Anda di halaman 1dari 6

KONSEP SEHAT SAKIT DALAM ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


KEPERAWATAN KOMUNITAS 1
Dosen Pengampu: Ns. Sri Wahyuni Adriani, M.Kep.Sp.Kep.Kom

Oleh:
Kelompok 1
Mahudeh 1711011011
Satriyo Handoko 1711011015
Enggar Teguh Mustiko 1711011017
Trisetya Mustikawati 1711011019
Restri Wahyuningtyas 1711011020
Desi Indah Cahyaning Putri 1711011027
Aulia Fitri N.F 1711011034
Hesti Khotimatul Wakidah 1711011036
Siti Maratus Sholekhah 1711011037
Ilma Sakinah 1711011038

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2019
A. Definisi Sehat dan Sakit
Sehat sakit merupakan suatu peristiwa dan keadaaan yang selalu
menyertai hidup manusia sejak zaman nabi Adam a.s kita memahami
apapun yang menimpa manusia adalah takdir dari Allah Swt. Konsep sehat
dan sakit dalam Islam merupakan konsep yang bersumber dari pandangan
Al Quran dan Hadist. Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa
Arab “ash-shihhah” yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata,
benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula: (1)
dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit)
dan waras, (2) mendatangkan kebaikan pada badan, (3) sembuh dari sakit.
Kata sehat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu
keadaan/kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit.
Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 “sehat adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sisoal yang memungkinkan
seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis. Konsep “sehat” World
Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas,
yaitu “kedaan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya
terbebas dari penyakit atau cacat”. Orang yang tidak berpenyakit pun
tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam kedaan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
Pengertian sehat yang dikemukakan oleh WHO merupakan suatu
keadaan ideal, dari sisi biologis, psuologis, dan sosial sehin gga eseorang
dapat melakukan aktifita secara optimal. Definisi sehat dikemukakan oleh
WHO mengandung karakteristik yaitu:
1. Mereflekasikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif. Sehat bukan
merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan bukan
merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud
dengan proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap
fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi
fisik, mental, maupun sosial. Sedangkan batasan sehat menurut Undang-
undang Kesehatan meliputi fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi.
Sehat fisik yang dimaksud disini adalah tidak merasa sakit dan memang
secara klinis tidak sakit, semua organ tubuh normal dan berfungsi normal
dan tidak ada gangguan fungsi tubuh.

B. Konsep Sehat Sakit dalam Islam


Sakit dalam pandangan Islam bukanlah suatu kondisi yang hina atau
memalukan melainkan kedudukan mulia bagi seorang hamba karena dengan
mengalami sakit seorang hamba akan diingatkan untuk selalu bersyukur.
Hal ini karena keselamatan dan kesehatan merupakan nikmat Allah SWT
yang terbesar dan harus diterima dengan rasa syukur. Sehat dan sakit
memang merupakan ketentuan Allah SWT tetapi ketika berada dalam
kondisi sakit manusia tidak seharusnya menjadi pribadi yang lemah dan
berputus asa karena sakit adalah cara Tuhan untuk menghapus dosa
manusia, hal dijelaskan dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Al
Bukhari yang artinya “Tidak ada yang menimpa seorang muslim kepenatan,
sakit yang berkesinambungan (kronis), kebimbangan, ksedihan, penderitaan,
kesusahan, sampai pun duri yang ia tertusuk karenanya, kecuali dengan itu
Allah menghapus dosanya”.
Dari berbagai ayat dan hadist yang berkaitan dengan usaha
kesembuhan dapat disimpulkan bahwa Al-Quran maupaun As-Sunnah
menjelaskan bahwa hidup sehat itu adalah penting dan cara memperoleh
kesehatan harus hati-hati, jangan sampai jatuh kedalam praktik
kemusyrikan. Menjaga kesehatan sebagai bagian cara bersyukur kepada
Allah adalah ciri muslim yang baik dan modal untuk memperoleh kesehatan
adalah dengan hidup bersih. Rasulullah saw pernah bersabda dan amat
populer di lingkungan dunia medika Islam “An-Nadaftu min al-iman”
(Bersih itu sebagaiandari iman). Lawan dari brsih dan kotor adalah kotor
dan jorok. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kotor dan jorok itu tidak
mengundang kesehatan, melainkan lawannya, yaitu sakit. Jadi kotor kotor
atau jorok mengandung penyakit atau sakit. Dari alur pikir ini dapat di
pahami bahwa independensi (saling tergantung) antara bersih, sehat, dan
iman. Bersih menyebabkan sehat, dan sehat merupakan bagian dari iman.
Disisi lain, iman yang benar menuntut supaya hidup bersih dan buah dari
hidup bersih adalah sehat.
Pandangan mengenai konsep sehat dan sakit dapat pula kita peroleh
dari kisah yang dialami oleh Nabi Ayyub dalam Al-Quran Surah An Anbiyya
21 : 83. Artinya : “Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru
Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan
Engkau adalah Tuhan yang Maha penyayang diantara semua penyayang”.
Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami kembalikan
keluarganjya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi
semua yang menyemgah Allah.
Ayat di atas mengisahkan Nabi Ayyub yang ditimpa penyakit,
kehilangan harta dan anak-anaknya,. Dari seluruh tubuhnya hanya hati dan
lidahnya yang tiidak tertimpa sakit, karena dua organ inilah yang dibiarkan
Allah SWT tetap baik dan digunakan oleh Nabi Ayyub untuk berdzikir dan
memohon keridhoan Allah SWT dan Allah SWT pun mengabuklan doanya,
hingga akhirnya Nabi Ayyub sembuh dan di kembalikan harta dan
keluarganya. Dari sini dapat diambil pelajaran agar manusia tidak
berprasangka buruk kepada Allah SWT, tidak berputus asa akan rahmat
Allah SWT serta bersabar dalam menerima takdir Allah SWT. Karena kita
sebagai manusia perlu meyakini bahwa apapun bahwa apabila Allah
menaktidrkan sakit maka kita akan sakit, begitu pula apabila Allah
menakdirkan kesembuhan tiada daya upaya kecuali dengan izin-Nya kita
akan sembuh.
Beberapa hadist yang berkaitan dengan kesehatan
1. Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala
tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula
obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan
tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.” (HR.
Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau menshahihkannya dan
disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri menshahihkan hadits ini
dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas Zadul Ma’ad, 4/12-
13)
2. Penegasan Rasulullahu’alaihi wa sallam dalam sabdanya:
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya,
demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya.
Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.”
(HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu ‘anhu)
3. ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata: “Dahulu bila salah seorang
dari kami mengeluhkan rasa sakit maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengusapnya dengan tangan kanan beliau dan membaca: “Ya
Allah, Rabb sekalian manusia, yang menghilangkan segala petaka,
sembuhkanlah, Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tak ada yang bisa
menyembuhkan kecuali Engkau, sebuah kesembuhan yang tidak
meninggalkan penyakit.” (HR. Al-Bukhari).
4. Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa mengunjungi
