Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PENDAHULUAN

“CHRONIC KIDNEY DISEASE”

Disusun Oleh :

AZIZAH NURAINI

2030282008

Dosen Pembimbing :

Ns. Muhammad Arif M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2020
2
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Gambar 2.1 Ginjal tampak samping (Sobota, 2006)

1. Struktur Ginjal

Ginjal terletak di dinding posterior abdomen, di daerah lumbal, kanan dan

kiri tulang belakang, terbungkus lapisan lemak yang tebal, diluar rongga

peritoneum karena itu ginjal berada di belakang peritoneum. Ginjal kanan

memiliki posisi yang lebih rendah dari ginjal kiri karena terdapat hati yang

mengisi rongga abdomen sebelah kanan dengan panjang masing-masing

ginjal 6-7,5 cm dan tebal 1,5-2,5 cm dengan berat sekitar 140 gram pada

dewasa (Pearce, 2013).


8

2. Bagian – Bagian Ginjal

Menurut Haryono (2013) ginjal memiliki 3 bagian, yaitu:

1) Kulit ginjal (korteks) yang terdapat nefron sebanyak 1-1,5 juta yang

bertugas menyaring darah karena memiliki kapiler-kapiler darah yang

tersusun secara bergumpal yang disebut glomerulus yang dikelilingi

oleh Simpai Bownman, dan gabungan dari glomerulus dan Simpai

Bownman disebut malphigi yang merupakan tempat terjadinya

penyaringan darah (Haryono, 2013).

2) Sumsum ginjal (medula) terdapat piramid renal yang dasarnya

menghadap korteks dan puncaknya (apeks/papilla renis) mengarah ke

bagian dalam ginjal. Diantara bagian piramid terdapat jaringan korteks

yang disebut kolumna renal yang menjadi tempat berkumpulnya

ribuan pembuluh halus yang mengangkut urin hasil penyaringan darah

dalam badan malphigi setelah diproses yang merupakan lanjutan dari

Simpai Bownman (Haryono, 2013).

3) Rongga ginjal (pelvis renalis) merupakan ujung ureter yang

berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Pelvis renalis bercabang

menjadi dua atau tiga yang disebut kaliks mayor yang masing-masing

membentuk beberapa kaliks minor yang menampung urine yang

keluar dari papila. Dari kaliks minor urin ke kaliks mayor lalu ke

pelvis renis kemudian ke ureter hingga akhirnya ditampung di vesika

urinaria (Haryono, 2013).


3. Fungsi Ginjal

Ginjal memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh melalui pengeluaran

jumlah urin (Haryono, 2013).

b) Mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan keseimbangan

ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit) apabila ada

pengeluaran ion yang abnormal ginjal akan meningkatkan ekskresi ion

yang penting (natrium, kalium, kalsium) (Haryono, 2013).

c) Mengatur keseimbangan asam basa dengan mensekresi urin sesuai

dengan pH darah yang berubah (Haryono, 2013)..

d) Mengekskresikan sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin)

obat-obatan, zat toksik dan hasil metabolisme pada hemoglobin

(Haryono, 2013).

e) Mengatur fungsi hormonal seperti mensekresi hormone renin untuk

mengatur tekanan darah dan metabolisme dengan membentuk

eritropoiesis yang berperan dalam proses pembentukan sel darah

merah (Haryono, 2013)

2.2 Konsep Chronic Kidney Disease

1. Definisi Chronic Kidney Disease

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu kondisi gagalnya ginjal dalam

menjalankan fungsinya mempertahankan metabolisme serta keseimbangan

cairan dan elektrolit karena rusaknya struktur ginjal yang progresif ditandai
dengan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) dalam darah (Muttaqin

& Sari, 2014).

2. Etiologi

CKD bisa terjadi karena berbagai kondisi klinis seperti penyakit komplikasi

yang bisa menyebabkan penurunan fungsi pada ginjal (Muttaqin & Sari

2011). Menurut Robinson (2013) dalam Prabowo dan Pranata (2014)

penyebab CKD, yaitu:

a) Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)

b) Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)

c) Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis)

d) Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)

e) Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)

f) Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)

Sedangkan menurut Muttaqqin & Sari (2011) kondisi klinis yang bisa

memicu munculnya CKD, yaitu:

1) Penyakit dari ginjal

a) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonephritis

b) Infeksi kuman: pyelonephritis, ureteritis

c) Batu ginjal: nefrolitiasis

d) Kista di ginjal: polycitis kidney

e) Trauma langsung pada ginjal

f) Keganasan pada ginjal

g) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur


2) Penyakit umum di luar ginjal

a) Penyakit sistemik: diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol

tinggi sangat berkaitan erat untuk terjadinya kerusakan pada

ginjal. Saat kadar insulin dalam darah berlebih akan

menyebabkan resistensi insulin yang dapat meningkatkan

lipolisis pada jaringan adiposa yang membuat lemak dalam

darah meningkat termasuk kolesterol dan trigliserida.

Hiperkolesterolemia akan meningkatkan LDL-kol dan

penurunan HDL-kol yang akan memicu aterosklerosis karena

ada akumulasi LDL-kol yang akan membentuk plak pada

pembuluh darah. Terbentuknya plak akan membuat retensi

natrium sehingga tekanan darah naik. Retensi ini yang

nantinya akan merusak struktur tubulus ginjal (Noviyanti

dkk, 2015).

b) Dyslipidemia karena dapat memicu aterosklerosis akibat

akumulasi LDL-kol sehingga memunculkan plak pada

pembuluh darah yang akan meningkatkan tekanan darah

karena ada retensi natrium bisa membuat ginjal rusak

(Noviyanti dkk, 2015).

c) SLE (Systemic Lupus Erythematosus) adalah penyakit

autoimun yang dapat menyebabkan peradangan pada jaringan

dan pembuluh darah di semua bagian tubuh, terutama

menyerang pembuluh darah di ginjal. Pembuluh darah dan

membran pada ginjal akan menyimpan bahan kimia yang


seharusnya ginjal keluarkan dari tubuh karena hal ini ginjal

tidak berfungsi sebagaimana mestinya (Roviati, 2012).

d) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis karena

apabila tidak segera diobati maka bakteri, virus dan parasit

akan menggerogoti organ yang ditempati hingga nanti akan

menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan

menyerang organ lain seperti ginjal (Mohamad dkk, 2016).

e) Preeklamsi menyebabkan vasokonstriksi sehingga terjadi

penurunan aliran darah ke ginjal yang berakibat GFR

menurun dan laju ekskresi kreatinin dan urea juga menurun

(Fadhila dkk, 2018).

f) Obat-obatan seperti antihipertensi memiliki efek samping

yaitu meningkatkan serum kreatinin jika digunakan dalam

jangka panjang (Irawan, 2014)

g) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar, diare)

akan membuat seseorang mengalami dehidrasi sehingga akan

membuat urine menjadi lebih pekat (Arifa dkk, 2017).

3. Klasifikasi Chronic Kidney Disease

Dalam Muttaqin dan Sari, 2011 CKD memiliki kaitan dengan penurunan
Glomerular Filtration Rate (GFR), maka perlu diketahui derajat CKD untuk
mengetahui tingkat prognosanya.
Tabel 2.1 Klasifikasi National Kidney Foundation

Stadium Deskripsi GFR


(ml/menit/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau >90
Meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan GFR meningkat 60-89
atau ringan
3 Kerusakan ginjal dengan GFR meningkat 30-59
atau sedang
4 Kerusakan ginjal dengan GFR meningkat 15-29
atau berat
5 Gagal ginjal <15 atau dialisis
(Sumber: Sudoyo, 2015)

Penurunan GFR menurut Suwitra (2009) dalam Kandacong (2017) dapat

diukur dengan menggunakan rumus Cockroft-Gault untuk mengetahui

derajat penurunan fungsi ginjal:


( )
LFG/GFR (ml/mnt/1.73m²) )
( ⁄ )

*) pada perempuan dikalikan 0,85

4. Manifestasi Klinis

Menurut Haryono (2013) & Robinson (2013) CKD memiliki tanda dan

gejala sebagai berikut:

a) Ginjal dan gastrointestinal biasanya muncul hiponatremi maka akan

muncul hipotensi karena ginjal tidak bisa mengatur keseimbangan

cairan dan elektrolit dan gangguan reabsorpsi menyebabkan sebagian

zat ikut terbuang bersama urine sehingga tidak bisa menyimpan

garam dan air dengan baik. Saat terjadi uremia maka akan

merangsang reflek muntah pada otak.


b) Kardiovaskuler biasanya terjadi aritmia, hipertensi, kardiomiopati,

pitting edema, pembesaran vena leher

c) Respiratory system akan terjadi edema pleura, sesak napas, nyeri

pleura, nafas dangkal, kusmaull, sputum kental dan liat

d) Integumen maka pada kulit akan tampak pucat, kekuning-kuningan

kecoklatan,biasanya juga terdapat purpura, petechie, timbunan urea

pada kulit, warna kulit abu-abu mengilat, pruritus, kulit kering

bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar

e) Neurologis biasanya ada neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan

dan kaki, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat.

f) Endokrin maka terjadi infertilitas dan penurunan libido, gangguan

siklus menstruasi pada wanita, impoten, kerusakan metabolisme

karbohidrat.

g) Sistem muskulosekeletal: kram otot, kehilangan kekuatan otot,

fraktur tulang.

h) Sistem reproduksi: amenore, atrofi testis

5. Patofisiologi Chronic Kidney Disease

CKD diawali dengan menurunnya fungsi ginjal, sebagian nefron (termasuk

glomerulus dan tubulus) ada yang utuh dan yang lainnya rusak. Akibatnya

nefron yang utuh atau sehat mengambil ahli tugas nefron yang rusak.

Nefron yang sehat akhirnya meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsinya

dan ekskresinya meski GFR mengalami penurunan, serta mengalami

hipertropi. Semakin banyak nefron yang rusak maka beban kerja pada
nefron yang sehat semakin berat yang pada akhirnya akan mati. Fungsi renal

menurun akibatnya produk akhir metabolisme dari protein yang seharusnya

diekskresikan kedalam urin menjadi tertimbun dalam darah dan terjadi

uremia yang mempengaruhi semua sistem tubuh (Nursalam & Batticaca,

2009; Mutaqqin & Sari, 2011; Haryono, 2013). Salah satunya yaitu sistem

integumen karena adanya gangguan pada reabsorbsi sisa-sisa metabolisme

yang tidak dapat dieksresikan oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan

natrium dan ureum yang seharusnya dikeluarkan bersama urine tetap berada

dalam darah pada akhirnya akan diekskresikan melalui kapiler kulit yang

bisa membuat pigmen kulit juga berubah (Baradero, Dayrit, & siswadi,

2009; Haryono, 2013; Prabowo & Pranata 2014). Karena sisa limbah dari

tubuh yang seharusnya dibuang melalui urine terserap oleh kulit maka dapat

menyebabkan pruritus, perubahan warna kulit, uremic frosts dan kulit

kering karena sering melakukan hemodialisa (LeMone dkk, 2015). Sindrom

uremia juga bisa menyebabkan respon pada muskuloskeletal yaitu terdapat

ureum pada jaringan otot yang bisa menyebabkan otot mengalami

kelemahan, kelumpuhan, mengecil dan kram. Akibatnya bisa menyebabkan

terjadi miopati, kram otot dan kelemahan fisik (Muttaqin & Sari, 2014).

Saat seseorang mengalami gangguan pada jaringan otot bisa membuat

kesulitan dalam beraktivitas hingga tirah baring yang lama hingga bisa

menyebabkan penekanan pada area tulang yang menonjol dan akan terjadi

luka tekan. Sehingga terjadilah gangguan integritas kulit pada penderita

CKD.
6. Pathway

Berbagai kondisi yang menyebabkan Mekanisme kompensasi dan adaptasi


CKD terjadinya penurunan fungsi nefron dari nefron menyebabkan kematian
nefron

GFR menyebabkan kegagalan dalam


Destruksi struktur ginjal secara progresif
mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit

Respon muskuloskeletal,
ureum pada jaringan otot
Penumpukan toksik uremik di
dalam darah, ketidakseimbangan Sindrom Uremik
cairan dan elektrolit Kelemahan fisik

Respon integumen kulit pada


jaringan kulit Penekanan
jaringan setempat

Diekskresikan melaui kapilerPeningkatan


kulit produksi melanin Atrofi
Penimbunankeratinoid dan pigmen kelenjar keringat dan minyak
urine

Uremic frost Pajanan matahari Perubahan warna kulit Kulit kering

Hiperpigmentasi pruritus

Resiko Gangguan integritas kulit

Keterangan:

= Diteliti : Faktor yang mempengaruhi

= Tidak diteliiti : Berhubungan

Bagan 2.1 Pathway CKD (Muttaqin & Sari, 2014)


7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien CKD, yaitu:

a) Pemeriksaan pada urine yang meliputi:

1) Volume urine pada orang normal yaitu 500-3000 ml/24 jam atau

1.200 ml selama siang hari sedangkan pada orang CKD produksi

urine kurang dari 400 ml/24 jam atau sama sekali tidak ada

produksi urine (anuria) (Debora, 2017).

2) Warna urine pada temuan normal transparan atau jernih dan

temuan pada orang CKD didapatkan warna urine keruh karena

disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen

kotor, kecoklatan karena ada darah, Hb, myoglobin, porfirin

(Nuari & Widayati, 2017).

3) Berat jenis untuk urine normal yaitu 1.010-1.025 dan jika<1.010

menunjukan kerusakan ginjal berat (Nuari & Widayati, 2017).

4) Klirens kreatinin kemungkinan menurun dan untuk nilai

normalnya menurut Verdiansah (2016), yaitu:

a) Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2

b) Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2

5) Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) menunjukkan kerusakan

glomerulus bila SDM dan fragmen ada. Normalnnya pada urine

tidak ditemukan kandungan protein.


b) Pemeriksaan darah pada penderita CKD menurut Nuari & Widayati

(2017)

1) BUN meningkat dari keadaan normal 10.0-20.0 mg/dL, kreatinin

meningkat dari nilai normal <0.95 mg/dL, ureum lebih dari nilai

normal 21-43 mg/dL

2) Hemoglobin biasanya < 7-8 gr/dl

3) SDM menurun dari nilai normal 4.00-5.00, defisiensi eritopoetin

4) BGA menunjukkan asidosis metabolik, pH <7,2

5) Natrium serum rendah dari nilai normal 136-145 mmol/L

6) Kalium meningkat dari nilai normal 3,5-5 mEq/L atau 3,5-5

mmol/L

7) Magnesium meningkat dari nilai normal 1,8-2,2 mg/dL

8) Kalsium menurun dari nilai normal 8,8-10,4 mg/dL

9) Protein (albumin) menurun dari nilai normal 3,5-4,5 mg/dL

c) Pielografi intravena bisa menunjukkan adanya abnormalitas pelvis

ginjal dan ureter. Pielografi retrograde dilakukan bila muncul

kecurigaan adanya obstruksi yang reversibel. Arteriogram ginjal

digunakan untuk mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi

ekstravaskular massa (Haryono, 2013).

d) Ultrasono ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal serta ada

atau tidaknya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian

atas (Nuari & Widayati, 2017)

e) Biopsi ginjal dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel

jaringan untuk diagnosis histologis (Haryono, 2013).


2.3 Anatomi dan Fisiologi Kulit

Gambar 2.2 Kulit (Pearce, 2012)

1. Struktur Kulit

Kulit merupakan sistem integumen yang melindungi dan menutupi

permukaan tubuh. Di dalam kulit ada ujung saraf peraba yang mempunyai

banyak fungsi (Pearce, 2012).

2. Lapisan Kulit

Kulit memiliki 3 lapisan, yaitu:

1) Epidermis merupakan lapisan paling luar dengan ketebalan sekitar

0,1 mm yang berfungsi sebagai barier pelindung. Epidermis sangat

bergantung pada lapisan dermis untuk memperoleh suplai oksigen

dan nutrisi karena epidermis tidak memiliki pembuluh darah sendiri

(Debora, 2017).

2) Dermis memiliki fibroblas yang menghasilkan kolagen dan serat

elastin sehingga saat direnggangkan akan kembali ke bentuk semula

tetapi seiring waktu berlalu kulit akan kehilangan kelenturannya.

Lapisan ini memiliki banyak pembuluh darah kapiler untuk


memberikan nutrisi untuk lapisan dermis sendiri dan lapisan

epidermis (Debora, 2017).

3) Hipodermis atau lapisan subkutan terdiri dari lapisan lemak.

Jaringan ini terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung

kolagen, serat elastin, dan banyak sel darah putih yang akan keluar

dari pembuluh darah kapiler yang akan menyebar dan membunuh

bakteri patogen yang masuk melalui kulit yang rusak (Debora,

2017).

3. Fungsi Kulit

Kulit memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1) Fungsi proteksi sebagai pelindung tubuh dari berbagai gangguan

fisik seperti gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat

menimbulkan iritasi, serta gangguan panas (Syaifuddin, 2018).

2) Fungsi absorpsi dimana penyerapan terjadi di celah antarsel lalu

menembus sel-sel epidermis dan saluran kelenjar. Kulit memiliki

sifat permeabel pada cairan yang mudah menguap seperti oksigen,

karbondioksida, dan uap air. Namun tidak mudah menyerap pada air,

larutan dan benda padat (Syaifuddin, 2018).

3) Fungsi ekskresi dengan mengeluarkan zat yang tidak berguna hasil

sisa metabolisme seperti natrium klorida (garam), urea, asam urat

dan ammonia melalui kelenjar kulit (Syaifuddin, 2018).

4) Fungsi persepsi karena di lapisan dermis dan subkutis ada ujung-

ujung saraf sensorik. Panas dapat dirasakan oleh lapisan dermis dan
subkutis dan rasa dingin dapat dirasakan oleh lapisan dermis. Jika

perabaan oleh papilla dermis dan markel renvier, sedangkan untuk

tekanan dirasakan oleh lapisan epidermis (Syaifuddin, 2018).

5) Kulit sebagai pengatur suhu karena pada saat vasodilatasi arteriol

memekar, kulit menjadi lebih panas dan panas berlebih tersebut akan

cepat terpancar dan hilang disebabkan bertambah aktifnya kelenjar

keringat sehingga terjadi penguapan cairan dari permukaan tubuh.

Akan tetapi, pada saat vasokonstriksi pembuluh darah di kulit akan

mengerut, kulit berubah menjadi pucat dan dingin maka pengeluaran

keringat hampir dihentikan dan penghilangan panas akan dibatasi.

(Pearce, 2012).

6) Fungsi pembentukan pigmen terletak pada lapisn basal dan sel dari

rigi saraf. Melanosit akan membentuk warna pada kulit karena

memiliki enzim melanosom dan sinar matahari mempengaruhi

melanosom, lalu tangan-tangan dendrit akan menyebarkan pigmen

ke dermis (Syaifuddin, 2018).

7) Fungsi keratinasi terjadi melalui proses sintesis dan generasi yang

berubah menjadi lapisan tanduk yang terjadi sekitar 14-21 hari.

8) Fungsi pembentukan vitamin D dengan bantuan sinar matahari yang

mengubah dihidroksi kolesterol (Syaifuddin, 2018).


2.4 Konsep Resiko Gangguan integritas kulit

1. Definisi Resiko Gangguan integritas kulit

Resiko gangguan integritas kulit adalah suatu keadaan yang terjadi di mana

lapisan epidermis dan atau dermis beresiko untuk mengalami perubahan

(Moorhead et al, 2013).Sedangkan resiko gangguan integritas kulit menurut

Ackley dan Ladwig (2011) adalah dimana kulit beresiko untuk mengalami

perubahan untuk menjadi buruk.

2. Etiologi Resiko Gangguan integritas kulit

1. Kulit kering pada penderita CKD terjadi karena penumpukan urea (urea

frost) (Aisara, Azmi, & Yanni, 2018).

2. Garukan berulang akan menyebabkan ekskoriasi, pendarahan maupun

infeksi pada kulit (Astuti & Husna, 2017).

3. Memar yang disebabkan oleh adanya trauma kecil dan bisa menjadi

gambaran adanya gangguan pada aktivitas keping darah dan pembuluh

darah kulit yang rapuh (Chamberlain’s, 2012).

4. Pajanan sinar matahari karena uremia mempengaruhi hormon MSH

sehingga terjadi peningkatan produksi melanin menyebabkan

hiperpigmentasi (Harlim dan Yogyartono, 2012).

5. Pada penderita CKD yang mengalami anemia akan membuat kulit

tampak pucat (Chamberlain’s, 2012).

6. Uremia bisa menyebabkan menjadi kulit kering dan mengelupas dengan

warna coklat kekuningan (Chamberlain’s, 2012).


7. Konsumsi obat kortikosteroid dalam jangka panjang akan membuat

hilangnya jaringan dibawah kulit akibatnya kulit menjadi rapuh, tipis

dan mudah memar karena trauma kecil (Chamberlain’s, 2012).

8. Sindrom nefrosis menyebabkan kuku menjadi rapuh karena kehilangan

protein (Chamberlain’s, 2012).

3. Masalah Pada Kulit

Ada beberapa masalah kulit yang sering dialami sehingga bisa

menyebabkan gangguan integritas kulit, yaitu:

a) Pruritus bisa menyebabkan orang memiliki keinginan untuk

menggaruk karena adanya sensasi gatal baik di area yang kecil dan

terbatas atau bisa area yang luas. Pruritus bisa menjadi manifestasi

sekunder dari gangguan sistemik yang meliputi jenis kanker tertentu,

diabetes melitus, penyakit hati dan gagal ginjal. Efek dari pruritus

karena sering menggaruk yaitu terjadi kemerahan, bintul, perubahan

pigmentasi, dan infeksi (LeMone dkk, 2015).

b) Xerosis atau biasa disebut juga kulit kering terjadi karena adanya

penurunan aktivitas pada kelenjar sebasea dan kelenjar keringat

sehingga mengurangi lubrikasi kulit dan retensi pelembap. Xerosis

terjadi karena adanya penurunan asupan cairan, mandi secara

berlebihan, kelembapan yang rendah, sinar matahari dan panas

lingkungan. Kondisi ini kebanyakan dialami oleh lansia namun

kondisi ini juga bisa terjadi pada semua umur (LeMone dkk, 2015).
c) Uremic frost atau pembekuan uremia yang terjadi karena adanya

akumulasi dan pembentukan kristal urea dan sisa-sisa produk

nitrogen lain yang dikeluarkan oleh keringat sehingga terjadi

endapan (Chamberlain’s, 2012).

d) Memar terjadi karena adanya trauma kecil dan menandakan adanya

gangguan pada aktivitas keping darah dan pembuluh darah yang

berada dikulit rapuh (Chamberlain’s, 2012).

e) Menurut Amano dkk (2017) tingkatan kulit kering menggunakan 5

poin skala kekeringan melalui visual.

Tabel 2.2 Skor kulit kering

Skor Deskripsi
0 Kulit normal, tidak mengelupas
1 Sedikit mengelupas, kulit tampak kasar, tampak sedikit keputihan
2 Mengelupas, permukaan agak kasar
3 Ditandai dengan adanya sisik dan tampak sedikit celah, kasar, tampak
Retakan
4 Bersisik parah, sangat kasar
(Sumber: Amano dkk, 2017)

4. Penatalaksanaan Resiko Gangguan integritas kulit

a) Perhatikan perawatan yang baik untuk kulit dengan menjaga personal

hygiene seperti mandi atau seka dengan tidak menggunakan sabun yang

mengandung gliserin yang akan membuat kulit bertambah kering

(Prabowo & Pranata, 2014).

b) Memberikan KIE bagaimana cara untuk mengurangi kulit kering dan

pruritus (LeMone, Priscilla dkk 2015).

c) Gunakan sabun yang mengandung lemak dan lotion yang tidak

memiliki kandungan alkohol untuk membuat rasa gatal berkurang

(Prabowo & Pranata, 2014).


d) Berikan obat antipruritus untuk mengurangi rasa gatal bila diperlukan

(Nursalam, & Baticaca, 2009)

e) Terapi dialisis untuk menghilangkan produk akhir metabolisme protein

seperti ureum dan kreatinin dari dalam darah, serta menghilangkan

kelebihan cairan dari darah (Black & Hawks, 2014).

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Klien Chronic Kidney Disease

1. Pengkajian

Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan CKD meliputi beberapa

hal, yaitu:

a) Biodata

Tanyakan identitas klien meliputi nama lengkap, tanggal lahir,

alamat dan sebagainya lalu cocokkan dengan label nama untuk

memastikan bahwa setiap rekam medis, catatan, hasil tes dan

sebagainya memang milik klien (Gleadle, 2007).

Menurut Prabowo & Pranata (2014) pekerjaan dan pola hidup tidak

sehat juga memiliki keterkaitan dengan penyakit CKD karena itu

laki-laki sangat beresiko.

b) Keluhan utama

Pada klien CKD dengan masalah kulit biasanya memiliki keluhan

seperti kulit kering sampai bersisik, kasar, pucat, gatal, mengalami

iritasi karena garukan, edema (Nursalam, & Baticaca, 2009;

Muttaqin & Sari, 2011).


c) Riwayat kesehatan sekarang

Klien akan mengeluhkan mengalami penurunan urine output

(oliguria) sampai pada anuria, anoreksia, mual dan muntah, fatigue,

napas berbau urea, adanya perubahan pada kulit. Kondisi ini terjadi

karena penumpukan (akumulasi) zat sisa metabolisme/toksin dalam

tubuh karena ginjal mengalami kegagalan dalam filtrasi (Muttaqin &

Sari, 2014; Prabowo & Pranata, 2014).

d) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat pemakaian obat-obatan, ada riwayat gagal ginjal akut, ISK,

atau faktor predisposisi seperti diabetes melitus dan hipertensi

biasanya sering dijumpai pada penderita CKD (Muttaqin & Sari,

2011).

e) Riwayat Psikososial

Menurut Muttaqin & Sari (2014) CKD bisa menyebabkan gangguan

pada kondisi psikososial klien seperti adanya gangguan peran pada

keluarga karena sakit, kecemasan karena biaya perawatan dan

pengobatan yang banyak, gangguan konsep diri (gambaran diri).

f) Kebutuhan dasar manusia meliputi:

1) Pola nutrisi: Pada klien CKD terjadi peningkatan BB karena

adanya edema, namun bisa juga terjadi penurunan BB karena

kebutuhan nutrisi yang kurang ditandai dengan adanya anoreksia

serta mual atau muntah (Rendi & Margareth, 2012).

2) Pola eliminasi: Pada klien CKD akan terjadi oliguria atau

penurunan produksi urine kurang dari 30 cc/jam atau 500 cc/24


jam. Bahkan bisa juga terjadi anuria yaitu tidak bisa

mengeluarkan urin selain itu juga terjadi perubahan warna pada

urin seperti kuning pekat, merah dan coklat (Haryono 2013;

Debora, 2017).

3) Pola istirahat dan tidur: Pada klien CKD istirahat dan tidur akan

terganggu karena terdapat gejala nyeri panggul, sakit kepala,

kram otot dan gelisah dan akan memburuk pada malam hari

(Haryono, 2013).

4) Pola aktivitas: Pada klien CKD akan terjadi kelemahan otot dan

kelelahan yang ekstrem (Rendi & Margareth, 2012).

5) Personal Hygiene: Pada klien CKD penggunaan sabun yang

mengandung gliserin akan mengakibatkan kulit bertambah

kering (Prabowo & Pranata, 2014).

2. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

Pemeriksaan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan

pemeriksaan fisik meliputi:

1) Tekanan darah: pada klien CKD tekanan darah cenderung mengalami

peningkatan dari hipertensi ringan hingga berat. Sedangkan rentang

pengukuran tekanan darah normal pada dewasa yaitu 100-140/60-90

mmHg dengan rata-rata 120/80 mmHg dan pada lansia 100-160/ 60-90

mmHg dengan rata-rata 130/180 mmHg.


2) Nadi: pada klien CKD biasanya teraba kuat dan jika disertai dengan

disritmia jantung nadi akan teraba lemah halus. Frekuensi normal pada

nadi orang dewasa yaitu 60-100 x/menit.

3) Suhu: pada klien CKD biasanya suhu akan mengalami peningkatan

karena adanya sepsis atau dehidrasi sehingga terjadi demam. Suhu pada

dewasa normalnya berbeda pada setiap lokasi. Pada aksila 36,4⁰C, rektal

37,6°C, oral 37,0°C.

4) Frekuensi pernapasan pada klien CKD akan cenderung meningkat

karena terjadi takipnea dan dispnea. Rentang normal frekuensi

pernapasan pada dewasa 12-20 x/menit dengan rata-rata 18 x/menit.

5) Keadaan umum pada klien CKD cenderung lemah dan nampak sakit

berat sedangkan untuk tingkat kesadaran menurun karena sistem saraf

pusat yang terpengaruhi sesuai dengan tingkat uremia yang

mempengaruhi (Rendi & Margareth, 2012; Muttaqin & Sari, 2014;

Debora, 2017).

Setelah pemeriksaan TTV selesai selanjutnya pemeriksaan fisik,

meliputi:

1) Kepala

Inspeksi:

Pada klien CKD, rambut tampak tipis dan kering, berubah warna dan

mudah rontok, wajah akan tampak pucat, kulit tampak kering dan

kusam (Williams & Wilkins, 2011; Debora 2017).

Palpasi:

Rambut akan terasa kasar, kulit terasa kasar (Haryono, 2013)


2) Telinga

Inspeksi:

Periksa kesimetrisan dan posisi kedua telinga, produksi serumen,

warna, kebersihan dan kemampuam mendengar. Pada klien CKD

lihat adanya uremic frost (Nursalam & Batticaca, 2009; Debora,

2017).

Palpasi:

Periksa ada tidaknya massa, elastisitas atau nyeri tekan pada tragus,

pada klien CKD kulit akan terasa kasar karena kering (Nursalam &

Batticaca, 2009; Debora, 2017).

3) Mata

Inspeksi:

Pada klien CKD akan tampak kalsifikasi (endapan mineral kalsium

fosfat) akibat uremia yang berlarut-larut di daerah pinggir mata, di

sekitar mata akan tampak edema, penglihatan kabur dan konjungtiva

akan terlihat pucat jika ada yang mengalami anemia berat

(Chamberlain’s, 2012;Haryono, 2013; Debora, 2017).

Palpasi:

Bola mata akan teraba kenyal dan melenting, pada sekitar mata akan

teraba edema (Chamberlain’s, 2012; Debora, 2017).


4) Hidung

Inspreksi:

Periksa adanya produksi sekret, ada atau tidak pernapasan cuping

hidung, kesimetrisan kedua lubang hidung, pada kulit akan telihat

kering dan kusam (Chamberlain’s, 2012; Debora, 2017).

Palpasi:

Periksa ada massa dan nyeri tekan pada sinus atau tidak, ada

dislokasi tulang hidung atau tidak, akan terasa kasar (Chamberlain’s,

2012; Debora, 2017).

5) Mulut

Inspeksi:

Pada saat bernapas akan tercium bau ammonia karena faktor uremik,

ulserasi pada gusi, bibir tampak kering (Williams & Wilkins, 2011).

6) Leher

Inspeksi:

Periksa ada massa atau tidak, pembengkakan atau kekakuan leher,

kulit kering, pucat, kusam (Williams & Wilkins, 2011; Debora,

2017).

Palpasi:

Periksa adanya pembesaran kelenjar limfe, massa atau tidak. Periksa

posisi trakea ada pergeseran atau tidak, kulit terasa kasar (Debora,

2017).
7) Dada

a) Paru

Inspeksi:

Pada klien CKD pergerakan dada akan cepat karena pola napas

juga cepat dan dalam (kusmaul), batuk dengan ada tidaknya

sputum kental dan banyak apabila ada edema paru batuk akan

produktif menghasilkan sputum merah muda dan encer, pada

kulit akan ditemukan kulit kering, uremic frost, pucat atau

perubahan warna kulit dan bersisik (Haryono, 2013; Prabowo &

Pranata, 2014).

Palpasi:

Periksa pergerakan dinding dada teraba sama atau tidak, terdapat

nyeri dan edema atau tidak, kulit terasa kasar dan permukaan

tidak rata (Debora, 2017).

Perkusi:

Perkusi pada seluruh lapang paru normalnya resonan dan pada

CKD pekak apabila paru terisi cairan karena edema (Debora,

2017).

Auskultasi:

Dengarkan apa ada suara napas tambahan seperti ronchi,

wheezing, pleural friction rub dan stridor (Debora, 2017).


b) Jantung

Inspeksi:

Normalnya akan tampak pulsasi pada ICS 5 midklavikula kiri

katup mitrialis pada beberapa orang dengan diameter normal 1-2

cm (Debora, 2017).

Palpasi:

Normalnya akan teraba pulsasi pada ICS 5 midkalvikula kiri

katup mitrialis (Debora, 2017).

Perkusi:

Normalnya pada area jantung akan terdengar pekak pada ICS 3-

5 di sebelah kiri sternum (Debora, 2017).

Auskultasi:

Pada klien CKD akan terjadi disritmia jantung dan akan

terdengar bunyi jantung murmur (biasanya pada lansia) pada

klien CKD yang memiliki hipertensi (Haryono 2013; Debora,

2017).

8) Abdomen

Inspeksi:

Kulit abdomen akan tampak mengkilap karena asites dan kulit

kering, pucat, bersisik, warna cokelat kekuningan, akan muncul

pruritus (Williams & Wilkins, 2011; Debora, 2017).

Auskultasi:

Dengarkan bising usus di keempat kuadran abdomen (Debora,

2017).
Perkusi:

Klien dengan CKD akan mengeluh nyeri pada saat dilakukan

pemeriksaan di sudut costo-vertebrae pada penderita penyakit ginjal

(Debora, 2017)

Palpasi:

Lakukan palpasi pada daerah terakhir diperiksa yang terasa nyeri,

teraba ada massa atau tidak pada ginjal (Debora, 2017).

9) Kulit dan kuku

Inspeksi:

Kuku akan menjadi rapuh dan tipis, kulit menjadi pucat, kering dan

mengelupas, bersisik, akan muncul pruritus, warna cokelat

kekuningan, hiperpigmentasi, memar, uremic frost, ekimosis, petekie

(Nursalam & Batticaca, 2009; Muttaqin & Sari, 2011; Williams &

Wilkins, 2011; Chamberlain’s, 2012)

Palpasi:

CRT > 3 detik, kulit teraba kasar dan tidak rata (Muttaqin & Sari,

2011).

Menurut Amano dkk (2017) tingkatan kulit kering menggunakan 5

poin skala kekeringan melalui visual.

Tabel 2.2 Skor kulit kering

Skor Deskripsi
0 Kulit normal, tidak mengelupas
1 Sedikit mengelupas, kulit tampak kasar, tampak sedikit keputihan
2 Mengelupas, permukaan agak kasar
3 Ditandai dengan adanya sisik dan tampak sedikit celah, kasar, tampak
Retakan
4 Bersisik parah, sangat kasar
(Sumber: Amano dkk, 2017)
Menurut Lai et al (2017) intensitas pruritus dapat diukur dengan

menggunakan NRS (Numerical Rating Scale).

Gambar 2.4 NRS (Pereira & Stander, 2016)

10) Genetalia

Inspeksi:

Lihat kebersihan genetalia, tampak lesi atau tidak (Debora, 2017).

11) Ekstermitas

Inspeksi:

Pada klien CKD terdapat edema pada kaki karena adanya gravitasi

biasanya ditemukan di betis dan paha pada klien yang bedrest,

kelemahan, kelelahan, kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik (Rendi

& Margareth, 2012; Haryono 2013)

Palpasi:

Turgor kulit > 3 detik karena edema, kulit teraba kering dan kasar

(Chamberlain’s, 2012)

3. Skor Resiko Gangguan integritas kulit

a) Menurut Amano dkk (2017) tingkatan kulit kering menggunakan 5

poin skala kekeringan melalui visual.


Tabel 2.2 Skor kulit kering

Skor Deskripsi
0 Kulit normal, tidak mengelupas
1 Sedikit mengelupas, kulit tampak kasar, tampak sedikit keputihan
2 Pengelupasan sedang, permukaan agak kasar
3 Ditandai dengan adanya sisik dan tampak sedikit celah, kasar, tampak
retakan
4 Bersisik parah, sangat kasar
(Sumber: Amano dkk, 2017)

b) Menurut Lai et al (2017) intensitas pruritus dapat diukur dengan

menggunakan NRS (Numerical Rating Scale) yang terbagi menjadi

5 kategori, yaitu angka 0 (tidak ada gatal), 1-3 (gatal ringan), 4-6

(gatal sedang), 7-8 (gatal berat), dan 9-10 (sangat gatal).

Gambar 2.4 NRS (Pereira & Stander, 2016)

4. Diagnosa Keperawatan

1) Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien yang menderita

CKD salah satunya adalah resiko gangguan integritas kulit

berhubungan dengan gangguan status metabolik, akumulasi ureum

dalam kulit, penurunan aktivitas, penurunan turgor kulit, sensasi

(neuropati perifer) dan sirkulasi seperti anemia dan iskemia jaringan

(Muttaqin & Sari, 2014).


2) Batasan karakteristik gangguan integritas kulit menurut Wilkinson &

Ahern (2012), yaitu:

a) Kerusakan pada lapisan kulit (dermis)

b) Kerusakan pada permukaan kulit (epidermis)

c) Invasi struktur tubuh

3) Faktor yang berhubungan menurut Wilkinson (2016)

1) Eksternal

a) Zat kimia

b) Usia yang ekstrem

c) Kelembapan

d) Hipertermia

e) Hipotermia

f) Faktor mekanik: terpotong, terkena tekanan, akibat restrain

g) Medikasi

h) Lembab

i) Imobilisasi fisik

j) Radiasi

2) Internal

a) Perubahan status cairan

b) Perubahan pigmentasi

c) Perubahan turgor

d) Faktor perkembangan

e) Kondisi ketidakseimbangan nutrisi

f) Penurunan imunologis
g) Penurunan sirkulasi

h) Kondisi gangguan metabolik

i) Gangguan sensasi

j) Tonjolan tulang
5. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.3 Intervensi keperawatanresiko gangguan integritas kulit pada klien CKD

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Tujuan jangka 1) Kembalinya 1) Observasi kondisi kulit 1) Menentukan apakah
panjang: integritas minimal sehari sekali klien mengalami
Klien permukaan untuk perubahan pada kehilangan sensai atau
terhindar dari kulit (Ackley warna dan tekstur, rasa sakit. Pemeriksaan
gangguan & Ladwiq) kondisi kulit atau luka secara sistematis bisa
integritas kulit 2) Klien akan (Ackley & Ladwig, mengenali masalah yang
setelah menjaga 2017). akan datang sejak awal
diberikan integritas (Ackley & Ladwig,
asuhan kulit dengan 2017).
keperawatan 3 memperlihatk 2) Observasi terhadap 2) Perubahan mungkin
x 24 jam an cara kekeringan kulit, disebabkan oleh
(Muttaqin & perawatan pruritus, ekskoriasi, penurunan aktivitas
Sari, 2014). kulit (Black dan infeksi (Muttaqin kelenjar keringat atau
& Hawks, & Sari 2014) pengumpulan kalsium
Tujuan jangka 2014) dan fosfat pada lapisan
pendek: 3) Menunjukan kutaneus (Muttaqin &
Klien pemahaman Sari 2014)
menunjukan tentang faktor 3) Observasi terhadap 3) Perdarahan yang
permukaan resiko adanya petekie dan abnormal sering
integritas kulit gangguan purpura (Muttaqin & dihubungkan dengan
dalam kondisi integritas Sari 2014) keadaan menurunnya
yang optimal kulit (Ackley jumlah dan fungsi
setelah & Ladwig, platelet akibat uremia
dilakukan 2017). (Muttaqin & Sari 2014)
tindakan 4) Kulit tidak 4) Observasi lipatan kulit 4) Daerah-daerah seperti ini
keperawatan 1 kering dan dan area yang sangat mudah
x 24 jam gatal mengalami edema mengalami injuri
(Muttaqin & (Muttaqin & Sari (Muttaqin & Sari 2014)
Sari 2014). 2014)
5) Hiperpigmen- 5) Observasi kondisi kulit 5) Tekanan ulserasi
tasi untuk klien yang biasanya terjadi pada
berkurang memiliki hambatan tulang yang menonjol
(Muttaqin & mobilitas dengan (Ackley & Ladwig,
Sari 2014). menutupi kulit dengan 2017).
6) Melaporkan tulang yang menonjol
perubahan (Ackley & Ladwig,
sensasi atau 2017).
nyeri area 6) Observasi perawatan 6) Disesuaikan dengan
yang beresiko kulit klien, catat jenis kondisi dan kebutuhan
(Ackley dan sabun dan bahan kulit klien (Ackley &
Ladwiq, pembersih lain yang Ladwig, 2017).
2017) digunakan,
temperature air dan
frekuensi
membersihkan kulit
(Ackley & Ladwig,
2017).
7) Anjurkan mandi dan 7) Mandi 2 kali sehari
menggunakan sabun untuk menjaga kulit
(PPNI, 2018) tetap bersih dan gunakan
sabun yang sesuai
dengan kondisi kulit
8) Lakukan penilaian 8) Untuk mengetahui
skor pada kulit kering tingkat kekeringan dan
dan pruritus klien gatal pada kulit klien
secara keseluruhan
9) Berikan bantalan pada 9) Mencegah terjadinya
titik tekan atau luka tekan pada area
tonjolan tulang (PPNI, tulang yang menonjol
2018)
10) Gunakan kasur khusus, 10) Mengurangi tekanan dan
jika perlu (PPNI, meratakan tekanan pada
2018) kulit (kasur angina,
kasur air bisa untuk
memberikan sensasi
dingin)
11) Berikan KIE tentang 11) Mengetahui penyebab
penyebab munculnya munculnya masalah kulit
masalah kulit
12) Gunting kuku dan 12) Memotong kuku untuk
pertahankan kuku tetap meminimalisir terjadinya
pendek dan bersih luka karena garukan
(Nursalam & (Nursalam & Batticaca,
Batticaca, 2009). 2009).
13) Lakukan mobilisasi 13) Mengurangi tekanan
dengan merubah posisi pada tonjolan tulang
klien sesuai kondisi (Black & Hawks, 2014)
klien tiap 2 jam
(Black & Hawks,
2014)
14) Pakai emolien, lotion 14) Emolien mengurangi
atau pelembab penguapan dan menjga
(minyak mineral, kelembapan kulit (Black
minyak bayi, lanolin) & Hawks, 2014)
(Black & Hawks,
2014)
15) Hindarkan bahan 15) Meminimalisir kulit
pembersih yang keras, kering dan iritasi
air panas, gesekan kuat (Ackley & Ladwig,
dan ekstrim atau sering 2017).
membersihkan (Ackley
& Ladwig, 2017).
16) Gunakan pakaian 16) Meminimalkan iritasi
katun yang longgar, dan gatal (Black &
tipis dan dingin (Black Hawks, 2014)
& Hawks, 2014)
17) Menjaga linen tetap 17) Menimalisir gesekan
bersih, kering dan antara kulit kering dan
bebas dari kerutan sprei (Bulechek et al,
(Bulechek et al, 2013) 2013)
18) Mandikan dengan air 18) Meminimalisir kulit
hangat suam-suam kering dan terjadinya
kuku (32,2-40,5°C) irirtasi karena gesekan
dan keringkan dengan (Bulechek et al, 2013)
menepuk (Bulechek et
al, 2013)
19) Kolaborasi dalam 19) Mengurangi stimulus
pemberian obat gatal pada kulit
antipruritus sesuai (Muttaqin & Sari, 2014).
anjuran (Muttaqin &
Sari 2014)
20) Kolaborasi pemberian 20) Mengurangi retensi
diuretik (Black & cairan dan meningkatkan
Hawks, 2014) diuresis (Black &
Hawks, 2014)
21) Catat intake-output 21) Untuk mempertahankan
dan hitung balans keseimbangan cairan
cairan 24 jam (PPNI,
2018)
22) Diskusikan tentang 22) Menurunkan kadar
pilihan terapi dialisis ureum dalam darah
(hemodialisa,
peritoneal dialisis)
(PPNI, 2018)

(Ackley & Ladwig, 2017; Black & Hawks, 2014; Muttaqin & Sari 2014, PPNI, 2018)

6. Implementasi Keperawatan

Implementasi digunakan untuk membantu klien dalam mencapai tujuan

yang sudah ditetapkan melalui penerapan rencana asuhan keperawatan

dalam bentuk intervensi. Pada tahap ini perawat harus memiliki kemampuan

dalam berkomunikasi yang efektif, mampu menciptakan hubungan saling

percaya dan saling bantu, observasi sistematis, mampu memberikan

pendidikan kesehatan, kemampuan dalam advokasi dan evaluasi (Asmadi,

2008). Implementasi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana perawatan. Tindakan ini mncangkup tindakan mandiri dan

kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2011).

7. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi bertujuan untuk mencapai tujuan yang sudah disesuaikan dengan

kriteria hasil selama tahap perencanaan yang dapat dilihat melalui

kemampuan klien untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2012).


Berdasarkan masalah CKD yang dialami, maka evaluasi keperawatannya,

yaitu:

1) Kembalinya integritas permukaan kulit (Ackley & Ladwiq, 2017)

2) Klien dapat menjaga integritas kulit dengan memperlihatkan cara

perawatan kulit(Black & Hawks, 2014)

3) Klien dapat menunjukan pemahaman tentang faktor resiko gangguan

integritas kulit (Ackley & Ladwig, 2017)

4) Kulit tidak kering dan tidak gatal (Muttaqin & Sari, 2014)

5) Berkurangnya hiperpigmentasi (Muttaqin & Sari, 2014)

6) Melaporkan perubahan sensasi atau nyeri area yang beresiko

(Ackley dan Ladwiq, 2017)


42
LAPORAN KASUS

“ASKEP DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE”

Disusun Oleh :

AZIZAH NURAINI

2030282008

Dosen Pembimbing :

Ns. Muhammad Arif M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2020
47
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

Tabel 4.1 Identitas Klien

Identitas Klien Klien 1 Klien 2


Nama Ny. I Tn. H
Umur 66 tahun 52 tahun
Jenis kelamin Perempuan Laki-laki
Suku Jawa Jawa
Pekerjaan Ibu rumah tangga Swasta
Pendidikan terakhir SD SMP
Agama Islam Islam
Status Perkawinan Kawin Kawin
Alamat Kebonagung Segaran
Tanggal MRS/ pukul 21 Februari 2019/ 17.20 4 Maret 2019/ 07.30
Tanggal pengkajian/ pukul 1 Maret 2019/ 14.45 6 Maret 2019/ 15.00
Diagnosa medis Hipoglikemia + Chronic End Stage Renal
Kidney Disease Stage V Disease + Vomiting
+ Diabetes Mellitus+ Dehidrasi + Anemia
Acute Decompensated
Heart Failure

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Table 4.2 Riwayat Penyakit

Riwayat Klien 1 Klien 2


Penyakit
Keluhan Kulit kering dan kehitaman Kulit kering, terasa kasar, sedikit
Utama kekuningan dan kehitaman
Riwayat Pada tanggal 21 Februari keluarga Pada tanggal 4 Maret pukul 07.30
Penyakit membawa Ny. I ke IGD RS Panti WIB keluarga membawa Tn. H ke
Sekarang Waluya Sawahan Malang pukul IGD RS Panti Waluya Sawahan
17.20 WIB karena mengalami Malang karena mengalami
penurunan kesadaran, keluar bengkak pada kaki kanan, kulit
keringat dingin dan terdengar suara tubuh mulai dari dada sampai ke
nafas ngorok. Di IGD didapatkan wajah berwarna kekuningan, kulit
hasil pemeriksaan GD low dan hasil kering, sedikit bersisik dan sedikit
pemeriksaan TD 180/ 90 mmHg, mengelupas, BAK keluar sedikit
RR 18 x/menit, nadi 82 x/menit, serta mual dan muntah sejak
suhu 36°C, saturasi 90% sehingga tanggal 2 Maret. Di IGD
diberi terapi oksigenasi didapatkan hasil pemeriksaan TD
menggunakan nasal canul 3 lpm 180/110 mmHg, nadi 100 x/i,
dan saturasi menjadi 98-99 %, klien suhu 36,2°C, RR 26 x/i, saturasi
mendapat terapi IVFD D5% 10 tpm, 89% dan dengan oksigen nasal
D40% 50 ml dan dipasang kateter canul 3 lpm 98-99%, GDA 105
folley ukuran 16, wajah, kaki dan mg/dL, keluhan mual muntah
tangan bengkak. Pemeriksaan sejak 3 hari sebanyak 5-7 x/hari,
terakhir sebelum klien dipindahkan dada terasa panas saat dibuat
dilakukan foto thorax. Oleh Dr. M bernapas, badan lemas, nafsu
klien didiagnosa awal Hipoglikemia makan menurun, BAK keluar
+ DM + ADHF Pemeriksaan sedikit, konjungtiva anemis. Di
terakhir di IGD didapatkan GCS IGD klien mendapat terapi infus
456, TD 140/70 mmHg, nadi 82x/i, NS 10 tpm, injeksi ondansentron 8
RR 18x/i. Setelah itu klien mg 1 ampul, injeksi ranitidine 1
dipindahkan ke ruang rawat inap ampul. Di IGD juga dilakukan
Pavilliun St. Maria kamar 39 pada cek DL, Ur/Cr, SE, thorax dan
pukul 17.55 WIB. Akan tetapi EKG. Oleh Dr. A diagnosa
setelah seminggu bengkak pada sementara yaitu Vomiting
klien tidak berkurang dan BAK dehidrasi ringan + anemia + susp
yang keluar hanya sedikit, warna ESRD. Pemeriksaan terakhir
kuning pekat. Oleh Dr. P dianjurkan sebelum klien dipindahkan ke
untuk cek lab faal ginjal pada ruang rawat inap yaitu kondisi
tanggal 26 Februari dan di dapatkan lemas, GCS 456, TD 170/100
hasil BUN 60.0 mg/dL, kreatinin mmHg, suhu 36,2°C, RR 23 x/i,
6.38 mg/dL, asam urat 8.0 mg/dL, nadi 89 x/i. Lalu pada pukul 08.10
ureum 128.4 mg/dL. Pada USG klien dipindahkan ke ruang rawat
abdomen ditemukan ginjal kanan inap Pavilliun St. Maria kamar 49
kiri mengecil. Dari hasil tersebut bed 2. Dari hasil pemeriksaan DL
oleh Dr. P klien didiagnosa CKD didapatkan jumlah eritrosit 2.55
stage V pada tanggal 27 Februari (L), Hb 7,2 (L), Ur/Cr yaitu
dan dianjurkan untuk HD tetapi Ureum 263.6 mg/dL, BUN 123.2
keluarga menolak dengan alasan mg/dL, kreatinin 13.07 mg/Dl, SE
usia sudah tua. Klien dibatasi dalam batas normal. Oleh Dr. A
minum sehari 600 ml. Untuk klien didiagnosa ESRD dan
mengurangi bengkak di pasang dianjurkan untuk segera HD.
syringe pump Lasix 10 mg/jam Klien dibatasi minum sehari 600
sampai tanggal 29 Februari diganti ml. Setelah HD pada hari itu juga,
dengan injeksi Lasix 3x20 mg. Pada hasil ureum menjadi 126.4 mg/dL,
hari jumat tanggal 1 Maret pukul BUN 59.1 mg/dL, kreatinin 5. 68
14.45 WIB dilakukan pengkajian mg/dL. Pada tanggal 6 klien
kembali dan didapatlan hasil melakukan HD untuk yang kedua
pengkajian TD 140/70 mmHg, suhu kalinya dengan hasil ureum 98,1
36,5°C, nadi 88 x/i, RR 22 x/i, mg/dL, BUN 45.0 mg/dL,
SPO2 97%. Terpasang oksigen kreatinin 4.23 mg/dL. Pada hari
nasal canul 3 lpm, urine 400 ml dari Rabu 6 Maret jam 15.10 WIB
jam 05.00 pagi sampai jam 14.45 dilakukan pengkajian dan
WIB. Klien mengatakan mulai didapatkan hasil TD 140/70
mengalami perubahan kulit sebelum mmHg, suhu 36°C, nadi 83 x/i,
masuk RS selama kurang lebih 5 RR 20 x/i. Klien dan keluarga
hari sekitar tanggal 15 Februari mengatakan semenjak sakit ginjal
dimana kulit menjadi kering dan kulit kalien menjadi kering tidak
kehitaman. Pada bagian kulit tubuh lembab seperti biasanya,
yang hiperpigmentasi ditemukan di kekuningan, warna kulit menjadi
area wajah, tangan dan kaki. Kulit tidak seperti kulit normal atau
mengkilap pada lengan bawah dan pucat. Selain itu klien juga
kaki. Kulit tampak sedikit mengatakan kulitnya pernah
mengelupas pada area siku tangan menjadi terasa kasar dan sedikit
kanan. Kulit kering pada betis, bersisik terutama tangan dan kaki
dekat siku tangan dan wajah. Klien oleh keluarga diberikan lotion.
mengatakan kulit tidak terasa gatal. Keluarga klien mengatakan sekitar
Saat dilakukan penilaian untuk skor tanggal 2 Maret pada kaki sebelah
kulit kering didapatkan skor 1 kanan sempat bengkak dan saat
karena tampak ada keputihan, dilakukan pengkajian pada tanggal
sedikit mengelupas dan tampak 6 Maret tidak ditemukan odem
kasar, lalu untuk skor pruritus 0. pada tubuh karena sudah
Klien tampak berbaring di atas mendapat terapi injeksi Lasix 3x2
tempat tidur dan kulit tampak odem. ampul, tidak ada pitting edema,
Pitting edema 2 mm (derajat 1) dan turgor kulit 2 detik. Pada bagian
kembali dalam waktu 6 detik. yang mengalami hiperpigmentasi
dan kering ditemukan di area kaki
dan tangan. Lalu sedikit
mengelupas pada area tangan
dekat siku. Klien tidak
mengeluhkkan rasa gatal pada
kulit. Saat dilakukan penilaian
untuk skor kulit kering didapatkan
skor 1 karena tampak keputihan,
sedikit kasar, dan sedikit
mengelupas. Skor pruritus pada
klien 0.
Riwayat Keluarga mengatakan pada bulan Klien dan keluarga mengatakan 6
Penyakit Agustus 2018, pernah masuk rumah bulan yang lalu pernah masuk
Dahulu sakit dan dirawat di kamar 45 ruang rumah sakit di RS BM di Malang
Pavilliun St. Maria RS Panti karena DM yang diderita selama 2
Waluya Sawahan Malang karena tahun, Hipertensi selama sekitar
mengalami hipoglikemia dan klien 1,5 tahun dan 2 bulan yang lalu
mengatakan jantung sempat karena gagal ginjal. Klien
bengkak. Klien menderita DM disarankan untuk HD tetapi tidak
sekitar 10 tahun dan Hipertensi mau karena takut saat ditusuk –
lebih dari 3 tahun. Klien pernah tusuk dengan jarum selain itu juga
terjatuh di kamar mandi sekitar tidak ada fasilitas HD di RS BM.
tanggal 18 Februari 2019 dan
dibawa periksa ke klinik di
Mulyorejo.
Riwayat Keluarga dan klien mengatakan Klien mengatakan keluarga tidak
Penyakit tidak tau memiliki riwayat penyakit
Keluarga keturunan seperti DM, HT, asma.

: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Klien
: Pernikahan : Laki-laki : Meninggal
: Tinggal bersama : Perempuan : Klien
: Keturunan : Pernikahan
: Tinggal bersama
: Keturunan
Riwayat Keluarga klien mengatakan klien Klien mengatakan tidak memiliki
Alergi tidak memiliki alergi makanan alergi pada makanan maupun obat
maupun obat

C. Pola Konsep Diri

Table 4.3 Persepsi Diri


Persepsi Diri Klien 1 Klien 2
Gambaran diri Klien mengatakan menyukai Klien mengatakan bersyukur
seluruh anggota tubuhnya dengan anggota tubuhya dari ujung
namun klien merasa tidak kepala sampai kaki namun klien
nyaman dengan memiliki kulit merasa tidak nyaman saat tubuh
yang kering karena terasa mulai mengalami perubahan warna
kasar selain itu tubuhnya menjadi kuning dan memiliki kulit
bengkak. kering yang terasa kasar saat
disentuh.
Identitas diri Klien mengatakan dirinya Klien mengatakan dirinya seorang
adalah seorang nenek dari 3 ayah dari 2 orang anak perempuan
orang cucu 1 laki-laki dan 2 dan suami dari 1 orang istri serta
perempuan kakek dari 2 orang cucu
Peran diri Klien mengatakan saat di Klien mengatakan seorang kepala
rumah adalah seorang istri keluarga, suami, ayah dan kakek
dari dari 2 orang cucu. Setelah
1 orang suami, ibu dari 1 menderita sakit ginjal klien merasa
orang anak laki-laki dan nenek menjadi beban bagi istri dan
dari 3 orang cucu. Saat sakit anaknya.
klien merasa menjadi beban
bagi keluarga.
Ideal diri Klien mengatakan ingin cepat Klien mengatakan ingin segera
sembuh dan pulang ke rumah pulang dan cepat sembuh serta
karena tidak betah berada di kembali bisa bekerja seperti saat
RS sebelum sakit. Klien juga ingin bisa
bermain bersama dengan cucunya
Harga diri Klien mengatakan saat sakit Klien mengatakan semenjak sakit
sedih karena diusianya yang sudah tidak bekerja lagi sehingga
senja keluar masuk RS serta yang bekerja adalah istri dan
harus merepotkan anak dan anaknya. Klien merasa sedih
menantunya. Saat sakit klien karena dengan sakitnya menambah
merasa aneh karena tubuhnya biaya pengeluaran. Setelah sakit
bengkak. klien juga mengalami perubahan
pada kulit menjadi kekuningan dan
kering kusam dan sempat bersisik
sehingga klien merasa sedikit malu.
Hubungan sosial Di rumah: Klien berhubungan Di rumah: Klien memiliki
baik dengan tetangga dan serta hubungan yang baik dengan
keluarganya yang selalu saudara, keluarga dan tetangga
membantu saat butuh bantuan sekitar rumah. Keluarganya selalu
atau sakit meluangkan waktu unuk
berkunjung dan membantu jika
butuh bantuan

Di rumah sakit: Klien Di rumah sakit: Klien memiliki


memiliki hubungan yang baik hubungan yang baik dengan teman
dengan perawat serta dokter sekamar dan terutama pada tenaga
meskipun klien lebih banyak kesehatan klien sangat kooperatif
tidur dan menutup mata, saat dilakukan tindakan
namun saat dibangunkan dan
diberi pertanyaan serta
tindakan klien kooperatif
Spiritual Di rumah: Klien beragama Di rumah: Klien beragama Islam
Islam dan rutin mengikuti dan rutin mengikuti ibadah baik
kegiatan pengajian pengajian ataupun ke masjid

Di rumah sakit: Klien saat Di rumah sakit: Klien berdoa di


merasa sakit berdoa meminta atas tempat tidur untuk diberikan
kesembuhan dan kekuatan kelancaran selama menjalani
agar sakit yang dirasakan pengobatan dan diberikan
dapat berkurang kesembuhan serta kekuatan
Kecemasan Keluarga mengatakan klien Klien mengatakan pasrah akan
merasa cemas saat sendiri di penyakitnya dan bisa menerima
ruang rawat inap dan akan karena atas saran dari dokter agar
terbangun tetapi saat ada yang tekanan darah klien juga tidak
menemani klien lebih banyak tinggi
tidur. Klien juga pernah
melempar bantal dan guling ke
lantai karena ingin cepat
pulang ke rumah
Kehilangan Depression: Klien merasa Acceptance: Klien mengatakan
(Kubbler-Ross) tidak betah berada di rumah dapat menerima keadaannya yang
sakit dan ingin segera pulang sakit dan pasrah pada Tuhan. Klien
ke rumah juga berusaha menerima akibat dari
gaya hidupnya yang dulu tidak
sehat karena minum air putih
sedikit dan lebih banyak minum-
minuman penambah stamina

D. Perubahan Pola Kesehatan

Tabel Perubahan pola kesehatan

Pola Klien 1 Klien 2


Kesehatan
Pola nutrisi Di rumah: Klien makan 3x Di rumah: Klien makan 2-3x
sehari. Minum sehari 500-1500 sehari tidak teratur terkadang
cc/hari. hanya pagi dan sore dengan
Jenis makanan: selama di rumah hanya menghabiskan setengah
klien makan 3x setiap hari pada porsi sedang atau sekitar 5-7
sekitar jam 07.00 WIB, 12.30 sendok.
WIB dan 18.00 WIB. Setiap Jenis makanan: nasi, jika ada
Kali makan menghabiskan 1 makanan berkuah hanya
porsi piring sedang yang terdiri diambil kuahnya saja dan
dari nasi, sayur bening, ikan sayurnya tidak dimakan, tahu
tahu atau tempe dan selalu dan tempe, ayam kampung.
habis. Klien juga terkadang Untuk minum dulu saat masih
minum teh tawar 2x sehari dan bekerja sebagai sopir klien
air putih sekitar 5-7 gelas sering mengkonsumsi minuman
ukuran sedang. Klien juga penambah stamina baik dalam
mengurangi mengosumsi kue kemasan siap minum maupun
yang manis seperti kadang kue yang diseduh dalam sehari bisa
bolu hanya makan 1-2 potong.. 2-3 botol atau 2 gelas besar.
Klien dapat memenuhi Dalam sehari klien juga bisa
kebutuhan nutrisi secara minum kopi 4-6 gelas sedang
mandiri. Saat di rumah klien sehari. Klien juga jarang minum
taat diit dengan mengurangi air putih dalam sehari hanya
mengonsumsi makanan dan minum sekitar 2 gelas. Saat di
minuman yang manis dalam rumah klien dapat memenuhi
jumlah banyak kebutuhan nutrisinya secara
mandiri. Setelah keluar dari RS
klien diet rendah makanan yang
mengandung protein, rendah
garam dan minum sekitar 4-5
gelas sehari

Di rumah sakit: Klien makan 3x Di rumah sakit: Klien makan 3x


sehari dengan diit nasi tim DM sehari dengan diit nasi tim
1700kal DJ lauk cincang dan rendah purin dan selama 2 hari
hanya menghabiskan setengah hanya menghabiskan sekiatr 4-6
porsi atau sekitar 5-7 sendok. sendok karena merasa mual.
Jenis makanan: nasi tim, daging Jenis makanan: nasi tim, tempe,
cincang, sayur bening. Klien tahu goreng dan tidak mau ikan
minum 1-2 gelas sehari namun serta ayam. Klien minum air
terkadang 1 gelas tidak habis putih sekitar 1-2 gelas dan teh 1
dan teh 1x sehari setiap pagi x sehari setiap pagi dengan gula
dengan gula diabetasol yang diabetasol. Minum dibatasi 600
terkadang tidak diminum. ml perhari
Minum dibatasi 600 ml perhari
Pola eliminasi Di rumah: Klien BAB 1-2 x Di rumah: Klien BAB sekitar
sehari dengan konsistensi lunak, 1x sehari dengan konsistensi
warna kuning kecoklatan dan lunak, warna kuning kecoklatan
berbau khas BAB. BAK 3-4 x dan berbau khas BAB. BAK 3-
sehari dengan konsistensi cair 5x sehari dan hanya keluar
dan keluar sedikit-sedikit, warna sedikit selama 2 bulan terakhir
kuning keruh dan berbau khas dan berwarna kuning keruh, bau
urine. khas urine.

Di rumah sakit: Klien BAB 4 Di rumah sakit: klien BAB 1x


hari setelah di RS dengan selama 3 hari setelah di RS
konsistensi lunak, berbau dan dengan konsistensi kuning
berwarna coklat. Pada klien kecoklatan, lunak dan berbau
terpasang kateter ukuran 16 dan khas BAB. Untuk BAK sekitar
saat pengkajian terdapat 400 ml 4-6x sehari dan hanya keluar
urine selama 10 jam dan sedikit selama 2 hari dan
berwarna kuning jernih. berwarna kuning keruh. Saat
Sebelumnya keluarga BAK dan BAB klien
mengatakan urine klien menggunakan pispot dan
berwarna kuning keruh dan dibantu dengan keluarga.
hanya sekitar 100-150 ml Jumlah urine tidak terkaji
selama 7 jam sebelum diberi karena BAK menggunakan
obat Lasix melalui syringe pispot dan oleh keluarga
pump. langsung dibuang. Setelah
diberikan injeksi furosemidedan
HD urine klien keluar lebih
banyak dari sebelumnya.
Pola cairan Keluarga mengatakan BB Klien mengatakan BB sebelum
sebelum sakit 51 kg saat periksa sakit ginjal 60 kg tapi setelah
ke klinik BB klien menjadi 55 terkena penyakit ginjal BB
kg. Keluarga mengatakan klien menjadi 54 kg. Klien minum 2
minum hampir 1 gelas air putih gelas air putih sejak jam 10.00
dari jam 12.00 WIB dan urine WIB, dan minum dibatasi 600
sebanyak 240 ml selama 6 jam. ml perhari. Setelah HD, klien
Klien dibatasi minum 600 ml mengatakan urine yang keluar
perhari. lebih banyak daripada sebelum
HD.
Pola Di rumah: klien mandi 2x/hari Di rumah: klien mandi 1x
kebersihan diri dengan menggunakan sabun sehari saat sore hari dengan
antibakteri yang mengandung menggunakan sabun antibakteri
gliserin dan alkohol. Dan saat yang mengandung gliserin dan
mencuci wajah atau badan klien alkohol. Klien menggosok gigi
menggosok secara berlebihan 2x sehari dan keramas 3x
hingga daki atau kotoran benar- seminggu. Pola kebersihan diri
benar hilang, gosok gigi 2x dilakukan secara mandiri.
sehari, keramas 2x seminggu
dan pola kebersihan diri
dilakukan secara mandiri.

Di rumah sakit: klien mandi 1x Di rumah sakit: klien mandi 2x


sehari dengan diseka saat pagi sehari dengan diseka oleh
hari oleh perawat. Selama di RS keluarga, dan menggosok gigi
klien belum keramas. 1x sehari saat pagi. Selama di
RS klien belum keramas.
Pola aktivitas Di rumah: klien sebagai seorang Di rumah: klien selama 2 bulan
istri tinggal bersama dengan terakhir hanya mengahabiskan
suaminya. Kadang klien waktunya di rumah bermain
membersihkan rumah dan bersama cucu dan beristirahat
kamar mandi. Saat waktu luang karena kondisi tubuh yang
klien menghabiskan waktu kurang sehat.
dengan membuat hiasan dinding
untuk dijual apabila ada yang
pesan atau diberikan pada
keluarga

Di rumah sakit: klien hanya Di rumah sakit: klien hanya


menghabiskan waktunya dengan menghabiskan harinya dengan
berbaring di atas tempat tidur berbaring di atas tempat tidur
karena kondisi tubuh klien yang dan duduk karena kondisi tubuh
lemas, bengkak serta terpasang klien yang lemas
oksigen nasal canul 3 lpm
Pola istirahat Di rumah: klien tidak pernah Di rumah: klien selama 2 bulan
tidur tidur saat siang hari dan saat terakhir tidur siang sekitar ±1-2
malam hari klien tidur ±7-8 jam jam. Dan saat malam hari 7-8
jam.

Di rumah sakit: klien lebih Di rumah sakit: klien selama di


banyak tidur dan hanya rumah sakit biasanya tidur
terbangun sebentar atau ketika siang sekitar 1 jam dan saat
dibangunkan paling lama 30 malam hari 7-8 jam.
menit terbangun. Saat sendirian
di ruangan klien akan terjaga
akan tetapi jika terdapat banyak
orang di ruangan klien lebih
banyak tidur dan saat malam
haripun sama.

E. Pemeriksaan fisik

Tabel Pemeriksaan fisik klien CKD

Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2


Keadaan Umum Cukup Cukup
Kesadaran Composmentis Composmentis
GCS E 3, V 5, M 6 E 4, V 5, M 6
TTV a) TD: 140/70 mmHg a) TD: 140/70 mmHg
b) Suhu: 36,5 °C b) Suhu: 36 °C
c) Nadi: 88x/i c) Nadi: 83 x/i
d) RR: 22 x/i d) RR: 20 x/i
Pemeriksaan Inspeksi: Klien memiliki bentuk Inspeksi: Klien memiliki bentuk
Kepala kepala normochepal, rambut kepala normochepal, rambut
klien tampak putih, tipis dan klien tampak rontok, persebaran
rontok, persebaran tidak merata, warna rambut tidak merata,
tidak tampak massa dan lesi, tidak tampak massa dan lesi,
kulit wajah tampak keriput, kulit wajah tampak kering, kulit
hiperpigmentasi dan kering. kepala tampak bersih, wajah
tampak sedikit kekuningan.

Palpasi: Tidak teraba massa, Palpasi: Tidak teraba massa,


tidak terdapat nyeri tekan, kulit tidak terdapat nyeri tekan, kulit
kepala teraba kasar kepala terasa kasar
Pemeriksaan Mata Inspeksi: Mata klien tampak Inspeksi: Mata klien tampak
simetris kiri dan kanan, tidak simetris kiri dan kanan, tidak
tampak massa dan lesi. Kedua tampak massa dan lesi. Kedua
alis simetris kiri dan kanan, alis klien simetris dan berwarna
warna tidak merata, tidak hitam, tidak tampak lesi. Bola
tampak lesi. Bola mata dapat mata dapat bergerak megikuti
bergerak mengikuti pergerakan pergerakan tangan. Sklera
tangan. Sklera tampak putih berwarna putih susu.
susu. Konjungtiva tampak Konjungtiva tampak pucat.
pucat. Pupil tampak isokor, Pupil tampak isokor, reflek
reflek cahaya +/+. cahaya +/+.

Palpasi: Kedua bola mata Palpasi: Kedua bola mata klien


tampak kenyal dan tidak teraba teraba kenyal dan tidak teraba
massa atau nyeri tekan massa atau nyeri tekan

Keterangan: Penglihatan klien Keterangan: Penglihatan klien


kabur saat melihat jauh kabur saat melihat sesuatu yang
jauh
Pemeriksaan Inspeksi: Kedua telinga tampak Inspeksi: Kedua telinga klien
Telinga simetris kiri dan kanan. Kondisi tampak simetris kiri dan kanan.
kedua lubang telinga terdapat Kondisi kedua lubang telinga
serumen, tidak ada pendarahan, sedikit kotor, tidak ada
tidak tampak massa dan lesi, pendarahan, gendang telinga
gendang telinga tampak utuh. tampak utuh, tidak tampak
massa dan lesi. Kulit berwarna
sedikit kekuningan.

Palpasi: Tidak terdapat nyeri Palpasi: Tidak terdapat nyeri


tekan pada tragus, tidak teraba tekan pada tragus, tidak teraba
massa massa

Keterangan: Klien mengalami Keterangan: Pendengaran klien


penurunan pendengaran masih normal
Pemeriksaan Inspeksi: Hidung tepat ditengah. Inspeksi: Hidung tepat ditengah.
Hidung Kondisi kedua lubang hidung Kondisi kedua lubang hidung
simetris antara kiri dan kanan, tampak sedikit kotor, tampak
tampak kotor, tampak kering, kering dan sedikit kekuningan,
terpasang oksigen nassal canul tidak tampak massa atau lesi,
3 lpm, tidak tampak massa atau tidak terdapat pernapasan
lesi, tidak terdapat pernapasan cuping hidung
cuping hidung.

Palpasi: Tidak teraba massa dan Palpasi: Tidak teraba massa dan
nyeri tekan pada sinus, tidak ada nyeri tekan pada sinus, tidak ada
dislokasi tulang hidung, kulit dislokasi tulang hidung, kulit
teraba kasar teraba kasar

Keterangan: Penciuman klien Keterangan: Klien masih


masih normal karena masih mampu mengenali bau
mengenali bau
Pemeriksaan Mulut Inspeksi: Bibir simetris kiri dan Inspeksi: Bibir simetris kiri dan
kanan, tepat berada di tengah, kanan, tepat berada di tengah,
tidak tampak ulserasi pada gusi, tidak tampak ulserasi pada gusi
gigi sudah tidak ada dan dan berwarna hitam, gigi
memakai gigi palsu, bibir kekuningan, bibir tampak
tampak kering, uvula tepat kering, uvula berada tepat di
berada di tengah dan berwarna tengah dan berwarna merah
merah muda, tidak ada muda, tidak ada pembesaran
pembesaran tonsil (T1) tonsil (T1)

Keterangan: Klien mengatakan Keterangan: Klien mengatakan


bisa merasakan pahit, manis, masih bisa membedakan rasa
asin dan asam manis, asin, asam dan pahit
Pemeriksaan Leher Inspeksi: Tidak tampak Inspeksi: Tidak tampak
deformitas pada trakea, tidak deformitas pada trakea, tidak
tampak massa dan lesi, tidak tampak massa dan lesi, tampak
ada kekakuan, tidak tampak agak kekuningan, tidak tampak
pembesaran vena jugularis dan pembesaran pada vena jugularis
kelenjar limfe dan kelenjar limfe

Palpasi: Trakea tepat berada di Palpasi: Trakea tepat berada di


tengah dan tidak teraba tengah dan tidak teraba
deformitas, tidak teraba massa, deformitas, tidak teraba massa,
tidak teraba pembesaran pada tidak teraba pembesaran pada
vena jugularis dan kelenjar vena jugularis dan kelenjar
limfe, kulit tidak terasa kasar limfe, kulit tidak terasa kasar
Pemeriksaan Dada a) Paru-paru a) Paru-paru
Inspeksi: Bentuk dada Inspeksi: Bentuk dada
normal. Pergerakan dada normal, kulit tampak sedikit
klien cepat, kulit tampak kekuningan, kulit tampak
kering, pergerakan dada kering, pergerakan dada
simetris antara kanan dan simetris antara kanan dan
kiri kiri, terpasang double lumen
di supraclavikula dekstra

Palpasi: Tidak terdapat Palpasi: Tidak tampak


nyeri tekan, pergerakan odem, tidak terdapat pitting
dinding dada antara kanan edema, tidak terdapat nyeri
dan kiri teraba sama tekan, taktil fremitus teraba
sama, tidak teraba massa

Perkusi: Terdengar resonan Perkusi: Terdengar resonan


pada seluruh lapang paru pada seluruh lapang paru
Auskultasi: Tidak terdengar Auskultasi: Tidak terdengar
suara nafas tambahan, suara nafas tambahan,
terdengar vaskuler dan terdengar vaskuler dan
teratur teratur

Whezzing Ronchi Whezzing Ronchi

b) Jantung b) Jantung
Inspeksi: Tidak tampak Inspeksi: Tidak tampak
pulsasi Ictus Cordis pada pulsasi Ictus Cordis pada
ICS 5 midclavikula sinistra. ICS 5 midclavikula sinistra,
Pergerakan dada klien cepat, pergerakan dada simetris
kulit tampak kering, antara sinistra dan dekstra,
pergerakan dada simetris tidak tampak massa atau
antara kanan dan kiri, tidak lesi, kulit tampak sedikit
tampak massa atau lesi. kekuningan, kulit tampak
kering.

Palpasi: Teraba pulsasi Ictus Palpasi: Teraba pulsasi pada


Cordis pada ICS 5 Ictus Cordis pada ICS 5
midclavikula sinistra tidak midclavikula sinistra tidak
lebih dari 1 cm. lebih dari 1 cm.

Perkusi: Terdengar pekak Perkusi: Terdengar pekak


pada ICS 3 dekstra dan ICS pada ICS 3 dekstra dan ICS
3,4 dan 5 sinistra sebelah 3, 4 dan 5 sinistra sebelah
kiri sternum kiri sternum

Auskultasi: Auskultasi:
BJ 1: Terdengar tunggal di BJ 1: Terdengar tunggal di
ICS 2 (aorta) dekstra dan ICS 2 (aorta) dekstra dan
ICS 5 (mitrialis) sinistra/ lup ICS 5 (mitrialis) sinistra/ lup
BJ 2: Terdengar tunggal di BJ 2: Terdengar tunggal di
ICS 4 (trikuspidalis) dekstra ICS 4 (trikuspidalis) dekstra
dan 2 (pulmonal) sinistra/ dan 2 (pulmonal) sinistra/
dup dup
BJ 3: Tidak terdengar suara BJ 3: Tidak terdengar suara
jantung tambahan jantung tambahan
Pemeriksaan Inspeksi: Abdomen tampak Inspeksi: Persebaran warna kulit
Abdomen asites, kulit kendur, persebaran tidak merata, kulit tampak
warna kulit merata, kering, tidak kering, tidak tampak massa atau
tampak massa atau lesi lesi, tidak tampak asites

Auskultasi: Bising usus 12 x/i Auskultasi: Bising usus 10 x/i

Perkusi: Terasa gelombang Perkusi: Tidak terasa adanya


cairan, terdengar shifting gelombang cairan, terdengar
dullness saat klien tidur miring timpani

Palpasi: Tidak terdapat nyeri Palpasi: Tidak terdapat nyeri


tekan, tidak teraba massa tekan, tidak teraba adanya
massa
Pemeriksaan Kulit Inspeksi: Persebaran warna kulit Inspeksi: Persebaran warna kulit
dan Kuku tidak merata. Pada wajah, tidak merata pada bagian dada
tangan dan kaki mengalami sampai kepala berwarna agak
hiperpigmentasi. Pada lengan kekuningan sedangkan dari dada
bawah dan kaki tampak sampai kaki berwarna sawo
mengkilap. Kulit tampak sedikit matang, Pada bagian yang
mengelupas pada area siku mengalami hiperpigmentasi dan
tangan. Kulit tampak kering kering ditemukan di area kaki
pada betis, dekat siku tangan dan tangan. Lalu sedikit
dan wajah. Skor kulit kering 1 mengelupas di area tangan dekat
karena tampak ada keputihan, siku dan kaki bagian bawah
sedikit mengelupas dan tampak luar. Skor kulit kering 1 karena
kasar. Skor pruritus 0, tampak tampak ada keputihan, sedikit
odem, tidak tampak massa dan mengelupas, dan sedikit kasar.
lesi, kuku tampak tidak rata Skor pruritus 0, tidak tampak
odem, tidak tampak massa atau
lesi, kuku tampak tidak rata

Palpasi: Tidak teraba massa, Palpasi: Tidak teraba massa,


tidak terdapat nyeri tekan, kulit tidak terdapat nyeri tekan, CRT
teraba kasar, terdapat pitting 2 detik, turgor kulit kembali
edema 2 mm (derajat 1), dalam 2 detik, tidak teraba
terdapat odem dan kembali 6 odem dan tidak terdapat pitting
detik, CRT 3 detik edema, kulit teraba kasar pada
kaki dan tangan.
Pemeriksaan Atas: Atas:
Ekstermitas Inspeksi: Persebaran warna kulit Inspeksi: Persebaran warna
tidak merata pada kedua tangan, kulit tidak merata pada kedua
tampak hiperpigmentasi pada tangan, kulit tampak kering
kedua tangan, tampak odem pada kedua tangan, sedikit
pada kedua tangan, tampak mengelupas di area dekat siku
mengkilap pada kedua lengan tangan kanan, tidak tampak
bawah, tampak kering pada area massa dan lesi, tampak
dekat siku pada kedua tangan, hiperpigmentasi pada kedua
sedikit mengelupas pada area tangan, tidak tampak odem,
siku tangan kanan, tidak tampak terpasang abocath infus no 22
massa dan lesi, kedua tangan pada ektermitas atas dekstra,
tampak simetris kiri dan kanan, kedua tangan tampak simetris,
terpasang abocath infus no 22 tidak ada deformitas
pada ekstermitas atas sinistra,
tidak tampak deformitas

Palpasi: Terdapat pitting edema Palpasi: Tidak terdapat nyeri


2 mm (derajat 1) dan kembali tekan, tidak terdapat piting
dalam 6 detik, tidak terdapat edema, turgor kulit kembali
nyeri tekan, tidak teraba massa, dalam 2 detik, tidak teraba
kulit teraba kasar massa, kulit teraba kasar pada,
CRT 2 detik

Bawah: Bawah:
Inspeksi: Persebaran warna Inspeksi: Persebaran warna kulit
tidak merata di kedua tidak merata, kulit tampak
ekstermitas, kulit tampak kering kering, sedikit mengelupas pada
pada kedua betis, kulit tampak area kaki kanan bagian bawah
mengkilap, tidak tampak massa, luar, tampak bekas luka bakar
tidak tampak lesi tampak terkena air panas pada kaki
hiperpigmnetasi pada kedua kanan sejak 1 tahun yang lalu,
kaki, kaki tampak odem, kedua tampak hiperpigmentasi, tidak
kaki tampak simetris kiri dan tampak massa dan lesi, tidak
kanan, tidak tampak deformitas tampak deformitas, kedua kaki
tampak simetris, tidak tampak
odem

Palpasi: Tidak terdapat nyeri Palpasi: Tidak terdapat nyeri


tekan, tidak teraba massa, kulit tekan, tidak teraba massa, tidak
teraba kasar, pitting edema 2 teraba deformitas, tidak terdapat
mm (derajat 1) dan kembali pitting edema, turgor kulit
dalam 6 detik, CRT 3 detik, kembali dalam 2 detik, CRT 2
tidak teraba deformitas detik

Perkusi: Reflek patella +/+ Perkusi: Reflek patelle +/+

Kekuatan otot Kekuatan otot


4 4 5 5
4 4 5 5

Keterangan: Skor kulit kering 1 Keterangan: Skor kulit kering 1


karena tampak kasar, sedikit karena tampak kasar, sedikit
mengelupas dan tampak sedikit mengelupas dan tampak sedikit
keputihan. Skor pruritus 0 keputihan. Skor pruritus 0
karena tidak ada gatal karena tidak ada gatal
Pemeriksaan Inspeksi: Terpasang kateter no. Inspeksi: Tidak terkaji karena
Genetalia dan 16 dan memakai pampers, klien merasa malu
rektum genetalia tampak bersih, kulit
anal tampak lebih gelap dari
area sekitarnya, tidak tampak
lesi, tidak tampak hemoroid

F. Pemeriksaan Penunjang

Tabel Pemeriksaan Radiologi Klien 1

No Pemeriksaan Hasil
1 Thorax Kedua sinus/ Diaphragma kiri sukar dinilai---
tertutup COR
COR membesar ke kiri
Arcus aorta dan Pulmonal segment normal
Tidak tampak infiltrat proses
Corakan Bronchovascular normal
2 USG Hepar:
Abdomen Ukuran normal. Sudut tajam. Permukaan rata.
Intensitas echo parenchym homogeny rata.
Sistem portal dan bilier tak melebar. Nodule (-).
Kiste kecil di lobus kiri
Gallblader:
Tak melebar. Dinding tak menebal. Batu (-)
Pancreas dan lien tak tampak kelainan
Ren dex/ sin:
Ukuran mengecil. Echo cortex meningkat.
Pelviocaliceal tak melebar. Batu/ kiste (-)
V. Urinaria:
Normal
Tampak echo cairan bebas di cavum pleura
kanan kiri dan cavum abdomen
Kesimpulan:
Khronik parenchymathous renal disease bilateral
Pleural effuse bilateral
Ascites

Tabel Pemeriksaan Laboratorium Klien 1

No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


1 Faal Ginjal
Ureum H 128.4 mg/dL 21-43
BUN H 60.0 mg/dL 10.0-20.0
Kreatinin H 6.38 mg/dL < 0.95
Asam Urat H 8.0 mg/dL 2.3-6.1
Ureum H 159.4 mg/dL 21-43
BUN H 74. 5 mg/dL 10.0-20.0
Kreatinin H 6.76 mg/dL < 0.95
Asam Urat H 7.1 mg/Dl 2.3-6.1
2 Faal Hepar
Albumin L 2.98 g/dL 3.5-5.5
3 Elektrolit
SE
Natrium (Na) L 124 mEq/L 135-145
Kalium (K) 4.75 mEq/L 3.50-5.50
Klorida (Cl 104 mEq/L 94-110

Tabel Pemeriksaan Radiologi Klien 2

Pemeriksaan Hasil
Thorax Kedua sinus/ Diaphragma Normal
Bentuk dan besar COR membesar ke kiri
Tidak tampak infiltrat proses
Corakan Bronchovascular paru normal

Tabel Pemeriksaan Laboratorium Klien 2

No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


Rujukan
1 Faal Ginjal
Ureum H 263.6 mg/dL 18-55
BUN H 123.2 mg/dL 10.0-20.0
Kreatinin H 13.07 mg/dL < 1.20
Ureum H 126.4 mg/dL 18-55
BUN H 59.1 mg/dL 10.0-20.0
Kreatinin H 5.68 mg/dL < 1.20
Ureum 45.0 mg/dL 18-55
BUN H 21.0 mg/dL 10.0-20.0
Kreatinin H 2.53 mg/dL < 1.20
Elektrolit
2 SE
Natrium (Na) 136 mEq/L 135-145
Kalium (K) 5.29 mEq/L 3.50-5.50
Klorida (Cl 98 mEq/L 94-110
3 Hematologi
Darah Lengkap
Jumlah Leukosit 6.96 10^3/µL 4.0-11.0
Jumah Eritrosit L 2.55 10^6/µL 4.50-5.50
Hemoglobin L7.4 g/dL 13.0-17.0
Hematokrit L 21.1 % 40.0-50.0
MCV 82.7 fL 82.0-92.0
MCH 29.0 pg 27.0-31.0
MCHC 35.1 g/dL 32.0-37.0
Jumlah Trombosit 168 10^3/µL 150-400
RDW-SD 44 fL 35-47
RDW-CV H 14.6 % 11.5-14.5
PDW 11.2 fL 9.0-13.0
MPV 10.4 fL 7.2-11.1
P-LCR H 28.5 % 15.0-25.0
PCT 0.180 % 0.150-0.400

Hitung Jeis
Neutrofil H 83.7 % 50-70
Limfosit L 9.9 % 20-40
Monosit 3.4 % 2-8
Eosinofil 2.3 % 1-3
Basofil 0.7 % 0-1
Jumlah Neutrofil 5.8 10^3/µL 1.5-7.0
Jumlah Limfosit L 0.7 10^3/µL 1.0-3.7
Jumlah Monosit 0.24 10^3/µL 0.16-1.00
Jumlah Eosinofil 0.2 10^3/µL 0-0.8
Jumlah Basofil 0.1 10^3/µ 0-0.2

G. Terapi

Tabel Terapi
Klien 1
Nama obat dan Dosis Rute Pemberian Fungsi
Natrium Bikarbonat 3 x PO Untuk menetralisir asam darah, urine yang
1 tab terlalu asam, dan asam lambung
Allopurinol 1 x 300 mg PO Membantu mengobati hiperurisemia atau
meningkatnya kadar asam urat dalam darah
dan batu ginjal yang baru terjadi
Captopril 2 x 25 mg PO Untuk mengobati tekanan darah tinggi dan
gagal jantung dengan merelaksasikan
pembuluh darah
Amlodipin 1 x 10 mg PO Mengatasi hipertensi dan angina pectoris
Ns 10 tetes/ menit IV Cairan ini untuk mengganti elektrolit dan
cairan yang sudah hilang, mengganti cairan
saat diare, menjaga cairan ekstra seluler dan
elektrolit serta membuat peningkatan pada
metabolit nitrogen berupa ureum dan
kreatinin pada penyakit ginjal
Lasix 3 x 20 mg IV Obat ini digunakan untuk membuang cairan
atau garam berlebih di dalam tubuh melalui
urine dan meredakan pembenngkakan yang
disebabkan oleh gagal jantung, penyakit
hati, penyakit ginjal atau kondisi terkait.
Klien 2
Ns 10 tetes/ menit IV Cairan ini untuk mengganti elektrolit dan
cairan yang sudah hilang, mengganti cairan
saat diare, menjaga cairan ekstra seluler dan
elektrolit serta membuat peningkatan pada
metabolit nitrogen berupa ureum dan
kreatinin pada penyakit ginjal
Furosemide 3 x 2 amp IV Obat ini digunakan untuk membuang cairan
atau garam berlebih di dalam tubuh melalui
urine dan meredakan pembenngkakan yang
disebabkan oleh gagal jantung, penyakit
hati, penyakit ginjal atau kondisi terkait.
Ondansentron 3 x 4 mg IV Obat yang digunakan untuk mencegah serta
mengobati mual dan muntah
Ranitidin 3 x 50 mg IV Obat untuk mencegah dan mengatasi mual
muntah
Valsartan 1 x 160 mg PO Obat untuk mengatasi hipertensi dan gagal
jantung serta untuk melindungi jantung
pasien yang baru mengalami serangan
jantung

Prorenal 3 x 1 tablet PO Efek ketoacid dan diet rendah protein dalam


memperbaiki asidosis metabolik dan
menurunkan kadar ureum pada pasien CKD,
memperbaiki resistensi insulin
Hemodialisa Double lumen Terapi cuci darah di luar tubuh untuk
3 x 1 minggu oranng yang ginjalnya sudah tidak berfugsi
secara optimal

H. Analisa Data

Tabel Analisa Data


Klien 1
Analisa Data Etiologi Masalah
Ds: CKD Resiko gangguan
 Klien mengatakan masuk rumah integritas kulit
sakit pada tanggal 21 Februari
2019 pada jam 17.20 WIB Kondisi yang
 Klien mengatakan mengalami menyebabkan terjadinya
perubahan pada kulit sekitar penurunan fungsi nefron
tanggal 15 Februari seperti kulit
wajah kering dan mulai bengkak
 Klien mengatakan saat mencuci Mekanisme kompensasi dan
wajah atau membersihkan badan adaptasi dari nefron
menggosok secara berlebihan menyebabkan kematian
nefron meningkat
hingga daki dan kotoran benar-
benar hilang
 Klien mengatakan kulit tampak Destruksi struktur ginjal
kering dan kehitaman secara progresif
 Klien mengatakan memakai
sabun antibakteri yang
mengandung gliserin dan GFR menurun menyebabkan
alkohol kegagalan dalam
 Klien mengatakan kulit tidak mempertahankan
gatal metabolisme dan
 Klien mengatakan tidak tahu keseimbangan cairan dan
penyebab dari kulit mengalami elektrolit
masalah
 Klien mengatakan semenjak
tubuhnya bengkak menjadi sulit Penumpukan toksik uremik
dalam bergerak dan selalu lemas di dalam darah,
 Klien mengatakan hanya ketidakseimbangan cairan
menghabiskan harinya di atas dan elektrolit
tempat tidur

Do: Sindrom uremik


 Klien di diagnosa CKD stage 5
sejak tanggal 27 Februari 2019
 Terpasang infus Ns 500 ml 10 Respon muskuloskeletal,
ureum pada jaringan otot
tetes/menit
 Kulit tampak hiperpigmentasi di
area wajah, tangan dan kaki Kelemahan fisik
 Kulit tampak mengkilap pada
lengan bawah dan kaki Penekanan jaringan setempat
 Kulit tampak sedikit
mengelupas di area dekat siku
tangan kanan Resiko gangguan integritas
 Kulit tampak kering pada betis, kulit
tangan di daerah dekat siku dan
wajah
 Skor kulit kering 1 yang berarti
kulit tampak kasar, sedikit
mengelupas dan tampak sedikit
keputihan
 Skor pruritus 0 yang berarti
tidak gatal
 Persebaran warna kulit tidak
merata
 Kulit tampak odem dan kembali
dalam 6 detik
 Pitting edema 2 mm (derajat 1)
 Klien tampak kesulitan dalam
mobilisasi karena badannya
lemas dan bengkak
 Klien tampak lemas dan
berbaring di atas tempat tidur
 Minum dibatasi 600 ml perhari
 Natrium L 124 mEq/L
 Ureum H 159.4 mg/dL
 BUN H 74.5 mg/dL
 Kreatinin H 6.76 mg/dL
 USG abdomen ditemukan
ukuran ginjal sinistra/dekstra
mengecil

Klien 2
Ds: CKD Resiko gangguan
 Klien mengatakan masuk rumah gangguan
sakit pada tanggal 4 Maret 2019 integritas kulit
pada jam 07.30 WIB Kondisi yang menyebabkan
 Klien mengatakan menderita terjadinya penurunan
sakit ginjal sejak bulan Januari fungsi nefron
2019 dan belum pernah
melakukan cuci darah
 Klien mengatakan semenjak Mekanisme kompensasi dan
sakit ginjal kulit menjadi kering adaptasi dari nefron
 Klien mengatakan kulit menjadi menyebabkan kematian
kekuningan dan warna kulit nefron meningkat
tidak seperti kulit normal atau
pucat
 Klien mengatakan semenjak Destruksi struktur ginjal
sakit ginjal kulitnya pernah secara progresif
menjadi kasar dan sedikit
bersisik terutama bagian tangan
dan kaki lalu diberikan lotion GFR menurun menyebabkan
 Keluarga klien mengatakan kegagalan dalam
pada tanggal 2 Maret kaki mempertahankan
sebelah kanan klien sempat metabolisme dan
bengkak keseimbangan cairan dan
 Keluarga klien mengatakan saat elektrolit
di rumah menggunakan mandi
2x dengan sabun antibakteri
yang mengandung gliserin dan Penumpukan toksik uremik
alkohol di dalam darah,
 Klien mengatakan kulit tidak ketidakseimbangan cairan
gatal dan elektrolit
 Klien mengatakan tidak tahu
penyebab munculnya masalah
pada kulit Sindrom uremik

Do: Respon integumen pada


 Klien didiagnosa ESRD pada jaringan kulit
tanggal 4 Maret 2019
 Terpasang infus Ns 500 ml 10
tetes/menit Hiperpigmentasi, kulit
kering
 Kulit tampak hiperpigmentasi
dan kering di area kaki dan
tangan
Resiko gangguan integritas
 Kulit tampak sedikit
kulit
mengelupas pada area dekat
siku tangan kanan dan kaki
kanan bagian bawah luar
 Skor kulit kering 1 yang berarti
kulit tampak kasar, dan tampak
sedikit keputihan
 Skor pruritus 0 yang berarti
tidak gatal
 Persebaran warna kulit tidak
merata
 Kulit klien tampak sedikit
kekuningan dari dada sampai
wajah
 Minum dibatasi 600 ml perhari
 Ureum H 263.6 mg/dL
 BUN H 123.2 mg/dL
 Kreatinin H 13.07 mg/dL
I. Diagnosa Keperawatan

Tabel Diagnosa keperawatan pada klien CKD dengan masalah resiko


gangguan integritas kulit
Tanggal Diagnosa Keperawatan
Klien 1
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor
mekanis (penekanan pada tonjolan tulang)
Klien 2
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
Kelembaban

J. Intervensi

Tabel Intervensi keperawatan


Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Klien 1
Tujuan jangka 1. Kembalinya 1. Observasi kondisi kulit 1. Menentukan apakah
panjang: integritas minimal sehari sekali klien mengalami
Klien permukaan kulit untuk perubahan pada kehilangan sensai atau
terhindar dari 2. Klien akan warna dan tekstur, rasa sakit. Pemeriksaan
gangguan menjaga kondisi kulit atau luka secara sistematis bisa
integritas kulit integritas kulit mengenali masalah
setelah dengan yang akan datang sejak
diberikan memperlihatkan awal
asuhan cara perawatan 2. Observasi terhadap 2. Perubahan mungkin
keperawatan 3 kulit kekeringan kulit, disebabkan oleh
x 24 jam 3. Menunjukkan pruritus, ekskoriasi, penurunan aktivitas
pemahaman dan infeksi kelenjar keringat atau
Tujuan jangka tentang faktor pengumpulan kalsium
pendek: resiko dan fosfat pada lapisan
Klien gangguan kutaneus
menunjukkan integritas kulit 3. Observasi lipatan kulit 3. Daerah-daerah seperti
permukaan 4. Kulit tidak dan area yang ini mudah mengalami
integritas kulit kering dan gatal mengalami edema injuri
yang optimal 5. Hiperpigmentas 4. Observasi kondisi kulit 4. Tekanan ulserasi
setelah i berkurang untuk klien yang biasanya terjadi pada
dilakukan 6. Melaporkan memiliki hambatan tulang yang menonjol
tindakan perubahan mobilitas dengan
keperawatan 1 sensasi atau menutupi kulit dengan
x 24 jam tulang yang menonjol
nyeri area yang
5. Observasi perawatan 5. Disesuaikan dengan
beresiko kulit klien, catat jenis kondisi dan kebutuhan
sabun dan bahan kulit klien
pembersih lain yang
digunakan,
temperature air dan
frekuensi
membersihkan kulit
6. Anjurkan mandi dan 6. Mandi 2 kali sehari
tidak menggunakan untuk menjaga kulit
sabun yang tetap bersih dan jangan
mengandung deterjen gunakan sabun yang
mengandung deterjen
7. Lakukan penilaian 7. Untuk mengetahui
skor pada kulit kering tingkat kekeringan dan
dan pruritus klien gatal pada kulit klien
secara keseluruhan
8. Berikan bantalan pada 8. Mencegah terjadinya
titik tekan atau luka tekan pada area
tonjolan tulang tulang yang menonjol
9. Gunakan kasur khusus 9. Mengurangi tekanan
dan meratakan tekanan
pada kulit (kasur
angina, kasur air bisa
untuk memberikan
sensasi dingin)
10. Berikan KIE tentang 10. Mengetahui penyebab
penyebab munculnya munculnya masalah
masalah kulit kulit
11. Lakukan mobilisasi 11. Mengurangi tekanan
dengan merubah posisi pada tonjolan tulang
klien sesuai kondisi
klien tiap 2 jam
12. Pakai emolien, lotion 12. Emolien mengurangi
atau pelembab penguapan dan menjga
(minyak mineral, kelembapan kulit
minyak bayi, lanolin)
13. Hindarkan bahan 13. Meminimalisir kulit
pembersih yang keras, kering dan iritasi
air panas, gesekan kuat
dan ekstrim atau sering
membersihkan
14. Gunakan pakaian 14. Meminimalkan iritasi
katun yang longgar, dan gatal
tipis dan dingin
15. Menjaga linen tetap 15. Meminimalisir
bersih, kering dan gesekan antara kulit
bebas dari kerutan kering dan odem
dengan sprei
16. Mandikan dengan air 16. Meminimalisir kulit
hangat suam-suam kering dan terjadinya
kuku (32,2-40,5°C) irirtasi karena gesekan
dan keringkan dengan
menepuk
17. Kolaborasi pemberian 17. Mengurangi retensi
diuretic cairan dan
meningkatkan diuresis
18. Catat intake-output 18. Untuk menjaga
dan hitung balans keseimbangan cairan
cairan 24 jam

Klien 2
Tujuan jangka 1. Kembalinya 1. Observasi kondisi kulit 1. Menentukan apakah
panjang: integritas minimal sehari sekali klien mengalami
Klien permukaan kulit untuk perubahan pada kehilangan sensai atau
terhindar dari 2. Klien akan warna dan tekstur, rasa sakit. Pemeriksaan
gangguan menjaga kondisi kulit atau luka secara sistematis bisa
integritas kulit integritas kulit mengenali masalah
setelah dengan yang akan datang sejak
diberikan memperlihatkan Awal
asuhan cara perawatan 2. Observasi terhadap 2. Perubahan mungkin
keperawatan 3 kulit kekeringan kulit, disebabkan oleh
x 24 jam 3. Menunjukkan pruritus, ekskoriasi, penurunan aktivitas
pemahaman dan infeksi kelenjar keringat atau
Tujuan jangka tentang faktor pengumpulan kalsium
pendek: resiko gangguan dan fosfat pada lapisan
Klien integritas kulit kutaneus
menunjukkan 4. Kulit tidak kering 3. Observasi perawatan 3. Disesuaikan dengan
permukaan dan gatal kulit klien, catat jenis kondisi dan kebutuhan
integritas kulit 5. Hiperpigmentasi sabun dan bahan kulit klien
yang optimal berkurang pembersih lain yang
setelah digunakan,
dilakukan temperature air dan
tindakan frekuensi
keperawatan 1 membersihkan kulit
x 24 jam 4. Anjurkan mandi dan 4. Mandi 2 kali sehari
tidak menggunakan untuk menjaga kulit
sabun yang tetap bersih dan jangan
mengandung deterjen gunakan sabun yang
mengandung deterjen
5. Lakukan penilaian 5. Untuk mengetahui
skor pada kulit kering tingkat kekeringan dan
dan pruritus klien gatal pada kulit klien
secara keseluruhan
6. Berikan KIE tentang 6. Mengetahui penyebab
penyebab munculnya munculnya masalah
masalah kulit kulit
7. Pakai emolien, lotion 7. Emolien mengurangi
atau pelembab penguapan dan menjga
(minyak mineral, kelembapan kulit
minyak bayi, lanolin)
8. Hindarkan bahan 8. Meminimalisir kulit
pembersih yang keras, kering dan iritasi
air panas, gesekan kuat
dan ekstrim atau sering
membersihkan
9. Gunakan pakaian 9. Meminimalkan iritasi
katun yang longgar, dan gatal
tipis dan dingin
10. Menjaga linen tetap 10. Meminimalisir
bersih, kering dan gesekan antara kulit
bebas dari kerutan kering dan odem
dengan sprei
11. Catat intake-output 11. Untuk menjaga
dan hitung balans keseimbangan cairan
cairan 24 jam
K. Implementasi

Tabel Implementasi pada klien 1

Diagnosa Implementasi
Keperawaan
Resiko gangguan 1) Mengobservasi kondisi kulit
integritas kulit klien yang mengalami
berhubungan dengan perubahan warna kulit seperti
akumulasi ureum pucat karena anemia,
dalam kulit hiperpigmentasi atau kuning
karena uremia, tekstur, kulit
kering, area yang mengalami
edema dan kondisi kulit bila
terjadi pruritus disertai
eksoriasi
2) Melakukan penilaian skor
pada kulit kering dan pruritus
pada klien untuk mengetahui
perubahan pada kulit kering
dan apabila klien mengalami
pruritus
3) Mengobservasi perawatan
kulit klien, dengan
menanyakan jenis sabun dan
bahan pembersih lain yang
digunakan, temperatur air
mandi dan frekuensi
membersihkan kulit
4) Menganjurkan untuk mandi 2
kali sehari dan mengganti
sabun yang tidak
mengandung alkohol,

67
mengandung parfum dan
bersifat basa seperti sabun
antibakteri serta menggosok
tubuh secara berlebihan saat
mandi hingga benar-benar
merasa daki hilang
5) Memberikan baby oil pada
kulit klien dan menjaga kulit
klien tetap bersih
6) Menjaga linen tetap bersih,
kering dan bebas dari kerutan
dengan mengganti dan
merapikan setiap hari
7) Memberikan KIE tentang
penyebab munculnya
masalah kulit dan
penatalaksanannya
8) Membantu klien mobilisasi
dengan merubah posisi klien
menjadi miring untuk
mengurangi tekanan kulit
pada tulang yang menonjol
9) Mengobservasi kondisi kulit
klien dengan memberikan
bantalan dengan
menggunakan handscoen
yang diisi dengan air pada
tulang yang menonjol karena
klien mengalami kesulitan
dalam mobilisasi agar tidak
terjadi luka tekan
10) Menganjurkan kepada
keluarga untuk menggunakan
kasur khusus seperti kasur

68
angina atau air untuk
menjaga tekanan pada kulit
rata. Untuk alternative
menggunakan handscoen
yang diisi air dan dijadikan
bantalan untuk bagian kulit
dengan tulang yang menonjol
11) Berkolaborasi memberikan
injeksi diuretik lasix
12) Melakukan balans cairan

Tabel Implementasi pada klien 2

Diagnosa Implementasi
Keperawaan
Resiko gangguan 1) Mengobservasi kondisi kulit
integritas kulit klien yang mengalami
berhubungan dengan perubahan pada warna kulit
akumulasi ureum seperti pucat karena anemia,
dalam kulit hiperpigmentasi atau kuning
karena anemia, tekstur, kulit
kering dan kondisi kulit bila
terjadi pruritus disertai
eksoriasi
2) Mengobservasi perawatan
kulit klien, dengan
menanyakan jenis sabun dan
bahan pembersih lain yang
digunakan, temperatur air dan
frekuensi membersihkan kulit
3) Menganjurkan untuk mandi 2
kali sehari dan mengganti

69
sabun yang tidak
mengandung alkohol,
mengandung parfum dan
bersifat basa seperti sabun
antibakteri yang bisa
membuat kulit bertambah
kering
4) Memberikan KIE tentang
penyebab munculnya masalah
kulit dan penatalaksanaan
5) Memberikan baby oil pada
kulit klien dan menjaga kulit
klien tetap bersih dan lembab
6) Melakukan balans cairan

L. Evaluasi

Table Evaluasi klien 1

Diagnosa
Evaluasi
Keperawatan
Resiko S:
gangguan  Klien mengatakan kulit klien
integritas kulit masih kering dan kehitaman
berhubungan  Klien mengatakan bengkak
dengan pada tubuh
akumulasi  Klien mengatakan kulit masih
ureum dalam tampak mengkilap
kulit  Klien mengatakan kulit tidak
gatal
 Klien mengatakan tidak ada
luka

70
 Klien mengatakan masih
kesulitan dalam mobilisasi dan
sepanjang hari hanya berbaring
di atas tempat tidur
 Klien mengatakan belum paham
penyebab masalah kulit

O:
 Kulit tampak hiperpigmentasi di
area wajah, tangan dan kaki
 Kulit klien tampak mengkilap
pada lengan bawah dan kaki
 Kulit klien tampak masih kering
betis, tangan di daerah dekat
siku dan wajah
 Persebaran warna kulit tidak
merata
 Kulit tampak keputihan dan
sedikit mengelupas di area
dekat siku tangan kanan
 Kulit teraba kasar
 Kulit tampak masih odem dan
kembali dalam 6 detik
 Pitting edema 2 mm (derajat 1)
 Tidak tampak luka tekan pada
bagian kulit dengan tulang yang
menonjol dan tubuh bagian
belakang
 Klien tampak masih kesulitan
dalam mobilisasi
 Skor kulit kering 1 dan pruritus

71
0
 Balans cairan +106

A: Masalah belum teratasi


P: Lanjutkan intervensi 1-2, 4-5, 7-
8, 10-12, 14-18 dan lakukan
observasi

Tabel Evaluasi klien 2

Diagnosa
Evaluasi
Keperawatan
Resiko S:
gangguan  Klien mengatakan kulit kering
integritas kulit dan kehitaman
berhubungan  Klien mengatakan kulit tidak
dengan gatal
akumulasi  Kulit tampak sedikit
ureum dalam kekuningan
kulit
 Klien mengatakan sudah
mengetahui penyebab masalah
pada kulit

O:
 Kulit klien hiperpigmentasi dan
tampak kering di area kaki dan
tangan
 kulit tampak keputihan dan
sedikit mengelupas di area
dekat siku tangan kanan dan

72
kaki kanan bagian bawah luar
 Kulit klien sedikit kekuningan
dari dada sampai wajah
 Skor kulit kering klien 1 dan
skor pruritus 0
 Persebaran warna kulit tidak
merata

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi 1-2, 5-11,


dan lakukan observasi
74
Daftar Pustaka

Ackley & Ladwig. 2017. Nursing Diagnosis Handbook: An Evidence-Based


Guide To Planning Care – 11th ed. USA: Mosby Elsevier

Ali, dkk. 2017.Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan
Comorbid Faktor Diabetes Melitus dan Hipertensi di Ruangan Hemodialisa
RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi
– e-Jurnal Keperawatan Vol. 5 No. 2

Amano dkk, 2017.Dry Skin Condition are Related to the Recovery Rate of Skin
Temperature After Cold Stress Rather Than to Blood flow.International
Journal of Dermatology. Japan: Tokyo 131-8501

Arifa dkk.2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Ginjal


Kronik Pada Penderita Hipertensi Di Indonesia. Jurnal MKMI, Vol. 3 No. 14

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Astuti & Husna.2017. Skala Pruritus Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Banda
Aceh: Universitas Syiah Kuala Vol. 2 No.4

Baradero, Mary dkk. 2008. Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC

Black & Hawks.2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk


Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Jakarta: Salemba Medika

Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) Ed. 6.


Missouri: Mosby Elsevier

Chamberlain’s. 2012. Chamberlain’s Gejala dan Tanda dalam Kedokteran Klinis.


Jakarta: Permata Puri Media

Debora, Oda. 2017. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik Ed.2. Jakarta:
Salemba Medika

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Pusat Data dan Informasi


Kementerian Kesehatan RI: Situasi Penyakit Ginjal Kronis

Eka dkk. 2015. Perbandingan Efektifitas Krim Urea 10% dan Krim Niasinamid
4% pada Xerosis Usia Lanjut. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol. 2, No.
1, Januari 2015: 135-141

Fadhila dkk, 2018.Hubungan Antara Tekanan Darah dan Fungsi Ginjal pada
Preeklamsi di RSUP DR. M. Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7 (1)

84
85

Gleadle, Jonathan. 2007. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit


Erlangga

Halim & Yogyartono. 2012. Pruritus Uremic Pada Penyakit Gagal Ginjal
Kronik. Majalah Kedokteran FK UKI 2012 Vol. XXVIII No. 2

Haryono. 2013. Keperawatan medical bedah: system perkemihan. Yogyakarta:


Rapha Publishing

Indonesian Renal Registry. 2017. Report Of Indonesian Renal Registry

Irawan, Anita. 2014. Peningkatan Serum Kreatinin Akibat Penggunaan ACEi


atau ARB pada Pasien Hipertensi. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Vol. 3
No. 3, hlm 82-87

Kandacong, Ayumi. 2017. Jumlah Trombosit Pre dan Post Hemodialisa (HD)
pada Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik (PGK) di Rumah Sakit Perguruan
Tinggi Negeri (RSPTN) Universitas Hasanuddin.Makassar: Universitas
Hasanuddin

Kementerian Kesehatan RI. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Situasi


Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta. 2017 ISSN 2442-7659

Lai et al. 2017.Transformation of 5-D Itch Scale and Numerical Rating Scale in
Chronic Hemodialysis Patients.E-journal. DOI 10.1186/s12882-017-0475-z
diakses pada tanggal 22 Februari 2019

LeMone, Priscilla dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 5 Vol 2.
Jakarta: EGC

.2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 5 Vol 3.


Jakarta: EGC

Mailani & Andriani.2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan


Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis.
STIKes YPAK Padang: Jurnal Endurance 2(3) October 2017(416-432)

Mohamad dkk. 2016. Hasil Diagnostik Mycobacterium Tuberculosis Pada


Penderita Batuk ≥2 Minggu Dengan Pewarnaan Ziehl-Neelsen di Puskesmas
Ranomuut dan Puskesmas Kombos Manado. Jurnal e-Biomedik (e-Bm), Vol.
4 No. 2

Moorhead, et al. 2013.Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of


Health Outcomes 5th ed. USA: Elsevier Mosby

Muttaqin & Sari. 2011. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan.


Jakarta: Salemba Medika
. 2014. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika

Noviyanti dkk, 2015.Perbedaan Kadar LDL-Kolesterol Pada Pasien Diabetes


Melitus Tipe 2 Dengan Dan Tanpa Hipertensi di RS Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Andalas.2015; 4 (2)

Nuari & Widayati.2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan &


Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish

Nursalam & Batticaca.2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta: Salemba Medika

Pearce, Evelyn C. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

Pereira & Stander, 2016.Assessment of Severity and Burden of Pruritus.Japanese


Society of Allergology

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Prabowo & Pranata. 2014. Buku ajar keperawatan sistem perkemihan.


Yogyakarta: Nuha Medika

Rekam Medis Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang tahun 2018

Rendi & Margareth.2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit


Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Roviati, Evi. 2012. Systemic Lupus Erithematosus (SLE): Kelainan Autoimun


Bawaan Yang Langka Dan Mekanisme Biokimiawinya. Jurnal Scientiae
Educatia Vol. 1 Ed. 2

Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Teori &
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sobota. 2006. Atlas Anatomi ManusiaEd. 22. Jakarta: EGC

Sudoyo. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

Syaifuddin. 2018. Buku Ajar Ilmu Biomedik Dasar untuk Mahasiswa


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Tarwoto & Wartonah.2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika
Verdiansah. 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal.Program Pendidikan Dokter
Spesialis Patologi Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia.
CKD-237 Vol. 43 No.2

Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA-1,


intervensi NIC, hasil NOC, Ed. 10. Jakarta: EGC

Wilkinson & Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis


NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Ed. 9. Jakarta: EGC

Williams & Wilkins. 2011. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit.


Jakarta Barat: Permata Puri Media
88

Anda mungkin juga menyukai