Anda di halaman 1dari 14

PROFOSAL

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN LEVERAGE

TERHADAP FINANCIAL DISTRESS

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan informasi mendorong pertumbuhan dan

persaingan di dunia industri semakin kuat. Perusahaan-perusahaan yang ingin

bertahan dan lebih maju perlu mengembangkan strategi baru. Dalam

perekonomian seperti ini tidak satu pasar pun yang selamanya aman dari

persaingan, baik lokal maupun global. Begitu pula yang terjadi pada perusahaan di

sektor industri perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia mencatat lebih dari 100 (seratus)

perusahaan yang termasuk ke dalam sektor perdagangan, jasa dan investasi.

Sektor perdagangan, jasa dan investasi merupakan gabungan dari beberapa sub

sektor yang terdiri dari : sub sektor perdagangan besar barang produksi; sub sektor

perdagangan eceran; sub sektor restoran, hotel dan pariwisata; sub sektor

periklanan, percetakan dan media; sub sektor kesehatan; sub sektor jasa komputer

dan perangkat; dan sub sektor perusahaan investasi. Berkembangnya beberapa sub

sektor ini telah menyebabkan adanya persaingan diantara para pelaku usaha.

Persaingan yang semakin ketat ini mengharuskan masing-masing sub sektor

memikirkan strategi bisnis agar tetap mendapat pangsa pasar, dan Dengan

meningkatnya jumlah perusahaan pada industri ini, tentu saja akan meningkatkan

pula terjadinya persaingan antar pelaku usaha. Meskipun pada dasarnya

1
2

persaingan dalam dunia usaha merupakan suatu syarat mutlak bagi

terselenggaranya suatu perekonomian. Dalam persaingan di industri ini,

perusahaan yang mampunyai pendanaan yang kuat dan akses pasar yang lebih

besar akan bertahan dalam memperebutkan pangsa pasar dan kemudian

menguasai pangsa pasar dalam jumlah yang lebih besar. Perusahaan yang lebih

dominan di pangsa pasar akan dapat menciptakan suatu tembok untuk

menghambat atau mengurangi persaingan antar perusahaan, bahkan yang lebih

buruk perusahaan yang lainnya terpaksa gulung tikar. Terdapat perusahaan yang

mengalami penurunan dalam kinerja keuangan, salah satunya adalah PT Indosiar

Karya Media, Tbk. yang termasuk ke dalam sub sektor periklanan, percetakan dan

media. Seiring pesatnya pertumbuhan stasiun televisi tentunya membuat

persaingan antar stasiun televisi semakin gencar, masalah tayangan, minat

masyarakat, masalah kepemilikan, hingga masalah finansial.mpertahankan

perusahaan.

Fenomena yang terjadi pada PT Indosiar Karya Media, Tbk (IDKM)

menurut Whery Enggo Prayogi dalam detik.com akibat dari persaingan ketat di

industri televisi kian menghimpit. Alhasil, perusahaan pengelola stasiun televisi

yang sempat naik daun ini terus mencatatkan rugi sejak tahun 2008. Stasiun

televisi nasional PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM) mencatat kinerja paling

buruk pada tahun buku 2011. Perseroan mencatat rugi bersih (Rp 96,85 miliar).

Memburuknya kinerja pada tahun 2011 tidak lepas dikarenakan melonjaknya

beban program dan penyiaran menjadi Rp 621,73 miliar, dari periode sebelumnya

Rp 398,47 miliar. Disamping itu, kewajiban IDKM juga mengalami kenaikan dari

Rp 652,89 miliar menjadi Rp 759,76 miliar. (detik.com).


3

Selain itu, di dalam sektor yang sama melambatnya kinerja keuangan

juga terjadi pada Hotel Mandarine Regency, Tbk (HOME), yang merupakan sub

sektor hotel, restauran dan pariwisata. Tercatat sejak tahun 2010 hingga 2012

HOME mengalami penurunan dalam memperoleh laba. Mengutip laporan

keuangan HOME, perseroan menderita rugi bersih paling buruk pada tahun 2012

sebesar (Rp. 9,05 Milyar) atau menurun dari Rp 813 juta pada periode yang sama

tahun sebelumnya. Kerugian ini seiring dengan beban departemen yang

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dari Rp 18,43 M di tahun 2010 menjadi

Rp 25,52 M ditahun 2012 (Detik.com). Untuk lebih jelas, berikut ini disajikan

perkembangan kinerja keuangan PT Indosiar Karya Media, Tbk (IDKM). dan

Hotel Mandarine Regency, Tbk (HOME).

Gambar 1.1
Laba (rugi) bersih PT Indosiar Karya Media, Tbk dan Hotel
Mandarine Regency, Tbk

Sumber : BEI

Mengalami penurunan laba seperti ini merupakan salah satu ciri

perusahaan yang mengalami financial distress. Jika terus-menerus seperti ini

perusahaan akan terancam mengalami kebangkrutan. Dari melihat fenomena yang


4

terjadi, diketahui bahwa perusahaan merupakan unit kegiatan produksi yang

mengelola sumber-sumber ekonomi dengan tujuan untuk memperoleh

keuntungan. Maka dengan didirikannya sebuah perusahaan tujuannya bukanlah

untuk mengalami kebangkrutan, melainkan berorientasi untuk kelangsungan

usahanya dimasa yang akan datang sebagai prinsip utama dari mendirikan

perusahaan, yaitu untuk dapat melakukan usahanya secara terus menerus (going

concern). Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mengevaluasi dan

mempertahankan kinerja keuangan agar perusahaan terhindar dari kegagalan

usaha. Kegagalan usaha sendiri merupakan sesuatu yang sebenarnya dapat

diprediksi dengan menggunakan berbagai pendekatan teori ilmu keuangan. Salah

satu cara yang dapat dilakukan perusahaan agar perusahaan tetap bertahan yaitu

dengan menginterpretasikan atau menganalisa keuangan melalui laporan

keuangan yang disajikan dan bertujuan untuk mengetahui keadaan dan

perkembangan keuangan dari tahun ke tahun. Laporan keuangan adalah bagian

dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sarana

pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan

dalam perusahaan dan berguna untuk mendukung pengambilan keputusan. Hal ini

ditempuh dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Model yang sering

digunakan dalam melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio

keuangan yang dapat memberikan gambaran tentang baik atau buruknya keadaan

keuangan atau posisi keuangan dan berguna untuk memprediksikan kinerja

perusahaan seperti kebangkrutan dan financial distress. Laporan keuangan dapat

dijadikan dasar untuk mengukur kondisi financial distress suatu perusahaan

melalui analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio keuangan yang ada
5

(Evanny, 2012). Financial distress merupakan kondisi yang menggambarkan

suatu entitas yang mengalami kondisi dimana keuangan perusahaan dalam

keadaan tidak sehat, tetapi belum sampai mengalami tahap kebangkrutan. Model

prediksi kebangkrutan yang bermunculan merupakan antisipasi dan sistem

peringatan dini terhadap financial distress, karena model tersebut dapat digunakan

sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan memperbaiki kondisi sebelum

sampai pada kondisi krisis. Dan melalui analisis laporan keuangan dengan

menggunakan rasio-rasio keuangan yang ada, maka dapat dijadikan dasar untuk

mengukur kondisi financial distress suatu perusahaan. Identifikasi kondisi

financial distress merupakan hal yang lebih penting dari pada kebangkrutan,

karena perusahaan pasti akan mengalami kondisi financial distress terlebih dahulu

kemudian bangkrut. Penelitian mengenai financial distress telah banyak

dilakukan, dan faktor-faktor yang telah mempengaruhinya telah banyak banyak

diuji oleh peneliti sebelumnya, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah

profitabilitas, likuiditas, leverage yang dikemukakan oleh Luciana ( 2010).

Profitabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan

keuntungan (laba) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu

atau digunakan untuk mengukur seberapa efektif pengelolaan perusahaan

sehingga menghasilkan keuntungan. Di dalam penelitian ini penulis memilih

menggunakan pengukuran ROA (return on asset). Karena menurut penelitian

Fakhrurozie (2007) dalam Amir dan Bambang (2013) menyatakan bahwa rasio

return on asset merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam periode tertentu

dan yang mengatur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Menurut


6

Riyanto (2001) dalam Amir dan Bambang (2013) menjelaskan bahwa apabila

rasio return on assets rendah menunjukan kemampuan aktiva perusahaan kurang

produktif dalam menghasilkan laba, dan kondisi seperti ini akan mempersulit

keuangan perusahaan dalam sumber pendanaan internal untuk investasi, sehingga

ini akan masuk ke dalam situasi financial distress dan dapat menyebabkan

terjadinya probabilitas kebangkrutan. Dan penyataan tersebut sejalan dengan

penelitian Orina (2013) yang menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami

financial distress pada umumnya rasio profitabilitasnya negatif. Hal ini diperkuat

dengan teori dari Sudana (2011) yang menyatakan bahwa ROA menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih dari total aktiva yang

dimiliki. Semakin besar ROA, semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan dan

ini akan meminimalkan resiko terjadinya kesulitan keuangan bagi perusahaan,

begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, dengan adanya efisiensi dari penggunaan

aset perusahaan, maka akan mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan,

maka perusahaan akan memperoleh penghematan dan akan memiliki kecukupan

dana untuk menjalankan usahanya. Dengan adanya kecukupan dana tersebut,

maka kemungkinan perusahaan mengalami financial distress akan lebih kecil

yang dnyatakan oleh Wahyu, 2009. Dengan demikian profitabilitas memiliki

pengaruh negatif terhadap Financial distress.

Likuiditas adalah mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Artinya, apabila

perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut

terutama utang yang sudah jatuh tempo. Apabila perusahaan mampu mendanai

dan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan baik, maka potensi perusahaan
7

mengalami financial distress akan semakin kecil. Salah satu rasio yang dipakai

dalam mengukur likuiditas adalah current ratio yang merupakan kemampuan

perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva

lancarnya. (Oktita, 2013). Hal ini diperkuat oleh teori dari Harjito dan Martono

(2005) yang mengemukakan bahwa Rasio lancar (current ratio) yaitu kemampuan

aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan

aktiva lancar yang dimiliki. Likuiditas jangka pendek ini penting karena masalah

arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan

keuangan. Dan menurut Prihadi (2008), menjelaskan Ketidakmampuan

membayar kewajiban secara tepat waktu akan langsung dirasakan oleh kreditor,

terutama kreditor yang berhubungan dengan operasional perusahaan, hal ini

mengindikasikan adanya signal distress. Apabila semakin tinggi kemampuan

perusahaan dalam mendanai dan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan

baik maka potensi financial distress yang akan dialami oleh perusahaan akan

semakin kecil. Dengan demikian likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap

financial distress.

Laverage Perusahaan dengan ukuran besar diharapkan memiliki

kemampuan memenuhi kewajibannya. Analisis leverage diperlukan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang (jangka pendek dan

jangka panjang). Apabila suatu perusahaan pembiayaannya lebih banyak

menggunakan utang, hal ini beresiko akan terjadi kesulitan pembayaran dimasa

yang akan datang akibat dari utang lebih besar daripada aset yang dimiliki. Jika

keadaan ini tidak dapat diatasi dengan baik, potensi terjadinya financial distress

pun semakin besar (Oktita,2013). Salah satu rasio yang dipakai dalam mengukur
8

leverage adalah debt ratio. Debt ratio menggambarkan semakin besar rasio ini,

semakin besar jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang, sehingga

probabilitas perusahaan terhadap kondisi financial distress akan semakin tinggi.

