobot yang tertinggi kedua yang dimiliki terampil juga berkaitan dengan poin
oleh industri kecil kerajinan tenun kelemahan dengan skor dan bobot yang
ikat/tenun songket di Kota Pekanbaru tertinggi kedua yaitu delivery order yang
adalah variasi motif dan diversifikasi kadang tidak tepat waktu. Oleh karena
produk. Pengusaha harus dapat banyaknya pesanan yang diterima, namun
memberikan suguhan motif yang unik dan pengusaha tenun songket/tenun ikat tidak
bervariasi namun sesuai dengan konsep memiliki bantuan tenaga kerja yang
melayu akan lebih banyak diminati oleh terampil dan memadai maka kain tenun
pembeli. Walaupun pilihan motif pada songket tidak bisa selesai tepat waktu.
songket berjumlah banyak, namun pembeli Poin kelemahan dengan skor dan
yang khususnya masyarakat melayu lebih bobot yang tertinggi ketiga adalah
sering memilih motif pucuk rebung, siku kesulitan dalam memperoleh bahan baku.
keluang, siku awan, dan tampuk manggis Bahan baku yang dimaksud yaitu benang
serta kombinasinya. Selain motif, emas. Ketersediaan benang emas di Kota
diversifikasi produk dari tenun yang Pekanbaru kurang memadai sehingga
pengusaha harus membeli dari luar kota menghambat proses pengembangan
seperti Silungkang, Bukittinggi, Jakarta, identitas asli kain songket melayu karena
Bandung, dan Surabaya atau bahkan pembeli akan dapat lebih tertarik pada
melakukan pemesanan dari luar negeri barang dari luar Pekanbaru tersebut. Hal
seperti dari Singapura, Cina, dan India. ini juga berkaitan dengan poin peluang
Poin peluang pada industri kecil dengan skor dan bobot yang tertinggi
kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota kedua yaitu harga bahan baku tinggi tetapi
Pekanbaru yang memiliki skor dan bobot harga produk tidak bisa naik. Jika harga
paling tinggi adalah adanya dukungan dari kain tenun songket agak lebih mahal, maka
pemerintah dalam bentuk kebijakan untuk kemungkinan besar pembeli akan lebih
menggunakan kain songket dan memilih produk yang lebih murah dan
mengadakan pelatihan untuk menenun. motif yang relatif sama tersebut meskipun
Kebijakan yang diterapkan yaitu bahannya sedikit berbeda.
menggunakan kain songket sebagai kain Poin ancaman dengan skor dan
samping setiap hari Jumat untuk kaum bobot yang tertinggi ketiga adalah sulitnya
laki-laki baik yang ada di sekolah maupun untuk melakukan regenerasi pengrajin
instansi. Pemerintah juga membuat pembuat tenun songket. Pada era
pelatihan menenun bagi masyarakat yang globalisasi saat ini, masyarakat yang
ingin mengasah keterampilan dan tergolong kaum muda lebih banyak
mengembangkan bakat dalam membuat memilih pekerjaan lain yang lebih
tenun songket melayu Riau. Pelatihan ini menjanjikan dibandingkan dengan ikut
biasanya diadakan oleh Dinas Perdagangan serta dan ambil andil dalam salah satu
dan Perindustrian Kota Pekanbaru. untuk melestarikan kebudayaan melayu
Poin peluang dengan skor dan misalnya meneruskan pembuatan tenun
bobot yang tertinggi kedua adalah songket yang diturunkan dari leluhur atau
mengadakan kegiatan pameran sebagai orangtua. Walaupun banyak kaum muda
wadah pengenalan kain songket yang mencintai kebudayaan lokal belum
mengadakan kegiatan pameran sebagai tentu mereka mau untuk mengasah bakat
wadah pengenalan kain songket. Pameran dan keterampilan untuk membuat kain
biasanya digelar digedung kedaerahan tenun songket/tenun ikat.
ataupun bisa dititipkan kepada pihak hotel-
hotel yang berada di Kota Pekanbaru 4.2 Kuadran SWOT
sebagaimana hal tersebut juga menjadi Hasil nilai x dan y yang telah diperoleh
poin peluang dengan skor dan bobot yang dari perhitungan pada matriks Internal
tertinggi ketiga. Kerjasama yang dilakukan Factor Analysis Summary (IFAS) untuk
misalnya membuat gerai kecil pada lobby poin kekuatan dan kelemahan dan matriks
hotel untuk memamerkan kain tenun External Factor Analysis Summary
songket atau pihak hotel yang memesan (EFAS) untuk poin peluang dan ancaman
kain tenun songket yang kemudian diolah diinterpretasikan secara diagramatis. Pada
dengan sedemikian rupa menjadi ornamen prinsipnnya penginterpretasian hasil
khas melayu yang dipajang atau diletakkan analisis SWOT tersebut adalah bagaimana
pada setiap kamar tamu. kekuatan mengambil keuntungan dari
Poin ancaman pada industri kecil peluang yang tersedia dan bagaimana cara
kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota mengatasi kelemahan yang menghambat
Pekanbaru yang memiliki skor dan bobot perolehan keuntungan dari peluang yang
paling tinggi adalah material bahan dan ada, dan bagaimana cara mengatasi
persaingan barang dari luar kelemahan yang dapat menimbulkan
Pekanbaru/Riau yang motifnya relatif ancaman. Penginterepetasian nilai x dan y
sama dengan teknologi printing dan harga hasil analisis SWOT dapat dilihat pada
yang lebih murah. Hal ini tentunya dapat gambar berikut.
4.3 Rumusan Rekomendasi Strategi
Peningkatan Daya Saing
Kedepannya
4.3.1 Strategi yang Saat Ini Sudah
Diterapkan

Strategi yang sudah diterapkan pada


industri kecil kerajinan tenun
songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru
antara lain adalah membuka
gerai/showroom pada rumah atau tempat
produksi sendiri, menjalin kerjasama
dengan pihak pemerintah yaitu Dinas
Perdagangan dan Perindustrian Kota
Pekanbaru, pihak Bank Indonesia, BRI,
Kuadran SWOT dan Bank Riau, dan perusahaan untuk
memasarkan produk ataupun mendapatkan
Berdasarkan penempatan nilai x dan y bantuan baik berupa dana ataupun barang
pada kuadran tersebut maka garis yang seperti ATBM dan pelatihan membuat
disatukan berada pada kuadran II. Hasil tenun songket/tenun ikat.
yang terdapat pada kuadran II tersebut Bantuan pemasaran yang diberikan
adalah menggunakan diversifikasi strategi oleh pemerintah pada industri kecil
sebagai rekomendari strategi bagi industri kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota
kecil kerajinan tenun songket/tenun ikat di Pekanbaru adalah mengikutsertakan
Kota Pekanbaru. Maksud dari diversifikasi pengusaha dalam pameran-pameran dalam
strategi adalah industri kecil kerajinan kota ataupun luar kota untuk memasarkan
tenun songket/tenun ikat yang ada di Kota produk tenun songket/tenun ikat yang
Pekanbaru merupakan industri yang sering diadakan oleh pemerintah . Tidak
kondisinya sudah cukup kuat, namun hanya itu, pemerintah juga memiliki
memiliki tantangan yang besar untuk rencana untuk bekerjasama dengan hotel,
membesarkan nama industri tersebut agar restoran, mall, dan Angkasa Pura II untuk
dapat diketahui masyarakat secara lebih memasarkan produk tenun songket/tenun
merata terhadap masing-masing industri ikat.
tenun songket/tenun ikat. Industri tenun
songket/tenun ikat juga harus memiliki 4.3.2 Rumusan Rekomendasi Strategi
beragam strategi taktis yang jitu agar Peningkatan Daya Saing
menghidari sulitnya melakukan perputaran Kedepannya
pada aspek kinerja dan perolehan Keberadaan industri kecil kerajinan
pendapatan atau keuntungan. Strategi yang tenun songket/tenun ikat yang ada di Kota
harus dilakukan pada industri kecil Pekanbaru terletak pada kuadran II yang
kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota artinya harus memiliki diversifikasi
Pekanbaru tidak lagi hanya berupa strategi. Diversifikasi strategi strategi
penyebaran informasi industri dari mulut merupakan suatu upaya untuk dapat
ke mulut oleh pembeli atau masyarakat, memperluas jaringan pemasaran produk
namun juga harus mengikuti agar meningkatkan perolehan keuntungan
perkembangan zaman dengan dan pendapatan pda industri yang sedang
memanfaatkan teknologi meskipun dijalankan. Adanya diversifikasi strategi
beberapa industri tenun songket/tenun ikat tersebut menciptakan beberapa rumusan
sudah ada yang menerapkannya. rekomendasi strategi yang tepat yang
dalam hotel-hotel
diintegrasi ke dalam matriks SWOT yang memper yang ada di
menghasilkan empat tipe strategi alternatif kenalkan Kota
songket Pekanbaru
yaitu strategi S-O yang menggunakan Kota
Pekanbar
kekuatan untuk memanfaatkan peluang, u ke[ada
strategi W-O yang mengatasi kelemahan wisatawa
n
dengan memanfaatkan peluang, strategi S-
T yang menggunakan kekuatan untuk
memghindari ancaman, dan strategi W-T
strategi yang meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman. Strategi-
strategi tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel Rumusan Rekomendasi Strategi


Peningkatan Daya Saing
Ancaman Strategi S-T : Strategi W-T :
Kekuatan Kelemahan (Weakness): (Threat): 1. Menggerak 1. Meningkatkan kinerja pembuat
(Strength): 1. Jumlah tenaga kerja terampil yang 1. Material kan tenun songket dengan memberikan
1. Kualitas kurang memadai bahan masyarakat fasilitas bantuan dari pemerintah
INTER songket 2. Kesulitan dalam memperoleh bahan dan untuk ataupun pihak lainnya baik berupa
NAL yang baku persaing membeli ATBM, dana, ataupun bahan
terjamin 3. Delivery order yang kadang tidak an produk bakunya
baik tepat waktu barang lokal yang 2. Melakukan Melakukan inovasi baru
2. Adanya dari luar juga bagus dengan menambah alat untuk
variasi Pekanbar dengan membuat tenun songket/tenun ikat
motif dan u yang harga yang yang menggunakan teknologi
EKSTERNAL

diversifikasi motifnya diberikan mesin..


produk relatif sesuai
3. Pembuat sama dengan
tenun dengan kinerja
adalah teknolog yang
orang asli i dilakukan.
melayu printing 2. Menentuka
sehingga dan n harga
akan lebih harga produk
mengetahui yang dengan
dan lebih mengelomp
menguasai murah okkannya
tentang hal 2. Harga berdasarkan
penenunan. bahan jumlah/ban
baku yaknya
tinggi bahan baku
Peluang Strategi S-O : Strategi W-O : tapi yang
(Opportuni 1. Mencanang 1. Memanfaatkan peluang dari harga digunakan,
ty): kan pemerintah untuk mengikuti produk segi ukuran
1. Adanya penggunaan pelatihan pembuatan kain songket . tidak kainnya,
dukunga kain 2. Mengadakan kerjasama dengan bisa naik dan tingkat
n dari songket hotel-hotel di Pekanbaru untuk 3. Sulitnya kerumitan
pemerint pada satu memasok diversifikasi produk untuk pembuatan.
ah dalam hari tertentu songket sebagai hiasan atau etnik melakuk
bentuk di setiap dari hotel tersebut. an
kebijaka minggunya 3. Memberikan kemudahan akses untuk regenera
n untuk baik kepada memasok bahan baku ke Kota si
menggun pegawai di Pekanbaru melalui bantuan pengraji
akan instansi, pemerintah. n atau
kain sekolah, dan tenaga
songket perusahaan kerja
dan di Kota pembuat
mengada Pekanbaru tenun
kan 2. Aktif songket
pelatihan mengikuti
untuk pameran
menenun yang
2. Kegiatan diadakan Berdasarkan strategi-strategi yang
pameran
sebagai
pemerintah
baik
telah direkomendasikan tersebut, maka
wadah ditingkat apabila disesuaikan dengan teori oleh
pengenal lokal hingga
an kain mancanegar Chandler dalam (Rangkuti, 2016) strategi-
songket a
3. Adanya 3. Membuat
strategi tersebut dapat dibagi menjadi
kerjasam stand strategi manajemen, strategi investasi dan
a dengan penjualan
pihak kain strategi bisnis. Strategi manajemen yang
hotel songket di
dapat dilakukan diantaranya adalah harga berdasarkan jumlah/banyaknya
menentukan harga produk dengan bahan baku yang digunakan, segi ukuran
mengelompokannya berdasarkan kainnya, dan tingkat kerumitan pembuatan.
jumlah/bahan baku yang digunakan, Sementara itu strategi pemasaran yang
ukuran kain, dan tingkat kerumitan hendaknya diterapkan adalah melakukan
pembuatan tenun songket/tenun ikat promosi produk dengan mengikuti
tersebut, meningkatkan kinerja pembuat pameran yang diadakan pemerintah baik
tenun songket dengan memberikan fasilitas ditingkat lokal hingga mancanegara secara
bantuan dari pemerintah ataupun pihak aktif, membuat stand penjualan kain
lainnya baik dari ATBM ataupun bahan songket di hotel-hotel yang ada di Kota
bakunya, dan memberikan kemudahan Pekanbaru, dan mengadakan kerjasama
akses untuk memasok bahan baku ke Kota dengan hotel-hotel di Pekanbaru untuk
Pekanbaru melalui bantuan pemerintah. memasok diversifikasi produk songket
Sementara itu, strategi investasi yang dapat sebagai hiasan atau etnik dari hotel
dilakukan adalah memanfaatkan peluang tersebut.
dari pemerintah untuk mengikuti pelatihan
pembuatan kain songket dan mengikuti KESIMPULAN
pameran yang diadakan pemerintah baik
ditingkat lokal hingga mancanegara, dan 1. Karakteristik industri kecil kerajinan
membuat inovasi baru dalam pembuatan tenun songket/tenun ikat di Kota
tenun songket/tenun ikat menggunakan Pekanbaru antara lain adalah:
teknologi mesin. Selanjutnya, strategi  Jumlah industri tenun songket/tenun
bisnis yang dapat diterapkan yaitu dengan ikat yang ada di Kota Pekanbaru ada
membuat stand penjualan kain songket di 15 industri dengan 4 industri
hotel-hotel yang ada di Kota Pekanbaru, merupakan industri yang turun
mengadakan kerjasama dengan hotel-hotel temurun dan 11 industri merupakan
di Pekanbaru untuk memasok diversifikasi industri yang tidak turun temurun
produk songket sebagai hiasan atau etnik dengan usia pemilik industri lebih
dari hotel tersebut, menggerakkan didominasi oleh usia sangat
masyarakat untuk membeli produk lokal produktif. Modal awal dari industri
yang juga bagus dengan harga yang bersumber dari modal sendiri dan
diberikan sesuai dengan kinerja yang bantuan dari pemerintah dan BUMN.
dilakukan, dan mencanangkan penggunaan Pendapatan antar industri juga
kain songket pada satu hari tertentu di bervariasi yang bergantung pada
setiap minggunya baik kepada pegawai di tingkat produktivitas usaha tenun
instansi, sekolah, dan di perusahaan di songket/tenun ikat. Ketenagakerjaan
Kota Pekanbaru melalui bantuan dari pada masing-masing industri juga
kebijakan pemerintah. berbeda yaitu ada 8 industri yang
Disisi lain, apabila strategi-strategi memiliki tenaga kerja dan 7 indusri
tersebut dipaparkan menjadi strategi untuk lainnya tidak memiliki tenaga kerja.
produk, harga, dan pemasarannya maka Upah yang diberikan kepada tenaga
strategi untuk produk adalah pemilik kerja bergantung pada tingkat
industri tenun songket hendaknya lebih ketekunan dan keterampilannya serta
kreatif dan inovatif dalam pembuatan kain adapula yang berdasarkan upah
tenun songket disertai dengan minimum kota/ kabupaten (UMK).
keberagaman diversifikasi produknya  Produk tenun songket/tenun ikat
sehingga dapat meningkatkan minat yang dibuat menggunakan bahan
pembeli untuk membelinya. Strategi harga baku yang berkualitas dan pemberian
yang hendaknya diterapkan yaitu sesuai motif juga bervariasi dan adapula
dengan strategi S-T yang menentukan diversifikasi barang dari tenun
songket/tenun ikat. Masing-masing ME, dan YS berada pada posisi daya
pengusaha memiliki harga terendah saing yang bertahan dengan
dan harga tertinggi produk yang mempertahankan kinerja yang telah
relatif berbeda untuk dijual kepada dilakukan selama proses menjalankan
pembeli guna memperoleh industri, dan industri kecil kerajinan
pendapatan. Perbedaan penentuan tenun songket/tenun ikat yang
harga terendah dan harga tertinggi dijalankan oleh NH dan DY berada
produk dilihat dari jenis produk pada posisi daya saing yang menuai
tenun songket/tenun ikat yang dijual karena adanya keterbatasan ekspansi
baik dari segi banyaknya benang industri, minimalnya nilai investasi dan
emas yang digunakan, motif yang pembuatan serta penjualan produk
bagus, maupun tenun songket/tenun tenun songket/tenun ikat sangat jarang
ikat yang dijadikan paket atau set dilakukan dan hanya dibuat apabila ada
berpasangan. yang memesan saja sehingga upaya
 Pemasaran produk tenun untuk meningkatkan daya saing
songket/tenun ikat dapat terhadap industri lain agak sulit
didistribusikan di tingkat lokal atau dilakukan.
Provinsi seperti di Kabupaten Siak, 3. Strategi peningkatan daya saing
Kabupaten Kuansing, Kabupaten industri kecil kerajinan tenun
Indragiri Hulu, dan Kabupaten songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru
Indragiri Hilir, ditingkat nasional berdasarkan matriks strategi SWOT
menuju ke Provinsi Sumatera Utara, antara lain adalah:
Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa  Strategi S-O
Barat, Provinsi Jawa Tengah, Mencanangkan penggunaan kain
Provinsi Jawa Timur, Provinsi Bali, songket pada satu hari tertentu di
dan Provinsi Nusa Tenggara Barat, setiap minggunya baik kepada
dan pada tingkat internasional pegawai di instansi, sekolah, dan
disalurkan ke Negara Singapura, perusahaan di Kota Pekanbaru,
Malaysia, Brunei, Filipina, Thailand, aktif dalam mengikuti pameran
Cina, Jepang, dan India. Produk yang yang diadakan pemerintah baik
didistribusikan dapat dikirim oleh ditingkat lokal hingga
pengusaha dalam jumlah yang mancanegara, dan membuat stand
berbeda-beda tergantung oleh penjualan kain songket dihotel-
pemesanan oleh pembeli atau hotel yang ada di Kota Pekanbaru.
pelanggan tetap dalam frekuensi  Strategi W-O
waktu tertentu di setiap bulannya. Memanfaatkan peluang dari
2. Daya saing industri kecil kerajinan pemerintah untuk mengikuti
tenun songket/tenun ikat di Kota pelatihan pembuatan kain tenun
Pekanbaru berdasarkan matriks GE- songket, mengadakan kerjasama
McKinsey dan Shell adalah industri dengan hotel-hotel di Kota
tenun songket/tenun ikat milik WF dan Pekanbaru untuk memasok
WD berada pada posisi daya saing diversifikasi produk songket
yang tinggi dan aman dengan asumsi sebagai hiasan atau etnik dari hotel
bahwa industri tenun songket/tenun tersebut, dan memberikan
ikat yang dimilikinya berada pada kemudahan akses untuk memasok
tahap membangun atau meningkat, bahan baku ke Kota Pekanbaru
kemudian, industri kecil kerajinan melalui bantuan pemerintah.
