PENDAHULUAN
penyakit infeksi bakterial. Sesuai dengan UU. No 149 tahun 1949, antibiotik
termasuk dalam daftar G atau Gevaarlijik berarti obat keras, yang hanya dapat
diperoleh dengan resep dokter atau tanggung jawab dan kewenangan dari pihak
masyarakat yang menggunakan antibiotik yang tidak sesuai indikasi dan menjadi
tidak efektif dalam mengobati suatu penyakit infeksi (3). Banyak faktor yang
pemahaman yang dimiliki masyarakat, Untuk menghindari hal ini perlu dilakukan
1
Pengobatan antibiotik tanpa resep dokter sering terjadi di negara-negara
berkembang, bahkan di negara maju seperti Eropa (4). Penelitian Volpato (2005)
di Brazil menunjukkan bahwa 74% dari 107 apotek yang telah dikunjungi,
termasuk 88% apotek, yang didaftar oleh Municipal Health Secretary, menjual
antibiotik tanpa resep dokter (5). Penelitian di Riyadh, Saudi Arabia juga
menunjukkan tingginya penggunaan antibiotik tanpa resep dokter yaitu 77,6% (6).
antibiotik (7).
yang diatur dalam undang-undang obat keras St. No.419 tgl. 22 Desember 1949,
pada pasal 3 ayat 1. Selain itu, diberlakukan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
bebas. Dari fenomena ini peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan
2
faktor individu pasien ditinjau dari segi sikap masyarakat di wilayah kerja
apakah terdapat hubungan antara faktor individu pasien ditinjau dari segi sikap
tanpa resep?
faktor individu pasien ditinjau dari segi sikap masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Kayutangi.
2. Mengidentifikasi sikap pasien tentang penggunaan antibiotik tanpa resep
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini antara lain mengetahui kebiasaan
3
Kayutangi, memberikan gambaran mengenai hubungan faktor individu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antibiotik
4
Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme,
infeksi pada manusia, hewan, tanaman. Istilah ini sebelumnya digunakan terbatas
pada zat yang dihasikan oleh mikroorganisme, tetapi penggunaan istilah ini
meluas meliputi senyawa sintetik dan semisintetik dengan aktivitas kimia yang
mirip (8).
terhadap mikroba tetapi relatif tidak toksik terhadap hospes. Berdasarkan sifat
tetrasiklin dan kloramfenikol). Batas kedua spektrum ini terkadang tidak jelas.
obat terpilih untuk infeksi yang diderita terlepas dari efeknya terhadap
5
Berdasarkan mekanisme kerja, antibiotik terbagi menjadi lima kelompok
ristosetin).
1) Penisilin
chrysognum. Bersifat aktif terutama pada bakteri gram positif dan beberapa gram
negatif. Mekanisme resistensi terhadap agen beta laktam terjadi secara klinik
tazobactam. Efek samping dari penisilin antara lain adalah reaksi alergi berupa
syok anafilaksis yang bisa menyebabkan kematian, gangguan lambung dan usus
sedangkan pada dosis yang tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan
neurotoksik. Penisilin aman digunakan untuk wanita hamil dan ibu menyusui.
2) Sefalosporin
6
Merupakan antibiotik yang dihasikan oleh jamur Cephalosporium
a) Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan
cefadroxil. Golongan ini digunakan secara oral pada infeksi saluran kemih ringan
b) Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif dan lebih kuat terhadap
c) Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif, meliputi P.aeruginosa
3) Vancomycin
Bersifat bakterisid terhadap kuman gram positif aerob dan anaerob. Merupakan
antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak mampu mengatasi infeksi bakteri.
polien dan polimiksin. Kemoterapetik selektif terjadi karena antibiotik ini hanya
menghancurkan membran sitoplasma bakteri dan jamur tertentu yang lebih mudah
7
2.1.1.3 Antibiotik yang bekerja melalui penghambatan sintesis protein
1) Aminoglikosida
Microspora. Golongan ini bersifat bakterisid, berpengaruh pada subunit 30S dari
terutama bergantung pada tidak adanya reseptor protein spesifik pada subunit 30S
digunakan secara injeksi pada TBC dan endokarditis. Gentamicin dan amikacin
tobramycin, neomycin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes
2) Tetrasiklin
rimosus. Antibiotik ini bekerja terikat pada subunit 30S ribosom mikroba
selubung sel mikroba. Pada sel yang resisten, obat ini tidak ditransfer aktif ke
dalam sel atau meninggalkan sel secara cepat sehingga konsentrasi penghambatan
tidak dapat dipertahankan. Obat ini bersifat bakteriostatik dan spektrum kerjanya
8
luas, kecuali terhadap Pseudomonas dan Proteus. Penggunaannya dibatasi karena
sifat resistensinya dan efek samping jika digunakan pada ibu hamil dan anak kecil.
3) Kloramfenikol
4) Makrolida (eritromisin)
Terikat pada subunit 50S ribosom. Beberapa bakteri yang resisten terhadap
5) Linkomisin (klindamisin)
disebabkan karena tidak adanya tempat pengikatan pada subunit 50S. Bersifat
pada jerawat.
trimetoprim.
1) Rifampisin
9
Antibiotik ini menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengikat secara
kuat pada RNA polimerase yang bergantung pada DNA bakteri. Resistensi
nukleat. Obat ini menghambat kerja DNA girase, enzim yang bertanggung jawab
menjadi :
kerja golongan ini bersifat lebih luas meliputi gram positif dan dapat digunakan
3) Sulfonamid
10
sulfacetamid, pada radang usus digunakan sulfasalazin, pada malaria tropikana
digunakan fansidar, pencegahan luka bakar dengan silver sulfadiazin, pada tifus
hiperbilirubinemia.
antibiotik untuk terapi definitif, terapi empiris, dan terapi profilaksis. Terapi
secara definitif hanya digunakan untuk mengobati infeksi karena bakteri. Untuk
memastikannya dengan kultur bakteri, uji sensitivitas, tes serologi dan tes lainnya.
terjangkau, dan efektivitas tertinggi harus diresepkan pada terapi definitif (9).
antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya (9).
penyebab dan sifat resistensinya. Dalam menentukan penyebab infeksi pada anak,
dan anak untuk mencegah infeksi. Tujuan pemberian antibiotik profilaksis adalah
11
mencegah infeksi terhadap patogen tertentu dan mencegah infeksi pada organ
tubuh tertentu dan ketiga, untuk pasien yang rentan terhadap infeksi (7).
penyebab infeksi. Penyakit infeksi dengan gejala klinik ringan, tidak perlu segera
merupakan salah satu gejala sistemik penyakit infeksi paling umum, tidak
masalah resistensi).
b. Demam dapat disebabkan oleh penyakit infeksi virus, yang cukup
mengkaji kelengkapan resep serta dosis rejimennya. Dokter juga harus menulis di
rekam medik secara jelas, lengkap dan benar tentang regimen dosis pemberian
antibiotik, dan instruksi tesebut juga ditulis di rekam pemberian antibiotik (RPA).
12
parenteral/nonparenteral/oral) harus mencatat jam pemberian dan memberi paraf
pada RPA, sesuai jam pemberian antibiotik yang sudah disepakati (10).
idiosinkrasi, reaksi toksik, serta perubahan biologik dan metabolik pada hospes
(12).
a) Reaksi alergi
besarnya dosis obat. Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat
angioedema, dan lain-lain. Alergi yang sering terjadi atau reaksi yang tidak
b) Reaksi Idiosinkrasi
Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara
pria berkulit hitam akan mengalami anemia hemolitik berat jika mendapat
relatif. Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semua jenis antibiotik.
13
Yang mungkin dapat dianggap relatif tidak toksik sampai kini ialah
hamil (12).
suprainfeksi (12).
Karena luasnya kerja antibiotik ini, flora bakteri usus dapat mati
atau jamur tumbuh lebih bebas dan terjadi infeksi yang lebih berat (12).
Faktor yang memudahkan timbulnya superinfeksi ialah:
1) Adanya faktor atau penyakit yang mengurangi daya tahan pasien
2) Penggunaan antibiotik terlalu lama
3) Luasnya spektrum aktivitas antimikroba obat, baik tunggal maupun
kombinasi (9).
2.4. Resistensi Antibiotik
Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan
daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu (9):
d. Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat dinding sel
bakteri.
e. Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan dari dalam sel
2.5. Sikap
Sikap adalah kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga
sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.
Fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan
15
tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau merupakan reaksi tertutup
(10).
Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003), sikap terdiri dari tiga
a. Pengalaman Pribadi
stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar dalam pembentukan
sikap, untuk dapat memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki
16
dengan obyek psikologis. Menurut Breckler dan Wiggins bahwa sikap yang
memungkinkan.
b. Orang lain
dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap berpengaruh antara lain adalah
orang tua, teman dekat, teman sebaya, rekan kerja, guru, suami atau istri.
c. Kebudayaan
seseorang.
d. Media Massa
surat kabar, mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan opini
yang dapat mengarah pada opini yang kemudian dapat mengakibatkan adanya
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan
17
buruk antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari
f. Faktor Emosional
pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat
BAB III
A. Landasan Teori
penyakit infeksi bakterial. Sesuai dengan UU. No. 149 tahun 1949, antibiotik
termasuk dalam daftar obat keras, yang hanya dapat diperoleh dengan resep
dokter atau tanggung jawab dan kewenangan dari pihak medis. Penggunaan
18
antibiotik di masyarakat yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi. Hal ini
antibiotik yang diatur dalam undang-undang obat keras St. No.419 tgl. 22
Desember 1949, pada pasal 3 ayat 1. Selain itu, diberlakukan Peraturan Menteri
(3).
masyarakat yang menggunakan antibiotik yang tidak sesuai indikasi dan menjadi
tidak efektif dalam mengobati suatu penyakit infeksi. Banyak faktor yang
tanpa resep.
Antibiotik
Berdasarkan beberapa sumber dalam tinjauan pustaka yang menyatakan
Sikap
19
Faktor Individu
Perilaku
Pengetahuan
Baik
Cukup
Buruk
B. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara faktor individu
pasien ditinjau dari segi sikap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kayutangi
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
penggunaan antibiotik tanpa resep ditinjau dari segi sikap di wilayah kerja
Puskesmas Kayutangi.
kerja Puskesmas Kayutangi yaitu warga Kelurahan Sungai Miai dan Kelurahan
Antasan Kecil Timur. Sampel yang digunakan menurut Gay and Diehl minimal
C. Instrumen Penelitian
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas dan variabel
E. Definisi Operasional
1. Sikap diukur melalui 10 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman
Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 40. Sikap
21
2. Penggunaan antibiotik tanpa resep adalah penggunaan obat antibiotik
tidak.
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan: meliputi pengumpulan pustaka, pengurusan perizinan
kepada responden yang setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini. Setelah itu
berdasarkan analisis distribusi frekuensi dan disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik.
April-Mei 2017.
22
BAB V
salah satu masalah yang berkembang di seluruh dunia. WHO dan beberapa
mengendalikan masalah ini. Oleh karena itu penggunaan antibiotik secara benar
resisten di masyarakat.
23
A. PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA TIDAK TEPAT (Tanpa Resep)
dan TEPAT (Dengan Resep)
harus ada indikasi yang tepat, serta dibeli dengan resep dokter. Di Indonesia
antibiotik dapat dibeli disetiap apotek dan toko obat secara bebas tanpa
menggunakan resep dokter. Hal ini membuat masyarakat dapat dengan mudah
datang sekali ke dokter untuk suatu penyakit, dan bila penyakitnya kambuh maka
tanpa ragu pasien datang ke apotik dan langsung membeli obat keras yang
diresepkan dahulu. Adanya peluang yang diberikan oleh apotik yang menjual obat
24
keras secara bebas dan lemahnya peraturan serta sanksi yang ada menyebabkan
terjadinya peningkatan dalam penggunaan obat keras tanpa resep dokter. Menurut
25
Menurut ibu dosis dan lama penggunaan antibiotik yang ditetapkan oleh
dokter harus dipatuhi walaupun telah merasa sehat
Sangat Setuju
5
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Menurut ibu apabila penggunaan antibiotik menimbulkan gejala alergi atau
infeksi yang diobati tidak berkurang, maka perlu berkonsultasi kedokter
lagi
6 Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Menurut ibu antibiotik harus dihabiskan sesuai jumlah dalam resep
dokter (umumnya minimal 3-4 hari)
Sangat Setuju
7
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Menurut ibu penggunaan antibiotik harus sesuai dengan mengikuti
petunjuk takarannya, jangan mengurangi atau menambahnya
Sangat Setuju
8
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Menurut ibu penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menimbulkan
efek samping
Sangat Setuju
9
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Menurut ibu antibiotik tidak boleh di simpan untuk penggunaan penyakit
lain pada masa yang akan dating
Sangat Setuju
10
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Penggunaan Antibiotik
Dari data pada tabel 5.1 dijumlahkan jawabannya per item pertanyaan. Jumlah
Kayutangi memiliki sikap cukup baik dan baik terkait penggunaan antibiotik.
Pasien yang memiliki sikap baik sebesar 51 orang dan sikap cukup baik 9 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap pasien di wilayah kerja Puskesmas
antibiotik adalah baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap pasien
pekerjaan. Sesuai yang dikemukakan oleh Azwar (2006), semakin tua seseorang
permasalahan dengan lebih baik. Jika meninggalkan kesan yang baik cenderung
27
akan membentuk sikap yang positif, begitu juga sebaliknya. Pendidikan juga
yang dimilikinya. Menurut Wahit (2007), tidak dapat dipungkiri semakin tinggi
di Indonesia yang menyimpan obat untuk swamedikasi yang terdiri dari obat
keras, obat bebas, antibiotik, obat tradisional dan obat-obat yang tidak
30,1% terjadi di pedesaan dan 86,1% menyimpan antibiotik tanpa resep (16).
boleh di simpan untuk penggunaan penyakit lain pada masa yang akan datang”
mayoritas pasien menjawab setuju atau sangat setuju. Namun hasil ini sangat
Pada pasien, terutama pasien anak, anak memiliki sifat yang berbeda
dengan orang dewasa. Anak berbeda dalam banyak hal, seperti penyerapan usus,
metabolisme obat, ekskresi obat, dan juga kepekaan reseptor dalam tubuh
kilogram berat badan ideal sesuai dengan usia dan petunjuk yang ada dalam
28
Selain itu, penggunaan antibiotik harus dipastikan kebutuhannya dan
seharusnya diminum sampai habis dalam satu kali siklus pengobatan agar tidak
terjadi resistensi. Pada penelitian ini, dosis dan lama penggunaan antibiotik yang
ditetapkan oleh dokter sangat disetujui oleh responden berbeda saat diberikan
pertanyaan secara langsung, bahwa tidak dipatuhi oleh sebagian besar responden
bakteri juga dapat terjadi jika pengobatan dengan antibiotik tidak mencukupi,
misalnya karena terlalu singkat atau terlalu lama dengan dosis yang terlalu
khasiat antibiotik akan menjadi berkurang atau tidak berkhasiat sama sekali (18).
antibiotik tanpa resep sebanyak 28 orang memiliki sikap baik dan 3 orang
29
memiliki sikap cukup baik. Sedangkan pada kelompok responden yang
sikap baik dan 6 orang memiliki sikap cukup baik. Secara teori bahwa semakin
Penggunaan Antibiotik
No. Sikap Tanpa Dengan Total p Value
Resep Resep
1. Baik 28 23 51
2. Cukup Baik 3 6 9 p=0,292
Total 31 29 60
Data dari tabel 5.3 kemudian dilakukan uji analisis data dengan aplikasi
SPSS 20,0 menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%. Dari
hasil uji statistik tampak 2 kolom expctd count kurang dari 5, sehingga data ini
tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji chi square. Berdasarkan hasil uji fisher
ditemukan bahwa nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
30
Hasil ini menunjukkan bahwa sikap seseorang tidak mempengaruhi perilaku
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Al
Tindakan Membeli Obat Sendiri pada Apotik Swasta di Wilayah Kerja Mataram.
Dari hasil penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan
sesorang, faktor-faktor diluar orang tersebut (lingkungan), baik fisik maupun non
31
fisik dan sosial budaya yang kemudian pengalaman tersebut diketahui,
akhirnya menjadi perilaku, hal ini lah yang mungkin menyebabkan perbedaan
Dari hasil penelitian bahwa perlu suatu sosialisasi atau penyuluhan untuk
antibiotik secara tepat. Walaupun hasil dari penelitian ini tidak memiliki hubungan
dalam menggunakan antibiotik tanpa resep. Selain itu perlu sikap tegas dari
dapat memperoleh antibiotik dengan bebas dan mudah, dan paramedis yang
dokter sehingga dapat ditekan agar mengurangi dampak resistensi obat antibiotik.
32
BAB VI
A. Kesimpulan
38,3% memiliki sikap yang baik dan 10% memiliki sikap yang cukup
April-Mei 2017.
B. Saran
Penyuluhan ini ditujukan kepada tenaga medis, paramedis, serta pasien. Selain itu,
hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meneliti tingkat resistensi kuman
tertentu terhadap suatu antibiotik dan diharapkan dapat menjadi landasan dalam
33