Di dalam UU Ormas, Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh
masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak,
kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (Pasal 1 Ayat 1).
1Penulis adalah Advokat, Ketua Cabang Persaudaraan Setia Hati Terate Mataram dan Tim Advokasi Perpus
PSHT NTB.
Ormas dapat berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum (Pasal 10
ayat (1)). Selanjutnya Pasal 15, 16, 17 dan 18 UU Ormas2 pada pokoknya
mengatur:
a. Ormas berbadan hukum dinyatakan terdaftar setelah mendapatkan
pengesahan badan hukum sesuai persyaratan yang diatur peraturan
perundang-undangan.
b. Dalam hal telah memperoleh status badan hukum, Ormas tidak memerlukan
surat keterangan terdaftar (SKT).
c. Pendaftaran Ormas yang tidak berbadan hukum dilakukan dengan pemberian
SKT.
d. Pendaftaran Ormas yang tidak berbadan hukum dilakukan dengan memenuhi
persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan.
e. Ormas yang tidak berbadan hukum dan yang tidak memenuhi persyaratan
untuk diberi SKT dilakukan pendataan sesuai dengan alamat dan domisili.
f. Salah satu persyaratan Ormas untuk mendapatkan status badan hukum atau
surat keterangan terdaftar adalah adanya surat pernyataan tidak sedang
dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara di pengadilan.
Apakah dengan ketentuan Pasal 15, 16 dan 20 UU Ormas dan dengan status
badan hukum Pengurus PSHT Dr. Ir. Muhammad Taufik, SH, MSc
mengakibatkan Pengurus PSHT Drs. R. Moerdjoko HW illegal ? Jawabannya
adalah “tidak”.
Pasal 12 ayat (1) huruf f UU Ormas pada pokoknya mengatur bahwa badan hukum
perkumpulan didirikan dengan memenuhi persyaratan adanya surat pernyataan
tidak sedang dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara di pengadilan.
Selama ini, antara Pengurus PSHT Drs. R. Moerdjoko HW dan Pengurus PSHT
Dr. Ir. Muhammad Taufik, SH, MSc masih dalam sengketa organisasi. Sengketa
organisasi tersebut hingga kini belum pernah diselesaikan di depan
pengadilan. Apabila merujuk pada Pasal 12 ayat (1) huruf f UU Ormas,
Menteri Hukum dan HAM seharusnya tidak sepihak mengeluarkan keputusan
pendirian badan hukum Pengurus PSHT Dr. Ir. Muhammad Taufik, SH, MSc.
Ironisnya, sebelumnya Menteri Hukum dan HAM RI juga telah menetapkan
hak lisensi atas merek/logo “Persaudaraan Setia Hati Terate” dan “Setia Hati
Terate” yang dimiliki/dipegang Ketua Umum PSHT Drs. R. Moerdjoko HW.
Ketentuan Pasal 18 UU Ormas secara jelas mengatur bahwa Ormas yang tidak
berbadan hukum dan yang tidak memenuhi persyaratan untuk diberi SKT
dilakukan pendataan oleh Camat sesuai dengan alamat dan domisili. Sampai di
sini dapat disimpulkan bahwa status Ormas dapat dikelompokkan ke dalam 4
kategori, yaitu, ormas berbadan hukum, ormas terdaftar, dan ormas terdata atau
belum terdata. Badan hukum perkumpulan PSHT Dr. Ir. Muhammad Taufik, SH,
MSc bersifat administratif badan hukum dari Pemerintah. Dengan demikian,
apakah Ormas yang tidak berbadan hukum berarti illegal ?
2Pemerintah tetap memberlakukan Pasal 16, 17 dan 18 UU Ormas, meski dalam amar Putusan MK No.
82/PUU-XI/2013, Mahkamah Konstitusi menetapkan ke-3 pasal tersebut dinyatakan bertentangan dengan
UUD 1945 dan berlaku tidak mengikat.
Dengan demikian, jelas keliru jika Pengurus PSHT Drs. R. Moerdjoko HW
dinyatakan illegal oleh Pengurus PSHT Dr. Ir. Muhammad Taufik, SH, MSc hanya
dengan alasan belum berbadan hukum. Selama ini, tidak ada surat peringatan
atau pelarangan atau sanksi atau surat pembubaran dari Pemerintah yang
diberikan kepada Pengurus PSHT Drs. R. Moerdjoko HW. Bukankah selama ini
Pengurus PSHT Drs. R. Moerdjoko HW dapat menjalankan hak dan kewajibannya
dengan baik sebagai ormas sesuai ketentuan Pasal 20 dan 21 UU Ormas ?
Pengurus PSHT Drs. R. Moerdjoko HW tetap memiliki hak-hak konstitusi di dalam
menjalankan kegiatannya sebagai Ormas perkumpulan.
Berangkat dari dalil di atas, Pengurus PSHT Dr. Ir. Muhammad Taufik, SH, MSc
jelas keliru apabila menyatakan Pengurus PSHT Drs. R. Moerdjoko HW beserta
organ Pengurus Cabangnya illegal. Perlu ditegaskan kembali badan hukum atau
SKT hanya bersifat administratif, dan bukan bersifat hak konstitusional atau hak
warga negara yang dijamin undang-undang. Selama ini, keberadaan Pengurus
PSHT Drs. R. Moerdjoko HW beserta organ Pengurus Cabangnya telah diakui
oleh Pemerintah, aparat hukum dan pihak lain baik di tingkat daerah maupun
nasional. Selain itu, bukankah selama ini Pengurus PSHT Drs. R. Moerdjoko HW
juga telah membayar pajak setiap tahun kepada Pemerintah ?
Justru sebaliknya, menurut hukum Pengurus PSHT Dr. Ir. Muhammad Taufik, SH,
MS telah melanggar hak lisensi atas merek/logo “Persaudaraan Setia Hati Terate”
dan “Setia Hati Terate” yang dimiliki Pengurus PSHT Drs. R. Moerdjoko HW.
Selama ini, Pengurus PSHT Dr. Ir. Muhammad Taufik, SH, MS mengkalim memiliki
hak lisensi atas merek/logo “Persaudaraan Setia Hati Terate” dan “Setia Hati
Terate”, namun mereka tidak dapat membuktikan/menunjukkan alat bukti/alas hak
atas hak lisensi tersebut.
3. Badan Hukum
Meminjam pendapat Prof. Soebekti, badan hukum (rechts persoon) adalah suatu
badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak dan dapat melakukan perbuatan
hukum seperti manusia serta dapat digugat dan menggugat di depan hukum.
Badan hukum dapat dibentuk dalam ranah pemerintah, swasta dan sosial, seperti
lembaga pemerintah, PT, firma, CV, perkumpulan, yayasan, koperasi, dll.
Badan hukum klasifikai huruf a secara otomatis akan terikat dengan konsekuensi
badan hukum di atas. Badan hukum klasifikasi huruf a ditetapkan dengan undang-
undang, surat keputusan, dan peraturan daerah. Badan hukum pemerintah ini
meliputi lembaga-lembaga legislative, eksekutif dan yudikatif di semua jenjang
kewilayah, termasuk lembaga-lembaga ad hoc yang dibentuk ke tiga lembaga
tersebut.
Sementara, badan hukum yang termasuk klasifikasi huruf c adalah yayasan atau
perkumpulan). Yayasan atau perkumpulan dapat menjadi badan hukum klasifikasi
b, jika sudah mendapatkan pengakuan Pemerintah dan akan terikat degan
konsekuensi hukum badan hukum di atas. Bentuk dari pengakuan badan hukum
yayasan atau perkumpulan adalah surat keputusan dari pejabat pemerintah
terkait. Yayasan dan perkumpulan dapat dibentuk dengan akte notaris. Namun,
apabila yayasan atau perkumpulan belum mendapatkan pengakuan badan hukum
(surat keputusan) dari pemerintah, keduanya tidak terikat dengan konsekuensi
hukum badan hukum di atas.
4. Kesimpulan
3Saat ini diwakili Biro Hukum, Pengurus Pengurus PSHT Drs. R. Moerdjoko MW telah mengajukan keberatan
kepada Menteri Hukum dan HAM RI yang telah mengeluarkan keputusan badan hukum Pengurus PSHT Dr. Ir.
Muhammad Taufik, SH, MS.
mendapat perlindungan dan pelayanan tanpa mengalami diskriminasi dari
Pemerintah;
b. Setiap organisasi berhak untuk mendaftarkan diri atau tidak mendaftarkan diri
dan Pemerintah tidak berhak memaksa atau mewajibkannya untuk
mendaftarkan diri (memiliki SKT/badan hukum);
c. Status badan hukum Pengurus PSHT Dr. Ir. Muhammad Taufik, SH, MSc tidak
menyebabkan hak dan kewajiban (konstitusi) Pengurus PSHT Drs. R.
Moerdjoko HW illegal. Karena badan hukum Pengurus PSHT Dr. Ir.
Muhammad Taufik, SH, MSc hanya merupakan identitas administratif badan
hukum yang terkait hak dan kewajiban badan hukum. Hak dan kewajiban
badan hukum berbeda dengan hak dan kewajiban Ormas yang diatur dalam
UU Ormas. Dalam perspektif UU Ormas, Ormas yang berbadan
hukum/memiliki SKT maupun yang tidak berbadan hukum/tidak memiliki SKT
memiliki hak dan kewajiban sama;
d. Sesuai ketentuan UU Ormas, Menteri Hukum dan HAM sehatusnya tidak
menetapkan pendirian badan hukum Perkumpulan PSHT Dr. Ir. Muhammad
Taufik, SH, MSc, karena hingga kini antara Pengurus PSHT Drs. R. Moerdjoko
HW dan Pengurus PSHT Dr. Ir. Muhammad Taufik, SH, MSc masih dalam
sengketa organisasi dan belum pernah diseleaikan di depan pengadilan;
e. Hak lisensi atas merek/logo “Persaudaraan Setia Hati Terate” dan “Setia Hati
Terate” merupakan alat bukti otentik dan bukti keabsahan keberadaan
Pengurus PSHT Drs. R. Moerdjoko HW.
Penulis tidak mengusulkan rekomendasi dalam tulisan ini, karena Biro Hukum dari
Pengurus PSHT Drs. R. Moerdjoko HW sedang menangani sengketa badan hukum
perkumpulan PSHT di Kementerian Hukum dan HAM RI.