Anda di halaman 1dari 21

KONSELING KB DENGAN ABPK

No. : 062
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 2 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
1. Pengertian suatu proses pemberian informasi dan edukasi terhadap akseptor KB
(WUS / PUS) dengan cara memberikanpenjelasan tentang alat – alat
kontrasepsi dengan bantuan ABPK dan membantu akseptor
mengambil keputusan akan pilihan kontrasepsi yang akan digunakan.
2. Tujuan Sebagian acuan dalam konseling KB dengan media Alat Bantu
Pengembalian Keputusan ber-KB
3. Kebijakan
4. Referensi 1. Affandi, Biran, 2011, Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
2. Kementrian Kesehatan RI, 2014, Pedoman Manajemen Pelayanan
Keluarga Berencana, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan kesehatan
Ibu dan Anak , Kementrian Kesehatan, Jakarta.
3. Kemenkes RI, 2006, Alat Bantu Pengembalian Keputusan ber-KB,
Edisi 6, Kemenkes RI, Jakarta.

5. Prosedur/Langkah- 1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri secara terbuka dan


Langkah sopan.
2. Menyambut dan menyapa ibu dan atau pasangannya dengan ramah
3. Memperlakukan ibu dan atau pasangannya dengan baik :
 bersikap sabar
 memperlihatkan sikap mnghargai ibu/ibu dan pasangannya
 menciptakan rasa percaya diri sehingga ibu/ibu dan
pasangannya dapat berbicara secara terbuka dalam segala hal,
termasuk masalah pribadi sekali pun.
4. Menanyakan kepada ibu dan atau pasangannya mengenai apa yang
perlu dibantu serta menjelaskan pelayanan apa yang dapat
diperoleh.
5. Meyakinkan ibu dan atau pasangannya bahwa tidak akan
mendiskusikan rahasianya terhadap orang lain.
6. Membantu ibu dan atau pasangannya untuk berbicara tentang
pengalaman ber-KB
7. Menanyakan tentang tujuan dan kepentingan ibu dan atau
pasangannya ber-KB
8. Menanyakan tentang harapan ibu dan atau pasangannya dalam
pertemuan ini.
9. Menanyakan tentang keadaan kesehatan dan kehidupan
keluarganya.
10. Menanyakan jenis kontrasepsi, apa yang diinginkan ibu dan atau
pasangannya.
11. Memberikan penjelasan tentang alat kontrasepsi, antara lain,
macam – macam kontrasepsi, keuntungan dan kerugian, cara
pemasangan, waktu pemasangan dan waktu pelepasan dengan
menggunakan ABPK
12. Menguraikan mengenai risiko penularan HIV /AIDS dan pilihan
metode ganda.
13. Memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada ibu dan
atau pasangannya bagaimana cara penggunaannya
14. Membantu ibu dan pasangannya untuk berpikir melihat melihat
persamaan yang ada dan membandingkan antar jenis kontrasepsi
tersebut.
15. Memberikan kesempatan bertanya.
16. mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan ibu dan atau
pasangannya karena setiap akseptor mempunyai kebutuhan dan
tujuan reproduksi yang berbeda.
17. Memperlihatkan bantuan dengan cara memahami bahwa ibu dan
atau pasangannya adalah manusia yang membutuhkan perhatian
dan bantuan.
18. Memberi motivasi agar ibu dan atau pasangannya berani berbicara
dan bertanya.
19. Mengkaji apakah ibu dan atau pasangannya sudah mengerti
mengenai jenis kontrasepsi termasuk keuntungan dan kerugian
serta bagaimana cara penggunaannya.
20. Mempersilahka Aseptor untuk memilih alat kontrasepsi yang
diinginkan (infomed choice)
21. Membantu ibu dan atau pasangannya membuat keputusan
mengenai pilihan kontrasepsi yang akan digunakan.
22. Membuat kesepakatan untuk waktu pemasangan alat kontrasepsi
(kunjungan ulang).
23. Mengucapkan salam.

6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait
9. Dokumen Terkait
10. Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai diberlakukan
Perubahan diubah
INSPEKSI VISUAL ASETAT TES
No. : 063
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 5 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
11. Pengertian Pengeriksaan serviks secara visual menggunakan asam cuka dengan
mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan sam
cuka 3-5%
12. Tujuan untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu
metode skrining kanker mulut rahim
13. Kebijakan
14. Referensi 1. Kemenkes RI, 2015, ‘Buletin Kanker’ Pusat data dan informasi
Kementrian kesehatan RI, 2009, Jakarta
2. Departemen Kesehatan RI, 2009, Pencegahan kanker Leher Rahim
dan Kanker Payudara, Depkes RI, Jakarta.
3. Depkes RI, 2008, Skrining kanker leher rahim dengan metode
inspeksi Visual dengan asam Asetat (IVA), Depkes RI, Jakarta.
4. Mentri Kesehatan RI, 2015, Modul Deteksi Dini kanker Serviks dan
Payudara. Jakarta.
5. S, A, Kurian, B Quereshi, M. A, & K, L, 2012, Cervical Cancer
screening: Current knowledge & Practice Among Women In A
Rural Population Of Kerala, India. Indian Journal Medical re, Inda.

15. Prosedur/Langkah- A. Persiapan


Langkah 1. Sebelum melakukan test IVA diskusikan tindakan dengan ibu.
jelaskan mengapa tes tersebut dianjurkan dan apa yang akan terjadi
pada saat pemeriksaan
2. Diskusikan mengenai sifat temuan yang paling mungkin dan tidak
lanjut atau pengobatan yang mungkin diperlukan
3. Pastikan semua peralatan dan bahan yang diperlukan tersedia,
termasuk spekulum steril atau yang telah di DTT, kapas lidi dalam
wadah bersih, botol berisi larutan asam asetat dan sumber cahaya
yang memadai. Tes sumber cahaya untuk memastikan apakah
masih berfungsi.
4. Bawa ibu keruang pemeriksaan, minta ibu untuk :
a. BAK jika belum dilakukan
b. Jika tangannya kurang bersih, minta ibu membersihkan
c. Membilas daerah kemaluan sampai bersih.
d. Melepaskan pakain (termasuk pakaian dalam) sehingga dapat
dilakukan pemeriksaan panggul dan tes IVA
5. Bantu ibu memposisikan dirinya diatas meja ginekologi tutup
badan ibu dengan kain, nyalakan lampu / senter dan arahkan ke
vagina ibu.
6. Cuci tangan secara merata dengan sabun dan air, kemudian
keringkan dengan kain bersih dan kering.
7. pakai sarung tangan yang baru atau sarung tangan bedah yang telah
di DTT.
8. Atur peralatan dan bahan pada nampan yang telah di DTT, jika
belum dilakukan
B. IVA Test
1. Pemeriksaan kemaluan bagian luar kemudaian periksa mulut
uretra apakah ada keputihan. lakukan palpasi skene dan
bartholine.
2. Katakan pada ibu bahwa spekulum akan dimasukkan dan ibu
mungkin merasakan beberapa tekanan.
3. Dengan hati – hati memasukan spekulum sepenuhnya atau sampai
terasa ada penolakan kemudian perlahan- lahan membuka
bilah/cocor untuk melihat serviks. atur spekulum sehingga seluruh
serviks dapat dilihat. Hal tersebut mungkin sulit pada kasus –
kasus dimana serviks berukuran besar atau sangat anterior dan
posterior. Mungkin perlu menggunakan kapas lidi, spatula atau
alat lain untuk mendorong serviks dengan lembut keatas kebawah
agar dapat dilihat. Jika dinding vagina sangat lemas, gunakan
kapas lidi atau spatula kayu untuk mendorong kembali jaringan
ikatan yang menonjol diantara bilah/cocor spekulum. Cara
lainnya, saat spekulum dimasukkan dan cocor dibuka, gunakan
kondom untuk mencegah dinding vagina memasuki rongga antara
cocor. sebelum memasukkan spekulum, kondom dapat dipasang
pada kedua bilah cocor dan ujung kondom dipotong.
4. Bila serviks dapat dilihat seluruhnya, kunci cocor spekulum dalam
posisi terbuka sehingga akan tetap ditempat saat melihat serviks.
dengan melakukan hal tersebut paling tidak, bidan mempunyai
satu tangan yang bebas. Selama proses tindakan mungkin perlu
terus menerus menyesuaikan baik susut pandang pada serviks atau
sumber cahaya agar dapat melihat serviks dengan baik.
5. Jika menggunakan sarung tangan luar, celupkan kedua ujung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepas sarung
tangan dengan sisi dalam berada di luar, buang sarung tangan ke
dalam wadah tahan bocor atau kantung plastik. Jika sarung tangan
bedah akan digunakan kembali, dekontaminasi dengan merendam
ke dalam larutan klorin 0,5% selama minimal 10 menit.
6. Amati serviks dan periksa apakah ada infeksi (cervicitis) seperti
cairan putih keruh (mucopus); ektopi (ectropion); tumor yang
terlihat atau kista Nabothian, nanah atau lesi “strawberry” (infeksi
Trichomonas).
7. Gunakan kapas lidi untuk membersihkan cairan yang keluar,
darah atau mucosa dari serviks. Buang kapas lidi ke dalam wadah
tahan bocor atau krudung plastik
8. Identifikasi cervical os dan SSK dan area sekitarnya
9. Basahi kapas lidi dengan larutan asam asetat kemudian oleskan
pada serviks. Bila perlu, gunakan kapas
10. Setelah serviks diolesi dengan larutan asam asetat, tunggu sampai
terserap dan muncul reaksi acetowhite.
11. Periksa SSK dengan teliti. Lihat apakah serviks mudah berdarah.
cari apakah ada plak putih yang menebal atau epithel acetowhite.
12. Bila perlu, oleskan kembali asam asetat atau usap serviks dengan
kapas lidi bersih untuk menghilangkan mukosa, darah atau debris
yang terjadi pada saat pemeriksaan dan mengganggu pandangan.
Buang kapas lidi yang telah dipakai.
13. Bila pemeriksaan visual pada serviks telah selesai, gunakan kapas
lidi yang baru untuk menghilangkan asam asetat yang tersisa pada
serviks dan vagina. Buang kapas lidi yang telah dipakai
14. Lepaskan spekulum secara halus. Jika hasil tes IVA negatif
letakkan spekulum ke dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
untuk dekontaminasi. Jika hasil tes IVA positif, dan setelah
konseling pasien menginginkan pengobatan segera, letakkan
spekulum pada nampan atau wadah agar dapat digunakan pada
saat krioterapi.
15. Lakukan pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan rectovaginal
(jika perlu). periksa kelembutan gerakan aerviks; ukuran, bentuk
posisi uterus; kehamilan atau abnormalitas dan pembesaran uterus
atau kepekaan (tendermess) adneksa.

C. Pasca Tindakan
1. Bersihkan lampu dengan lap yang dibasahi larutan klorin 0,5 %
atau alkohol untuk menghindari kontaminasi silang antar pasien.
2. Celupkan kedua sarung tangan yang masih dipakai ke dalam
larutan klorin 0,5% . lepas sarung tangan dengan membalik sisi
dalam keluar. Jika membuang sarung tangan, buang kedalam
wadah tahan bocor atau kantung plastik. Jika telah melakukan
pemeriksaan retrovaginal, sarung tangan harus dibuang. jika
sarung tangan tersebut ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit untuk dekontaminasi.
3. Cuci tangan secara merata dengan sabun dan air kemudian
keringkan dengan kain bersih dan kering.
4. Jika hasil tes IVA negatif, minta ibu untuk mundur dan bantu ibu
untuk duduk. Minta ibu agar berpakaian
5. Cacat hasil tes IVA dan temuan – temuan lain seperti bukti adanya
infeksi (cervicitis); ektropion: tumor yang tampak kasar; atau kista
Nabothion, ulkus atau “strawberry serviks”. Serviks yang
berpenyakit catatlah pemeriksaan serviks sebagai abnormal.
Gambarkan sebuah “Peta” serviks dan area yang berpenyakit pada
formulir catata.
6. Diskusikan hasil tes IVA dan pemeriksaan panggul bersama ibu.
jika hasil tes IVA negatif, katakan kapan ibu harus kembali untuk
melakukan tes IVA berikutnya.
7. Jika hasil tes IVA positif atau diduga ada kanker, katakan pada ibu
langkah yang dianjurkan selanjutnya.
8. Jika pengobatan dapat segera diberikan, diskusikan kemungkinan
tersebut. Jika perlu rujukan untuk test atau pengobatan lebih lanjut
aturlah proses rujukan dan berikan formulir secara petunjuk yang
diperlukan oleh ibu sebelum meninggalkan klinik.

16. Bagan Alir


17. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
18. Unit Terkait
19. Dokumen Terkait
20. Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai diberlakukan
Perubahan diubah
PEMERIKSAAN PAP SMEAR
No. : 064
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 2 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
1 Pengertian Suatu metode pemeriksaan sel – sel yang diambil dari leher
rahim dan kmudian diperiksa di bawah mikroskop untuk
diketahui apakah masih normal, berubah menuju kanker atau
telah menjadi kanker.
2 Tujuan Deteksi dini kanker serviks/leher Rahim
3 Kebijakan
4 Referensi 1. Muklis, Ramli,et al, 2005, deteksi dini kanker, fakultas
kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
2. 2. TIM PTKP RSUD dr. Soeromo/ FK Unair, 2000, Buku
acuan teknik. pengembalian Pap Smear, FK UNAIR,
Surabaya
5 Prosedur/Langkah- 1. Lakukan inspeksi pada daerah vulva dan perineum.
Langkah 2. Masukkan spekulum ke dalam vagina
a. Tangan kiri membuka labia minora, memegang
spekulim dalam keadaan tertutup oleh tangan kanan,
kemudian masukkan ujungnya ke dalam introitus
vagina dengan posisi miring.
b. Putar kembali spekulum 45 kebawah sehingga mnejadi
melintang dalam vagina kemudian didorong masuk
lebih dalam ke arah forniks posterior sampai ke puncak
vagina
c. Buka spekulum pada tangkainya secara perlahan- lahan
dan atur sampai porsio terlihat dengan jelas.
d. Kunci spekulum dengan mengencangkan bautnya.
e. Ganti memegang spekulum dengan tangan kiri.
3. Masukan spatula ke dalam mulut rahim, ambil bahan
dengan memutar spatula ke forniks posterior, anterior dan
lateral (360)
4. Apuskan spesimen yang telah diperoleh pada objek glass
secara merata dengan ketebalan tidak terlalu tebal atau
terlalu tipis.
5. Masukkan objek glass dalam larutan alkohol 95 % dan
rendam selama 30’
6. Buka kunci spekulum, keluarkan dalam keadaan miring
secara perlahan – lahan.
7. Rendam dalam larutan chlorin 0,5 %.
8. Sediaan dikeringkan/ditiriskan di udara kemudiam diberi
identitas siap dikirim ke labolatorium sitologi.
6 Bagan Alir
7 Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8 Unit Terkait
9 Dokumen Terkait
10 Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan diubah diberlakukan
PEMERIKSAAN PAYUDARA
SENDIRI
No. : 064
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 2 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
1 Pengertian Pemeriksaan/perabaan sendiri untuk menemukan timbulnya
benjolan abnormal pada payudara.
2 Tujuan Mendeteksi dini adanya ketidak normalan pada payudara
sebagai pencegah kanker payudara.
3 Kebijakan
4 Referensi 1 Kemenkes RI, 2016, Buku Acuan Pencegahan Kanker
Payudara dan Kanker Leher Rahim, Jakarta.
2 Depkes RI, 2009, Buku Saku Pencegahan Kanker Leher
Rahim Dan Kanker Payudara, Jakata.
3 Olfah, y, Mendri, N.K Badi’ah, A, 2013, Kanker Payudara &
SADARI, Nuha Medika,Yogyakarta.
5 Prosedur/Langkah- A. Pertama-tama perhatikan paudara ibu
Langkah 1. Berdirilah di depan cermin dengan posisi tangan di sisi tubuh
dan lihat apakah ada perubahan pada payudara ibu. lihat
perubahan dalam hal ukuran, bentuk atau warna kulit, atau
jika ada kerutan atau ceruk pada kulit.
2. Perhatian kembali kedua payudara, pertama dengan kedua
tangan di angkat ke atas kepala, kemudian dengan kedua
tangan menekan pinggang agar otot dad berkontraksi.
3. Bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua payudara
menggantung seimbang.
4. Dengan lembut tekan masing-masing puting dengan ibu jari
dan jari telunjuk untuk melihat apakah ada cairan yang
keluar.

B. Kemudian raba payudara ibu


Ibu dapat memeriksa payudara sambil berdiri atau berbaring.
jika ibu memeriksa payudara sambil berbaring, akan lebih
memantu bila ibu meletakkan sebuah bantal dibawah pundak sisi
payudara yang akan diperiksa (contoh, dimulai dengan payudara
sebelah kiri).
1. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan ibu
untuk menekan payudara kiri dengan ketiga jari (telunjuk,
tengah, manis).
2. Mulailah dari bagian atas payudara kiri dan gerakan jari-jari
ibu di seluruh permukaan payudara dengan gerakan memutar.
Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. terus
bergerak di seputar payudara dengan gerakan memutar
kedalam sampai menyentuh putting.
3. Pastikan untuk memeriksa area diantara payudara dengan
bawah lengan dan payudara dengan clavicula.
4. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan
untuk payudara sebelah kanan.
C. Apa yang perlu dicari ketika memeriksa payudara
1. Perubahan ukuran dengan bentuk payudara
2. Lipatan atau cekungan (dimple) pada kulit payudara.
3. Benjolan atau penebalan di dalam atau dekat payudara
atau daerah bawah lengan.
Jika benjolan halus atau seperti karet atau bergerak di
bawah kulit ketika ditekan dengan jari, tidak perlu
khawatir. Tetapi jika benjolan keras, memiliki bentuk
yang tak rata dan tidak terasa sakit, khususnya jika
benjolan tersebut hanya berada pada salah satu payudara
dan tidak bergerak pada di tekan, ibu harus memberitahu
petugas kesehatan.
Jika payudara ibu biasanya memiliki benjolan, ibu harus
mengetahui berapa banyak benjolan yang teraba dan
lokasinya, bulan berikutnya, ibu harus mengetahui jika
terdapat perubahan ukuran atau bentuk (halus atau tidak
beraturan). Dengan menggunakan teknik yang sama
setiap bulan akan membantu ibu mengetahui jika ada
perubahan yang terjadi.
4. Jika ada cairan dari puting yang tampak seperti darah
atau nanah, khususnya jika ibu tidak sedang menyusui,
ibu harus memberitahu petugas kesehatan.
5. Cairan mungkin keluar dari salah satu atau kedua
payudara selama satu tahun setelah memiliki anak atau
berhenti menyusui.

D. Pemeriksaan Payudara Sendiri


1. Perhatikan bentuk dan ukuran payudara melalui cermin
dengan posisi kedua lengan di samping tubuh.
2. Perhatikan payudara dengan kedua tangan di atas kepala
kemudian kedua tangan di pinggang.
3. Dengan lembut tekan kedua puting dan lihat apakah ada
cairan yang keluar
4. Periksa daerah antara payudara dan ketiak serta
payudara dan tulang dada.
5. Gunakan permukaan jari yang rata untuk menekan
payudara. Pastikan untuk menyentuh seluruh bagian
payudara. Ulangi semua langkah tersebut untuk
payudara sebelah kanan.
6. Letakkan lengan kiri di bawah kepala dalam posisi tidur
terlentang di atas tempat tidur dan mengganjal punggung
dengan bantal supaya posisi payudara bebas. Gunakan
pola yang sama setiap bulan.

6 Bagan Alir
7 Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8 Unit Terkait
9 Dokumen Terkait
10 Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan diubah diberlakukan
Catatan :

Waktu untuk memeriksa payudara

1. Sebaiknya periksa payudara ibu 7-10 hari setelah hari pertama menstruasi (Saat
payudara kemungkinan tidak mengeras dan nyeri). Ibu harus memeriksa payudara
sendiri setiap bulan, bahkan setelah masa menstruasi telah berhenti selamanya. Jika
ibu tidak mendapat menstruasi lagi, ibu harus memilih hari/tanggal yang sama tiap
bulan (misal hari/tanggal 1 tiap bulan) untuk memeriksa payudara.
2. Pemeriksaaan payudara dapat dilakukan sendiri saat mandi atau sebelum tidur.
Dengan memeriksa saat ibu mandi tangan dapat bergerak dengan mudah di kulit yang
basah.

PENATALAKSANAAN
EKSPLORASI DIGITAL PADA
PLASENTA
No. : 066
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 2 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
1 Pengertian Suatu tindakan intenvesi untuk mengeluarkan sisa plasenta dan
selaput ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim
2 Tujuan Sebagai acuan dari penatalaksanaan eksplorasi digital pada sisa
placenta
3 Kebijakan
4 Referensi 1. Kementrian kesehatan RI, WHO (2013), Buku saku
pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasa dan
rujukan untuk tenaga kesehatan, Kementrian kesehatan
RI, Jakarta.
2. Direktorat kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018,
Modul platihan bagi pelatihan (TOT) Penanganan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal bagi dokter
umum, bidan dan perawat, kemenkes RI, Jakarta.
5 Prosedur/Langkah- A. Persiapan Alat dan Obat
Langkah 1. Sarung tangan
2. Infuset dewasa
3. Abocath no 18
4. Cairan RL
5. Nierbeiken
6. Alas bokong/ Underpad
7. Rekam Medik Klien
8. Alat tulis

B. Persiapan Klien
1. Jelaskan pada klien prosedur dan tujuan tindakan
2. Berikan dan dukungan dan sport mental
3. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi

C. Pelaksanaan
1. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan
NaCL 0,9%/ Ringer Laktat dengan kecepatan 60
tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infuse oksitosin
20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% Ringer laktat
dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan
berhenti.
2. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan
keluarkan bekuan darah dan jaringan.
3. Berikan antibiotikprofilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g
IV dan metrodinazole 500 mg).
4. Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus
atonia uteri, dan lakukan Rujukan.
6 Bagan Alir
7 Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8 Unit Terkait
9 Dokumen Terkait
10 Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan diubah diberlakukan
PENATALAKSANAAN ATONIA
UTERI
No. : 067
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 5 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
1 Pengertian Suatu tindakan intervesi kepada ibu bersalin untuk
menghentikan perdarahan segera setelah plesenta lahir akibat
tidak adanya kontraksi uterus setelah 15 detik dilakukan masase.
2 Tujuan Sebagai acuan dari penanganan perdarahan yang disebabkan
karena atonia uteri
3 Kebijakan
4 Referensi 1. Saifuddin abdul bari, dkk (2010), buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, yayasan bina
pustaka sarwono prawihardjo, jakarta.
2. Kementrian kesehatan RI, WHO (2013), Buku saku
pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan untuk tenaga kesehatan, kementrian kesehatan RI,
Jakarta.
3. Direktorat kesga, dirjen kesmas, kementrian RI, 2018, Modul
pelatihan bagi pelatih (TOT) Penanganan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal bagi dokter umum, bidan dan perawat,
kemenkes RI, Jakarta.
5 Prosedur/Langkah- A. Persiapan Alat dan Obat
Langkah 1. Sarung tangan steril
2. Kateter nelaton
3. Infuset dewasa 2 buah
4. Abocath no 18 3 buah
5. Cairan NaCl 0,9% 5 labu
6. Oxcitocyn 5 ampul
7. Metilergometrin 0,2mg 2 ampul
8. Spuit 3cc 3 buah
9. Kondom steril
10. Nierbeken
11. Alas bokong/ underpad
12. APD
13. Rekam medik klien
14. Alat tulis

B. Penerimaanpasien dan persetujuan tindakan medis


1. Menyapa pasien, keluarga serta memperkenalkan diri
setiap pertama kali berinteraksi dengan pasien dan
keluarga.
2. Menberikan informed consent pada ibu dan keluarga.
3. Mencucu tangan dengan alkohol rub sebelum menyentuh
pasien
C. Tindakan penatalaksanaan perdarahan pasca persalinan
karena atonia uteri
1. Teriak minta tolong (petugas atau bidan penanggung
jawab pasien)
2. Nilai sirkulasi, jalan nafas dan pernafasan pasien – bila
ibu tidak bernafas segera lakukan.
3. Orang kedua dalam tim respon awal emergency segera
mendekatkan troli emergency ke tempat kejadian
emergency
4. Bidan penanggung jawab pasien menyampaikan kepada
orang pertama atau dokter jaga tentang kondisi ibu saat ini
dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi :
a. Usia ibu
b. Kehamilan beberapa
c. Usia kehamilan
d. Proses persalinan yang baru saja di alami, termasuk
riwayat induksi, kelahiran menggunakan alat,
persalinan lama atau terlalu cepat, riwayat ketuban
pecah, kelahiran plasenta, jumlah perdarahan yang
terjadi.
e. Berat lahir bayi
f. Tanda – tanda vital selama ini
g. Kadar HB saat hamil
h. Riwayat HPP/atonia pada kehamilan sebelumnya jika
ada
5. Berikan oksigen 4-6 liter / menit melalui sungkup atau
kanula
6. (orang kedua dibantu orang ketiga – secara simultan)
melakukan pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
b. Hitung frekuensi nadi
c. Hitung frekuensi nafas
d. Pemeriksaan tekanan darah menggunakan manset
yang sesuai
7. Bila menentukan tanda tanda syok orang pertama segera
mengambil alih situasi dan melakukan tatalaksana syok
sesuai daftar tilik syok sementara itu orang kedua secara
silmultan melakukan :
a. Masase uterus
b. Bersihkan bekuan darah dan pastikan kavum uteri
bersih
c. Berikan infus oksitosin 20-40 IU dalam 1 liter cairan
kristaloid
d. Bila oksitosin tidak tersedia berikan ergometrin 0.2
mg IM
e. Bila pendarahan masih tidak berhasil diatasi, brikan
misoprostolprektal 800-1000 mg
f. Berikan injeksi 1 gram asam traneksamat IV
g. Jika pendarahan masih terus berlangsung lakukan
kompresi
h. Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan awal terarah
(quick Check) dengan baik dan lengkap
i. Pada saat memasang infus, lakukan juga pemasangan
sampel darah untuk pemeriksaan kadar HB dan
golongan darah

D. Melakukan Kompresi Bimanual


Dapat dilakukan oleh orang pertama/ dokter jaga atau orang
kedua/ bidan senior. Bila perdarahan masih berlangsung,
uterus tidak berkontraksi, lakukan kompresi Bimanual
Interna
1. Ganti dengan sarung tangan tangan panjang steril hingga
menutup siku
2. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan non dominan
menyisihkan kedua labia minora ke lateral dan tangan
dominan secara obstetrik dimasukan melalui introitus
vagina
3. Kepalkan tangan dominan dan letakan dataran punggung
jari telunjuk hingga kelingking pada forniks anterior
4. Tapak tangan non dominan menekan bagian belakang
corpus uteri
5. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak
tangan kiri dengan kepalan tangan kanan pada forniks
anterior
6. Penolong berdiri didepan vulva dengan ibu jari dan
telunjuk tangan kiri, sisihkan kedua labia mayoran
kelateral dan secara obstetrik, masukan tangan kanan
melalui introitus
7. Kepalkan tangan kanan dan letakan dataran punggung
jari telunjuk hingga kelingking pada forniks, anterior
dorong uterus ke cranio-anterior
8. Tapak tangan kiri menekan bagia belakang corpus uterin
9. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak
tangan kiri dengan kepalan tangan kanan pada forniks
anterior
10. Lakukan kompresi bimanunggal interna selama 5 menit
perhatikan pendarahan yang terjadi, bila pendarahan
berhenti, pertahankan posisi demikian hingga kontraksi
uterus membaik keluarkan tangan setelah 1-2 menit
11. Keluarkan tangan kanan, bersihkan sarung tangan dan
rendam dalam klorin 0,5%
12. Cuci tangan dan lengan keringkan dengan handuk
13. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah kompresi
bimanual selama 5 menit lakukan kompresi bimanual
eksternal oleh orang kedua atau ketiga
14. Orang pertama segara menyiapkan rujukan.
E. Perawatan pasca tindakan jika atonia teratasi
1. Berikan antibiotik profilaksis dosis tunggal (Lakukan
skin test terlebih dahulu)
a. Ampisilin 2 gram dan metrodinazole 500 mg IV
b. Atau sepazolin 1 gram dengan metrodinazole 500
mg IV
2. Lakukan pengawasan dan pencatatan (orang kedua dan
ketiga) tanda vital dengan mengukur tensi nadi serta
kontraksi uterus dan volume perdarahan
a. Setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama
b. Setiap 30 menit pada jam kedua
c. Setiap jam untuk waktu seterusnya hingga pasien
bener – bener dalam keadaan stabil.
3. Pasang kateter untuk pengawasan jumlah urine yang
keluar, ukur volume urine setiap 3 atau 4 jam
4. Periksa kadar HB pasca tindakan
5. Buat laporan tindakan dan catat kondisi pasien pada
catatan medis
6. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal – hal penting
yang memerlukan pemantauan ketat
7. Beritahu pada pasiendan keluarga bahwa tindakan telah
selesai dan pasien masih memerlukan perawatan

F. Persiapan dan proses rujukan


1. Surat rujukan
2. Transportasi
3. Pertahankan cairan infuse dan kondisi pasien dan
lanjutkan resusitasi cairan jika diperlukan
4. Lanjutkan pemberian uterotonika selama perjalanan
5. Menghubungi faskes tujuan melalui telepon/SMS
6. Petugas kesehatan mendampingi rujukan

G. Dekontaminasi dan pencegahan infeksi pasca tindakan


1. Letakkan semua peralatan yang digunakan dalam
tindakan kedalam bak berisi klorin 0.5% untuk
dekontaminasi
2. Buang semua benda tajam kedalam kontainer yang tidak
tembus, khusus untuk pembuangan benda tajam.
3. Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air
mengalir, keringkan tangan menggunakan handuk kering
sekali pakai.
6 Bagan Alir
7 Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8 Unit Terkait
9 Dokumen Terkait
10 Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan diubah diberlakukan

PENATALAKSANAAN PRE
EKLAMPSIA
No. : 068
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 4 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
1 Pengertian Suatu tindakan intenvensi kepada ibu hamil dengan usia
kehamilan diatas 2 minggu yang ditandai dengan tekanan darah
>140/90 mmhg dan protein > +1
2 Tujuan Sebagai acuan dari penatalaksanaan Pre eklampsia
3 Kebijakan
4 Referensi 1. Direktorat kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018,
Modul pelatihan bagi pelatih (TOT) penanganan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal bagi dokter
umum, bidan dan perawat, kemenkes kesehatan RI,
jakarta
2. Kementrian kesehatan RI, WHO (2013), buku saku
pelayanan kesehatan ibu difasilitasi kesehatan dasar dan
rujukan untuk tenaga kesehatan , kementrian kesehatan
RI, jakarta
3. Saifuddin abdul bari, dkk (2010), buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Yayasan
bina pustaka sarwono prawirohardjo, jakarta.
5 Prosedur/Langkah- A. Persiapan alat :
Langkah 1. Tensi meter
2. Stetoscop
3. Monoaural
4. Spatula lidah
5. Oksigen
6. Infus set
7. Abocat
8. Ringel lactate
9. MgSo4
10. Calsium Gluconat
11. Folly catheter
12. Reflek hammer
13. Spuit 10cc
14. Jam / timer
15. Isap lendir

B. Penerimaan pasien dan persetujuan tindakan medis


1. Menyapa pasien, keluarga serta memperkenalkan diri
setiap pertama kali berinteraksi dengan pasien dan
keluarga.
2. Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga.
3. Mencuci tangan dengan alkohol rub sebelum menyentuh
pasien

C. Tindakan pertolongan Pre eklampsia dan


pendokumentasian
1. Lakukan anamnesis singkat dan terarah tentang kondisi
ibu saat ini dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi:
a. Usia ibu
b. Kehamilan berapa
c. Usia kehamilan
d. Sejak kapan tekanan darah tinggi di alami pada
kehamilan ini
e. Adakah keluhan sakit kepala, pandangan kabur,
mual, nyeri ulu hati,
f. Adakah kejang
g. Obat yang sudah didapat
h. Riwayat tekanan darah tinggu sebelum kehamilan ini
2. Lakukan pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik
secara simultan
a. Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
b. Pemeriksaan tekanan darah menggunakan manset
yang sesuai dengan posisi setengah duduk, ulang
pemeriksaan selama waktu 4 jam
c. Hitung frekuensi nafas
d. Hitung frekuensi nadi
e. Pemeriksaan reflek patella
f. Lakukan pemeriksaan dipstick protein urine
g. Bila diagnosis pre eklampsia berat ditegakkan syarat
pemberian MgSo4 terpenuhi
3. Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan awal terarah
(quick Check) dengan baik dan lengkap
4. Buat diagnosis kerja dari hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan
5. Memberikan dosis awal magnesium sulfat
a. Beritahu bahwa ibu perlu mendapatkan obat
suntiknya yang berguna untuk mencegah terjadinya
kejang
b. Beritahu bahwa pada saat menyuntikkan ibu akan
merasakan panas pada saat magnesium sulfat
diberikan
c. Lakukan pemasangan infuse dengan menggunakan
kateter vena no 18 dan cairan ringer asetat/ringer
laktat
d. Lakukan pemasangan kateter urine menetap untuk
memantau produksi urine
e. Berikan 4 gram MgSo4 (10 ml larutan MgSo4 40%
dilarutkan dengan 10 ml aquades) IV secara perlahan
– lahan selama 15-20 menit
f. Jika akses intravena sulit berikan masing –masing 5
gram MgSo4 (12.5 lar MgSo4 40%) IM di bokong
kanan dan kiri
g. Sambil menunggu rujukan segera lanjutkan dengan
dosis pemeliharaan 6 gram MgSo4 (15 ml larutan
MgSo4 40%) dalam larutan ringer asetat atau ringer
laktat secara IV dengan kecepatan 28 tetes / menit
selama 6 jam dandiulang hingga 24 jam setelah
persalinan jika syarat – syarat terpenuhi.
h. Jika terjadi kejang setelah 15 menit berikan MgSo4
(40%) 2 gram IV selama 5 menit
i. Alat suntik sekali pakai dibuan dalam tempat sampah
yang tahan tusukan
j. Mengetahui antidotum MgSo4 Ca Glukonas 10% 10
ml (1gram)
6. Pemberian anti hipertensi :
a. Ibu dengan hipertensi berat perlu mendapatkan terapi
anti hipertensi (tekanan darah >160/110 mmHg)
b. Obat anti hipertensi : Nifedipin 3-4 kali 10-30 mg
peroral
7. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan rujukan
8. Melakukan pendokumentasian yang baik dan lengkap,
berikan keterangan pada keluarga dan pasien tentang
kondisi saat ini dan penanganan lebih lanjut sampai
keluarga pasien mengerti

D. Persiapan Rujukan
1. Surat rujukan
2. Transportasi
3. Obat –obatan emergency jika diperlukan
4. Menghubungi faskes rujukan melalui telepon / SMS
5. Petugas kesehatan mendampingi rujukan
6. Melakukan observasi dan pencatatan selama proses
rujukan.

6 Bagan Alir
7 Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8 Unit Terkait
9 Dokumen Terkait
10 Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan diubah diberlakukan
PENATALAKSANAAN ASFIKSIA
BAYI BARU LAHIR
No. : 069
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 5 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
1 Pengertian Suatu intervensi tindakan yang dilakukan untuk membantu bayi
baru lahir yang tidak bernafas spontan dan teratur.
2 Tujuan Suatu intervensi tindakan yang dilakukan untuk membantu bayi
baru lahir yang tidak bernafas spontan dan teratur
3 Kebijakan
4 Referensi 1. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, kemenkes RI, 2018, Modul
platihan bagi pelatih (TOT) penanganan kegawat daruratan
maternal dan neonatal bagi dokter umum, bidan dan perawat,
Kemenkes RI, Jakarta.
2. Kementrian Kesehatan RI, WHO (2013), buku saku
pelayanan kesehatan ibu difasilitasi kesehatan dasar dan
rujukan untk tenaga kesehatan, kementrian kesehatan RI,
Jakarta.
5 Prosedur/Langkah- A. Perisapan Resusitasi
Langkah 1. Informed consent dan komunikasi
2. Menyusun tim
3. Pengenalan faktor resiko ibu dan bayi baru lahir
4. Menyiapkan alat dan pastikan berfungsi
5. Mengetahui indikasi melakukan resusitasi (langkah awal)
B. Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir
6. Penilaian awal (bernafas, menangis, tonus otot) jika salah
satu jawaban tidak maka bayi perlu tindakan resusitasi
7. Melakukan langkah awal
a. Memastikan bayi tetap hangat (meletakkan bayi baru
lahir di bawah penghangatan dengan pemancar
panas) dan melakukan pemasangan plastik dan topi
bayi sebagai metode kehangatan.
b. Atur posisi bayi dan bersihkan jalan nafas
c. Membersihkan jalan nafas
d. Mengeringkan, mengganti kain basah
e. Melakukan stimulasi
f. Reposisi kepala (memposisikan kembali)
8. Melakukan evaluasi (usaha nafas, laju denyut jantung
dan tonus otot)
9. Membuat keputusan untuk langkah berikutnya
10. Mengetahui indikasi melakukan ventilasi tekanan positif
a. Jika bayi baru lahir tidak bernafas/ megap-megap
atau laju denyut jantung < 100 x / menit maka
lakukan VTP dan pasang sensor pulseoxymetri di
tangan kanan (Saturasi Oksigen).
b. Jika bayi baru lahir bernafas spontan dan denut
jantung > 100 x/ menit tetapi ada distress respirasi
(takipnea, tarikan dinding dada, merintih) maka
lakukan pemasangan CPAP dan pasang pulse
oxymeter ditangan kanan
11. Melakukan ventilasi tekanan positif dengan balon
sungkup + katup PEEP
12. Melakukan ukuran sungkup yang sesuai
13. Memastikan jalan nafas yang terbuka
14. Melakukan sungkup dengan benar
15. Melakukan VTP
16. Melakukan koreksi jika dada tidak mengembang
17. Melakukan VTP dengan frekuensi 20-30 x per 30 detik
18. Melakukan evaluasi setelah VTP selama 30 detik
19. Setelah VTP 30 detik, evaluasi usaha nafas, denut
jantung dan saturasi oksigen.
20. Membuat keputusan untuk melakukan langkah
berikutnya.
a. Bila nafas spontan denyut jantung > 100 x/ menit dan
ada tanda - tanda distress respirasi, lakukan prawatan
pasca resusitasi
b. Bila nafas spontan denyut jantung > 100 x / menit
dan tanda – tanda distress respirasi, berikan CPAP
c. Bila belum ada nafas spontan, denyut jantung > 60 x
/ menit lanjutkan VTP
d. Bila bayi belum bernafas dan denyut jantung > 60
kali / menit lakukan VTP dan kompresi dada
e. Jika sudah kompeten lanjutkan ke VTP
berkelanjutan dengan t-piece resuscitator, jika tidak
kompeten dalam melakukan kompresi dada maupun
VTP dengan t-piece lakukan rujukan dengan tetap
melakukan VTP sampai ketempat rujukan
21. Melakukan persiapan alat untuk melakukan VTP
lanjutkan dengan tipe T-piece dengan mengatur tekanan
positif akhir respirasi (end-expiratory pressure / PEEP
yang akan diberikan antara 5-8 cm H2O) umumnya
dimulai dengan 7, hingga manometer menunjukan PEEP
yang diinginkan.
22. Melakukan sungkup dengan ukuran yang sesuai pada
wajah bayi.

6 Bagan Alir
7 Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8 Unit Terkait
9 Dokumen Terkait
10 Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan diubah diberlakukan
No. : 065
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 3 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
1 Pengertian
2 Tujuan
3 Kebijakan
4 Referensi
5 Prosedur/Langkah-
Langkah
6 Bagan Alir
7 Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8 Unit Terkait
9 Dokumen Terkait
10 Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan diubah diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai