Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU

SOCIAL CULTURAL DAN SPRITUAL TERHADAP KLIEN PALLATIVE SUKU


AZANDE DI AFRIKA TENGAH

Dosen Pembimbing :

Ns. Falerisiska Yunere, M.Kep

Disusun Oleh :

Azizah Nuraini (1614201090)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES PERINTIS PADANG

2019 / 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia terdiri dari dimensi fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual dimana
setiap dimensi harus dipenuhi kebutuhannya. Seringkali permasalahan yang mucul pada
klien ketika mengalami suatu kondisi dengan penyakit tertentu (misalnya penyakit fisik)
mengakibatkan terjadinya masalah psikososial dan spiritual. Ketika klien mengalami
penyakit, kehilangan dan stres, kekuatan spiritual dapat membantu individu tersebut
menuju penyembuhan dan terpenuhinya tujuan dengan atau melalui pemenuhan kebutuhan
spiritual. Dengan kata lain apabila satu dimensi terganggu, maka dimensi yang lain akan
terganggu.
Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi semua kebutuhan
manusia termasuk juga kebutuhan spiritual klien. Perawat yang mempunyai tugas
memenuhi kebutuhan spiritual klien penting sekali mengetahui tahap perkembangan
spiritual dari manusia, agar tepat dalam memberikan asuhannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi budaya dan spiritual?
2. Apa itu heritage consistency?
3. Apa fenomena budaya?
4. Apa yang dimaksud dengan keyakinan tradisional tentang kesehatan dan penyakit?
5. Apa aspek budaya tentang kesehatan dan penyakit?
6. Apa saja faktor cultural dan proses keperawatan?
7. Apa yang dimaksud dengan spiritualitas dan religi?
8. Bagaimana proses keperawatan dan spiritualitas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahuui definisi budaya dan spiritual.
2. Untuk mengetahuui apa itu heritage consistency.
3. Untuk mengetahuui fenomena budaya.
4. Untuk mengetahuui bagaimana keyakinan tradisional tentang kesehatan dan penyakit.
5. Untuk mengetahuui aspek budaya tentang kesehatan dan penyakit.
6. Untuk mengetahuui faktor cultural dan proses keperawatan.
7. Untuk mengetahuui spiritualitas dan religi.
8. Untuk mengetahuui proses keperawatan dan spiritualitas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Budaya dan Spiritual


1. Budaya
Pengertian budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanserketa yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut cultur, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata cultur
juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
2. Spiritual
Spiritual itu sendiri merupakan komitmen tertinggi individu, prinsip yang paling
komprehensif tentang argumen yang sangat kuat terhadap pilihan yang dibuat dalam
hidup (farran et al 1989 dalam potter & perry, 2005). Sedangkan keyakinan spiritual
adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha kuasa & maha pencipta.
Sebagai contoh seseorang yang percaya pada Allah sebagai pencipta atau sebagai
maha kuasa (hamid, 2008)`. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
spiritual merupakan suatu keyakinan didalam diri yang berasal dari nilai-nilai
ketuhanan dan nilai luhur dari yang diyakini dan dijadikan sebagai sumber kekuatan
untuk menghadapi masalah dan ketenangan hidup.

B. Heritage Consistensi
Ini menjelaskan sejauh mana gaya hidup yang mencerminkan budaya suku masing-
nya (Spector, 1991). Definisi ini membantu dalam belajar untuk apa gelar gaya hidup
seseorang mencerminkan budaya tradisional. Konsistensi Heritage adalah salah satu cara
untuk mengeksplorasi apakah orang yang memelihara warisan tradisional mereka dan
menentukan kedalaman warisan tradisional seseorang (Intercultural Educarion of Nurses
in Europe).
C. Fenomena Budaya
Kebudayaan merupakan fenomena yang universal, yang memiliki gambaran yang
khas tiap kelompok tertentu, mencakup pengetahuan, kepercayaan, adat dan ketrampilan
yang dimiliki anggota kelompok tersebut.
Penduduk dari kelompok sosiokultural yang berbeda akan mempunyai perbedaan
budaya, kepercayaan, tata nilai dan gaya hidup. Beberapa faktor tersebut secara bermakana
akan mempengaruhi cara individu berespon terhadap masalah keperawatan, terhadap
pemberi pelayanan keperawatan dan terhadap keperawatan itu sendiri. Jika faktor tersebut
tidak dipahami dan dihargai oleh pemberi pelayanan kesehatan, maka pelayanan
keperawatan yang diberikan mungkin menjadi tidak efektif.
Fenomena cultural yang diidentifikasi oleh Giger & Davidhizar (1995) :
1. Kontrol Lingkungan
Mengacu pada kemampuan dari anggota kelompok kultural tertentu untuk
merencanakan aktivitas yg mengontrol sifat dan faktor lingkungan langsung.
Contoh : Sistem keyakinan tradisional tentang kesehatan, penyakit, dan praktik
pengobatan tradisional.
2. Variasi Biologis
a. Struktur dan bentuk tubuh
b. Warna kulit
c. Variasi enzimatik dan genetik
d. Kerentanan terhadap penyakit
e. Variasi nutrisi
3. Organisasi Sosial
Lingkungan sosial memainkan peranan penting dalam perkembangan & pembentukan
identitas.
4. Komunikasi
Perbedaan komunikasi ditunjukkan dengan adanya perbedaan bahasa ataupun prilaku
non verbal.
5. Ruang
Ruang personal mencakup perilaku individu dan sikap yang ditunjukkan pada ruang
disekitar mereka.
Teritorialitas adalah suatu sikap yang ditunjukkan pada suatu area yg diklaim &
dipertahankan/bereaksi secara emosional ketika orang lain memasuki area tersebut.
6. Waktu
Orientasi waktu beragam diantara kultur yang berbeda.

D. Keyakinan Tradisional Tentang Kesehatan dan Penyakit


Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk penyembuhan
anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu kedokteran yang menganggap
bahwa penyebab penyakit adalah kuman, kemudian diberi obat antibiotika dan obat
tersebut dapat mematikan kuman penyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional, tidak
semua penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis. Kadangkala mereka menghubung-
hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia
dan menyebabkan sakit.
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat guna-guna.
Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta pertolongan.
Masing-masing suku di Indonesia memiliki dukun atau tetua adat sebagai penyembuh
orang yang terkena guna-guna tersebut. Cara yang digunakan juga berbeda-beda masing-
masing suku. Begitu pula suku-suku di dunia, mereka menggunakan pengobatan
tradisional masing-masing untuk menyembuhkan anggota sukunya yang sakit.
Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota sukunya
jari kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia terkena penyakit
tuberkulosis maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu disebabkan oleh
serangan tukang sihirdan korban tidak akan sembuh sampai serangan itu berhenti.
Orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit dapat disebabkan oleh
dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena dapat mencari pertolongan
ke dukun. Dukun itu biasa disebut Shaman. Dengan suatu upacara penyembuhan maka
Shaman akan mengeluarkan benda asing itu dari tubuh pasien.
Adapun peningkatan peran pengobatan tradisional dalam system pelayanan
kesehatan, yaitu :
1. Pengobatan tradisional perlu dikembangkan dalam rangka peningkatan peran serta
masyarakat dalam pelayanan kesehatan primer.
2. Pengobatan tradisional perlu dipelihara dan dikembangkan sebagai warisan budaya
bangsa, namun perlu membatasi praktek-praktek yang membahayakan kesehatan.
3. Dalam rangka peningkatan peran pengobatan tradisional, perlu dilakukan penelitian,
pengujian dan pengembangan obat-obatan dan cara-cara pengobatan tradisional.
4. Pengobatan tradisional sebagai upaya kesehatan nonformal tidak memerlukan izin,
namun perlu pendataan untuk kemungkinan pembinaan dan pengawasannya. Masalah
pendaftaran masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

E. Aspek Budaya Tentang Kesehatan dan Penyakit


Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan
guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang
demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya
penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang bisa dicegah
atau dihindari.
Sudah satu tahun lebih Gerakan Nasional Minum Temulawak (GNMT) dicanangkan
oleh wakil presiden R.I. sesudah Temulawak dinyatakan sebagai tanaman obat unggulan
nasional. Di antara tumbuhan obat Indonesia temulawak memang yang paling banyak
dimanfaatkan sebagai obat tradisional, ada sekitar 50 jenis jamu mengandung temulawak
baik untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit.
Temulawak sudah dikenal sejak permulaan abad XVI dan popularitasnya terus
meningkat seiring dengan manfaat serta hasil penelitian khasiatnya. Di Eropa temulawak
sudah dikenal sejak akhir abad XVI dan saat ini menjadi salah satu bahan dasar untuk
fitoterapi di beberapa negara Eropa. Sejak 40 tahun terakhir ini, berbagai penelitian telah
mengungkapkan rahasia khasiat temulawak ini. Hasil penelitian tersebut umumnya
mendukung kearifan nenek moyang kita dalam penggunaan temulawak ini, khususnya
sebagai obat penyakit kuning (penyakit hati) dan pegel linu.
Dari hasil penelitian dalam dunia kedokteran modern, diketahui bahwa khasiat
temulawak terutama disebabkan oleh dua kelompok kandungan kimia utamanya, yaitu
senyawa berwarna kuning golongn kurkuminoid dan minyak atsiri.
Kurkuminoid temulawak ini terdiri atas dua jenis senyawa yaitu kurkumin dan
desmetoksikurkumin yang berkhasiat menetralkan racun, menghilangkan rasa nyeri sendi,
meningkatkan sekresi empedu, menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah,
antibakteri, serta dapat mencegah terjadinya pelemakan dalam sel-sel hati dan sebagai
antioksidan pengangkal senyawa-senyawa radikal yang berbahaya. Tahun 2006
dibuktikan bahwa kurkuminoid secara klinis berkhasiat mencegah penyakit jantung
koroner dan meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah penggumpalan darah. Minyak
atsiri temulawak terdiri atas 32 komponen yang secara umum bersifat meningkatkan
produksi getah empedu dan mampu menekan pembengkakan jaringan.
Kajian berikutnya menunjukkan bahwa paduan antara zat warna kuning temulawak
(kurkuminoid) dan minyak atsiri mempunyai kemampuan mempercepat regenerasi sel-sel
hati yang mengalami kerusakan akibat pengaruh racun kimia. Pada saat ini sejalan dengan
perkembangan ilmu kimia, orang dengan mudah memisahkan kurkuminoid dan minyak
atsiri, dan kemudian mencampurkannya kembali (rekombinasi) dengan perbandingan
yang sesuai dengan dosis yang dikehendaki dibuat sediaan bentuk kapsul atau kaplet yang
praktis penggunaannya.
Xanthorrizol salah satu komponen minyak atsiri pada percobaan invitro berkhasiat
mengobati kanker payudara, paru-paru dan ovarium dan sebagai anti bakteri, pencegah
rusaknya email gigi (mencegah plak).minyak atsiri baik untuk penyakit hati, sebagai
minuman kesehatan temulawak (komponen-komponen kimianya) dapat dicampur dengan
madu, hingga diperoleh minuman madu temulawak yang menyehatkan, kemudian
dikembangkan menjadi fitofarmaka. Hal ini telah menjadi budaya masyarakat jawa dan
turun-temurun terutama untuk menambah nafsu makan pada balita..
Untuk pencegahan serta pengobatan penyakit, rekombinasi kurkuminoid temulawak
dan hasil-hasil penelitian manfaatnya, temulawak banyak dikembangkan dan diproduksi
baik oleh industri jamu dan pabrik farmasi. untuk meningkatkan kesehatan dan
pencegahan serta pengobatan penyakit). Untuk meningkatkan kesehatan, misalnya
temulawak dapat dipakai sebagai tonikum dan penambah nafsu makan.
Istilah sehat mengandung banyak muatan cultural, sosial dan pengertian professional
yang beragam. Dulu dari sudut pandang kedokteran. Sehat sangat erat kaitannya denagan
kesakitan dan penyakit.dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat haruds dilihat
dari berbagai aspek. Definisi WHO (1981) : Health is a state of complete physical, mental
and social well being and not nurely yhe absence of decease or infirmity. WHO
mendefenisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sepurna baik jasmani, rohani,
maupun kesejahteraan sosial seseorang.
Dalam konsep sehat sakit penyebab sakit : Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit
akibat pengaruh lngkungan, makanan (salah makan), Kebiasaan hidup, ketidak
seimbangan dalm tubuh, termasuk kepercayaan psanas dingin seperti masuk angin dan
penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobatan tradisional (Battra) sama
dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan
badan, atau kondisi tubuh kelain-lainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang
berarti suatu keadaan yang normal, wajar nyaman, dan dapat melakukan aktifitas sehari-
hari dengan gairah. Sedagkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang
menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai suatu siksaan sehingga menyebabkan seseorang
tidak dapat melakukan aktifitas segari-hari halnya orang yang sehat.
Personalistik yaitu menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh
intervensi syaty agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur,
atu roh jahat) atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung).
Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan penyakit kusta dan cara
perawatannya. Kusta te3lah dikenal oleh etnik makasar sejak lama. Adanya istilah kaddala
sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massaloni (kusta yang lumer), merupakan ungkapan
yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam waktu yang lama di
tengah-tengah masyarakat tersebut.
Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai-budaya di kabupaten Soppeng
dalam kaitannya dengan penyakit kusta, (Kaddala, Bgs.) di masyarakat bugis
menunjukkan bahwa timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat , kerena menurut
salah seorang tokoh budaya dalam nasehat perkawinan orang-orang tua disana kata
kaddala ikut di dalamnya. Disebutkan bahwa terjadi pelanggaran melakukan hubungan
intim suami istri saat isti sedang haid, mereka kedua mempelai akan terkutuk dan
menderita kusta/kaddala.
Ide yang bertujuan agar terciptanya moral yang agung dalam keluarga baru,
berkembang menurut proses komunikasi dalam masyarakat dan menjadi konsep penderita
kusta sebagai penanggung dosa. Pengertian penderita sebagai penanggung dosa dari ibu
bapak merupakan awal akibat dari leprophobia. Rasa rendah diri penderita dimulai dari
rasa rendah diri kelearga yang merasa tercemar bila salah satu anggota keluargamya
menderita kusta.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayan yang ada dan berkembang
dalam masyarakat tersebut. Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit
malaria, yang saat ini masih ada di bebrapa daerah pedesaan di Papua ( Irian Jaya ).
Makanan pokok penduduk Papua adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa-rawa.
Selain rawa-rawa tidak jauh dari mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa
tersebut beranggapan bahwa hutan tersebut memiliki penguasa gaib yang dapat
menghukum setiap orang yang yang melanggar ketentuanya. Pelanggaran dapat berupa
penebangan, pembabatan hutan untuk tanah pertanian dan lain-lain akan diganjar hukuman
berupa penyakit dengan gejala panas tinggi, menggigil, dan muntah.
Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan,
kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk diminum dan dioleskan
keseluruh tubuh penderita, dalam bebrapa hari penderita akan sembuh. Persepsi
masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana dan
mudah secara turun-temurun.

F. Faktor Kultural dan Proses Keperawatan


Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada
faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
Prospek social budaya terhadap keperawatan yaitu suatu proses pemberian asuhan
keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,
meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya dan menerapakan
pelayanan keperawatan sesuai dengan latar belakang budaya tanpa merugikan kesehatan
atau melanggar prosedur asuhan keperawatan.

G. Spiritualitas dan Religi


1. Spiritual
Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan /
rohani/ batin. Salah satu aspek dari spiritual adalah memiliki arah tujuan, yang secara
terus menerus meningkatkan kebijaksanaan dan kekuatan berkehendak dari
seseorang, mencapai hubungan yang lebih dekat dengan alam semesta, serta
menghilangkan ilusi dari gagasan salah yang berasal dari alat indra , perasaan, dan
pikiran.
2. Spiritualitas
Spiritualitas adalah kemampuan internal kecerdasan (bawaan otak) dan kondisi
batin/jiwa manusia, yang sumber terdalamnya adalah alam semesta. Misinya adalah
pencarian dan perenungan terhadap aspek-aspek spiritual seperti kebencian,
keserakahan, kealpaan, ketidaktahuan, perangai buruk dan kejahatan lainnya. Hal ini
memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kemauan dan kemampuan
intelektual serta penalaran dalam mengetahui sebab musababnya.
Spiritualitas tidak harus berhubungan dengan kedekatan seseorang dengan aspek
ketuhanan, sebab seorang humanis ataupun ateis pun dapat memiliki spiritualitas.

3. Religi / Religion / Agama


Religi merupakan praktek prilaku tertentu yang dihubungkan dengan
Kepercayaan kepada Tuhan, yaitu kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di
atas manusia yang dinyatakan oleh institusi tertentu yang dianut oleh anggota-
anggotanya. Pada umumnya Agama memiliki kesaksian iman , komunitas dan kode
etik yang diwarisi atau bersifat turun-temurun dari para pendeta, nabi dan kitab suci
atau ditanamkan melalui keluarga dan tradisi.

Dengan kata lain spiritual memberikan jawaban “Siapa dan apa seseorang itu?”
(keberadaan dan kesadaran). Sedangkan religi / agama memberikan jawaban “Apa yang
harus dikerjakan seseorang” (prilaku atau tindakan).
Seseorang bisa saja menganut agama tertentu, namun memiliki spiritualitas . Orang -
orang dapat menganut agama yang sama, namun belum tentu mereka memiliki jalan atau
tingkat spiritualitas yang sama

H. Proses Keperawatan dan Spiritualitas


Dalam hirarki kebutuhan manusia, kesehatan spiritual tampak untuk pemenuhan yang
mengandung arti dari kebutuhan melebihi tingkat aktualisasi diri.
Kesehatan spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi
keseimbangan dengan dimensi lain (fisiologis, psikologis, sosiologis,
kultural). Peran perawat adalah bagaimana perawat mampu mendorong klien untuk
meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga klien mampu
menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi
pada diri individu tersebut
1. Hubungan Spiritual, Sehat, dan Sakit
Agama merupakan petunjuk perilaku karena di dalam agama terdapat ajaran baik
dan larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan kesehatan seseorang,
contohnya minuman beralkohol sesuatu yang dilarang agama dan akan berdampak
pada kesehatan bila di konsumsi manusia. Agama sebagai sumber dukungan bagi
seseorang yang mengalami kelemahan (dalam keadaan sakit) untuk membangkitkan
semangat untuk sehat, atau juga dapat mempertahankan kesehatan untuk mencapai
kesejahteraan. Sebagai contoh orang sakit dapat memperoleh kekuatan dengan
menyerahkan diri atau memohon pertolongan dari Tuhannya.

2. Konsep yang terkait dengan Spiritulitas :


a. Faith (Iman)
b. Religion (Agama)
c. Hope (Harapan) : sebuah isi dari kehidupan yang bertanggung jawab atas
pandangan positif pada saat-saat paling suram bahkan kehidupan.
d. Love : untuk mencintai orang lain adalah wajah Allah.
e. Spiritual Contentment adalah Kebahagiaan Spiritual.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada intinya keperawatan adalah komitmen tentang mengasihi (caring). Suatu elemen
perawatan kesehatan berkualitas adalah untuk menunjukkan kasih sayang pada klien
sehingga terbentuk hubungan saling percaya. Rasa saling percaya diperkuat ketika
pemberi perawatan menghargai dan mendukung kesejahteraan spiritual klien. Penerapan
proses keperawatan dari pespektif kebutuhan spiritual klien tidak sederhana. Hal ini sangat
jauh dari sekedar mengakaji ritual dan praktik keagamaan klien. Memahami spiritualitas
klien dan kemudian secara tepat mengidentifikasi tingkat dukungan dan sumber yang
diperlukan, membutuhkan persepektif baru yang lebih luas. Persepektif tersebut
melibatkan seluruh dimensi kebutuhan manusia yang terdiri dari: dimensi fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual dimana setiap dimensi harus dipenuhi kebutuhannya.
Dimensi spiritual menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena memiliki
keterkaitan dan mampu mempengaruhi dimensi lainnya, melalui dimensi spiritual akan
terbentuk nilai dan keyakinan dan tujuan hidup sehingga berpengaruh terhadap
kemampuan dari dimensi lainnya. Oleh karena itu penting bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan memperhatikan dan memenuhi kebutuhan dimensi
spiritual, Untuk mendapatkan hasil asuhan keperawatan yang tepat maka perawat
dapat melihat klien berdasarkan perkembangan aspek spiritual mereka, Kemudian
membuat rencana tindak lanjut berdasarkan tahap perkembangan spiritualnya.

B. Saran
Semoga makalah yang telah di tulis ini dapat bermanfaat bagi semua masyarakat pada
umumnya dan bagi mahasiswa. Apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan segala saran dan kritikan yang
membangun sangat penyusun harapkan dari pembaca demi pengembangan keterampilan
menulis selanjutnya. Kiranya penyelesaian makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
DAFTAR PUSTAKA

 Aspek Budaya Tentang Kesehatan dan Penyakit:


http://shidiqwidiyanto.wordpress.com/ 2009/04/03/aspek-budaya-tentang-kesehatan-
dan-penyakit/, diunduh pada tanggal 14 April 2014
 Budaya: http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, diunduh pada tanggal 14 April 2014
 Fenomena Budaya: http://fakihqa.blogspot.com/2010/07/keperawatan-dasar-
manusia.html, diunduh pada tanggal 14 April 2014
 Heritage Consistency, Intercultural Educarion of Nurses in Europe (IENE):
http://www.ieneproject.eu/glossary-term.php?termID=34, diunduh pada tanggal 14
April 2014
 Konsep Keperawatan dan Spiritualitas:
http://rachmawaty92.wordpress.com/2011/06/17/ spiritualitas-dalam-keperawatan/,
diunduh pada tanggal 14 April 2014
 Spiritual: http://en.wikipedia.org/wiki/Spirituality, diunduh pada tanggal 14 April 2014
 Spiritualitaas dan Religi: http://tanhadi.blogspot.com/2013/09/spiritual-spiritualitas-
dan-religi.html, diunduh pada tanggal 14 April 2014

Anda mungkin juga menyukai