Anda di halaman 1dari 17

PERANCANGAN TATA LETAK GUDANG

DENGAN MENERAPKAN WAREHOUSE


MANAGEMENT SYSTEM DI
PT SAMATOR GAS INDUSTRI GRESIK

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

Nama Mahasiswa : Ilda Higianty


NIM : 161450030
Program Studi : Logistik Migas
Bidang Minat : Pemasaran dan Niaga
Tingkat : IV ( Empat )

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL
PEM Akamigas

Cepu, November 2019


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT Samator Gas Industri adalah perusahaan industri gas terbesar di Indonesia.

Dimana produk gas maupun jasa layanannya sudah digunakan secara luas di

berbagai industri seperti, kesehatan, konstruksi, minyak dan gas bumi, metalurgi,

petrokimia, elektronik, otomotif dan masih banyak lagi. PT Samator Gas Industri

berdiri pada 22 Juli 1975 dan hanya memiliki satu unit produksi yaitu PT Samator

Gresik. PT Samator Gresik mulai mengembangkan bisnisnya, hingga sekarang

menjadi Samator Group yang memiliki distributor resmi di beberapa kota besar.

Saat ini PT Samator Gresik memasarkan produk dengan menggunakan tabung

bertekanan, Container, Portable Gas Supply (PGS), Lorry Tank, dan pipeline. PT

Samator Gresik menyimpan berbagai barang, salah satunya produk jadi berupa

tabung berisi gas yang disimpan di gudang.

Dalam dunia industri, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan

menyimpan barang berupa bahan baku, barang setengah jadi maupun barang jadi.

Penyimpanan dilakukan sesuai dengan karakteristik barang yang disimpan.

Dibutuhkan sistem manajemen pergudangan yang tepat untuk mengelola barang

yang disimpan, dimulai dari penerimaan barang, penyimpanan dan penyusunan di

dalam gudang sampai barang keluar dari gudang untuk didistribusikan ke

konsumen atau pelanggan akhir.

Warehouse Management System (WMS) atau Sistem Manajemen Gudang

adalah suatu sistem informasi mengenai manajemen pergudangan yang digunakan

untuk mengontrol kegiatan-kegiatan yang berada di dalam gudang mulai dari

1
penerimaan (receiving), penyimpanan barang (put away), pergerakan (moving),

pengambilan (picking), dan pengiriman (shipping) (Warman:1971).

Gudang merupakan tempat yang memiliki peranan penting dalam suatu

perusahaan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara barang yang

akan disalurkan ke konsumen. Dibutuhkan penanganan yang tepat terhadap produk

yang ada di gudang agar biaya-biaya terkait dalam pergudangan dapat dioptimalkan

seperti biaya material handling. Biaya dapat dikurangi dengan memaksimalkan tata

letak gudang serta penamaan barang sehingga mudah ditemukan. Aspek Health

Safety Security Environment (HSSE) juga harus diperhatikan karena terkait dengan

pekerja yang beraktivitas di dalam gudang serta mengurangi resiko terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan yang dapat merugikan perusahaan.

Mengoptimalkan biaya-biaya merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh

perusahaan. WMS akan memberikan solusi yang tepat terkait tata letak gudang

dengan berdasar pada Standar Operation Procedure (SOP) penataan gudang yang

sesuai. Dengan uraian ini penulis tertarik untuk membahas tentang “Perancangan

Tata Letak Gudang dengan Menerapkan Warehouse Management System di PT

Samator Gas Industri Gresik”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah proposal skripsi ini yaitu:

Bagaimana perancangan tata letak gudang dengan Warehouse Management

System dengan memperhatikan aspek Health Safety Security Environment di PT

Samator Gas Industri Gresik?

2
1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah proposal skripsi ini yaitu pembahasan mengenai

perancangan tata letak gudang berdasarkan Standar Operation Procedure (SOP)

penataan gudang dengan memperhatikan Health Safety Security Environment

(HSSE).

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian proposal skripsi ini yaitu:

Untuk menggambarkan perancangan tata letak gudang dengan Warehouse

Management System (WMS) dengan memperhatikan aspek Health Safety Security

Environment (HSSE) di PT Samator Gas Industri Gresik.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian proposal skripsi ini dibagi menjadi 2, yaitu bagi

perusahaan dan bagi mahasiswa:

Bagi perusahaan:

Mengetahui tata letak gudang berdasarkan Standar Operation Procedure

(SOP) penataan gudang dengan memperhatikan aspek Health Safety Security

Environment (HSSE).

Bagi mahasiswa:

Menambah pemahaman mengenai hal-hal yang diteliti serta mendapat

pengalaman bekerja sebagai bekal untuk mencari pekerjaan.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Manajemen Pergudangan

Sistem adalah kumpulan interaksi dari sub sistem, dan manajemen adalah

ilmu mengelola sumber daya sedangkan gudang adalah tempat penyimpanan

barang sementara. Secara ringkas sistem manajemen gudang mengandung

pemahaman: pengelolaan dari aktifitas yang saling terkait dalam aktifitas

penyimpanan barang sementara (Elqorni, 2009).

Beberapa hal penting dalam manajemen pergudangan (Kirim, 2016):

1. Pemeriksaan keluar masuknya barang.

Keluar masuknya barang harus diperiksa terlebih dulu oleh bagian gudang,

mengapa harus demikian? Pemeriksaan ini untuk menghindari adanya retur

pembelian dan juga retur penjualan. Pemeriksaan juga difungsikan untuk

menguji kelayakan barang yang akan masuk di gudang.

2. Administrasi barang.

Manajemen pergudangan juga meliputi administrasi yang melibatkan keluar

masuknya barang dan juga retur barang. Sangat penting jika administrasi ini

dilakukan dengan tepat karena jika administrasi tidak teratur maka proses

produksi juga akan berpengaruh. Administrasi ini meliputi penerimaan

barang, penyimpanan barang dan pengembalian barang. Selain itu

administrasi juga diperlukan untuk stock opname setiap bulan dan untuk data

auditing dalam perusahaan tersebut.

4
3. Inventory aktiva lancar.

Barang yang ada di gudang merupakan aktiva lancar yang bisa digunakan

untuk menambah modal. Inventory ini dilakukan melalui manajemen

pergudangan yang bisa dilaporkan setiap bulan dalam neraca perusahaan.

4. Stock opname.

Stock opname ini juga diperlukan setiap akhir bulan sebagai bagian dari

control barang di gudang dan mengetahui selisih tidaknya barang tersebut.

5. Tindak lanjut sistem pergudangan yang telah ada.

Jika dirasa perlu manajemen pergudangan ini juga difungsikan untuk menilai

baik buruknya pengelolaan gudang yang ada. Jika dirasa merugikan

perusahaan maka manajemen gudang bisa dirubah menjadi lebih baik lagi

dengan metode yang berbeda.

2.2 Gudang

Gudang adalah tempat penyimpanan barang. Di dalam gudang terdapat

banyak aktivitas dari awal barang dating ke gudang sampai barang didistribusikan

keluar gudang. Berikut berbagai aktivitas yang ada di gudang:

1. Receiving (Penerimaan Barang)

Kegiatan terdiri atas penurunan barang dari kendaraan pengiriman

(unloading), pembukaan bungkus material, pemeriksaan kesesuaian material

dengan daftar pengiriman barang (packing list), pemeriksaan kualitas barang

dan kesesuaian fisik barang yang diterima dengan daftar penerimaan barang,

penentuan kualitas barang (apakah diterima, ditolak, atau diterima dengan

syarat), dan penanganan barang untuk disimpan di gudang.

5
Faktor penting yang dipertimbangkan dalam proses penerimaan barang

adalah inventory, peralatan dan fasilitas, serta manusia.

2. Put Away

Ini adalah kegiatan pengiriman barang dari lokasi receiving ke lokasi

penempatan inventory. Kegiatan ini bisa dilakukan manual oleh tangan

manusia sendiri atau dengan bantuan alat, misalnya forklift.

3. Storage (Penyimpanan)

Penyimpanan merupakan aktivitas yang paling penting dan jelas terjadi dalam

sebuah gudang. Berikut adalah gambaran penyimpanan barang pada rak

penyimpanan. Barang yang sering keluar masuk diletakkan di tengah rak.

Semakin jarang barang keluar masuk, yang artinya semakin kecil perputaran

inventorinya, semakin tinggi dan rendah peletakan barang itu pada rak.

Penyimpanan barang-barang dapat dilakukan dengan mempergunakan rak

atau pallet.

4. Picking (Pengambilan)

Kegiatan ini mencakup:

 Penerimaan dan pemrosesan order.

 Pencarian lokasi penempatan barang.

 Pengambilan barang yang dipesan, pengecekan kondisi fisik dan jumlah

barang, sampai penyerahan barang kepada bagian pengiriman.

Perlu diperhatikan bahwa separuh kegiatan di gudang adalah picking, dan

proses terlama dalam picking adalah travelling.

5. Shipping (Pengepakan, Pengemasan)

6
Kegiatan ini mencakup pengepakan barang setelah diambil pada proses

picking, penyerahan barang kepada kendaraan pengangkut (loading),

konsolidasi pengiriman dengan barang-barang lain yang akan dikirim ke

tujuan (sebaiknya barang dikirim ke tujuan yang berdekatan menggunakan

kendaraan pengiriman yang sama), sampai kegiatan persiapan dokumentasi

pengiriman barang.

2.3 Tata Letak Gudang

Menurut Haizer dan Render (2006:376) dalam bukunya operation

management, tata letak memiliki pengaruh besar dalam menentukan efisiensi dalam

operational jangka panjang. Tata letak mempunyai pengaruh yang strategis untuk

meningkatkan daya saing perusahaan dari berbagai aspek, yaitu aspek kapasitas,

proses, fleksibilitas perpindahan barang, produktifitas sehingga berujung pada

efektifitas dan efisiensi waktu dan biaya, dengan tata letak yang optimal jelas akan

membantu perusahaan dalam mengembangkan strategy differentiation, cost

leadership dan response terhadap permintaan pasar.

Prinsip tata letak gudang memperhatikan hal-hal berikut:

1. Kegiatan yang terkait diletakkan pada ruang yang berdekatan, sehingga waktu

dan proses perpindahan barang bisa diminimalkan.

2. Pergerakan peralatan dan barang diusahakan lurus dan mengurangi belokan.

3. Gunakan lorong seefisien mungkin.

4. Manfaatkan tinggi ruangan

5. Pertimbangkan zona system: fast moving dan slow moving, area khusus.

7
2.4 Pengendalian Persedian

Pengendalian persediaan adalah pengendalian terhadap produk yang berada

di dalam gudang, dilakukan berdasarkan urutan pengeluaran dan frekuensi

kebutuhan pelanggan.

Berikut adalah pengendalian persediaan berdasarkan urutan pengeluaran nya

dari gudang:

1. First in First out (FIFO)

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang

terlebih dahulu masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang

logis dan realitas terhadap arus biaya ketika penggunaan metode identifikasi

khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan

bahwa arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik dari barang yang

terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat pada barang yang

terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk memanipulasi keuntungan

karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu,

di dalam FIFO unit yang tersedia pada persediaan akhir adalah unit yang

paling terakhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau

sama dengan biaya penggantian diakhir periode.

2. Last in First out (LIFO)

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang

terjual. Metode LIFO sering dikritik secara teoritis tetapi metode ini adalah

metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan dengan

pendapatan. Apalagi metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau

8
harga naik, LIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi, jumlah

laba kotor yang lebih rendah dan persediaan akhir yang lebih rendah. Dengan

demikian LIFO cenderung memberikan pengaruh yang stabil terhadap

margin laba kotor, karena pada saat terjadi kenaikan harga LIFO mengaitkan

biaya yang tinggi saat ini dalam perolehan barang-barang dengan harga jual

yang meningkat, dengan menggunakan LIFO, persediaan dilaporkan dengan

menggunakan biaya dari pembelian awal. Jika LIFO digunakan dalam waktu

yang lama, maka perbedaan antara nilai saat ini dengan biaya LIFO akan

semakin besar.

3. Metode Biaya Rata-rata (Average)

Metode ini membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode

ini didasarkan pada asumsi bahwa barang-barang yang terjual seharusnya

dibeli pada tiap harga. Metode rata-rata mengutamakan yang mudah

terjangkau untuk dilayani, tidak peduli apakah barang tersebut masuk pertama

atau masuk terakhir.

Berikut adalah pengendalian persediaan berdasarkan frekuensi kebutuhan

pelanggan:

1. Fast Moving Inventory adalah persediaan yang pergerakannya cepat, karena

permintaan konsumen akan produk ini sangat tinggi.

2. Medium Moving Inventory adalah persediaan yang pergerakannya dalam taraf

yang tidak terlalu cepat maupun lambat, karena permintaan konsumen akan

produk ini kurang dari permintaan terhadap produk fast moving.

9
3. Slow Moving Inventory adalah persediaan yang pergerakannya lambat, karena

permintaan konsumen akan produk ini relatif kecil.

Pengendalian persediaan juga dilakukan dengan memberikan penamaan

terhadap persediaan yang disimpan agar memudahkan peletakan dan pencarian

persediaan. Penamaan dapat dilakukan dengan memberikan kartu penamaan dan

label informasi. Berkaitan dengan sistem pendataan, setelah masing-masing

komponen ditata sesuai dengan kartu penamaan dan label informasi, petugas dapat

melakukan pendataan secara langsung dan memasukan data tersebut ke sistem

database warehouse perusahaan, untuk memudahkan aliran informasi mengenai

ketersediaan barang di gudang.

2.5 Klasifikasi Inventory

Inventory dapat diklasifikasikan berdasarkan besarnya frekuensi keluar

masuk ke gudang atau berdasarkan tingkat permintaan pelanggan, sehingga

mengakibatkan pergerakan produk di dalam gudang ada yang cepat, menengah

maupun lambat. Kriteria pembagian kelas menurut Harmon (1993) adalah:

1. Kelas A, dimana persediaan dengan nilai penjualan yang tinggi mewakili

sekitar 70%-80% dari total nilai penjualan, meskipun jumlahnya hanya

sedikit sekitar 10%-20% dari total jumlah persediaan.

2. Kelas B, persediaan yang memiliki nilai penjualan yang mewakili sekitar

20%-25% dari total keseluruhan nilai penjualan.

3. Kelas C, persediaan yang memiliki nilai penjualan yang kecil hanya mewakili

sekitar 10%-20% dari total keseluruhan nilai penjualan, meskipun jumlahnya

banyak sekitar 50%-80% dari total jumlah persediaan.

10
2.6 HSE (Health Safety Environment) Plan

HSE (Health Safety Environment) Plan adalah rancangan yang dibuat untuk

suatu pekerjaan proyek atau pembuatan gudang maupun tempat-tempat lainnya

dengan mempertimbangkan aspek HSE agar rancangan tersebut dapat memberikan

kenyamanan dan keamanan bagi orang-orang yang terlibat langsung dalam

pekerjaan itu. HSE Plan dibuat berdasarkan pada peraturan yang berlaku yaitu

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No: Per.04/Men/1980 Tentang

Syarat-Syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan, NFPA

10 Standard for Portable Fire Extinguishers 2007 Edition.

11
III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1.1 Jenis Data

Data merupakan keterangan-keterangan yang diperoleh dari suatu penelitian

dan atau melalui referensi untuk dapat digunakan dalam menganalisa permasalahan

yang dihadapi dan selanjutnya untuk mencari alternatif yang sesuai. Kuncoro

(2011:27) data dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut:

1. Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan data yang tidak berbentuk angka (numerik) yang

dapat diperoleh dari wawancara atau bahan tertulis.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk angka-angka.

3.1.2 Sumber Data

Berikut adalah sumber data dalam penelitian ini:

1. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh perseorangan

langsung melalui objeknya. Didapatkan melalui survey, wawancara dan

pengamatan lapangan atau observasi.

2. Data sekunder adalah data yang didapat dalam bentuk data yang sudah

dipublikasi atau didapat dari pihak atau instansi lainnya. Meliputi data-data

administrasi produk, acuan desain HSSE gudang, jenis material handling,

serta data terkait lainnya.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

12
3.2.1 Studi Literatur

Studi literatur digunakan untuk mengolah data yang didapatkan di lapangan

berupa teori, kajian, informasi serta fakta yang berkaitan dengan penelitian. Teori

yang diambil adalah yang berkaitan dengan tata letak gudang, aspek HSSE yang

berkaitan dengan desain gudang dan teori terkait lainnya.

3.2.2 Pengumpulan Data

Data merupakan suatu hasil dari pengukuran maupun pengamatan yang dapat

berupa angka atau kata-kata. Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian

lapangan dan penelitian literatur. Data yang dikumpulkan berupa data primer

maupun data sekunder.

1. Penelitian lapangan adalah dengan wawancara dan observasi. Wawancara

dilakukan untuk mendapatkan data berupa company profil, sistem

pergudangan pada tabung gas, data hasil produksi per hari, data permintaan

per hari, data pengelompokan produk berdasarkan tingkat permintaan, alat

untuk penyimpanan produk, denah gudang dan tata letaknya. Observasi

dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari data-data yang telah

didapatkan dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan.

2. Penelitian literatur dilakukan untuk melengkapi pengetahuan terkait data dari

penelitian, bertujuan sebagai alat pengolah data dan pemecah permasalahan.

3.3 Metode Pengolahan Data

Untuk bisa memberikan informasi kumpulan data harus diolah. Analisis data

bisa dilakukan dengan berbagai metode pergudangan, yang tergantung pada

13
karakteristik, jumlah demand tiap produk yang disimpan di gudang. Metode

pergudangan yang digunakan berdasarkan pada hal-hal sebagai berikut:

1. Penataan produk berdasarkan kedatangan

2. Penataan produk berdasarkan frekuensi kebutuhan pelanggan

Setelah mendapat metode yang sesuai dengan kondisi lapangan di PT

Samator Gas Industri Gresik dilakukan desain tata letak gudang. Dalam pembuatan

desain tata letak gudang juga diperhatikan aspek-aspek HSSE sehingga selain

menghasilkan desain tata letak gudang juga menghasilkan HSE plan untuk gudang

tabung berdasarkan dasar teori yang digunakan.

Mulai

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

1. Penelitian lapangan
2. Penelitian Literatur

Analisis

Peraturan Menteri Tenaga


1. Penataan berdasarkan Kerja Dan Transmigrasi
urutan pengeluaran No: Per.04/Men/1980 dan
SOP Penataan NFPA 10 2007 Edition.
2. Penataan berdasarkan
frekuensi kebutuhan
Tata letak gudang pelanggan HSE plan

Desain tata letak gudang


dengan aspek HSSE

Kesimpulan dan Saran

Selesai

14
Gambar 3.1 Diagram Alir Langkah Penyelesaian

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Praktek Kerja Lapangan (PKL) akan dilaksanakan di PT Samator Gas Industri

Gresik yang terletak di Jl. Raya Bambe km 19, Sarirejo, Bambe, Kec. Driyorejo,

Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Penyelenggaraan PKL akan dimulai pada tanggal

2 Desember 2019 sampai 28 Februari 2020.

3.5 Jadwal Penelitian

Penelitian yang dilakukan memiliki rincian jadwal yang dapat dilihat pada

tabel 3.1 Tentatif Mahasiswa PKL di PT Samator Gas Industri Gresik.

Tabel 3.1 Tentatif Mahasiswa PKL di PT Samator Gas Industri Gresik


Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pengantar Lingkungan Kerja
Pengenalan unit kerja tempat
2
dilaksanakan PKL
Pelaksanaan Kerja Praktik:
 Observasi di lapangan
 Pengumpulan data
 Identifikasi dan analisis
3
 Perhitungan keekonomian
 Penentuan sistem yang
paling efektif dan efisien
 Kesimpulan
4 Penutupan

Pada minggu pertama dan kedua kegiatan yang dilakukan masih pada

pengenalan lokasi PKL serta pendalaman fungsi-fungsi yang ada di tempat PKL.

Pada pertengahan minggu pertama hingga pada minggu ke-11 pelaksanaan kegiatan

penelitian.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Nurul Fitah & Herman Karamoy. 2014. Jurnal EMBA, Vol. 2, Nol. 2.
Analisis Penerapan Metode Pencatatan dan Penilaian Terhadap Persediaan
Barang Menurut Psak No.14 Pada Pt. Tirta Investama Dc Manado, 1296-1305
Apple, James M. (1990). Tata letak pabrik dan pemindahan bahan. Bandung: ITB.
Frazelle, Edward H, Ph.D. 2002. Supply Chain Strategy. United States: McGraw-
Hill
Harmon, R. L. (1993). Reinventing the Warehouse. New York: Macmillan, Inc.
Heizer, J dan Render, B. 2006. Manajemen Operasi, Edisi 7. Jakarta: Salemba
Empat
Kulwiec,R,A. (1980). Advanced Material Handling. The Material Handling
Institute. Charlote,SC.
Leopatria, M., & Palit, H. C. (2013). Jurnal Titra, Vol. 1, No. 2. Perancangan
Sistem Manajemen Gudang Tepung di PT X , 49-56.
Martono, Ricky Virona. 2018. Manajemen Logistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Steyssi I. W. Jacobus dan Jacky S. B. Sumarauw. 2018. Analisis Sistem Manajemen
Pergudangan Pada Cv. Pasific Indah Manado. Ekonomi dan Pembangunan.
6(4): 2278-2287
Supranto, J. M.A. 1998. Metode Riset Aplikasinya dalam Pemasaran. Jakarta:
Fakultas Ekonomi UI.
Tjahjono, E., & Felecia. (2015). Perbaikan Manajemen Sistem Gudang di PT.
Dewata Cipta Semesta. Jurnal Titra , III, 189-194.
Wignjosoebroto, Sritomo (2003). Tata letak pabrik dan pemindahan bahan, (2th ed)
Jakarta: Guna Widya
Yunarto, Holy Icun dan Martinus Getty Santika. 2005. Business Concepts
Implementation Series in Inventory Management. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo

16

Anda mungkin juga menyukai