Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KONSEP MENSTRUASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


KEPERAWATAN MATERNITAS 2
yang dibina oleh Ns. Awatiful Azza, M.Kep., Sp.Kep.Mat

Oleh:
Kelompok 3
Mahudeh 1711011011
Irfa Hidayanti 1711011012
Indah Febriani 1711011021
Isti Qomah Ayu Ramadani 1711011023
Ajeng Ratu Pramestim 1711011028
Wulan Fitri N.S 1711011031
Mohammad Zaihullah 1711011033
Siti Maratus Sholekhah 1711011037

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Konsep Menstruasi” makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas 2.
Penulis menyadari makalah “Konsep Menstruasi” masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada para pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Jember, 31 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Menstruasi ................................................................... 3
B. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi ...................................... 3
C. Hormon yang Berperan dalam Reproduksi Wanita ................... 12
D. Proses Terjadiya Menstruasi ..................................................... 16
E. Gambaran Klinis Menstruasi ..................................................... 20
F. Gangguan Haid .......................................................................... 21
G. Penyebab Terganggunya Siklus Haid ....................................... 24
BAB III ANALISIS KASUS
A. Kasus ......................................................................................... 26
B. Hasil Analisis ............................................................................. 26
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 27
B. Saran........................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada wanita terdapat siklus menstruasi. Siklus ini berkaitan dengan
pembentukan seltelur dan pembentukan endometrium. Menstruasi
merupakan suatu tanda bahwa alatkandungan menunaikan faalnya. Panjang
siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainyahaid yang lalu dan mulainya
haid yang baru.
Biasanya, periode pertama terjadi sekitar usia 12 atau 13 tahun.
Namun, beberapaanak perempuan mulai mengalami menstruasi pada usia 8
atau 9 tahun, sedangkan yanglain mungkin lebih lama sekitar umur 15 atau
16 tahun. Jika menstruasi tidak terjadi padausia 16 tahun, sebaiknya ia
segera menghubungi dokter untuk evaluasi. Menstruasi biasanya dimulai
sekitar 2 tahun setelah payudara mulai berkembang dan diikuti dengan
perkembangan pinggang dan rambut halus disekitar vagina.
Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang
siklus menstruasiyang normal atau yang dianggap sebagai siklus klasik ialah
28 hari, tetapi hanya beberapa perempuan yang mengalami siklus klasik.
Lebih dari 90% perempuan mempunyai siklusmenstruasi antara 24 sampai
35 hari. Perbedaan siklus ini dipengaruhi oleh hormon reproduksi.
Lama menstruasi biasanya antara 3-6 hari, ada yang 1-2 hari dan
diikuti darah yangsedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Cairan menstruasi
terdiri dari autolisis fungsional,exudat inflamasi, sel darah merah dan enzym
proteolitik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi menstruasi?
2. Bagaimana anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita?
3. Apa penyebab terganggunya siklus haid?
4. Bagaimana proses terjadinya menstruasi?

1
5. Bagaimana gambaran klinis menstruasi?
6. Apa saja gangguan haid?
7. Apa penyebab terganggunya siklus haid?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep menstruasi
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi menstruasi
b. Mengetahui anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita
c. Mengetahui penyebab terganggunya siklus haid
d. Mengetahui proses terjadinya menstruasi
e. Mengetahui gambaran klinis menstruasi
f. Mengetahui gangguan haid
g. Mengetahui penyebab terganggunya siklus haid

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Menstruasi
Menarche yaitu haid pertama, biasanya terjai pada usia 12-13 tahun
dengan rentang usia 10-16 tahun.
Haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi
ssecara berkala dan di pengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-
Esterogen atau LH-Progesteron. Periode ini penting dalam hal reproduksi,
hal ini terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopuse yang
dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi, lama rata-rata aliran haid adalah lima
hari (3-6 hari). Setiap kurang lebih 28 hari, tubuh wanita dewasa di
persiapkan untuk menghadapi kehamilan. Waktu 28 hari merupakan
panjang rata-rata siklus haid. Variasi normal 21-35 hari. Lamanya siklus di
hitung dari hari pertama haid sampai hari pertama haid berikutnya.
Ciri-ciri darah haid :
1. Jumlah darah haid sekitar 50-100 cc
2. Lamanya haid berlangsung selama periode 3-5 hari dalam satu siklus
haid
3. Pada 50 % wanita darah haid tidak membeku

B. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi

3
Sistem reproduksi wanita meliputi organ interna yang terletak di
dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis dan organ eksterna
terletak di perineum dan dalam arti sempit adalah alat kandungan yang
dapat terlihat dari luar apabila wanita dalam posisi litotomi. Struktur
reproduksi interna dan eksterna berkembang dan matur karena pengaruh
rangsangan dari hormon estrogen dan progesteron. Hormon ini dihasilkan
sejak awal kehidupan janin dan berlanjut sampai masa pubertas dan masa
subur. Struktur reproduksi ini mengalami atrofi seiring penambahan usia
atau produksi hormon menurun. Organ interna interna terdiri dari ovarium
sebagai organ primer, saluran dan kelenjar berupa oviduk / tuba fallopi,
uterus, serviks, vagina. Organ eksterna terdiri dari mons pubis, labia
mayora, labia minora, clitoris, prepusium clitoris, vestibulum, perineum.
1. Organ Interna
a. Ovarium
Ovarium merupakan organ berbentuk seperti kacang almond
yang terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan belakang tuba
fallopi, bergaris buah 5 cm dengan lebar 1-3 cm dan tebal antara
0.6-1,5 cm. terdiri atas bagian medulla yang merupakan jaringan
ikat vaskuler serta bagian korteks yang banyak mengandung folikel
folikel telur. Ovarium akan menghasilkan sel telur atau ovum yang
terdapat pada kiri dan kanan yang ditahan oleh beberapa ligament.
Berikut ligament tersebut :

4
1) Mesovarium, Lipatan peritoneum yang menahan ovarium pada
tempatnya.
2) Ligamen suspensori, sebagai kait pada bagiana tasovarium ke
dinding panggul.
3) Ligament lebar (broad ligament), bagian peritoneum yang
menyelimuti ovarium dan uterus.
4) Ligamen ovarium, mengaitkan ujung bagian bawah ovarium ke
uterus.
Bagian luar ovarium dilapisi oleh epithetlium germinal berupa
epithel sederhana dan tunika albugenia merupakan lapisan
menyerabut di dalam epithel germinal. Sedangkan dibagian dalam
ovarium (stroma) dibedakan menjadi dua daerah yaitu korteks dan
medulla. Folikel folikel tersebut tertanam dalam stroma korteks
terdapat 3 macam folikel telur yaitu folikel primodial (primer),
folikel pertumbuhan (sekunder), folikel Graaf. Folikel Graaf akan
berovulasi dan sel sel folikel yang tersisa akan menjadi korpus
luteum.
Fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Pada saat lahir, ovarium wanita normal
banyak mengandung ovum primordial (primitif), selama masa subur
(setiap bulan) satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi.
Ovarium menjadi tempat memproduksi hormon seks steroid yaitu
hormon estrogen, progesteron, androgen.
b. Tuba Falopii (Tuba Uterin)
Tuba fallopi merupakan saluran yang menghubungkan
ovarium dengan uterus serta mengangkut ovum dari ovarium ke
cavum uteri. Tuba fallopi jumlah sepasang melekat pada fundus
uteri. Panjang tuba falopii kira kira 10-14 cm dengan diameter 0,6
cm. Tuba falopii memeiliki 2 bagian dari sisi pelvis ke sudut
superior lateral uterus, Setiap tuba memiliki lapisan peritonium
bagian luar, lapisan otot di bagian tengah dan lapisan mocosa di

5
bagian dalam. Lapisan mucosa terdiri dari sel sel kolumnar,
beberapa bersilia, dan mengeluarkan sekret. Tuba fallopi,
membawa oosit sekunder dari ovarium ke uterus. Tuba fallopi
merupakan tempat pertemuan sperma dengan oosit (fertilisasi) serta
menjadi jalan bagi ovum menuju cavum uteri. Struktur dari tuba
falopii adalah
1) Infundibulum, daerah terpanjang dan terlebar yang memiliki
penonjolan seperti jari jari yang disebut fimbria. Silia yang
bergetar pada fimbria memancing oosit untuk berpindah ke
tuba falopii.
2) Ampulla, daerah terpanjang dan terlebar dari tuba falopii.
Sperma dan ovum bersatu dan fertilisasi di ampulla.
3) Isthmus, daerah sempit pada tuba falopii yang ujungnya
memasuki uterus.
c. Uterus
Uterus (Rahim) adalah organ berongga tempat berkembangnya
janin. Uterus bisa berada pada posisi anteverse (ujung codong
kedepan), retroverse (condong ke belakang), dan antefleksi atau
retrofleksi (uterus melengkung lebih dari biasa inga fundus lebih
dekat ke serviks). Uterus merupakan organ berdinding tebal,
muscular, pipih, cekung mirip buah pir terbalik atau buah alpukat
yang sedikit gepeng. Terletak pada rongga pelvis diantara rektum
dan kandung kemih. Panjang uterus 7-7,5 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5
cm. Pada orang dewasa belum pernah hamil berat sekitar 60 gram
dan normalnya terletak disumbu tulang panggul dalam posisi
anteversiofleksi membentuk sudut pada vagina. Uterus memiliki
fungsi pada siklus menstruasi dengan peremajaan, endometrium,
kehamilan dan persalinan. Uterus memiliki bagian berikut:
1) Fundus, bagian atas uterus yang berhubungan dengan tuba
falopii.
2) Corpus, bagian utama uterus

6
3) Isthmus, bagian bawah pada uterus
4) Serviks, saluran sempit di bagian bawah uterus menuju vagina.
Bagian dalam serviks saluran serviks terbuka menuju uterus di
atasnya melewati ostium internal menuju vagina di bawahnya
lewat ostium eksternal. Mukus serviks yang disekresi oleh
lapisan mukosa pada saluran serviks berfungsi melindungi diri
dari bakteri yang masuk ke uterus dari vagina.
Uterus ditahan oleh empat ligament yaitu ligament lebar,
ligament uterosakral, ligament bulat, dan ligament cardinal (serviks
lateral). Dinding uterus (Rahim) terdiri dari tiga lapisan yaitu
peritonium parietalis, miometrium, endometrium. Peritonium
paritealis merupakan membrane serum yang membatasi bagian luar
rahim. Miometrium terdiri atas beberapa lapisan otot polos yang
membentang ke tiga arah ( longitudinal, transversal, oblik) dan
menjadi sebagian besar dinding Rahim. Kontraksi otot otot ini
selama ini melahirkan mendorong janin keluar rahim.
Endometrium adalah mukosa yang mempunyai banyak pembuluh
darah yangterdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan permukaan padat,
lapisan tengah jaringan ikat berongga, lapisan dalam padat yang
menghubungkan miometrium dan endometrium. Endometrium
membatasi bagian dalam rahim.
d. Serviks
Serviks adalah bagian paling bawah uterus. Serviks merupakan
bagian uterus yang menyempit berbentuk kerucut dengan apeks
yang menjurus kebawah, ke belakang dan sedikit lebar di
pertengahan. Sumbu panjang serviks sama dengan sumbu panjang
korpus, berbentuk garis bengkok ke depan. Tempat perlekatan
serviks dengan vagina menjadi bagian supravagina yang panjang
dan bagian vagina yang lebih pendek (porsio vaginalis).
Supravaginalis dipisahkan dari vesika urinaria oleh parametrium
yang memanjang pada sisi lateral uterus dianatara ligamentum

7
latum uretra dan uterus, bejalan ke bawah dan ke depan di dalam
parametrium sepanjang 2 cm dari serviks. Bagian posterior
supravaginalis ditutupi oleh peritonium. Porsio vaginalis terletak
diantar forniks anterior dan forniks posterior. Pada ujung porsio
vaginalis terdapat orifisium eksterna uteri tempat serviks eksternus
uteri, dibatasi oleh bibir atas dan bawah yang keduanya berkontak
dengan dinding posterior vagina. Karakteristik serviks adalah
kemampuan meregang saat melahirkan pervaginam. Elastisitas
servik didukung oleh jaringan ikat, kandungan serabut elastis,
lipatan didalam endoserviks dan 10% kandungan serabut otot.
e. Vagina ( Saluran kelahiran )
Vagina adalah struktur tubular yang terletak di depan rektum
dan dibelakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari
introitus sampai serviks. Vagina sebagai statu tuba yang berdinding
tipis dapat melipat dan mamou meregang secara luas. Vagina
disokong dengan otot dan vasia dasar pelvis. Vagina merupakan
penghubung antara genitalia interna dan eksterna yang memiliki
fungsi sebagai jalan yang dilewati oleh bayi ketika dilahirkan dan
tempat penyimpanan semen saat kopulasi. Vagina memiliki ukuran
didepan sekitar 6,5 cm dan dibelakang 9,5 cm. Sumbunya berjalan
kira kira sejajar dengan arah tepi bawah simfisis ke promontorium.
Pada puncak vagina terdapat bagian yang menonjol dari leher
rahim yaitu porsio. Bagian atas vagina mengelilingi serviks yang
menonjol, menciptakan rongga (forniks). Dinding belakang vagina
lebih panjang dan membentuk forniks posterior, lateralis sinistra,
lateralis dekstra. Bagian bawah vagina terbuka keluar pada mulut
vagina. Membrane tipis yang disebut selaput dapat menutup mulut
vagina. Epithel vagina merupakan epithel skuamosa dalam
beberapa lapisan yang tidak mengandung kelenjar tetapi
mengadakan transudasi. Mukosa vagina berlipat lipat secara
horizontal yaitu rugae. Mukosa vagina berespon cepat terhadap

8
stimulasi estrogen dan progesteron. Cairan vagina berasal dari
traktus genitalia atas dan bawah. Suplay darah ke vagina
berasaldari cabang cabang desenden arteri uterus, arteri vaginalis,
arteri pudenda interna. Dibawah epitel vagina terdapat jaringan ikat
dan otot yang susunannya seperti usus. Daerah G (G spot) adalah
daerah di dinding vagina anterior bawah uretra yang oleh
graefeberg disebut bagian analog dengan kelenjar prostat. Daerah
ini dalam kegiatan seksual dilakukan stimulasi sampai muncul
orgasme.
2. Organ eksterna
Bagian yang menjadi alat genital eksternal (vulva) bermuaranya
sistem urogenital yang memiliki struktur mons pubis, labia mayor, labia
minora, vestibulum, klitoris, prepusium clitoris, perineum.
a. Mons pubis (mons veneris)
Mons pubis adalah bagian menonjol yang melingkar didepan
simfisis pubis yang merupakan jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat dan padat serta merupakan jaringan ikat longgar diatas
simfisis pubis. Bagian ini menutupi tulang kemaluan (os pubis) dan
banyak mengandung kelenjar sebasea. Ketika remaja akan
ditumbuhi oleh rambut rambut halus. Fungsi mons pubis berperan
dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama coitus.
b. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung
yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan
mons pubis. Labia mayora (bibir besar) merupakan lipatan kulit
yang menonjol secara longitudinal yang memanjang ke bawah dan
ke belakang dari mons pubis dan membentuk batas lateral yang
banyak mengandung saraf. Permukaan yang mengarah ke lateral
kulit labia lebih tebal dan semakin ke arah medial lebih tipis. Labia
ke arah medial mengandung suplai kelenjar sebasea, kelenjar
keringat serta mengandung pembuluh darah. Masing masing

9
labium memiliki dua permukaan yaitu bagian pigmen dan ditutupi
oleh rambut keriting dan dalamnya licin dikelilingi oleh folikel
sebasea. Disampingnya terdapat pembuluh darah dan glandula
membentuk kommisura labialis posterior. Fungsi labia mayora
untuk melindungi labia minora, meatus urinarius, introitus vagina.
Labia mayora memiliki sensitivitas terhadap sentuhan, nyeri, dan
suhu yang tinggi karena banyak mengandung jaringan saraf yang
menyebar.
c. Labia minora
Labia minora terletak diantara dua labia mayora. Labia minora
merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut
yang memanjang ke arah bawah klitoris, samping belakang
sepanjang 4 cmdi disisi orifisium vagina dan menyatu dengan
fourchette (pertemuan ujung bawah labia mayora dan labia
minora). Ujung posterior labia minora bergabung pada garis
median oleh lipatan kulit atau frenulum. Suplai darah yang banyak
membuat labia minora sensitif sehingga meningkatkan fungsi
erotiknya. Masing masing labia minora terbagi menjadi bagian atas
melalui klitoris bertemu dengan yang lain membentuk lipatan yang
menggantung pada glans klitoris, bagian bawah lewat dibawah
klitoris dan membentuk permukaan bawah saling berhubungan
dinamakan frenulum klitoris.
d. Vestibulum
Vestibulum vagina (serambi) merupakan daerah yang
berbentuk seperti perahu atau lonjong yang terletak diantara labia
minora, clitoris, fourchette. Vestibulum vagina (serambi) adalah
celah diantara labia minora di belakang glans klitoris. Didalam
vestibulum terdapat orifisium uretra 2,5 cm. Vestibulum terdiri dari
muara uretra, kelenjar parauretra (vestibulum minus atau skene),
vagina dan paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina atau
bertholin). Bagian belakang glans klitoris dan vagina merupakan

10
muara duktus vestibularis mayor, liang senggama, kelenjar
bartolini dan kelenjar skene kiri dan kanan. Kelenjar vestibulum
minor memproduksi sejumlah kecil lendir yang berfungsi sebagai
pelumas. Himen (selaput dara) merupakan lipatan yang tertutup
mucosa sebagian, jarang seluruhnya, bersifat elastis tetapi kuat
disekitar introitus vagina. Ditengahnya berlubang yang merupakan
tempat keluarnya menstruasi, bentuknya bervariasi bila teregang
akan terbentuk cincin. Pada coitus pertama himen robek di
beberapa tempat dan sisanya himen yang telah ruptur ditemukan
penonjolan kecil (karunkulae mirtiformis). Diantara himen dan
frenulum labia terdapat lekukan kecil yang disebut fosa
navikularis. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dari dua
kelenjar di dasar labia mayora, masing masing satu kelenjar pada
setiap sisi orifisium vagina. Orifisium vagina merupakan celah
yang terdapat dibawah dan dibelakang muara uretra, ukurannya
bergantung pada himen,lipatan tepi dalamnya berkontak satu sama
lain. Orifisium vagina muncul sebagai celah diantara orifisum
vagina
f. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil
yang terletak tepat dibawah arkus pubis. Ujung badan clitoris
disebut glans dan lebih sensitif daripada badannya. Jumlah
pembuluh darah dan persarafan yang banyak pada area klitoris
membuat sensitif terhadap suhu, sentuhan, sensasi tekanan. Fungsi
utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan
seksual.
g. Prepusium klitoris
Prepusium merupakan bagian penutup yang berbentuk kait
dimana pada bagian lateral menyatu dibagian atas klitoris, bagian
medial menyatu di bagian bawah clitoris dan membentuk frenulum.
h. Perineum

11
Perineum adalah daerah muskuler yang ditutupi oleh kulit
antara introitus vagina dan anusperineum membentuk dasar baddan
perineum.
i. Payudara
Payudara dapat dilihat dari ukuran dan bentuk yang dipandang
sebagai suatu ukuran seksualitas, femininitas, dan daya tarik.
Payudara merupakan karakteristik seks sekunder yaitu reproduksi
dapat terjadi tanpa payudara. Fungsi payudara sekresi susu untuk
memberi makanan bayi. Payudara non laktasi memiliki berat 150-
250 gram dan payudara laktasi memiliki berat 400-500 gram.
Parenkima payudara terdiri atas struktur epitel duktuler, lobuler,
asiner. Stroma payudara terbentuk oleh jaringan fibrosa dan lemak,
proporsinya berubah selama kehamilan dan laktasi. Kuadran lateral
atas payudara umumnya glanduleryang merupakan lokasi paling
umum terjadi kanker payudara. Payudara terdiri dari 12-20 lobus,
dibagi menjadi lobulus yang dibentuk oleh asinus. Lobus payudara
tersusun seperti jari jari roda mengelilingi puting. Setiap lobus
dialirkan ke duktus, 12-20 duktus terbuka secara bebas pada
permukaan puting. Puting normal terletak pada sela iga keempat.
Dikelilingi oleh area sirkuler berpigmen yang disebut areola.
Estrogen meningkatkan pigmentasi areola pada usia berapapun dan
selama hamil. Epitel areola mengandung sedikit rambut kecil dan
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, kelenjar mamae aksesorius.
Kelenjar sebasea membesar untuk melubrikasi puting selama
kehamilan dan laktasi.

C. Hormon yang Berperan dalam Reproduksi Wanita


Fungsi reproduksi manusia diatur oleh hipothalamus. Sebagai pusat
pengaturan homeostasis, hipothalamus mengatur pengeluaran hormon yang
bekerja pada gonad. Hormon sendiri adalah zat kimia yang dihasilkan oleh

12
organ yang spesifik yang dilepaskan ke pembuluh darah untuk
mempengaruhi organ yang lain.
Gonadotropin releasing hormon (GnRH) yang disekresikan dari
hipothalamus akan berikatan dengan reseptor gonadotrophs di hipofisis
anterior merangsang pengeluaran gonadotropine hormon (LH dan FSH)
masuk ke dalam aliran darah menuju gonad. Di gonad, LH dan FSH
menstimulasi sekresi hormon steroid reproduksi seperti testosteron, estrogen
dan progesteron. Hormon reproduksi menghambat sekresi GnRH dan
gonadotropin hormon melalui umpan balik negatif.
1. Gonadotropin Releasing Hormone
Luteneizing hormon (LH) dan follicle-srtimulating hormon (FSH)
disebut juga hormon gonadotropin karena menstimulasi gonad. Gonad
memang bukan organ essensial untuk hidup, tetapi essensial untuk
reproduksi. Ada dua hormon yang disekresikan dari sel-sel hipofisis
anterior gonadotroph. Sebagian besar sel gonadotroph hanya
mensekresikan LH atau FSH, tetapi sebagian lagi mensekresikan kedua
hormon. Kedua hormon ini hanya berpengaruh di testis dan ovarium.
Bersama, keduanya mengatur fungsi reproduksi laki-laki dan
perempuan.
a. Luteinizing Hormone (LH)
Pada laki-laki dan perempuan, LH menstimulasi sekresi
hormon steroid dan organ reproduksi. Pada testis, LH berikatan
dengan reseptornya di interstitial sel (sel Leydig), menstimulus
sintesa dari sekresi testosteron. Sedangkan sel-sel theca di ovarium
akibat stimulasi LH, mensekresikan testosteron yang kemudian
diubah menjadi estrogen oleh sel granulosa. Pada wanita,
pelepasan dari sel telur yang matang di ovarium dipicu oleh
lonjakan sekresi LH yang besar dikenal sebagai preovulatory LH
surge. Sel-sel sisa dalam folikel ovarium berproliferasi menjadi
corpus luteum, yang kemudian mensekresikan hormon steroid
progesteron dan estradiol. Progesteron menyebabkan pertambahan

13
vaskular dinding endometrium dan penting untuk mempertahankan
kehamilan. Pada sebagian Mammalia, LH diperlukan untuk
melanjutkan perkembangan dan fungsi corpus luteum. Penamaan
Luteinizing Hormone berasal dari pengaruh perangsangan
luteinisasi dari folikel ovarium.
b. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Seperti namanya, FSH menstimulasi pematangan folikel
ovarium. Primary folikel yang terdiri atas satu lapis sel, oleh FSH
akan berkembang menjadi folikel sekunder yang ditandai dengan
terbentuknya sel-sel granulosa. Pemberian FSH kepada manusia
dan hewan memacu superovulasi, atau perkembangan folikel
ovarium matang lebih dan jumlah yang biasanya. FSH juga
berguna untuk spermatogenesis. FSH melekat pada reseptornya di
sel Sertoli, untuk mendukung pematangan sel-sel sperma.
2. Estrogen
Estrogen merupakan salah satu hormon reproduksi pada
perempuan. Estrogen memproduksi perubahan siklik pada endotel
uterus dan epitel vagina. Estrogen alami meliputi setradiol, estron,
estriol. Hormon ini terutama disekresi oleh sel-sel granulosa penyusun
folikel ovarium. Struktur hormon estrogen tersusun atas 18 atom C,
gugus –OH fenolik pada C-3, sifat aromatik cincin A dan tidak
mempunyai gugus metil pada C-10. Estrogen dibentuk oleh sel-sel
granulosa dalam folikel ovarium melalui serangkaian konversi melalui
reaksi enzimatis. Substrat utama pembentuk estrogen adalah kolesterol.
Kolesterol secara berurutan mengalami perubahan menjadi
pregnenolon, progesteron, 17α-hidroksi diubah menjadi estron,
sedangkan testoteron diubah menjadi estradiol 17-β, baik di sel teka
maupun sel granulosa pada folikel ovarium. Sintesis hormon estrogen
akan meningkat seiring dengan perkembangan folikel dalam ovarium.
Fluktuasi hormon estradiol 17-β selama satu siklus estrus sejalan
dengan perkembangan folikel dalam ovarium. Saat perkembangan

14
folikel (fase folikular) hormon ini mengalami kenaikan secara bertahap,
seiring perkembangan folikel primer menjadi folikel tersier. Puncak
sekresi hormon estradiol terjadi sebelum ovulasi. Setelah terjadi ovulasi
dan terbentuk korpus luteum pada ovarium (fase luteal), hormon ini
mengalami penurunan secara bertahap sampai akhir fase luteal. Di
samping efeknya terhadap pertumbuhan otot uterus, estrogen juga
memainkan peranan penting dalam perkembangan lapisan dalam
endometrium. Paparan kontinu terhadap estrogen dalam waktu lama
menyebabkan hiperplasia endometrium yang biasanya disertai pola
pendarahan abnormal. Jika produksi estrogen terkooordinasi baik
dengan produksi progesteron selama siklus menstruasi normal, maka
akan terjadi pendarahan periodik dan pelepasan dalam endometrium
secara teratur (metabolisme hormon steroid).
Efek utama dalam stimulasi estrogen pada tubuh terjadi pada masa
pubertas meliputi pertumbuhan payudara (deposisi jaringan lemak,
pigmentasi), deposisi lemak pada vulva. Pertumbuhan rambut pubis dan
aksila, pertumbuhan dan pelebaran tulang pelvis, penutupuan lempeng
epifisis dari tulang tulang panjang, perubahan epitel vagina,
perttumbuhan secara umum.
3. Progesteron
Progesteron adalah hormon steroid yang disekresi oleh korpus
luteum, placenta dan sejumlah kecil dari folikel. Hormon ini berperan
dalam peristiwa menstruasi serta kehamilan. Progesteron sama halnya
seperti hormon steroid yang lain, disintesis dari pregnenolone, suatu
derivat kolesterol. Dua persen progesteron beredar dalam plasma dalam
bentuk bebas, sedangkan 80% berikatan dengan albumin dan 18%
berikatan dengan corticosreroid-binding globulin. Progesteron
bersama-sama dengan estrogen memegang peranan penting di dalam
regulasi seks hormon wanita. Pada wanita, pregnenolon diubah menjadi
progesteron atau 17α-hidroksipregnenolone dan perubahan ini
tergantung dari fase ovulasi dimana progesteron disekresi oleh korpus

15
luteum dalam jumlah yang besar. Progesteron juga merupakan
prekursor untuk testoteron dan estrogen, pada saat terjadi metabolisme
17α-hidroksiprogesteron menjadi dehidroepiandrosteron yang
dikonversi menjadi 4 androstenedion dengan bantuan enzim 17α
hidroksilase pregnenolon. Progesteron berperan di dalam organ
reproduksi termasuk kelenjar mammae dan endometrium serta
peningkatan suhu tubuh manusia. Organ target progesteron yang lain
adalah uterus, dimana progesteron membantu implantasi ovum. Selama
kehamilan progesteron mempertahankan plasenta, menghambat
kontraktilitas uterus dan mempersiapkan mammae untuk proses laktasi.

D. Proses Terjadiya Menstruasi


Proses terjadinya menstruasi pada wanita biasanya terjadi secara rutin
setiap bulan dan dengan siklus yang berbeda beda. Menstruasi sendiri terjadi
dikarenakan meluruhnya penebalan yang ada pada dinding rahim yang telah
dipersiapkan untuk kehamilan selain darah, cairan menstruasi yang
dikeluarkan ini juga mengandung lendir dan juga sel sel lapisan yang ada di
dalam rahim.
Siklus menstruasi biasanya terjadi selama 28 hari dan dihitung dari hari
pertama periode haid hingga dengan hari pertama pada periode haid yang
selanjutnya namun meski begitu ternyata tidak semua wanita mempunyai
panjang siklus menstruasi yang sama karena siklus ini terkadang dapat
datang lebih cepat atau justru datang lebih lambat dan hal ini tergantung
pada kondisi masing – masing setiap wanita.
Berikut ini adalah proses menstruasi yang dibagi ke dalam empat fase
1. Fase Menstruasi
Pada fase ini lapisan dinding di dalam rahim atau endomentrium
yang memiliki kandungan darah di dalamnya, sel sel dinding rahim dan
lendir akan luruh dan juga keluar melalui vagina. Fase ini sendiri
dimulai sejak hari pertama siklus menstruasi dimulai dan dapat
berlangsung sekitar 4 hari hingga 6 hari. Di dalam fase ini wanita

16
biasanya akan mulai merasakan rasa nyeri di perut bagian bawah dan
punggung yang dikarenakan oleh rahim yang berkontraksi untuk
membantu meluruhkan endometrium.
2. Fase Folikular
Fase yang kedua adalah fase folikular yang akan mulai berlangsung
sejak hari pertama menstruasi hingga memasuki fase ovulasi, pada fase
ini sendiri ovarium akan mulai memproduksi folikel yang berisikan sel
telur. Pertumbuhan dari folikel ovarium ini sendiri menyebabkan
endometrium menjadi menebal dan pada fase ini biasanya akan terjadi
pada hari ke 10 hibgga 28 hari di dalam sebuah siklus menstruasi.
Durasi waktu yang dihabiskan oleh wanita pada fase ini sendiri
menentukan berapa lama siklus menstruasi seorang wanita akan mulai
berlangsung.
3. Fase Ovulasi
Pada fase ini, folikel yang dihasilkan dari ovarium akan
melepaskan sel telur untuk dibuahi dan sel telur yang telah matang ini
akan bergerak ke tuba fallopi dan nantinya akan menempel pada rahim.
Sel telur ini sendiri hanya akan bertahan hingga 24 jam dan jika sel
telur ini tidak dibuahi selama 24 jam tersebut maka akan membuat sel
telur ini menjadi mati. Akan tetapi apabila sel telur tersebut bertemu
dengan sel sperma dan akhirnya dibuahi maka akan terjadi fase ovulasi
yang menandai masa subur wanita, ovulasi ini biasanya dapat terjadi
sekitar dua minggu sebelum siklus menstruasi berikutnya akan kembali
dimulai.
4. Fase Luteal
Fase luteal yang merupakan fase terakhir pada proses mentruasi
dan pada fase luteal ini folikel yang sudah pecah kemudian akan
mengeluarkan sel telur yang nantinya akan membentuk korpus luteum
yang ada pada fase ini. Sementara itu korpus luteum sendiri akan dapat
memicu peningkatan hormon progesterone untuk dapat mempertebal
lapisan di dinding rahim. Fase luteal ini juga dikela dengan fase

17
pramenstruasi karena fase ini bisanya terjadi sebelum menstruasi dan
fase ini umumnya akan ditandai dengan gejala seperti payudara yang
terasa membesar, badan terasa lemas, muncul jerawat yang dan paling
seringb dan sangat umum terjadi adalah perubahan emosi yang
membuat wanita menjadi mudah marah pada saat memasuki fase ini.

Sedangkan siklus haid terdiri dari empat fase yaitu


1. Fase Haid atau Menstruasi
Pada fase ini endometrium dilepskan dari dinding uterus disertai
perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Drah haid
mengandung darah ven adan arteri dengan sel-sel darah merah dalam

18
hemolisis atau alglutinasi , sel-sel epitel dan stroma yang mnegalami
disintegrasi dan otolisis, dan secret dari uterus, serviks, dan kelenjar-
kelenjar vulva . pada fase ini berlangsung 3-4 hari.
2. Fase Proliferasi
Setelah menstruasi, Endometrium dalam keadaan tipis dan dalam
stadium istirahat selama 5 hari. Fase proliferasi merupakan periode
pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari kelima hngga
ovulasi, misal hari ke 10 siklus 24 hari,hari ke 14 untuk siklus 28 hari,
atua 18 hari pada siklus 32 hari. Kadar estrogen yang meningkat dari
folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk
mulai tumbuh dan menebal, kelenjar menjadi hipertropi dan
berploliferasi dsn prmbuluh dsrsh menjadi banyak sekali. Fase
proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel
ovarium (graff). Lamanya proliferasi sangat berbeda pada tiap orang
dan berakhir pada saat terjadinya ovulasi.
3. Fase Sekresi
Berlangsung sejak hari ovulasi sampai hari sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi, dibawah
pengaruh hormone progesterone yang meningkat danterus
diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, maka endometrium
menjadi tebal. Stroma menjadi edematus. Terjadi pula ilfiltrasi leukosit
yang banyak, dan pembulih darah semakin melebar dan merupakan
tempat yang tepat untuk melindungi dan memberi nutrisi ovum yang
sudah dibuahi. Implantasi (nidasi)ovum yang dibuahi terjadi sekitar
tujuh sampai sepuluh hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi
pembuahan dan implantasi ,korpus luteum yang mensekresi estrogen
dan progesterone akan menyusut dan menyebabkanspasme pada arteri
spiral. Lamanya fase sekresi sama pada setiap wanita yaitu 14 ± 2 hari.
4. Fase Iskemi
Suplai darah ke endometrium fungsional berhenti dan terjadi
nekrosis, lapisan fungsional terpisah dari barisan basal dan perdarahan

19
hais dimulai, menandai hari pertama haid siklus berikutnya. Adapun
pada fase haid atau menstruasi. Korpus luteum berfungsi smapai kira-
kira hari ke 23 atau ke 24 pada siklus 28 ari dan kemudian berdegerasi.
Akibatnya terjadi penurunan yang tajam dari progesterone dan estrogen
sehingga menghilamgkan pernagsangan pada endometrium. Perubahan
iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan haid.

E. Gambaran Klinis Menstruasi


Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan
menstruasi terjadi setiap 25-35 hari dengan median panjang siklus adalah
28 hari. Wanita dengan siklus ovulatorik, selang waktu antara awal
menstruasi hingga ovulasi – fase folikular – bervariasi lamanya. Siklus yang
diamati terjadi pada wanita yang mengalami ovulasi. Selang waktu antara
awal perdarahan menstruasi – fase luteal - relatif konstan dengan rata-rata
14 ± 2 hari pada kebanyakan wanita (Hanafi, 2002).
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi; pada umumnya
lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap
normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen
kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya
tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya
terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan.
Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu
sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium.
Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu
periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu
25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4
mg per g, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan
menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg
besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun
(Bobak, 2004).

20
Apabila sumbu hipotalamus-ovarium berfungsi dengan baik, jaringan
lain mengalami respon yang dapat digunakan sebagai prediksi, misalnya
1. Sebelum ovulasi: suhu basal wanita lebih rendah
2. Setelah ovulasi seiring peningkatan kadar progesteron, suhu basal
meningkat
3. Lendir pra-pasca ovulasi lengket sehingga menghambat penetrasi
sperma
4. Pada saat ovulasi lendir menjadi jernih dan cair, lendir terlihat, teraba
dan meregang seperti putih telur (spinnbarkheit)
5. Saat ovulasi beberapa wanita mengalami nyeri abdomen terokalisasi
yang disebut mittelschmerz

F. Gangguan Haid
Gangguan menstruasi paling umum terjadi pad awal dan akhir masa
reproduktif, yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas 39 tahun. Gangguan ini
mungkin berkaitan dengan lamanya siklus haid, atau jumlah dan lamanya
menstruasi. Seorang wanita dapat mengalami kedua gangguan itu (Jones,
2002).
Menurut Bobak (2004) gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam
masa reproduksi dapat digolongkan dalam :
1. Perubahan pada siklus haid
a. Polimenorea, pada polimenirea siklus haid lebih pendek dari biasa
(kurang dar 21 hari). Pedarahan kurang lebih sama atau lebih
banyak dari haid biasa . hal yang terakhir ini diberi nama
polimenoragia atau epimenoragia. Polimenorea dapat disebabkan
oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi
ata menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain ialah kongesti
ovarium karena peradangan, endometriosi dan sebagainya.
b. Oligomenorea, disini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari.
Apabila panjangnya siklus lebih dari 3 bulan, hal itu sudah mulai
dinamakan amenorea. Perdarahan melalui oligomenorea biasanya

21
berkurang. Oligomenorea dan aminorea seringkali mempunyai
dasar yang sama, perbedaanya terletak pada tingkat. Pada
kebanyakn kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu
c. Amenorea, keadaan untuk tidak adanya haid untuk sedikitnya 3
bulan berturut turut. Lazim diadakan pembagian antara amenora
primer dan amenorea sekunder. Kita berbicara tentang amenorea
primer apbila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah
dapat haid sedang pada amenorea sekunder pernah mendapat haid,
tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorea primer umumnya
mempunyai sebab sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk
diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan kelainan
genetik. Adanya amneorea sekunder ebih menunjukan kepada
sebab sebab yang timbul dalam kehidupan wanita, seperti
gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor tumpr, penyakit
infeksi dan lain lain.
d. Amenorrhoea sekunder, biasanya penderita sudah pernah haid
sebelumnya. Hal ini diakibatkan oleh berbagaikeadaan seperti
hipotensi, anemia, infeksi, kelelmahan kondidi secara umum.
Selain itu, bisa juga disebabkanoleh stres psikologis
2. Perubahan jumlah darah haid
a. Hipomenorea, perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih
kurang dari biasanya. Sebab sebabnya dapat terletak konstitusi
penderita, pada uterus, pada gangguan endokrin, dan lain lain
kecuali jika ditemukan sebab yang nyata, terapi terdiri ats
menenangkan penderita
b. Hipermenorea (menoragia), perdarahan jadi yang lebih banyak
daripada normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).
Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus misalnya
adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas
dari biasanya dan dengan kontraktilitad yang terganggu, polip
endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid

22
(irregular endometrial shedding), dan sebagainya. Pada gangguan
pelepasan endometrium biasanya juga terdapat gangguan dalam
pertumbuhan endometrium yang diikuti dengan gangguan
pelepasanyya waktu haid. Terapi pada hipermenoria pada mioma
uteri niscaya tergantung dari penganganan mioma uteri, sedang
diagnosis dan terapi polip endometrium serta gangguan pelepasan
endometrium terdidri atas kerokan
3. Gangguan pada siklus dan jumlah darah haid
Pada keadaan ini terdapat gangguan siklus menstruasi, perdarahan
terjadi dengan interval yang tidak teratur, dengan jumlah darah
menstruasi bervariasi, pola menstruasi ini disebut metrorargia. (Jones,
2002) diantaranya ialah
a. Hymen imperforata, yaitu selaput dara tidak berlubang, sehingga
darah menstruasi terhambat untuk keluar. Biasanya keadaan ini
diketahui bila sudah waktunya haid tapi belum mendapatkannya.
Dia mengeluh sakit perut setiap bulan. Untuk mengatasi hal ini
biasanya dilubangi untuk melubangi selaput daranya
b. Menstruasi anovulatoire, yaitu rangsangan hormon hormon yang
tidak mencukupi untuk membuat lapisan dinding rahim, hingga
tidak terjadi haid atau hanya sedikit. Kurangnya rangsangan
hormon ini menyebabkan endometrium tidak terbentuk dan
keadaan ini menyebabkan wanita tidak mengalami masa subur
karena sel telur tidak terbentuk. Pengobatannya dengan terapi
hormon
4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid
a. Nyeri haid
(dismenrro
hoe). Nyeri
haid ada
dua
macam :

23
1) Nyeri haid primer, timbul sejak nyeri haid pertama dan akan
pulih sendiri dengan jalannya waktu. Tepatnya saat lebih
stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah
menikah dan melahirkan. Nyeri hais ini normal, namun dapat
berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik seperti
stress, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang
menahun , kurang darah dan kondisi tubuh yang menurun.
Gejala ini ridak membahayakan kesehatan.
2) Nyeri haid sekunder,biasanya baru muncul kemuduan, yaitu
jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi
rahim, kista/polip, tumor sekitar kandungan, kelainan
kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan
di sekitarnya.
b. Pre Menstruasi Syndrom (PMS): gejala pre menstruasi, dapat
menyertai sebelum atau saat menstrusai, antara lain: perasaan
malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah,
nafsu makan yang meningkat dan suka makan makanan yang
rasanya asam, emosi menjadi labil, mudah uring ureingan, sensitif
dan oerasaan perasaan negatif, kram perut, kepala nyeri, pingsan,
berat badan bertambah, karna tubuh menyimpan air dalam tubuh
yang banyak, pinggang terasa pegal.

G. Penyebab Terganggunya Siklus Haid


Banyak penyebab kenapa siklus haid menjadi panjang atau
sebaliknya. Penanganan kasus dengan siklus haid yang tidak normal, tidak
berdasarkan kepada panjang atau pendeknya sebuah siklus haid, melainkan
berdasarkan kelainan yang dijumpai :
1. Fungsi hormon terganggu
Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak,
tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal

24
ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini
terganggu, otomatis siklus haid pun akan terganggu.
2. Kelainan Sistemik
Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus
haidnya karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja
dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit diabetes, juga akan
mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus haidnya pun tak
teratur.
3. Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh,
karena stress, wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun
drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Bila
metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut terganggu.
4. Kelenjar Gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bias menjadi
penyebab tidak teraturnya siklus haid. Gangguan bisa berupa produksi
kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah
(hipertiroid), yang dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut
terganggu.
5. Hormon prolaktin berlebih
Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid,
karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita
yang tidak sedang menyusui hormone prolaktin juga bisa tinggi,
buasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di
dalam kepala (Sahara, 2009).

25
BAB III
ANALISIS KASUS

A. Kasus
Seorang remaja usia 12 tahun mengatakan baru pertama kali mengalami
menstruasi. Menarche terjadi sekitar 2 minggu yang lalu. Klien tidak tahu
tentang proses terjadinya menstruasi, yang mereka tahu bahwa menstruasi
bisa dipengaruhi oleh hormon dan lapisan endometrium. Klien bertanya
mengapa haid bisa terjadi dan bagaimana terjadinya proses menstruasi.
Apakah saya bisa hamil saat menstruasi? Dari pemeriksaan klien
mengatakan cemas dengan darah yang keluar saat haid, katanya darah yang
keluar adalah darah kotor.

B. Hasil Analisis
Pada kasus diatas menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan tentang
konsep menstruasi baik berupa proses menstruasi, perubahan fisiologis saat
menstruasi, dan proses kehamilan. Hal ini mengakibatkan individu
mengalami cemas akibat dari defisit pengetahuan tentang menstruasi. Oleh
karena itu dibutuhkan edukasi dan upaya promotif mengenai konsep
menstruasi. Dengan meningkatnya pengetahuan individu maka akan
mencapai upaya kesehatan yang optimal.

26
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi
ssecara berkala dan di pengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-
Esterogen atau LH-Progesteron. Hormon yang berperan dalam reproduksi
wanita adalah GnRH yang terdiri dari LH dan FSH, progesteron dan
estrogen. Proses menstruasi terdiri dari siklus ovarium yaitu fase menstruasi,
fase folikular, fase ovulasi, fase luteal sedangkan siklus endometrium terdiri
dari fase haid atau menstruasi, fase proliferasi, fase sekresi, fase iskemi.
Gangguan haid terbagi menjadi beberapa kelompok diantaranya adalah
perubahan pada siklus haid yaitu polimenorea, oligomenorea, amenorea,
amenorrhoea sekunder ; perubahan jumlah darah haid yaitu hipomenorea
dan hipermenorea (menoragia) ; gangguan pada siklus dan jumlah darah
haid yaitu hymen imperforata dan menstruasi anovulatoire ; gangguan lain
yang ada hubungan dengan haid yaitu nyeri haid (dismenrrohoe) dan Pre
Menstruasi Syndrom (PMS). Penyebab terganggunya siklus haid yaitu
fungsi hormon terganggu, kelainan sistemik, stress, kelenjar gondok dan
hormon prolaktin berlebih

B. Saran
1. Kepada setiap perempuan, agar selalu memperhatikan siklus haidnya
untuk menghindari terjadinya gangguan-gangguan yang berhubungan
dengan haid

27
2. Untuk menghindari terjadinya sindrom pra-haid, setiap perempuan
dianjurkan untuk melakukan perubahan-perubahan diet atau mengatur
pola makan.
3. Kepada setiap orang tua, terutama orang tua perempuan agar dapat
menjelaskan tentang haid kepada anak-anaknya sedini mungkin untuk
mengurangi rasa takut yang sering dialami oleh anak-anak ketika
menghadapi menarche (haid yang pertama kali datang).
4. Kepada tenaga kesehatan, agar dapat menjelaskan mengenai segala hal
yang berhubungan dengan haid, terutama gangguan-gangguan selama
haid

28
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M., dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Indonesia : Salemba Medika
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
Haviz, M. 2013. Dua Sistem Tubuh : Reproduksi Dan Endokrin, 5(2), 153-168.
dalam link https://media.neliti.com/media/publications/129559-ID-dua-
sistem-tubuh-reproduksi-dan-endokrin.pdf (Diakses pada (26 oktober 2019)
Indriyani, Diyan. (2013). Keperawatan maternitas pada Area Perawatan
Antenatal. Yogyakarta : Graha Ilmu
Jones. 2002. Dasar- Dasar Obstrectic dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta: Hipokrates
Narulita, E., dkk. 2019. Kontrasepsi Hormonal. Jember: UPT Penerbitan
Universitas Jember
Syaifuddin. (2017). Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
EGC

29

Anda mungkin juga menyukai