Anda di halaman 1dari 9

Tugas PKN

VACUUM OF POWER

DI SUSUN OLEH:
HIKMAWATI ABDULLAH

T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan pengerjaan makalah ini. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata pelajaran PKN.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Gorontalo, Agustus 2019


DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................... i
Daftar isi............................................................................................................ ii
BAB I
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................1
1.3 Tujuan ..............................................................................................2
BAB II
2.1 Vacuum Of Power……………………………………. ...................3
2.2 Perbedaan Pendapat Golongan Muda Dan Tua……………….........3
2.4 Proklamasi Kemerdekaan..................................................................5
2.5 Perumusan Dasar Negara...................................................................7
BAB III
3.1 Keseimpulan ..................................................................................8
3.2 Saran ..............................................................................................8
Daftar Pustaka................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Vacuum of power atau kekosongan kekuasaan adalah suatu kondisi yang terjadi
ketika suatu pemegang kekuasaan telah kehilangan kendali atas sesuatu dan tidak ada yang
menggantikan mereka. Hal ini biasanya merupakan situasi politik yang dapat terjadi jika
pemerintah tidak memiliki suatu otoritas sentral yang dapat diidentifikasi.
Sebuah kekosongan kekuasaan juga dapat terjadi setelah krisis konstitusi di mana sebagian
besar dari pemerintah mengundurkan diri atau dikeluarkan, menciptakan isu-isu yang tidak
jelas mengenai suksesi posisi kekuasaan .
Setelah Perang Dunia II, terjadi kekosongan kekuasaan di Eropa. Seiring dengan
pembagian Jerman menjadi Republik Demokrasi Jerman dan Jerman Barat, diplomasi luar
negeriStalin dan tata kelolanya, pengembangan senjata nuklir, kebijakan luar
negeri pengurungan komunisme, ekspansionisme Uni Soviet dan Amerika Serikat dan
tumbuhnya ketidak kepercayaan (ketakutan terhadap hegemoni) terlihat menjadi faktor
munculnya Perang Dingin. Kekosongan kekuasaan ini juga terjadi di Asia Tenggara di
mana Indonesia menyatakan kemerdekaannya setelah penyerahan Jepang terhadap Tentara
Sekutu.
Konsep umum dari "kekosongan kekuasaan" juga relevan dengan banyak situasi
pribadi dan organisasi. Dalam dunia kriminal banyak gembong narkoba yang mampu
menjadi tidak-tersentuh karena ketakutan terhadap reaksi balasan yang terjadi dalam
situasi kekosongan kekuasaan.

I.2 Rumusan Masalah

 Vacuum of power
 Perbedaan pendapat golongan tua dan muda
 Rengasdengklok
 Proklamasi kemerdekaan
 Pancasila dan UUD 1945
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan vacuum of power
2. Untuk mengetahui peristiwa rengasdengklok
3. untuk mengetahui proses kemerdekaan Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 PENGERTIAN VACUUM OF POWER


Sebuah kekosongan kekuasaan atau vakum kekuasaan adalah suatu kondisi yang terjadi
ketika suatu pemegang kekuasaan telah kehilangan kendali atas sesuatu dan tidak ada yang
menggantikan mereka. Hal ini biasanya merupakan situasi politik yang dapat terjadi
jika pemerintah tidak memiliki suatu otoritas sentral yang dapat diidentifikasi. Dalam sebuah
kekosongan kekuasaan, seperti kondisi vakum secara fisika, kekuatan lain akan cenderung
dengan "buru-buru" mengisi kekosongan tersebut segera setelah terjadi, mungkin dalam
bentuk milisi bersenjata atau pemberontak, kudeta militer, panglima perang atau diktator.
Selama atau setelah perang saudara, sering terjadi beberapa macam kekosongan kekuasaan.
Sebagai contoh, negara Somalia yang kala itu dilanda perang kemudian terperosok dalam
kekosongan kekuasaan, tanpa pemerintah pusat atau presiden yang memegang kontrol atas
apa yang seharusnya adalah "Republik Somalia " .
Awal perang saudara di Bosnia pada tahun 1992 ditandai dengan kekosongan kekuasaan yang
mengikuti disintegrasi Yugoslavia.
Sebuah kekosongan kekuasaan juga dapat terjadi setelah krisis konstitusi di mana sebagian
besar dari pemerintah mengundurkan diri atau dikeluarkan, menciptakan isu-isu yang tidak
jelas mengenai suksesi posisi kekuasaan .
Setelah Perang Dunia II, terjadi kekosongan kekuasaan di Eropa. Seiring dengan pembagian
Jerman menjadi Republik Demokrasi Jerman dan Jerman Barat, diplomasi luar
negeristalin dan tata kelolanya, pengembangan senjata nuklir, kebijakan luar
negeri pengurungan komunisme, ekspansionisme Uni Soviet dan Amerika Serikat dan
tumbuhnya ketida-kepercayaan (ketakutan terhadap hegemoni) terlihat menjadi faktor
munculnya Perang Dingin. Kekosongan kekuasaan ini juga terjadi di Asia Tenggara di
mana Indonesiamenyatakan kemerdekaannya setelah penyerahan Jepang terhadap Tentara
Sekutu.
Kontrol ketat yang diterapkan Partai Baath Saddam Hussein diberlakukan di Irak dapat
dieksploitasi selama periode transisi setelah Invasi Irak 2003. Namun, kebijakan Pemerintah
AS membersihkan anggota partai Baath dari pemerintah Irak setelah invasi tersebut malah
menciptakan kekosongan kekuasaan yang cepat diisi oleh pemberontak Irak, yang kemudian
mulai menyerang personel Tentara Amerika menggunakan alat peledak
improvisasi dan penembak runduk
Konsep umum dari "kekosongan kekuasaan" juga relevan dengan banyak situasi pribadi dan
organisasi Dalam dunia kriminal banyak gembong narkoba yang mampu menjadi tidak-
tersentuh karena ketakutan terhadap reaksi balasan yang terjadi dalam situasi kekosongan
kekuasaan.
II.2 Perbedaan pendapat golongan muda dan golongan tua
Peristiwa Rengasdengklok dilatar belakangi karena adanya perbedaan pendapat antara
golongan tua dengan golongan muda. Golongan tua seperti Ir. Soekarno dan Moh.
Hattamenginginkan bahwa proklamasi didiskusikan terlebih dahulu dengan PPKI.
sedangkan golongan muda memaksa agar cepat-cepat diumumkan kemerdekaan, selain itu
golongan muda tidak suka dengan PPKI yang tak ingin negara Jepang ikut campur dan tidak
terpengaruh oleh Jepang.Sebelum itu golongan pemuda telah mengadakan perundingan di
salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus.Dalam
pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan
hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang.Hasil keputusan disampaikan kepada Ir.
Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggung jawab
sebagai ketua PPKI.

Ir. Soekarno dan Mr. Moh. Hatta diculik sehari penuh di Rengasdengklok. Ini demi kebaikan
mereka agar tidak terpengaruh Jepang dan cepat-cepat memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia.Peristiwa Rengasdengklok ini Ir. Soekarno dan Moh. Hatta memiliki wibawa yang
besar dan karena itu golongan muda enggan mendekati mereka.Berdasarkan pernyataan
Soekarno kepada Shudanco Sanggih bahwa Ir. Soekarno bersedia memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia setelah kembali ke Jakarta.Esok siangnya, Shudanco Sanggih
kembali ke Jakarta dan menyampaikan berita kepada kawan-kawan dan golongan muda
bahwa Ir. Soekarno akan bersiap memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.Sementara itu
di Jakarta sedang terjadi perundingan antara Perwakilan Golongan Tua (Achmad Subarjo)
dengan Perwakilan Golongan Muda (Wikana).Mereka sepakat bahwa akan melaksanakan
proklamasi di Jakarta, dan Laksamana Tadachi Maeda mengizinkan rumah kediamanya
sebagai tempat perundingan dan menjamin keselamatan mereka.