tenun songket/tenun ikat yang  Strategi S-T
dijalankan oleh EL (KUB TM), Menggerakkan masyarakat untuk
ER,SU, RH, HA, ZU, JL, SM, EH, membeli produk lokal yang juga
bagus dengan harga yang diberikan Brannen, Julia. 1997. “Memadu Metode
sesuai dengan kinerja yang Penelitian Kualitatif dan Kuantitaif”.
dilakukan dan menentukan harga Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
produk dengan Dinantia, Cintami Prima. 2016. “Upaya
mengelompokkannya berdasarkan Pemerintah Kota Pekanbaru dalam
jumlah/banyaknya bahan baku Mengembangkan Kain songket sebagai
yang digunakan, segi ukuran kain, Produk Unggulan”. JOM FISIP Vol. 3
dan tingkat kerumitan pembuatan. No. 2 - Oktober 2016. FISIP
 Strategi W-T Universitas Riau.
Meningkatkan kinerja pembuat Mee, Wendy. 2005. A Traffic in Songket:
tenun songket dengan memberikan Translocal Malay Identities in Sambas.
fasilitas bantuan dari pemerintah Journal of Southeast Asian Studies, 41
ataupun pihak lainnya baik berupa (2), pp 321-339 June 2010. The
ATBM, dana, ataupun bahan National University of Singapore.
bakunya, dan melakukan inovasi Muta’ali, Lutfi. 2015. Teknik Analisis
baru dengan menambah alat untuk Regional untuk Perencanaan Wilayah,
membuat tenun songket/tenun ikat Tata Ruang, dan Lingkungan.
yang menggunakan teknologi Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
mesin. Porter, Michael E. 1980. Competitive
Strategy: Techniques for Analyxing
SARAN Industries and Competitors.New York:
The Free Pass.
1. Pemerintah dan pengusaha tenun Pramadewi, Arwinence. 2010. “Analisis
songket/tenun ikat hendaknya saling Strategi Bersaing dalam Meningkatkan
bekerja sama dalam mengembangkan Volume Penjualan Tenunan Ikat dan
industri pembuatan tenun Kain Songket Dekranasda Rengat”.
songket/tenun ikat yang sebagai salah Pekbis Jurnal, Vol.2, No.2, Juli 2010:
satu identitas melayu di Kota 301-308. Fakultas Ekonomi
Pekanbaru secara merata sehingga Universitas Riau.
semua pengusaha dapat lebih bersaing Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
dengan baik dan menjadi suatu industri Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
budaya yang dibanggakan oleh Bandung: Penerbit ALFABETA.
masyarakat Melayu. Wardhani, Rulyanti Susi. 2012. “Analisis
2. Pemerintah dan pengusaha tenun Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru Daya Saing pada Sentra Industri
diharapkan dapat mempertimbangkan Makanan Khas Bangka di Kota
strategi-strategi yang telah Pangkalpinang”. Jurnal Akuntansi
direkomendasikan penulis sehingga Universitas Jember.
nantinya dapat membantu produk Zulkifli, ZA,dkk. 2009. “Khazanah
tenun songket/tenun ikat Di Kota Kerajinan Melayu Riau”. Diterbitkan
Pekanbaru menjadi lebih dikenal dan oleh Dewan Kerajinan Nasional
diminati masyarakat luas dan Daerah Provinsi Riau dan Balai Kajian
berdampak positif bagi kemajuan dan Pengembangan Budaya Melayu.
ekonomi wilayah Kota Pekanbaru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

DAFTAR PUSTAKA Peraturan Perundang-Undangan:


Peraturan Daerah Kota Pekanbaru
Baiquni, M. 2004. “Membangun Pusat-
Nomor 31 tahun 2001 tentang
Pusat di Pinggiran: Otonomi di
Pengaturan Usaha Industri di
Negara Kepulauan”. Yogyakarta:
Kota Pekanbaru
ideAs.
Perda Nomor 19 Tahun 2012 terkait
Visi Walikota Pekanbaru
2012-2017.
Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2008
tentang Kebijakan Industri
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai