No. : 062
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 2 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
1. Pengertian suatu proses pemberian informasi dan edukasi terhadap akseptor KB
(WUS / PUS) dengan cara memberikanpenjelasan tentang alat – alat
kontrasepsi dengan bantuan ABPK dan membantu akseptor
mengambil keputusan akan pilihan kontrasepsi yang akan digunakan.
2. Tujuan Sebagian acuan dalam konseling KB dengan media Alat Bantu
Pengembalian Keputusan ber-KB
3. Kebijakan
4. Referensi 1. Affandi, Biran, 2011, Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
2. Kementrian Kesehatan RI, 2014, Pedoman Manajemen Pelayanan
Keluarga Berencana, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan kesehatan
Ibu dan Anak , Kementrian Kesehatan, Jakarta.
3. Kemenkes RI, 2006, Alat Bantu Pengembalian Keputusan ber-KB,
Edisi 6, Kemenkes RI, Jakarta.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait
9. Dokumen Terkait
10. Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai diberlakukan
Perubahan diubah
INSPEKSI VISUAL ASETAT TES
No. : 063
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 5 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
11. Pengertian Pengeriksaan serviks secara visual menggunakan asam cuka dengan
mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan sam
cuka 3-5%
12. Tujuan untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu
metode skrining kanker mulut rahim
13. Kebijakan
14. Referensi 1. Kemenkes RI, 2015, ‘Buletin Kanker’ Pusat data dan informasi
Kementrian kesehatan RI, 2009, Jakarta
2. Departemen Kesehatan RI, 2009, Pencegahan kanker Leher Rahim
dan Kanker Payudara, Depkes RI, Jakarta.
3. Depkes RI, 2008, Skrining kanker leher rahim dengan metode
inspeksi Visual dengan asam Asetat (IVA), Depkes RI, Jakarta.
4. Mentri Kesehatan RI, 2015, Modul Deteksi Dini kanker Serviks dan
Payudara. Jakarta.
5. S, A, Kurian, B Quereshi, M. A, & K, L, 2012, Cervical Cancer
screening: Current knowledge & Practice Among Women In A
Rural Population Of Kerala, India. Indian Journal Medical re, Inda.
C. Pasca Tindakan
1. Bersihkan lampu dengan lap yang dibasahi larutan klorin 0,5 %
atau alkohol untuk menghindari kontaminasi silang antar pasien.
2. Celupkan kedua sarung tangan yang masih dipakai ke dalam
larutan klorin 0,5% . lepas sarung tangan dengan membalik sisi
dalam keluar. Jika membuang sarung tangan, buang kedalam
wadah tahan bocor atau kantung plastik. Jika telah melakukan
pemeriksaan retrovaginal, sarung tangan harus dibuang. jika
sarung tangan tersebut ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit untuk dekontaminasi.
3. Cuci tangan secara merata dengan sabun dan air kemudian
keringkan dengan kain bersih dan kering.
4. Jika hasil tes IVA negatif, minta ibu untuk mundur dan bantu ibu
untuk duduk. Minta ibu agar berpakaian
5. Cacat hasil tes IVA dan temuan – temuan lain seperti bukti adanya
infeksi (cervicitis); ektropion: tumor yang tampak kasar; atau kista
Nabothion, ulkus atau “strawberry serviks”. Serviks yang
berpenyakit catatlah pemeriksaan serviks sebagai abnormal.
Gambarkan sebuah “Peta” serviks dan area yang berpenyakit pada
formulir catata.
6. Diskusikan hasil tes IVA dan pemeriksaan panggul bersama ibu.
jika hasil tes IVA negatif, katakan kapan ibu harus kembali untuk
melakukan tes IVA berikutnya.
7. Jika hasil tes IVA positif atau diduga ada kanker, katakan pada ibu
langkah yang dianjurkan selanjutnya.
8. Jika pengobatan dapat segera diberikan, diskusikan kemungkinan
tersebut. Jika perlu rujukan untuk test atau pengobatan lebih lanjut
aturlah proses rujukan dan berikan formulir secara petunjuk yang
diperlukan oleh ibu sebelum meninggalkan klinik.
6 Bagan Alir
7 Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8 Unit Terkait
9 Dokumen Terkait
10 Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan diubah diberlakukan
Catatan :
1. Sebaiknya periksa payudara ibu 7-10 hari setelah hari pertama menstruasi (Saat
payudara kemungkinan tidak mengeras dan nyeri). Ibu harus memeriksa payudara
sendiri setiap bulan, bahkan setelah masa menstruasi telah berhenti selamanya. Jika
ibu tidak mendapat menstruasi lagi, ibu harus memilih hari/tanggal yang sama tiap
bulan (misal hari/tanggal 1 tiap bulan) untuk memeriksa payudara.
2. Pemeriksaaan payudara dapat dilakukan sendiri saat mandi atau sebelum tidur.
Dengan memeriksa saat ibu mandi tangan dapat bergerak dengan mudah di kulit yang
basah.
PENATALAKSANAAN
EKSPLORASI DIGITAL PADA
PLASENTA
No. : 066
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 2 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
1 Pengertian Suatu tindakan intenvesi untuk mengeluarkan sisa plasenta dan
selaput ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim
2 Tujuan Sebagai acuan dari penatalaksanaan eksplorasi digital pada sisa
placenta
3 Kebijakan
4 Referensi 1. Kementrian kesehatan RI, WHO (2013), Buku saku
pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasa dan
rujukan untuk tenaga kesehatan, Kementrian kesehatan
RI, Jakarta.
2. Direktorat kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018,
Modul platihan bagi pelatihan (TOT) Penanganan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal bagi dokter
umum, bidan dan perawat, kemenkes RI, Jakarta.
5 Prosedur/Langkah- A. Persiapan Alat dan Obat
Langkah 1. Sarung tangan
2. Infuset dewasa
3. Abocath no 18
4. Cairan RL
5. Nierbeiken
6. Alas bokong/ Underpad
7. Rekam Medik Klien
8. Alat tulis
B. Persiapan Klien
1. Jelaskan pada klien prosedur dan tujuan tindakan
2. Berikan dan dukungan dan sport mental
3. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
C. Pelaksanaan
1. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan
NaCL 0,9%/ Ringer Laktat dengan kecepatan 60
tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infuse oksitosin
20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% Ringer laktat
dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan
berhenti.
2. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan
keluarkan bekuan darah dan jaringan.
3. Berikan antibiotikprofilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g
IV dan metrodinazole 500 mg).
4. Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus
atonia uteri, dan lakukan Rujukan.
6 Bagan Alir
7 Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8 Unit Terkait
9 Dokumen Terkait
10 Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan diubah diberlakukan
PENATALAKSANAAN ATONIA
UTERI
No. : 067
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 5 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
1 Pengertian Suatu tindakan intervesi kepada ibu bersalin untuk
menghentikan perdarahan segera setelah plesenta lahir akibat
tidak adanya kontraksi uterus setelah 15 detik dilakukan masase.
2 Tujuan Sebagai acuan dari penanganan perdarahan yang disebabkan
karena atonia uteri
3 Kebijakan
4 Referensi 1. Saifuddin abdul bari, dkk (2010), buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, yayasan bina
pustaka sarwono prawihardjo, jakarta.
2. Kementrian kesehatan RI, WHO (2013), Buku saku
pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan untuk tenaga kesehatan, kementrian kesehatan RI,
Jakarta.
3. Direktorat kesga, dirjen kesmas, kementrian RI, 2018, Modul
pelatihan bagi pelatih (TOT) Penanganan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal bagi dokter umum, bidan dan perawat,
kemenkes RI, Jakarta.
5 Prosedur/Langkah- A. Persiapan Alat dan Obat
Langkah 1. Sarung tangan steril
2. Kateter nelaton
3. Infuset dewasa 2 buah
4. Abocath no 18 3 buah
5. Cairan NaCl 0,9% 5 labu
6. Oxcitocyn 5 ampul
7. Metilergometrin 0,2mg 2 ampul
8. Spuit 3cc 3 buah
9. Kondom steril
10. Nierbeken
11. Alas bokong/ underpad
12. APD
13. Rekam medik klien
14. Alat tulis
PENATALAKSANAAN PRE
EKLAMPSIA
No. : 068
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 4 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
1 Pengertian Suatu tindakan intenvensi kepada ibu hamil dengan usia
kehamilan diatas 2 minggu yang ditandai dengan tekanan darah
>140/90 mmhg dan protein > +1
2 Tujuan Sebagai acuan dari penatalaksanaan Pre eklampsia
3 Kebijakan
4 Referensi 1. Direktorat kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018,
Modul pelatihan bagi pelatih (TOT) penanganan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal bagi dokter
umum, bidan dan perawat, kemenkes kesehatan RI,
jakarta
2. Kementrian kesehatan RI, WHO (2013), buku saku
pelayanan kesehatan ibu difasilitasi kesehatan dasar dan
rujukan untuk tenaga kesehatan , kementrian kesehatan
RI, jakarta
3. Saifuddin abdul bari, dkk (2010), buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Yayasan
bina pustaka sarwono prawirohardjo, jakarta.
5 Prosedur/Langkah- A. Persiapan alat :
Langkah 1. Tensi meter
2. Stetoscop
3. Monoaural
4. Spatula lidah
5. Oksigen
6. Infus set
7. Abocat
8. Ringel lactate
9. MgSo4
10. Calsium Gluconat
11. Folly catheter
12. Reflek hammer
13. Spuit 10cc
14. Jam / timer
15. Isap lendir
D. Persiapan Rujukan
1. Surat rujukan
2. Transportasi
3. Obat –obatan emergency jika diperlukan
4. Menghubungi faskes rujukan melalui telepon / SMS
5. Petugas kesehatan mendampingi rujukan
6. Melakukan observasi dan pencatatan selama proses
rujukan.
6 Bagan Alir
7 Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8 Unit Terkait
9 Dokumen Terkait
10 Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan diubah diberlakukan
PENATALAKSANAAN ASFIKSIA
BAYI BARU LAHIR
No. : 069
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 5 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
1 Pengertian Suatu intervensi tindakan yang dilakukan untuk membantu bayi
baru lahir yang tidak bernafas spontan dan teratur.
2 Tujuan Suatu intervensi tindakan yang dilakukan untuk membantu bayi
baru lahir yang tidak bernafas spontan dan teratur
3 Kebijakan
4 Referensi 1. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, kemenkes RI, 2018, Modul
platihan bagi pelatih (TOT) penanganan kegawat daruratan
maternal dan neonatal bagi dokter umum, bidan dan perawat,
Kemenkes RI, Jakarta.
2. Kementrian Kesehatan RI, WHO (2013), buku saku
pelayanan kesehatan ibu difasilitasi kesehatan dasar dan
rujukan untk tenaga kesehatan, kementrian kesehatan RI,
Jakarta.
5 Prosedur/Langkah- A. Perisapan Resusitasi
Langkah 1. Informed consent dan komunikasi
2. Menyusun tim
3. Pengenalan faktor resiko ibu dan bayi baru lahir
4. Menyiapkan alat dan pastikan berfungsi
5. Mengetahui indikasi melakukan resusitasi (langkah awal)
B. Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir
6. Penilaian awal (bernafas, menangis, tonus otot) jika salah
satu jawaban tidak maka bayi perlu tindakan resusitasi
7. Melakukan langkah awal
a. Memastikan bayi tetap hangat (meletakkan bayi baru
lahir di bawah penghangatan dengan pemancar
panas) dan melakukan pemasangan plastik dan topi
bayi sebagai metode kehangatan.
b. Atur posisi bayi dan bersihkan jalan nafas
c. Membersihkan jalan nafas
d. Mengeringkan, mengganti kain basah
e. Melakukan stimulasi
f. Reposisi kepala (memposisikan kembali)
8. Melakukan evaluasi (usaha nafas, laju denyut jantung
dan tonus otot)
9. Membuat keputusan untuk langkah berikutnya
10. Mengetahui indikasi melakukan ventilasi tekanan positif
a. Jika bayi baru lahir tidak bernafas/ megap-megap
atau laju denyut jantung < 100 x / menit maka
lakukan VTP dan pasang sensor pulseoxymetri di
tangan kanan (Saturasi Oksigen).
b. Jika bayi baru lahir bernafas spontan dan denut
jantung > 100 x/ menit tetapi ada distress respirasi
(takipnea, tarikan dinding dada, merintih) maka
lakukan pemasangan CPAP dan pasang pulse
oxymeter ditangan kanan
11. Melakukan ventilasi tekanan positif dengan balon
sungkup + katup PEEP
12. Melakukan ukuran sungkup yang sesuai
13. Memastikan jalan nafas yang terbuka
14. Melakukan sungkup dengan benar
15. Melakukan VTP
16. Melakukan koreksi jika dada tidak mengembang
17. Melakukan VTP dengan frekuensi 20-30 x per 30 detik
18. Melakukan evaluasi setelah VTP selama 30 detik
19. Setelah VTP 30 detik, evaluasi usaha nafas, denut
jantung dan saturasi oksigen.
20. Membuat keputusan untuk melakukan langkah
berikutnya.
a. Bila nafas spontan denyut jantung > 100 x/ menit dan
ada tanda - tanda distress respirasi, lakukan prawatan
pasca resusitasi
b. Bila nafas spontan denyut jantung > 100 x / menit
dan tanda – tanda distress respirasi, berikan CPAP
c. Bila belum ada nafas spontan, denyut jantung > 60 x
/ menit lanjutkan VTP
d. Bila bayi belum bernafas dan denyut jantung > 60
kali / menit lakukan VTP dan kompresi dada
e. Jika sudah kompeten lanjutkan ke VTP
berkelanjutan dengan t-piece resuscitator, jika tidak
kompeten dalam melakukan kompresi dada maupun
VTP dengan t-piece lakukan rujukan dengan tetap
melakukan VTP sampai ketempat rujukan
21. Melakukan persiapan alat untuk melakukan VTP
lanjutkan dengan tipe T-piece dengan mengatur tekanan
positif akhir respirasi (end-expiratory pressure / PEEP
yang akan diberikan antara 5-8 cm H2O) umumnya
dimulai dengan 7, hingga manometer menunjukan PEEP
yang diinginkan.
22. Melakukan sungkup dengan ukuran yang sesuai pada
wajah bayi.
6 Bagan Alir
7 Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8 Unit Terkait
9 Dokumen Terkait
10 Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan diubah diberlakukan
No. : 065
Dokumen
No. Revisi :-
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 3 Halaman
Dudung Supriatin
Pukesmas Situ Tandatangan Kepala Puskesmas Situ NIP.
197311231994031003
1 Pengertian
2 Tujuan
3 Kebijakan
4 Referensi
5 Prosedur/Langkah-
Langkah
6 Bagan Alir
7 Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8 Unit Terkait
9 Dokumen Terkait
10 Rekam Historis No Yang Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan diubah diberlakukan