Anda di halaman 1dari 20

STUDI KASUS

PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PT MUSTIKA RATU

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Membuat Artikel Ilmiah

Manajemen Operasional Stratejik

Oleh

1. Kalimasada (196020200111013)

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019
A. PENDAHULUAN

Memproduksi barang dan jasa yang memiliki kualitas memang merupakan suatu

keharusan bagi perusahaan guna mencapai keunggulan kompetitif dan memenangkan

persaingan di pasar. Produk dan jasa yang berkualitas memang menjadi suatu keharusan

ditengah persaingan bisnis yang ketat saat ini, namun pertanyaanya adalah mampukah

perusahaan tersebut memproduksi barang dan jasa yang berkualitas tidak hanya dalam satu

periode namun juga pada periode berikutnya secara berkaitan dan berkelanjutan. Tantangan

untuk tetap mempertahankan kualitas dalam produksi ditengah lingkungan bisnis yang

semakin dinamis merupakan sebuah tantangan bagi perusahaan.

Dalam menghadapi tantangan tersebut maka perusahaan membutuhkan suatu sistem

yang terstruktur dan reliabel yang dapat digunakan untuk mengontrol sistem kualitas produksi

dari perusahaan. Salah satu sistem untuk mengontrol kualitas produksi secara

berkesinambungan adalah Total Quality Management (TQM). Menurut Nasuiton (2005: 22)

“Total Quality Management diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua

bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun

berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan kepuasan pelanggan.”

Menurut definisi tersebut dapat diketahui bahwa TQM merupakan sistem yang utuh

serta terintegrasi dalam melibatkan seluruh fungsi dari manajemen untuk melakukan suatu

pengendalian mutu. Sehingga TQM bukan hanya pekerjaan dari manajemen operasional,

namun juga seluruh fungsi manajemen sehingga kontrol dapat menjadi lebih baik. Kontrol

daris setiap fungsi tersebut akan memastikan bahwa kualitas barang maupun jasa akan sesuai

dengan ekspetasi dari konsumen. Menurut Goetch dan Davis (1994) unsur paling utama dari

TQM adalah fokus pada pelanggan, yang memiliki pengertian bahwa kualitas yang harus

dicapai perusahaan adalah kualitas yang sesuai dengan ekspetasi konsumen.

2
Apabila mengacu pada sejarah penerapan TQM itu sendiri, TQM pada awalnya

merupakan suatu sistem yang dikemukakan oleh AS W. Edward Deming yang menerapkan

teori statistik selama Perang Dunia ke 2. Setelah penerapan awal TQM pada era Perang Dunia

ke 2, TQM mencuri perhatian karena kesuksesan penerapanya sehingga banyak negara yang

ingin mengadopsi sistem ini bukan hanya untuk perang melainkan juga diterapkan dalam dunia

bisnis.

Penerapan TQM di Indonesia sendiri diawali dengan praktik penerapan TQM dalam

bidang kesehatan yang mana membutuhkan suatu pelayanan yang memiliki standar dan

kualitas tinggi karena berkaitan dengan keselamatan jiwa pasien. Selain dapat diterapkan di

usaha jasa yang membutuhkan kontrol kualitas tinggi, TQM juga dapat diterapkan di bidang

usaha manufaktur yang juga membutuhkan kontrol tinggi seperti produk makanan, kesehatan,

dan kecantikan. Salah satu penerapan TQM diperusahaan manufaktur yang memproduksi alat

kecantikan di Indonesia adalah PT Mustika Ratu TBK.

PT Mustika Ratu TBK merupakan perusahaan kosmetik kawakan di Indonesia yang

sudah beroperasi sejak tahun 1975. PT Mustika Ratu TBK didirikan oleh Mooryati Soedibyo

di Jakarta dan telah memproduksi berbagai produk-produk legendaris yang dikenal luas oleh

masyarakat luas. Beberapa produk yang sudah membumi antara lain adalah Minyak Zaitun

Mustika Rau, Minyak Cendana Mustika Ratu, Lukur Kocok Ratu Mas, Slimming Gel,

Slimming Tea, Lokol Tea, Tox Tea, Susut Perut Mustika Ratu, dan lain sebagainya.

1.1 Logo Mustika Ratu

3
Analisis penerapan TQM yang akan dibahas dalam artikel ilimiah ini, adalah studi

kasus yang telah dilakukan oleh Liana Rahardja dari Universitas Multimedia Nusantara. Fokus

pembahasan dari studi kasus ini adalah kondisi perusahaan sebelum dan sesudah menerapkan

TQM yang ditunjang dengan data-data pendukung. Berdasarkan latar belakang tersebut maka

variabel yang akan dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah dua yaitu TQM sebagai variabel

independen dan produktivitas sebagai variabel dependen. Studi kasus dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan TQM terhadap produktivtias PT Mustika

Ratu.

B. LITERATUR REVIEW

1. Total Quality Management (TQM)

Menurut Tjiptono dan Diana (2002) definisi Total Quality Management (TQM)

bermacam-macam. Ada yang mengartikan TQM sebagai perpaduan semua fungsi dari

perusahaan kedalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork,

produktivitas, pengertian serta kepuasan pelanggan. Sedangkan definisi yang dikemukakan

oleh Gaspersz (2001), Total Quality Management (TQM) merupakan suatu cara meningkatkan

performasi secara terus-meneurs (continous performance improvement) pada setiap level

operasi atau proses dalam setiap area fungsional dari suatu oerganisasi, dengan menggunakan

semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.

1.2 Ilustrasi Proses Pembuatan Kosmetik

4
Menurut definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa TQM merupakan suatu kegiatan

yang melibatkan semua fungsi manajemen untuk melakukan peningkatan performansi terus-

menerus dengan tujuan untuk memuaskan pelanggan. Menurut Hendayana (2014) meskipun

TQM senantiasa meningkatkan kinerja secara terus-meneus namun bukan berarti TQM

merupakan beban. TQM juga bukanlah inspeksi. TQM adalah suatu keinginan untuk selalui

mencoba mengerjakan segala sesuatu dengan “selalu baik sejak awal”. TQM tidaklah

menyediakan kesempatan untuk memeriksa kalau-kalau ada yang salah. Pembicaraan TQM

juga bukan mengenai bagaimana cara mengerjakan agenda orang lain, melainkan agenda yang

telah ditetapkan oleh pelanggan dan klien. Dalam penerapanya TQM menuntut pemberlakuan

di seluruh organisasi, baik vertikal maupun horisontal. Menurut Nasution (2005: 43), manfaat

atau pengaruh TQM dikelompokkan menjadi dua yaitu dapat memperbaiki posisi persaingan

(manfaat rute pasar) dan meningkatkan keluaran bebas dari kerusakan (manfaat rute biaya).

Manfaat dan pengaruhnya tampak pada gambar berikut:

1.3 Manfaat Total Quality Management (TQM)

5
2. Produktivitas

Produktivitas merupakan salah satu alat ukur bagi perusahaan dalam menilai prestasi

kerja yang dicapai karyawannya.Produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan

hubungan antara modal,tanah, energy yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut. (Basu

Swasta, 2002). Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang

dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya manusia secara efisien. Oleh

karena itu produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam

satuan tertentu (Sedarmayanti, 2001). Sehingga menurut kedua definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa produktivtias merupakan alat ukur perusahaan untuk menghitung keluaran

dan masukan dalam satuan tertentu. Menurut Sedarmayanti (2001), terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi produktivitas antara lain:

1. Sikap kerja Seperti: kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (Shiff work), dapat

menerima tambahan tugas dan bekerja sama dalam satu tim

2. Tingkat ketrampilan yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajmen

supervisor serta ketrampilan dalam teknik industrial.

3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercerminkan dalam

usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan

produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (Quality control circles) dan panitia

mengenai kerja unggul.

4. Manajemen produktivitas yaitu : manajemen yang efesien mengenai sumber dan

system kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.

5. Efesiensi tenaga kerja, seperti : perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.

6. Kewiraswastaan yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreatifitas dalam berusaha

dan berada dalam jalur yang benar dalam berusaha (Sedarmayanti, 2001:71)

6
Produktivitas adalah sikap mental dan cara pandang manusia untuk membuat hari esok

lebih baik dari sekarang dan membuat hari ini lebih baik dari kemarin. Dalam arti yang

sederhana dan teknis, pengertian kedua tentang produktivitas adalah ratio antara keluaran dan

masukan yang terpakai (Gaspersz, Vincent, 1998,). bentuk persamaan adalah sebagai berikut:

Produktivitas = Keluaran / Masukan

Sinungan (2003) memberi pengertian produktivitas dalam tiga kelompok rumusan,

pertama, yaitu rumusan tradisional dimana produktivitas adalah rasio dari apa yang dihasilkan

(output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang digunakan (input). Kedua, produktivitas

pada dasarnya merupakan suatu sikap mental yang selalu berusaha dan punya pandangan

bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik. Ketiga

produktivitas merupakan interaksi yang terjadi secara serasi dari tiga faktor esensial, yaikni

investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta R%D dan manajemen tenaga

kerja. sedangkankan Hani Handoko (1984) mengatakan bahwa produktivitas adalah hubungan

antara masukan-masukan dan keluaran-keluaran suatu sistem produksi.

David J. Sumanth dalam buku “Productivity and Management” (198:38),

mengemukakan siklus produktivitas terdiri dari empat tahap, yaitu: pengukuran, evaluasi,

perencanaan, dan peningkatan produktivitas, yang dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Pengukuran

Produktivitas

Peningkatan Evaluasi

Produktivitas Produktivitas
Perencanaan

Produktivitas

1.4 Siklus Produktivitas

7
Produktivitas menyangkut hubungan antara keluaran (output) dengan masukan (input

yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut). Produktivitas adalah rasio dari beberapa

output dengan beberapa input (Bain. Dafid, 1992). Produktivitas bukanlan merupakan ukuran

dari produksi atau output yang dihasilkan, melainkan ukuran tentang tingkat penggunaan

sumbersumber untuk mencapai suatu misi atau prestasi.

Roberta S. Russel dan Bernard W. Taylor III dalam buku “Production and Operations

Management: Focusing on Quality and Competitiveness” (1995:110) mengemukakan cara

untuk mengukur pengaruh mutu terhadap tingkat produktivitas yaitu dengan metode yang

dikembangkan oleh Adam Hershauer dan Rich. Mereka mengkombinasikan konsep dari hasil

indeks mutu (the quality-productivity ratio).

Rasio produktivitas mutu merupakan indeks produktivitas yang mencakup produktivitas

dan biaya mutu dengan rumus sebagai berikut:

QPR = Good Quality Products X 100%

(input) (processing cost) + (defective units) (rework cost)

Rasio produktivitas meningkat jika biaya proses atau biaya pengerjaan ulang atau

keduanya menurun. Selain itu juga dapat meningkat jika lebih banyak unit barang bermutu

yang dapat dihasilkan.

1.5 Produk Mustika Ratu

8
C. PEMBAHASAN

Pembahasan yang dilakukan dalam artikel ilmiah ini mengambil hasil penelitian yang

dilakukan oleh Liana Rahardja dengan membandingkan bagaimana produktivitas Mustika Ratu

sebelum menerapkan TQM (yaitu pada tahun 1995) dan setelah perusahaan menerapkan TQM

(tahun 2007). Dalam penelitian ini akan dijabarkan bagaimana TQM dapat meningkatkan haisl

produksi, mengurangi tingkat kecacatan produk, meminimalisir peningkatan biaya produksi,

serta memeinimalisir peningkatan biaya pengepakan.

1. Prinsip Penerapan TQM Perusahaan

a. Fokus Pada Pelanggan

Konsumen merupakan pihak yang paling penting dalam perusahaan. Salah satu alasan

utama perusahaan melakukan penerapan TQM adalah untuk konsumen sehingga

konsumen harus menjadi fokus utama dalam hal ini. Untuk meningkatkan pelayanan

kepada para konsumen, maka perusahaan melaksanakan pelatihan khusus bagi para

beauty advisor maupun beauty consultant yang diselengarakan setiap bulannya, yang

berupa:

 Kemampuan berkomunikasi dengan konsumen.

 Cara menata rias dan perawatan wajah serta tubuh.

 Bersikap ramah dan sopan dalam berpakaian dan melaysni pelanggan.

b. Proses Perbaikan dan Peningkatan Produksi

Salah satu prinsip penting dalam TQM adalah perbaikan terus-menerus. Perusahaan tidak

boleh mudah puas dengan hasil yang sudah diperoleh sebelumnya sehingga perusahaan

harus terus berkembang dari segi peningkatan kualitas. Perushaan harus mendengar

masukan dari berbagai pihak untuk meningkatkan produksi mereka. Selain itu

perusahaan harus terus mencari celah produksi yang masih ada untuk diperbaiki. Dengan

proses tersebut maka perusahaan akan memperoleh produksi terbaik.

9
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka PT Mustika Ratu selalu melakukan perubahan-

perubahan maupun modifikasi-modifikasi yanga dianggap dapat mendukung

peningkatan mutu produk. Manajemen PT Mustika Ratu menetapkan beberapoa syarat

untuk mendukung hal tersebut diatas, yaitu:

 Dokumentasikan hasil kegiatan

 Meningkatkan pelatihan dan pendidikan kepada setiap karyawan.

 Menetapkan suatu ukuran kinerja bagi perusahaan yang berfungsi untuk memonitor

kinerja proses dan setiap karyawan harus mengerti hal ini dengan baik.

Untuk meningkatkan dan memperbaiki proses tesebut, ada enam langkah yang

diterapkan oleh PT Mustika Ratu, yaitu:

i. Mendefinisikan masalah

Contoh: tingginya tingkat produk cacat dalam produksi.

ii. Mendefinisikan dan mendokumentasikan proses.

Untuk menentukan penyeab masalah tersebut, departemen produksi PT

Mustika Ratu mengklasifikasikan beberapa faktor penyebabnya, yang dapat

diketahui dari pertemuan antara plant manager dengan kepala departemen,

yang saling memberikan informasi tentang maslah yang terjadi. Setelah

dicari solusinya maka proses produksi dapat berjalan kembali.

iii. Mengukur hasil kerja.

Hasil outut perusahaan di evaluasi kembali apakah jumlah produk cacat

sudah menurun atau belum. Kalau belum, maka proses awal diulang kembali.

iv. Memahai latar belakang dari penyimpangan yang ada.

Penyebab masalah yang timbul kemudian dipelajari aga masalah tersebut

tidak terjadi lagi di kemudian hari.

10
v. Membuat ide-ide baru.

Akan lebih baik lagi, dengan berawal dari permasalahan tersebut, dapat

ditemukan inovasi baru yang dapat menurunkan tingginya tingkat produk

cacat.

vi. Menerapkan dan membuat pemecahan terhadap masalah yang timbul.

Pemecahan masalah harus cepat ditemukan dan segera diterapkan dengan

tujuan agar masalah tidak berlarut-larut dan dapat mengganggu kinerja

perusahaan.

c. Melibatkan Seluruh Karyawan Untuk Peningkatan Mutu

Dalam menerapkan prinsip ini, pihak manajemen perusaaan menerapkan suatu komitmen

bersama agar seluruh kayawan ikut merasa terlibat dalam kegiatann perusahaan. Para

karyawan PT Mustika Ratu diberika kebebasan untuk mnerima suatu tantangan untuk

mengerjakan sesuatu dengan baik, memecahkan masalah yang dihadapi, mengajukan

usul serta memberikan saran-saran yang berguna bagi perusahaan. Dengan demikian,

para karyawan mempunyai rasa percaya diri dan saling memiliki. Hal ini dapat dilihat

pada departemen produksi dalam mengatasi masalah ketidaksesuaian mutu produk

dengan melaksanakan Gugus Kendal Mutu (GKM). Dengan melibatkan seluruh

karyawan maka proses pengontrolan mutu dapat dilakukan dari hulu ke hilir sehingga

apabila terjadi proses produksi yang salah maka akan dikoreksi pada saat itu juga.

1.6 Kampanye Produk Mustika


Ratu

11
2. Penerapan TQM di Terhadap Produksi Mustika Ratu

Dari segi produksi sendiri, penerapan TQM memberi dampak yang nyata terhadap

perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat barang cacat yang semakin menuru

seperti dilihat dari tabel berikut ini:

1995 2007

(sebelum TQM) (sesudah TQM)

Jenis Produk Produksi (unit) Cacat Produksi (unit) Cacat

Perawatan wajah 12,220,500 0,10 14,551,800 0,02

Tata rias dasar 9,341,800 0.30 11,117,800 0,05

Tata Rias dekoratif 2,139,700 0.30 3,170,700 0,06

Perawatan tubuh 6,316,900 0.05 8,099,500 0,008

Perawatan rambut 2,452,000 0.04 3,266,300 0,01

Jamu 388,762,000 0.04 524,828,500 0,06

Minuman segar 200,000 0.02 285,300 0,008

421,432,900 565,319,900

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa setelah perusahaan menerapkan TQM

perusahaan berhasil menekankan kecacatan produk sampai sangat kecil. Tidak hanya

perusahaan mampu menekan angka kecacatan tapi perusahaan juga bisa meningkatkan

produksi mereka. Produksi per unit meningkat dari sebelum menerapkan TQM yaitu

sebanyak 421,432,900 menjadi 565,319,900 setelah perusahaan menerapkan TQM.

Penerapan TQM dapat meningkatkan produksi sampai ratusan juta unit dan menekan

angka kecacatan produk hingga drastis.

12
3. Peningkatan Produksi Setelah Menerapkan TQM

Peningkatan produksi dari perusahaan dapat dilihat dari tabel berikut ini:

1995 2007

(sebelum TQM) (sesudah TQM) Peningkatan produksi

Jenis Produk Produksi (unit) Produksi (unit) (unit) (%)

Perawatan wajah 12,220,500 14,551,800 2,331,300 19.08

Tata rias dasar 9,341,800 11,117,800 1,776,000 19.01

Tata Rias dekoratif 2,139,700 3,170,700 1,031,000 48.18

Perawatan tubuh 6,316,900 8,099,500 1,782,600 28.22

Perawatan rambut 2,452,000 3,266,300 814,300 33.21

Jamu 388,762,000 524,828,500 136,066,500 35.00

Minuman segar 200,000 285,300 85,300 42.65

421,432,900 565,319,900

Berdasarkan data tersebut maka kita dapat mengetahui berapa peningkatan produksi per

lini produk yang ada dari peningkatan ratusan juta produksi yang ada. Dari lini produk

perawatan wajah, meningkat sebesar 19,08%; dari segi tata rias wajah meingkat 19.01%;

tata rias dekoratif meningkat 48.18%; perawatan tubuh meningkat 28.22%; perawatan rambut

meningkat 33.21%; Jamu meningkat sebesar 35.00%; dan minuman segar meningkat sebesar

42.65%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa lini produk meningkat dengan jumlah yang

sangat signifikan rata-rata produk meningkat diatas 10%. Hal tersebut menunjukkan bahwa

penerapan TQM di Mustika Ratu terbukti berhasil karena nilai produksi berhasil meningkat

dengan cukup pesat. Penerapan TQM di PT Mustika Ratu merupakan salah stau penerapan TQM

yang berhasil di perusahaan sehingga aplikasi ini dapat diterpkan oleh perusahaan lain yang ingin

melaksanaakn TQM.

13
4. Penurunan Kecacatan Produksi Setelah Menerapkan TQM

Penurunan kecacatan dari setiap lini produk dapat dilihat dari tabel berikut ini:

1995 2007

(sebelum TQM) (sesudah TQM) Penurunan produk cacat

Jenis Produk Produksi (unit) Produksi (unit) (unit) (%)

Perawatan wajah 1,222,050 291,036 931,014 76.18

Tata rias dasar 2,802,540 555,890 2,246,650 80.16

Tata Rias dekoratif 641,910 190,242 451,668 70.36

Perawatan tubuh 315,845 64,796 251,049 79.48

Perawatan rambut 98,080 32,663 65,417 66.70

Jamu 15,550,480 3,148,971 12,401,509 79.75

Minuman segar 4,000 2,282 1,718 42.94

20,634,905 4,285,880

Berdasarkan data tersebut dapast dilihat penurunan kecacatan yang tajam antara sebelum

penerapan TQM dengan sesudah penerapan TQM. Kenaikan yang berkisar antara

42,94% sampai dengan 80,16%, sangat mengembirakan. Penurunan tingkat kecacatan

produk disebabkan adanya penerapan elemen-elemen ISO 9002 dengan baik,

peningkatan sumber daya manusia khususnya pada tenaga ahli dalam bidang kosmetik

dan jamu tradisonal. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya jumlah produk yang

baik, sehingga volume penjualan akan meningkat dan laba perusahaan juga ikut

meningkat.

1. Melalui penerapan TQM, maka mutu prodk yang dihasilkan akan selalu

terjaga pada suatu standar tertentu. Hal ini dapat dilihat pada pengawasan

mutu yang baik dalam pengendalian mutu yang dilaksanakan secara berkala.

14
2. Pihak manajemen PT Mustika Ratu melihat bahwa dengan penerapan TQM

ini, biaya produksi dapat ditekan. Hal ini terbukti dengan berkurangnya

produk cacat, sehingga biaya pengerjaan ulang semakin berkurang.

3. Secara tidak langsung, amnfaat penerapan TQM ini adalah meningkatnya

motivasi karyawan PT Mustika Ratu. Hal ini disebabkan karena para

karyawan dilibatkan secara langsung dalam pengambilan keputusan untuk

kemajuan perusahaan. Dengan terciptanya suasana kerja yang baik, maka

kinerja peusahaan akan berjalan dengan baik pula.

5. Biaya Bahan Baku Setelah Perusahaan Menerapkan TQM

Penerapan TQM juga dapat menjadi salah satu alat efisiensi perusahaan. Hal tersebut

dapast dilihat dari pnurunan biaya bahan baku sebelum dan sesuah menerapkan TQM

seperti dilihat di tabel berikut ini:

Sebelum TQM Sesudah TQM

Harga/kg Harga/kg

Bahan Baku Jumlah (kg) (Rp) Total (Rp) (Rp) Total (Rp)

Temulawak 0.63 1,800 1,134.00 1,850 1,165.50

Kencur 0.63 1,700 1,071.00 1,725 1,086.75

Adas 0.32 2,950 929.25 3,000 945.00

Pulosari 0.42 3,050 1,281.00 3,100 1,302.00

Bangle 0.42 2,400 1,008.00 2,500 1,050.00

Kayu Legi 0.42 3,950 1,659.00 4,000 1,680.00

Kunir 0.63 1,900 1,197.00 2,000 1,260.00

Kedawung 0.42 5,550 2,331.00 5,600 2,352.00

15
Mesoyi 0.32 8,150 2,567.25 8,200 2,583.00

Jati Belanda 0.70 1,600 1,120.00 1,650 1,155.00

Majakan 0.35 11,850 4,147.50 11,900 4,165.00

Tempuyung 1.05 7,500 7,875.00 7,600 7,980.00

Temukunci 0.70 1,850 1,295.00 1,900 1,330.00

TOTAL 27,615.00 28,054.25

Tabel tersebut menunjukkan angka yang cukup signifikan. Terdapat rentang waktu yang

sangat panjang antara tahun 1995 dan 2007 namun peningkatan biaya produksi tidak

banyak bahkan tidak sampai 10%. Padahal apabila kita membandingkan dengan tingkat

inflasi yang terjadi hal tersebut berarti dengan penerapan TQM perusahaan hampir tidak

terdampak oleh inflasi meskipun kebanyakan bahan baku pembuatan juga berasal dari

dalam negeri.

6. Biaya Pembungkusan Setelah Perusahaan Menerapkan TQM

Perubahan biaya pembungkusan per 1.000 pcs produk dapat dilihat sebagai berikut:

Sebelum TQM Sesudah TQM

Jumlah Harga

Bahan Baku (unit) Harga (Rp) Total (Rp) (Rp) Total (Rp)

Kertas 1,000 25 25,000.00 25 25,000.00

Plastik (meter) 1.20 3,000 3,600.00 3,050 3,660.00

Kardus 2.00 300 600.00 325 650.00

16
Plakban(meter) 0.03 2,000 60.00 2,025 60.75

Cap Periksa 8.00 3 24.00 4 32.00

Tinta 1.00 1,000 1,000.00 1,100 1,100.00

Stiker 50.00 35 1,750.00

TOTAL 30,284.00 32,252.75

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan biaya pembungkusan

tidak signifikan. Setelah 13 tahun hanya meningkat sebesar kurang dari 10%. Hal

tersebut membuktikan bahwa meskipun terdapat faktor yang mempengaruhi biaya

seperti inflasi nilai nya berpengaruh sangat kecil bila perusahaan menerapakan TQM.

7. Pengaruh Penerapan TQM dalam Mustika Ratu

Dari tabel diatas, dapat diketahui biaya produksi jamu/unit adalah:

1. Sebelum TQM:

Rp 27.615 + Rp 30.284 = Rp 57.899 /1.000 unit = Rp 57,899 / unit.

2. Sesudah TQM:

Rp 28.054,25 + Rp 32.252,75 = Rp 60.307/1.000 unit = Rp 60,307/unit.

Selanjutnya data biaya pengerjaan ulang sebelum TQM adalah Rp 25,20/unit, sedangkan

sesudah TQM Rp 25,70/unit. Untuk memudahkan perhitungan QPR, maka ringkasan

datanya adalah:

17
(sebelum TQM) (sesudah TQM)

Produksi (unit) Produksi (unit)

Total 388,762,000 524,828,500

Cacat 15,550,480 3,148,971

Produk Baik 373,211,520 521,679,529

Biaya Produk 57,899 60,307

Biaya Pengerjaan ulang 25.20 25.70

QPR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

QPR = Good Quality units


(Input) (Processing Cost) + (Defective Unit) (Rework Costs)

Sebelum penerapan TQM:

QPR = 373.211.520 X 100%


(388.762.000 unit) (Rp 57.899) + (15.550.480) (25.50)

= 373.211.520
Rp 22.900.803.136 / unit

= 1.63%

Sesudah penerapan TQM:

QPR = 521.679.529 X 100%


(524.828.500 unit) (Rp 60.555) + (3.148.971) (25.70)

= 521.679.529
Rp 31.861.918.374,70 / unit

= 1.64%

18
D. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang telah disajikan dapat diketahui bahwa secara kasat mata TQM

memberikan dampak yang luar biasa terhadap perusahaan Mustika Ratu. Hal tersebut dapat

dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:

 Dari segi produksi, jumlah unit yang diproduksi perusahaan meningkat dari

421,432,900 menjadi 565.319.900. Hal tersebut berarti bahwa terjadi peningkatan

produksi sebesar 143.887.000 setelah perusahaan mengaplikasikan TQM.

 Dari segi pengurangan kecacatan produk, perusahaan berhasil menurunkan dari

sebelumnya terdapat sebanyak 20.634.905 produk yang cscat menjadi 4.285.880

setelah perusahaan menerapkan TQM. Artinya setelah perusahaan menerapkan TQM

jumlah produk cacat dapat dikurangi sebanyak 16.349.025.

 Dari segi biaya produksi, pada data tahun 1995 sebelum perusahaan menerapkan TQM

biaya produksi diestimasi berada di angka 27.615.00 dan setelah perusahaan

menerapkan TQM di tahun 2007 biaya produksi menjadi 28.054.25. Hal tersebut berarti

bahwa setelah perusahaan menerapkan TQM biaya produksi dasri tahun 1995 ke 2007

(13 tahun) hanya naik sebesar Rp439 per unit produk.

 Dari segi pengemasan produk, sebelum menerapkan TQM adalah sebesar Rp30.284

dan setelah perusahaan menerapkan TQM adalah sebesar Rp32.252. Artinya hanya

terjadi kenaikan biaya produksi sebesar Rp1.968

Dapat disimpulkan bahwa QPR sebelum TQM mengalami peningkatan sebesar 1%

(1,64%-1,63%), meskipun biaya bahan baku dan pembungkus jamu mengalami kanaikan.

Akan tetapi kenaikan biaya tersebut dapat mengurangi produk cacat. Kenaikan produktivitas

PT Mustika Ratu merupakan hal yang sangat menggembirakan karena merupakan bukti nyata

bahwa departemen produksi telah berhasil meningkatkan produktivitasnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bain, David. 1982. The Productivity Prescription the Manager’s guide to Improving

Productivity and Profits. McGraw-Hill Book Company. Newyork

Basu Swastha.2002.Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapan. Jakarta:

Penerbit Liberty

Gaspersz, Vincent, 2001, ISO 9001:2000 and Continual Quality Improvement, PT Gramedia

Pustaka Utama.

Goetsch, D.L & Davis, S, 1994 Introduction to Total Quality, Quality, Productivity, Comp

Nasution, M. N. (2005). Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Management, Edisi Kedua,

Ghalia Indonesia, Bogor.

Rahardja, Liana. 2010. Analisis Peranan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Dalam

Meningkatkan Produktivitas PT Mustika Ratu Yang Bersertifikat ISO 9002. JakartaL

Universitas Multimedia Nusantata

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Jakarta: Mandar Maju

Sinungan, Muchdarsyah. (2003). Produktivitas Apa dan Bagaimana. Bandung: Bumi Aksara.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2002. Total Quality Management. Edisi Revisi.

Yogyakarta: Andi Offset.

20

Anda mungkin juga menyukai