orang sakit selama belum datang ajalnya, lalu dia bacakan di sisinya
sebanyak tujuh kali: “Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung,
Pemilik ‘Arsy yang besar, semoga menyembuhkanmu,’ niscaya Allah
akan menyembuhkannya dari penyakit itu.” (HR. Abu Dawud, At-
Turmudzi, dan dihasankan oleh Al-Hafizh dalam Takhrij Al-Adzkar)
Dari berbagai ayat dan hadist yang berkaitan dengan usaha
kesembuhan dapat disimpulkan bahwa Al-Quran maupaun As-Sunnah
menjelaskan bahwa hidup sehat itu adalah penting dan cara memperoleh
kesehatan harus hati-hati, jangan sampai jatuh kedalam praktik
kemusyrikan. Menjaga kesehatan sebagai bagian cara bersyukur kepada
Allah adalah ciri muslim yang baik dan modal untuk memperoleh kesehatan
adalah dengan hidup bersih. Rasulullah saw pernah bersabda dan amat
populer di lingkungan dunia medika Islam “An-Nadaftu min al-iman”
(Bersih itu sebagaiandari iman). Lawan dari brsih dan kotor adalah kotor
dan jorok. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kotor dan jorok itu tidak
mengundang kesehatan, melainkan lawannya, yaitu sakit. Jadi kotor kotor
atau jorok mengandung penyakit atau sakit. Dari alur pikir ini dapat di
pahami bahwa independensi (saling tergantung) antara bersih, sehat, dan
iman. Bersih menyebabkan sehat, dan sehat merupakan bagian dari iman.
Disisi lain, iman yang benar menuntut supaya hidup bersih dan buah dari
hidup bersih adalah sehat.
Perilaku hidup sehat dan bersih sesungguhnya telah lama diajarkan
bagi pemeluk agama Islam yang salah satu perwujudannya adalah dedngan
menjaga kebersihan pribadi. Hal ini dengan jelas terdapat dalam Al-Quran
yang menekankan kualitas hidup bersih atau suci, baik suci secara lahiriah
maupun suci secara batiniah. Sebagaimana firman Allah dalam Qs, Al-
Mudatstsir (74): 4. Artinya : “Dan pakaianmu bersihkanlah”.
Kesempurnaan fisik merupakan gambaran kesehatan jasmani yang
diartiakan sebagai keserasian yang sempurna antara bermacam-macam
fungsi jasmani, sesuai dengan kemampuan untuk menghadapi kesukaran-
kesukaran yang biasa, yang terdapat dalam lingkungan, disamping secara
positif merasa gesit, kuat dan bersemangat dan islam menghendaki umatnya
agar sehat dan kuat baik jasmani maupun rohani karena jika diperhatikan
secara seksama ternyata ada tipe manusia yang secara rohani sehat yang
indikasinya rajin ibadah, perilakunya baik, berbicara sopan, membaca Al-
Quran bagus dan hidupnya sederhana, tetapi secara jasmani kurang sehat,
terlihat lemah, batuk-batuk kecil, raut muka kusut dan tempat huniannya
kurang terawat. Tentu profil ini tidak dikehendaki oleh Islam, ia mesti juga
sehat secara jasmani maupun rohani.
Dengan demikian, anjuran terhadap umat islam dalam menjaga
kesehatan terkait dengan perilaku sehat (health behavior) dan perilaku sakit
(illness behavior). teori-teori yang mengembangkan oleh antropolog
kesehatan mengartikan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan
individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk
pencegahan penyait, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran
memalui olahraga dan memakan makanan bergizi. Sedagkan perilaku sakit
diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit agar memperolehkesembuhan. Dalam konteks masyarakat
muslim modern, masalah kesehatan telah menjadi urusan publik makan
terkait dengan kebijakan negara.
Dunia kesehatan sebenarnya sudah ada sejak lama, salah satu tokoh
ilmuan pada zaman dahulu adalah Ar-Razi. Beliau merupakan orang yang
telah berjasa terhadap ilmu kedokteran yang telah meneliti masalah dunia
kedokteran hingga beliau mendapat gelar sebagai bapaknya dokter. Aplikasi
niali-nilai keislaman dalam dunia kesehatan adalah semua anggotan badan
manusia seperti tangan, kaki, kepala, sampai hati ini semua pada hakikatnya
adalah milik Allah SWT yang harus kita jaga. Misalnya, islam mengajarkan
kita untuk tidak marah-marah dan sellau tetap rendah hati. Hal tersebut bisa
dikaji dalam dunia kesehatan, setelah diteliti memang ada manfaatnya yakni
apabila kita marah-matah darah kita akan naik dan kita dapat terkena
penyakit darah tinggi.
Dunia kesehatan dengan nilai-nilai agama Islam sangat berkaitan
sekali Allah SWT mengajarkan kita untuk menjaga kesehatan dan
kebersihan fisik. Jika dikaji dalam ilmu kesehatan nilai agama tersebut
sangat berkaitan karena jika kita menjaga kebersihan kita dapat
meminimalisir penyakit-penyakit yang hendak adatang ke kita.
DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti Fatmah Gobel. 2010. Konsep Sakit Perspektif Islam


http://agama.kompasiana.com. (Diakses Pada 3 Oktober)
Bisri, Mukti. 2007. Pendidikan Agama Bernuansa Kesehatan. Jakarta: Pilar Media

Anda mungkin juga menyukai