Rasio yang tinggi menunjukkan perusahaan menggunakan leverage keuangan

yang tinggi (Amir dan Bambang, 2013). Hal ini diperkuat oleh teori Prihadi

(2008), yang menyatakan bahwa Semakin besar jumlah utang, maka semakin

besar potensi perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress) dan

kebangkrutan. Dan menurut Hanafi dan Halim (2009) yang menjelaskan bahwa

Resiko perusahaan dengan financial leverage yang tinggi, akan semakin tinggi

pula tingkat resikonya, artinya kemungkinan terjadinya default akan semakin

cepat karena perusahaan terlalu banyak melakukan pendanaan aktiva dari utang.

Jadi apabila rasio utang semakin besar dapat membahayakan perusahaan, karena

dengan utang yang semakin banyak akan menyulitkan perusahaan untuk

memperoleh tambahan dana. Oleh karena itu, apabila suatu perusahaan

pembiayaannya lebih banyak menggunakan utang, hal ini beresiko akan terjadinya

kesulitan keuangan dimasa yang akan datang, akibat utang yang lebih besar dari

aset yang dimiliki. Jika keadaan ini tidak dapat diatasi dengan baik, potensi

terjadinya financial distress pun semakin besar (Orina, 2013). Dengan demikian

Leverage memiliki pengaruh positif terhadap financial distress.

Namun, hasil penelitian-penelitian sebelumnya masih menunjukkan

perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Berikut hasil dari beberapa

penelitian yang menggunakan rasio keuangan sebagai variabel indepeden terhadap

Financial distress:
9

Tabel 1.1
Penelitian Mengenai Penggunaan Rasio Keuangan Terhadap
Financial Distress

Profitabilias Likuiditas Leverage Aktivitas Pertumbuhan

Peneliti Tahun
RO RO Cash CL/ TA
NPM A E CR QR DR TA TO ITO Sales Growth
Ratio
Idyastari
2014 √ x √ x X

Amir.
dan
Bamban 2013 √ √ x √ x
g.

Evanny 2012 √ x √

Luciana
dan
Emanue
l √ x X
2010 x √ X √ √

Wahyu
W.
Dan 2009 √ x X √ x √
Doddy

Penelitian ini merupakan mengacu dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Evanny Indri (2012) dengan judul Kekuatan Rasio Keuangan

dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur di BEI.

Hasil dari penelitian tersebut current ratio tidak berpengaruh terhadap financial
10

distress, penulis akan mencoba menguji kembali rasio tersebut dan diharapkan

dapat memperoleh hasil yang lebih baik.

Kondisi financial distress merupakan hal yang lebih penting dari pada

kebangkrutan, karena perusahaan pasti akan mengalami kondisi financial distress

terlebih dahulu kemudian bangkrut dan terdapat beberapa perbedaan dalam

penelitian yang akan penulis susun yaitu Perusahaan yang akan diteliti adalah

perusahaan sektor perdagangan ,jasa dan investasi sedangkan penelitian

sebelumnya meneliti pada perusahaan manufaktur. Perbedaan Rasio leverage

yang akan diukur, peneliti sebelumnya menggunakan current liabilities total

assets, sedangkan penulis akan menggunakan debt ratio, dan Model pengukuran

financial distress, penelitian sebelumnya menggunakan Altman model, sedangkan

penulis akan menggunakan Zmijewski model.

Batasan permasalahan dalam penelitian ini, penulis akan meneliti

mengenai financial distress pada perusahaan yang termasuk ke dalam sektor

perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

periode tahun 2016-2018, apakah termasuk pada non-distress zone atau distress

zone. Penelitian yang dilakukan penulis akan menggunakan formula Zmijewski

yang terbukti keakuratannya sebesar 94,9% (Rismawati, 2012). Selain itu, penulis

juga ingin mengetahui apakah rasio dengan model zmijewski tersebut memiliki

pengaruh atau tidak terhadap financial distress.

Motivasi yang melandasi penelitian ini yaitu mengenai permasalahan

tentang sejauh mana pengaruh profitabilitas, likuiditas dan laverage terhadap

financial distress, penulis ingin mengangkat fanomena penelitian Ini mengaitkan


11

dengan cara menyajikan laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan diatas yang

belum memiliki kesimpulan.

Pentingnya prediksi financial distress perusahaan yang digunakan untuk

mengetahui kondisi perusahaan saat ini dan yang akan datang, maka penulis

tertarik mengambil judul “ Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage

Terhadap Financial Distress”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis dapat

merumuskan beberapa masalah dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap financial distress pada

perusahaan sektor perdagangan, jasa dan investasi.

2. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap financial distress pada

perusahaan sektor perdagangan, jasa dan investasi.

3. Apakah leverage berpengaruh terhadap financial distress pada

perusahaan sektor perdagangan, jasa dan investasi..

4. Apakah pengaruh profitabilitas, likuiditas dan leverage terhadap

financial distress yang secara parsial.

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan

Penulis membatasi agar pembahasan permasalahan diatas dapat

terarah dan tidak menyimpang dari yang telah dirumuskan, sehingga ruang

lingkup permasalahan hanya pada pengaruh profitabilitas, likuiditas dan

laverage terhadap financial distress tahun 2016-2018.


12

1.4 Tujuan dan Mamfaat

1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap financial distress

pada perusahaan sektor perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk menganalisi pengaruh likuiditas terhadap fianancial distress

pada perusahaan sektor perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap financial distress

pada perusahaan sektor perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia.

4. Untuk menganalisi pengaruh profitabilitas, likuiditas dan leverage

terhadap financial distress pada perusahaan sektor perdagangan, jasa

dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

yang diharapkan akan memperkaya ilmu pengetahuan dan juga untuk

referensi ilmiah yang dapat memberikan informasi untuk penelitian

lebih lanjut terhadap ilmu pengetahuan di bidang akuntansi, khususnya

pada bidang akuntansi keuangan.

2. Manfaat Praktis
13

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi

semua pihak yang berkepentingan dan membutuhkan, dintaranya:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam menambah

pengetahuan, wawasan serta gambaran dari teori-teori yang penulis

peroleh dibangku kuliah dan mencoba untuk mengetahui

bagaimana penerapannya, khususnya mengenai financial distress.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

perusahaan dalam menilai tingkat kesehatan usaha dan sebagai

acuan dalam pengambilan keputusan yang tepat pada situasi

keuangan perusahaan dalam kondisi apapun.

3. Bagi Pihak Lain

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai

praktek akuntansi yang dilakukan di dunia bisnis, dan dapat

menjadi tambahan informasi dan referensi untuk penelitian

selanjutnya mengenai topik yang sama, sehingga ikut memberikan

kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I :PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang yang menjelaskan alasan

pemilihan judul, rumusan masalah yang diteliti, ruang lingkup

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika


14

penulisan agar penulisan laporan ini dapat berjalan sesuai alurnya

dan sasarannya.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang landasan teori yang menurupakan

penjabaran dari penjelasan tentang laporan keuangan ,analisis

keuangan ,analisis rasio dan penelitian terdahulu.

BAB III :METODE PENELITIAN

Bab ini berisi metedologi penelitian yang menguraikan tentang

bagaimana penelitian di lakukan dan memuat jenis penelitian,

populasi dan sampel, data yang dibutuhkan, teknik pengumpulan

data, dan teknik analisi data.

BAB IV :ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini memahas mengenai uraian hasil dan pembahasan yang

terdiri dari analisis data, perhitungan statistic dan memuat

perhitungan rasio keuangan perusahaan serta pembahasanya .

BAB V :SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan atau pembahasan yang di lakukan dari

hasil analisis data, keterbatsan penelitian dan saran yang diusulkan

bagi peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai