Nindia Pratitis
nindiapratitis@yahoo.com
Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Abstract. This research was aimed to evaluate effectiveness of problem solving training to reduce
caregiving stress among family of palliative care patient. This research used quantitative approach
with pre-experimental method. This research was conducted on three family member of palliative
care patients At puskesmas in Surabaya. The researcher carried out caregiving stress scale and
interview as data collecting techniques. Data were analyzed by SPSS 18.0 for windows with Paired
Sample T-Test statistic technique. Result showed that problem solving training can reduce
caregiving stress among family of palliative care patients. although in a small number of
significance (p>0.05). These results indicate that there are several factors that influence these
results include the emergence of other issues in the intervention.
Keywords : problem solving training, caregiving stress, family of palliative care patients
Intisari. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas problem solving training untuk
mengurangi stres perawatan pada keluarga pasien perawatan paliatif. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen yaitu pre eksperimental. Penelitian ini dilakukan
pada tiga anggota keluarga pasien perawatan paliatif di salah satu puskesmas di Surabaya.
Penggalian data dilakukan dengan dengan skala stres perawatan dan wawancara. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan SPSS 18.0 for windows dengan teknik statistik Paired Sample T-
Test. Hasil analisa data menunjukkan bahwa problem solving training bisa menurunkan stres
perawatan pada keluarga pasien perawatan paliatif. meskipun dengan hasil yang kurang signifikan
(p > 0.05). Hasil ini mengindikasikan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
tersebut yaitu kemunculan isu lain dalam intervensi.
Kata kunci : problem solving training, stres perawatan, keluarga pasien perawatan paliatif.
204
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis
dialami pasien sehingga pasien sebisa mungkin tugas sosial lain seperti berinteraksi dengan
merasa nyaman (Twycross, 1995). profesional medis, rapat kebutuhan dengan
Membantu meringankan simptom anggota keluarga lain, berinteraksi dengan ahli-
secara optimal dan mengurangi penderitaan ahli lainnya, mengelola finansial, dan tugas-
pasien terkait munculnya isu distres psikologis tugas lainnya (Doris, 2007).
membutuhkan peran klinisi perawatan paliatif. Family caregiver memegang peranan
Distres psikologis pada pasien dengan penyakit penting dalam memelihara kesejahteraan
medis serius dapat dipahami dalam berbagai pasien di rumah. Family caregiver berperan
kontinum, ketika beberapa individu mengalami ketika pasien tidak bisa berkomunikasi atau
respon seperti takut, sedih, dan berduka sebagai menyampaikan apa yang dirasakan, family
respon terhadap penyakit mereka, beberapa caregiver akan mewakili atau menggantikan
pasien lain juga mungkin mengembangkan dalam melaporkan gejala yang dirasakan oleh
kondisi klinis yang signifikan (Kelly & pasien dan membuat keputusan medis (Doris,
McClement, 2006). 2007). Sepanjang perjalanan penyakit kronis,
Perawatan paliatif tidak hanya diperkirakan sekitar 55 % kebutuhan perawatan
memberikan dampak terhadap pasien pasien kronis disediakan oleh family caregiver
perawatan paliatif namun juga pada keluarga (Njiboer, 1998 dalam Macaraeg & Smith,
pasien paliatif. Keluarga pasien paliatif 2013). Family caregiver bertugas untuk
bertindak sebagai family caregiver atau melakukan perawatan atau caregiving. Menurut
terkadang disebut juga dengan informal Pearlin (dalam Shewcuk & Elliot, 2012) family
caregiver. Family caregiver memberikan caregiver memulai peran dalam karir yang
perawatan yang dilakukan di rumah dan tidak didefinisikan dengan tugas-tugas yang
profesional sehingga perawatan tersebut tidak mengikat mereka dan hubungan yang mereka
perlu melakukan pembayaran seperti halnya miliki dengan pasien.
formal caregiver yang perawatannya dilakukan Family caregiver memiliki
oleh tenaga profesional seperti tenaga medis di kecenderungan untuk mengalami stres
rumah sakit, psikiater, maupun pusat perawatan perawatan. Menurut Pearlin (dalam Shewcuk &
lainnya yang memerlukan pembayaran Elliot, 2012) proses perawatan tidak dijelaskan
(Barrow, 1996). sebagai situasi yang menimbulkan stres
Family caregiver seperti juga pasien meskipun perawatan itu sendiri juga
paliatif, menghadapi stresor dan perubahan berhubungan dengan berbagai hasil. Stres
peran secara langsung maupun tidak langsung. perawatan yang dialami oleh family caregiver
Family caregiver pasien perawatan paliatif berhubungan dengan karakteristik pasien
menghadapi banyak tantangan potensial dalam perawatan paliatif, sifat dasar caregiver, dan
merawat pasien perawatan paliatif. Family variabel pelayanan kesehatan (Hirdes,
caregiver harus memberikan perawatan kepada Freeman, Smith & Stolee, 2011) Konsekuensi
pasien mencakup pemberian obat, perawatan perawatan terhadap kesehatan mental
luka dan balutan, bantuan pada saat di toilet, berhubungan dengan beban, dimana family
mandi, mencuci, menyiapkan makanan, caregiver harus menempatan kebutuhan
mencari obat alternatif, membantu dalam pasien diatas kebutuhan family caregiver.
proses mobilitas, dan memberikan dukungan Perbedaan dibuat antara beban objektif yaitu
emosional kepada pasien. Pada saat yang mencakup dampak negatif pada rumah tangga
sama family caregiver juga harus bekerja dikarenakan perawatan, dan beban subjektif
untuk diri mereka sendiri, mencakup yaitu penilaian personal dari situasi perawatan
menghadapi dan melakukan koping dan konsekuensinya terhadap family caregiver
terhadap keadaan emosional mereka sendiri, (Hoenig & Hamilton, 1966 dalam Myers,
mengatasi ketidakpastian, berjuang dalam 2003). Family caregiver memiliki tingkat stres
menerima penyakit dan kompensasi terhadap yang berbeda meskipun tugas yang diberikan
waktu personal. Family caregiver juga harus mungkin sama. Sebuah studi yang dilakukan
menunjukkan kemampuan interpersonal dan terhadap 26 keluarga dari pasien kronis di
205
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis
Hongkong menunjukkan hasil bahwa para (2012) menunjukkan bahwa stres yang dialami
keluarga seringkali merasa lelah sepanjang oleh family caregiver menyebabkan
waktu, cemas, dan mudah terganggu atau permasalahan psikologis yang berdampak
tersinggung (Doris, 2007). Vitaliano, dkk kepada kesehatan fisik, penurunan fungsi imun,
(1997 dalam Myers 2003) menyebutkan bahwa dan kesejahteraan finansial pada family
perawatan menimbulkan konsekuensi pada caregiver tersebut.
family caregiver yaitufamily caregiver Stres perawatan terjadi ketika individu
dilaporkan memiliki sistem imun yang lebih tidak memiliki kemampuan penyelesaian
buruk, respon vaksin yang lebih buruk, dan masalah yang baik terhadap stressor yang
kejadian infeksi saluran pernafasan yang lebih dihadapi. Idealnya, intervensi yang efektif bagi
banyak. family caregiver mengalamatkan pengalaman
Johansson, dkk. (2004) melakukan permasalahan yang dialami individu dan
penelitian mengenai stres, kelelahan, beban membantu mereka lebih aktif dan ahli dalam
perawatan, dan kualitas hidup yang dimiliki memanajemen diri mereka sendiri dan untuk
oleh family caregiver pasien perawatan paliatif. beroperasi secara kompeten sebagai ekstensi
Penelitian itu menunjukkan hasil bahwa para formal sistem perawatan kesehatan (Wagner,
family caregiver dari pasien paliatif mengalami Austin, & Von Korff, 1996 dalam Shewcuk &
kelelahan, kecemasan, dan merasa memiliki Elliott, 2012). Intervensi yang menjanjikan
beban dalam merawat pasien paliatif. bagi family caregiver menekankan pada
Penelitian yang dilakukan oleh Valeberg dan pendekatan penyelesaian masalah untuk
Grov (2013) menunjukkan bahwa para family mengidentifikasi permasalahan unik yang
caregiver dari pasien paliatif memiliki skor dialami keluarga (dan pasien perawatan
yang tinggi pada skala yang mengukur paliatif) dan bisa diimplementasikan dalam
kelelahan. Hasil penelitian menunjukkan komunitas dan seting rumah (Houts, Nezu,
bahwa stres yang dialami oleh family caregiver Nezu, & Bucher, 1996).
lebih tinggi ketika pasien penyakit kronis yang Problem solving training adalah
dirawat mengalami masalah tidur. Usia pasien intervensi psikososial, pada umumnya
perawatan paliatif juga mempengaruhi stres dianggap dibawah payung intervensi kognitif
yang dialami family caregiver. Semakin muda perilaku, untuk meningkatkan kemampuan
usia pasien, semakin tinggi tingkat stres yang seseorang dalam mengatasi stresor minor
dialami oleh family caregiver. Faktor gender (problem sehari-hari yang kronis) maupun
juga mempengaruhi kemungkinan stres yang mayor (kejadian traumatik) secara efektif
dialami oleh keluarga yang bertindak sebagai dengan tujuan untuk mengurangi permasalahan
family caregiver. Family caregiver perempuan kesehatan mental dan kesehatan fisik (Nezu,
memiliki kecenderungan mengalami stres yang Nezu & Zurilla, 2013). Tujuan umum problem
lebih tinggi daripada family caregiver laki-laki. solving training adalah untuk membantu
Hasil penelitian juga menunjukkan individu mengidentifikasi penyebab stres yang
bahwa para family caregiver memiliki kualitas menyebabkan munculnya emosi negatif,
hidup yang rendah. Penelitian lain memahami, dan mengatur emosi negatif,
menyebutkan bahwa para family caregiver memiliki harapan bahwa individu dapat
yang tinggal bersama pasien dan merawat menyelesaikan masalah, lebih menerima
pasien tersebut memiliki tingkat stres yang masalah yang tidak mampu diselesaikan,
tinggi. Stres yang dialami oleh family caregiver lebih terencana dan sistematis dalam
bergantung pada beban yang ditanggung oleh menyelesaikan masalah, tidak menghindari
family caregiver tersebut. Semakin tinggi masalah, dan berlatih untuk tidak mencari jalan
beban dan tanggung jawab yang dimiliki oleh pintas dalam menyelesaikan masalah yang
family caregiver maka semakin tinggi pula dihadapi (D’Zurilla &Nezu, 2007 dalam
tingkat stres yang dialami oleh family caregiver Dobson, 2010).
tersebut (Macaraeg & Smith, 2013). Penelitian Kurylo, Elliott, dan Shewcuk (2001)
yang dilakukan oleh Northouse dan kolega menyebutkan bahwa problem solving training
206
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis
untuk family caregiver pada dasarnya meliputi jadwal pertemuan setiap hari selasa. Pada saat
lima komponen umum yang diadaptasi dari jadwal poli paliatif, penulis beberapa kali
model asli problem solving D’Zurilla dan mengobrol dengan family caregiver yang
Goldfriend (1971). Kelima komponen yang datang ke puskesmas untuk mewakili pasien
juga merupakan versi singkat dari langkah- mengambil obat atau menyampaikan keluhan.
langkah problem solving training antara lain Keadaan kesehatan pasien yang tidak
fakta/mendefinisikan permasalahan, memungkinkan menyebabkan pasien tidak bisa
optimisme/orientasi, kreativitas/menciptakan datang dan harus diwakili oleh family
alternatif, pemahaman/pembuatan keputusan, caregiver. Penulis juga mengetahui bahwa
serta pemecahan/implementasi dan verifikasi. tugas perawatan yang dilakukan oleh
Berbagai penelitian telah dilakukan beberapa family caregiver cukup berat.
untuk mengevaluasi efektivitas problem Family caregiver harus mewakili pasien untuk
solving training. Secara keseluruhan problem ke rumah sakit atau puskesmas, menyampaikan
solving training efektif dalam membantu keadaan yang dirasakan pasien, melakukan
individu yang mengalami permasalahan berbagai perawatan kepada pasien di rumah,
kesehatan fisik maupun mental seperti depresi, dan lain-lain. Beberapa family caregiver
kecemasan, distres, penyalahgunaan obat, terkadang mengalami kesulitan dalam
kanker, penyakit jantung, diabetes, stroke, luka membagi waktu untuk merawat karena mereka
otak traumatik, sakit punggung, dan post juga harus bekerja di luar rumah. Family
traumatic stress disorder. Problem solving caregiver juga seringkali merasa sedih dan
training kemudian dievaluasi secara empiris putus asa apabila keadaan pasien mengalami
sebagai strategi tambahan yang bertujuan penurunan kesehatan namun family caregiver
untuk meningkatkan kepatuhan seseorang tersebut merasa tidak boleh memperlihatkan
terhadap bentuk lain dari perawatan medis atau kesedihan dan putus asa yang dirasakan supaya
psikologis, sebagai sarana meningkatkan tidak membuat keadaan pasien paliatif semakin
kehidupan caregiver maupun meningkatkan down.
kemampuan untuk merawat orang yang Berbagai macam dampak buruk dari
dicintai, dan sebagai komponen perawatan stres yang bisa dialami oleh family caregiver
umum dari terapi pernikahan dan pasangan pasien paliatif itulah yang mendorong penulis
(Nezu, Nezu & Zurilla, 2013). tertarik untuk melakukan penelitian dengan
Kemampuan penyelesaian masalah menggunakan intervensi berupa problem
sangat dibutuhkan oleh family caregiver solving training yang bertujuan untuk
karena beban dan tanggung jawab keluarga menurunkan stres perawatan yang dialami
seringkali menimbulkan stres perawatan yang family caregiver pasien perawatan paliatif.
dapat menyebabkan permasalahan fisik Pada penelitian ini, family caregiver yang akan
maupun mental bagi keluarga dari pasien menjadi subjek penelitian merupakan salah satu
paliatif maupun pasien paliatif yang harus anggota keluarga pasien yang memegang
dirawat. Stres yang dialami oleh family peranan utama dalam merawat pasien
caregiver pasien paliatif dapat paliatif. Penulis tidak menentukan
mempengaruhi kesehatan family caregiver hubungan antara family caregiver dengan
pasien paliatif itu sendiri yaitu sistem imun pasien paliatif baik itu merupakan pasangan,
yang rendah, hormon stres yang tinggi, dan anak, orang tua, saudara, atau hubungan
tingkat angka kematian yang tinggi (Sarafino, lainnya karena yang diutamakan dalam
1998). penelitian ini adalah family caregiver
Ketertarikan penulis terhadap stres merupakan anggota keluarga pasien paliatif
perawatan pada family caregiver pasien paliatif yang memiliki peranan terbesar dalam merawat
berawal dari pengalaman penulis pada saat pasien paliatif.
melakukan Praktek Kerja Profesi Psikologi
(PKPP) di Puskesmas Rangkah. Puskesmas
Rangkah memiliki poli paliatif yang memiliki
207
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis
Tabel 1. Blueprint Skala Stres Perawatan Setelah Uji Coba Alat Ukur
No Dimensi Nomor Item Jumlah
1 Status kognitif 1,2,3 3
2 Perilaku problematis 4 1
3 Kelebihan beban (overload) 5,6,7 3
4 Kehilangan relasi 8,9,10 3
5 Konflik keluarga 11,12,13 3
6 Konflik pekerjaan-perawatan 14,15,16 3
7 Tekanan ekonomi 17,18,19 3
8 Tahanan peran 20,21,22 3
9 Kehilangan diri 23,24 2
10 Kompetensi perawatan 25,26 2
11 Keuntungan pribadi 27 1
12 Manajemen situasi 28 1
13 Manajemen makna 29 1
14 Manajemen distres 30 1
15 Dukungan ekspresif 31 1
Total 31
208
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis
HASIL dan PEMBAHASAN penelitian. Hasil pre test dan post test masing-
Masing-masing subjek pada penelitian masing subjek dapat dilihat pada tabel berikut
ini diminta untuk mengisi skala stres perawatan ini:
pada awal (pre test) dan akhir (post test) proses
209
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis
1. K 80 58 22
2. EM 95 82 13
3. F 89 85 4
Data pada tabel diatas menunjukkan adanya pada grafik data menunjukkan adanya
perubahan skor dari pre test dan post test. perubahan skor skala stres pengetahuan.
Besarnya perubahan antara skor pre test dan Adapun grafik data skor skala stres
post test bisa dilihat pada kolom gain scores. pengetahuan pre-post test adalah sebagai
Data juga disajikan dalam bentuk grafik. Garis berikut:
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui skor stres perawatan. Berikut ini adalah analisis
bahwa semua subjek baik subjek K, subjek deskriptif masing-masing subjek penelitian :
EM, maupun subjek F mengalami penurunan
1. Subjek K
Grafik 2. Pre Test dan Post Test Subjek K
Subjek K mengalami penurunan skor stres stres perawatan yang sama dengan pada saat
perawatan cukup signifikan. Pada saat pretest, pretest. Skor posttest yang didapatkan oleh
subjek mendapatkan skor skala stres perawatan subjek adalah 58. Subjek K mengalami
80. Enam belas hari setelah proses pemberian penurunan skor stres perawatan sebanyak 22
intervensi, subjek K kembali mengisi skala poin.
210
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis
2. Subjek EM
Grafik 3. Pre Test dan Post Test Subjek EM
Pada saat pre test, subjek EM mendapatkan oleh penulis 14 hari setelah proses intervensi
skor 95. Skor tersebut mengalami penurunan dilakukan. Subjek EM mengalami penurunan
menjadi 82 pada saat post test yang diberikan skor stres perawatan sebanyak 13 poin.
3. Subjek F
Grafik 4. Pre Test dan Post Test Subjek F
Sama seperti subjek K dan subjek EM, skala stres perawatan pada subjek F sebagai
subjek F juga mengalami penurunan pada post test. Skor post test yang didapatkan
skor post test. Saat pre test, subjek F oleh subjek F adalah 85.Subjek F mengalami
mendapatkan skor 89. Lima belas hari setelah penurunan skor sebanyak 5 poin jika
proses intervensi, penulis kembali memberikan dibandingkan dengan skor pretest.
211
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis
informasi, dan untuk saling memberikan caregiver pasien perawatan paliatif diharapkan
dukungan sosial kepada sesama keluarga dapat senantiasa mendukung pasien selama
pasien perawatan paliatif. Selain itu Family proses perawatan penyakit.
212
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis
213
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis
214