III.3 Proklamasi kemerdekaan


Detik-detik pembacaan naskah proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di
ruang makan laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks
proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks
proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah, Sayuti Melik,
Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu
adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi
Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman
Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar
Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10.00 dengan pembacaan
proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera
Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan
oleh Soewirjo, wakil wali kota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan
pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah
Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut.
Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang
Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera
berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[3] Sampai saat ini, bendera pusaka
tersebut masih disimpan di Istana Merdeka.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang
dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat
mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan
Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.[3]
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil
keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar
negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian
terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI)
dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan
dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden
dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
II.4 Perumusan dasar Negara

Perumusan dasar negara Republik Indonesia mulai disusun pasca pembentukan BPUPKI.
Pada sidang pertama BPUPKI tanggal 29 Mei- 1 Juni 1945 membahas mengenai
pembentukan dasar negara. Pada sidang pertama ini ada tiga tokoh yang mengemukakan
dasar negara yaitu Moh Yamin, Supomo dan pada hari terakhir adalah Soekarno. Pasca
sidang BPUPKI yang pertama kemudian dilanjutkan dengan pembentukan panitia kecil yang
disebut dengan Panitia Sembilan. Hasil dari panitia Sembilan yang dikenal dengan Piagam
Jakarta kemudian disahkan oleh PPKI pada sidang pertama tanggal 18 Agustus 1945 dengan
beberapa perubahan.
uh.Yamin pada sidang tanggal 29 Mei 1945 menyampaikan dasar negara hasil pemikirannya.
Dalam pidatonya Moh Yamin mengemukakan Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia. Menurut Yamin ada lima azas, yaitu ( 1) Peri Kebangsaan, (2) Peri Kemanusian,
(3) Peri Ketuhanan, (4) Peri Kerakyatan, dan (5) Kesejahteraan rakyat. Supomo pada tanggal
31 Mei 1945 mengusulkan dasar negara yang terdiri dari lima pokok pikiran yaitu (1)
Persatuan, (2) Kekeluargaan, (3) Keseimbangan lahir batin, (4) Demokrasi atau Mufakat, dan
(5) Keadilan rakyat
Pada kesempatan tersebut Ir. Sukarno juga menjadi pembicara kedua. Ia mengemukakan
tentang lima dasar negara. Lima dasar itu adalah (1) Kebangsaan Indonesia, (2)
Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, (3) Mufakat atau Demokrasi, (4) Kesejahteraan
Sosial, (5) Ketuhanan Yang Maha Esa. Pidato itu kemudian dikenal dengan Pancasila .
BPUPKI membentuk panitia kecil yang terdiri dari sembilan orang. Pembentukan panitia
sembilan itu bertujuan untuk merumuskan tujuan dan maksud didirikannya Negara
Indonesia. Panitia kecil itu terdiri atas:

1. Sukarno,
2. Drs Moh Hatta
3. Drs Muh. Yamin,
4. Ahmad Subardjo,
5. A.A Maramis,
6. Abdul Kahar Muzakkar,
7. Wahid Hasyim,
8. Agus Salim,
9. Abikusno Cokrosuyoso.
Hasil dari perumusan Panitia Sembilan adalah Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Isi dari
Piagam Jakarta adalah:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.


2. (menurut) dasar kemanusian yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. (dan) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah dalam permusyawaratan/ perwakilan
5. (serta dengan mewujudkan suatu ) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada sidang PPKI yang pertama tanggal 18 Agustus 1945 disahkanlah undang-undang dasar
1945 dengan beberapa perubahan terutama pada sila pertama dalam Piagam Jakarta. Ada
sebuah berita bahwa kalau sila pertama tidak dirubah, maka Indonesia bagian timur akan
melepaskan diri dari Indonesia. Oleh karena kearifan dan kebijaksaan tokoh-tokoh pada saat
itu maka sila pertama berubah dari “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
17 Agustus 1945, Hari dimana Negara Republik Indonesia kita tercinta merdeka.
Suatupencapaian yang sangat sulit untuk bisa melaksanakan kemerdeka tersebut. Dimulai
saatpenjajahan Belanda mulai banyak muncul penderitaan. Penderitaan rakyat itu
memacupara mahasiswa dan pemuda masa itu untuk melawan Belanda dengan cara merekasendiri
yaitu dengan cara mendirikan organisasi pergerakan nasional. Seperti budi Utomo,Sarekat
Islam (SI), Indische Partij (IP), Perhimpunan Indonesia, Partai KomunisIndonesia (PKI), Partai
Nasional Indonesia (PNI), Partai Indonesia (Partindo), PartaiIndonesia Raya (Parindra),
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), Organisasi Keagamaandan Organisasi Pemuda dan
Wanita. Namun, diantara organisasi ini, ada beberapa yangkeliru dalam memperjuangkan
kemerdekaan NKRI ini, seperti PKI yang malah membuatlembaran hitam bagi kemerdekaan
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai