Anda di halaman 1dari 17

LAPIS TAMBAHAN (OVERLAY)

Obyektif : Setelah selesai membahas bab ini, mahasiswa dapat


menghitung lapis tambahan jalan dengan metode Benkelman Beam.

4.1. ISTILAH
1. Lendutan (deflection) adalah besarnya gerak turun lapis perkerasan
akibat adanya beban.
2. Lendutan balik (reboun deflection) adalah besarnya lendutan balik (naik)
setelah beban dihilangkan.

4.2. PARAMETER PERENCANAAN


Data yang diperlukan untuk perencanaan lapis tambahan dengan
metode Benkelman Beam antara lain:
1. Data Lendutan awal dan akhir.
2. Musim pada saat melakukan uji lendutan (Hujan/kemarau) atau kondisi
muka air tanah.
3. Temperatur permukaan jalan dan temperatur udara saat uji lendutan.
4. Data lalu lintas yang terdiri dari jenis kendaraan, volume masing masing
jenis per hari, fungsi jalan serta lebar jalan yang direncanakan.

4.3. PERALATAN UNTUK PEMERIKSAAN LENDUTAN


Peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan lendutan balik antara lain
berupa :
1. Truk denga spesifikasi sbb:
a. Berat kosong : (5 +/- 0,1) ton.
b. Jumlah gandar 2 buah dengan roda belakang ganda.
c. Beban masing masing roda belakang 4,08 +/- 0,045 ton
d. Tekanan angin ban 80 psi.
e. Jarak antara dua sisi ban ganda adalah 10 – 15 cm.
2. Alat Benkelman Beam terdiri dari:
a. Dial dengan skala mm dan ketelitian 0,01 mm
b. Alat pendatar (nivo)
c. Alat penggetar (busser)
3. Termometer pengukur temperatur jalan dan udara
4. Meteran.
5. formulir isian untuk lendutan dan temperatur.
6. Perlengkapan keamanan,dll.

Syarat –syarat pemeriksaan lendutan balik jalan secara lengkap dapat


dilihat pada manual Pemeriksaan Perkerasan Jalan dengan Alat Benkelman
Beam (BB) dari Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga
No 01/MN/B/1983.
4.4. CARA PENGUKURAN LENDUTAN BALIK
1. Menentukan titik pemeriksaan (perhatikan gambar).
2. Tentukan titik pada permukaan jalan dengan memberi tanda silang.
3. Pusatkan roda ganda pada titik pusat pemeriksaan , bila yang
diperiksa sisi kiri suatu lajur maka yang dipusatkan adalah roda ganda
kiri dan sebaliknya .
4. Tumit batang Benkelman Beam dipusatkan diantara roda ganda,
batang Benkelman beam sejajar truk.
5. Atur ketiga kaki Benkelman Beam (BB) sehingga alat datar.
6. Lepaskan kunci BB sehingga batang BB bebas bergerak naik dan
turun pada engselnya.
7. Atur ujung dial sehingga bersinggungan dengan batang belakang BB.
8. Hidupkan penggetar untuk mengetahui kesetabilan dial.
9. Atur jarum dial sehingga menunjukkan angka nol. Catat pembacaan
ini (nol) sebagai pembacaan awal (d1).
10. Jalankan truk perlahan-lahan kedepan sehingga pusat roda belakang
berada pada jarak 6 meter dari titik awal. Baca dial dan catat sebagai
pembacaan akhir (d3).
11. Catat suhu permukaan jalan (tp) dan suhu udara (tu).
12. Catat tebal lapisan aspal lama yang ada kalau memungkinkan.

4.5. PERHITUNGAN LAPIS TAMBAHAN

4.5.1.PERHITUNGAN LENDUTAN
Urutan perhitungan lendutan adalah sebagai berikut:
1. Tentukan temeratur pada tengah tengah (Tt) dan sisi bawah (Tb) dari
lapis permukaan lama dengan menggunakan tabel 4.1 berdasarkan
jumlah Tu + Tp :
Tu = temperatur udara
Tp = temperatur permukaan.
Tt = temperatur pada kedalaman setengah tebal lapis permukaan yang
ada.
Tb = temperatur pada sisi bawah lapis permukaan yang ada.

2. Menentukan temperatur rata-rata dengan rumus sbb:


T1 = 1/3 (Tp + Tt + Tb).
3. Menentukan Faktor penyesuaian temperatur lapis permukaan
terhadap suhu 35oC, dicari dari tabel 4.2 berdasarkan temperatur rata
– rata (t1) diatas.
Tabel 4.1.Menentukan suhu pada kedalaman tertentu dalam lapisan lama.

Temp . Temperatur pada kedalaman(cm)


(tu + tp) 2,5 5 10 15 20 30
1 2 3 4 5 6 7
45 27 26 24 22 21 20
46 28 26 25 22 21 21
47 28 27 25 23 22 21
48 29 27 25 23 22 21
49 29 28 26 24 23 22
50 30 28 26 24 23 22
51 30 29 26 25 24 23
52 41 29 27 25 24 23
53 32 30 27 26 24 24
54 32 31 27 26 25 24
55 32 31 27 27 25 25
56 33 32 28 27 26 25
57 34 32 28 28 26 26
58 35 33 28 28 27 26
59 35 33 29 29 27 26
60 36 34 29 29 28 27
61 36 35 29 30 28 27
62 37 35 30 30 29 28
63 37 36 30 31 29 28
64 38 36 30 31 30 29
65 38 37 31 31 30 29
66 39 37 31 32 30 30
67 40 38 31 32 31 30
68 41 38 32 33 31 31
69 41 39 32 33 32 31
70 42 39 32 34 32 31
71 42 40 33 34 33 32
72 43 41 33 35 33 32
73 43 41 33 35 34 33
74 44 42 34 36 34 33
75 45 42 34 36 35 34
76 45 43 34 37 35 34
77 46 43 35 37 36 35
78 47 44 35 38 36 35
79 47 45 35 38 36 35
80 48 45 36 39 37 36
81 48 46 36 39 37 36
82 49 46 36 39 38 37
83 49 47 37 40 38 37
84 50 47 37 40 39 38
85 51 48 37 41 39 38
1 2 3 4 5 6 7

Table 4.2. Faktor penyesuaian temperatur lapis permukaan untuk koreksi


lendutan balik.

Temp. Faktor penyesuaian (Ft) Temp. Faktor penyesuaian (Ft)


rata-rata(t1) A B rata-rata (t1) A B

20 1.25 2.00 36 0.99 0.96


21 1.22 1.89 37 0.99 0.92
22 1.19 1.79 38 0.98 0.89
23 1.16 1.70 39 0.97 0.87
24 1.13 1.61 40 0.97 0.84
25 1.12 1.54 41 0.96 0.82
26 1.10 1.46 42 0.96 0.80
27 1.09 1.40 43 0.95 0.78
28 1.08 1.34 44 0.94 0.76
29 1.06 1.28 45 0.94 0.74
30 1.05 1.21 46 0.93 0.72
31 1.03 1.15 47 0.92 0.71
32 1.02 1.12 48 0.92 0.70
33 1.01 1.08 49 0.91 0.69
34 1.01 1.04 50 0.90 0.67
35 1.00 1.00
Catatan : A : Perkerasan aspal diatas lapis pondasi dengan ketebalan < 4 inch (10 cm)
B : untuk perkerasan langsung diatas subgrade dengan ketebalan > 4inch (10
cm)

4. Menghitung lendutan balik dengan rumus sbb:

d = 2 (d3 – d1) . ft. C.

dimana : d = lendutan balik pada titik yang ditinjau


d3 = lendutan akhir (rata – rata dari 3 kali pembacaan )
d1 = lendutan awal (biasanya = nol bila dial dinolkan pada
saat pembacaan awal).
ft = Faktor penyesuaian temperatur lapis permukaan.
C = faktor pengaruh air tanah, sbb:
C = 1 bila bila pemeriksaan dilakukan pada musim hujan atau
muka air tanah tinggi.
C = 1,5 bila pemeriksaan dfilakukan pada musim kemarau
atau muka air tanah dalam.
5. Menghitung lendutan balik yang mewakili suatu ruas jalan. Lendutan ini
juga sering disebut lendutan sebelum ada lapisan tambahan.
Rumusnya diseuaikan dengan fungsi jalan sbb:
D = d + 2S untuk jalan arteri/tol
D = d + 1,64S untuk jalan kolektor
D = d + 1,28 S untuk jalan lokal

Dimana : D = Lendutan balik yang mewakili suatu seksi


jalan.
d = d/n (lendutan balik rata rata)
n = jumlah data
S = standar deviasi

n(Σd2 ) – (Σd)2
S= n (n – 1)

4.5.2. PERHITUNGAN LALU – LINTAS

1. Menentukan Volume Lalu-Lintas yang Lewat pada Lajur Rencana.


Bila jalan yang direncanakan terdiri dari beberapa lajur, maka volume
lalu lintsa yang dipakai dalam perencanakan dikalikan dengan fator
distribusi kendaraan seperti yang ada pada tabel 4.3. berikut:

Tabel 4.3. Koefisien distribusi kendaraan pada lajur rencana

Type Kendaraan Ringan Kendaraan Berat


Jalan 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 lajur 100 100 100 100
2 lajur 60 50 70 50
3 lajur 40 40 50 47,5
4 lajur - 30 - 45
6 lajur - 20 - 40

Kendaraan ringan adalah kendaraan dengan berat < 5 ton. Misalnya : mobil
penumpang, pick up,dll.

.
Tabel 4.4. Jumlah lajur jalan.

Lebar Perkerasan Jumlah lajur


L< 5,5 m 1
5,5< L< 8,25 m 2
8,25 < L < 11,25 m 3
11,25 < L < 15,00 m 4
15,00 < L < 18,75 m 5
18,75 < L < 22 m 6

2. Menghitung Unit Equivalen 18 Kips Singel Exel Load (UE18KSAL) .


UE18KSAL adalah nilai equivalen masing masing jenis kendaraan
yang diperkirakan lewat pada jalan tersebut atau perbandingan masing
masing jenis kendaraan terhadap kendaraan standar. Kendaraan standar
yang dimaksud adalah kendaraan dengan berat as = 18 kips atau setara
dengan 8160 kg. Besarnya nilai UE18KSAL bisa dicari dari tabel 5.5, atau
bisa dihitung dengan rumus sesuai dengan beban masing masing as sbb:

Untuk As tunggal:
E = (beban 1 as dalam kg/8160)4
Untuk as tundem:
E = (beban 1 as dlm kg/ 8160)4.0,086

Bila UE 18 KSAL dihitung dengan rumus diatas, maka UE18KSAL =


jumlah dari semua nilai E pada masing – masing as yang ada pada unit
kendaraan tersebut. Bila tidak diketahui secara pasti beban masing masing
kendaraan, maka bisa dilakukan asumsi seperti tabel 5.5 dimana 50 %
volume lalu lintas dianggap kendaraan kosong dan 50 % dianggap
kendaraan dengan beban maksimum.

3. Menentukan faktor umur rencana(N).


Faktor umur rencana yang sudah disesuaikan dengan pertumbuhan lalu
lintas(N), dapat dilihat pada tabel 5.6.

4. Menentukan Nilai AE 18 KSAL (Akumulatif Equifalen 18 kips Single Aksel


Load / Jumlah kendaraan standar selama umur rencana).

AE 18 KSAL = 365 x N x Σ( m x UE 18 KSAL)

Dimana: AE 18 KSAL : Akumulatif Equivalen 18 kips Single Axel


load.
UE 18 KSAL : Unit equivalent 18 kips Single Axel Load.
365 : Jumlah hari dalam 1 tahun
N : Faktor umur rencana yang sudah
disesuaikan dengan pertumbuhan lalu-lintas.

m : jumlah masing masing jenis kendaraan.


Tabel : 4.5. Nilai UE18KSAL

Konfigurasi sumbu Berat Beban Berat UE18KS UE8KSAL


dan tipe kosong muatan Total AL Maks
(ton) max. max. Kosong
(ton) (ton)
1.1 1,5 0,5 2 0,0001 0,0004
MP
1.2 3 6 9 0,0037 0,3006
BUS
1.2L 2,3 6 8,3 0,0013 0,2174
TRUK ringan
1.2H 4,2 14 18,2 0,0143 5,0264
TRUK berat
1.22 5 20 25 0,0044 2,7416
TRUK tandem
1.2+2.2 6,4 25 31,4 0,0085 4,9283
Truk gandeng(trailer)
1.2 – 2 6,2 20 26,2 0,0192 6,1179
Trailer
1.2- 2.2 10 32 42 0,0327 10,183
Trailer

Tabel 4.6. Faktor hubungan umur rencana dengan pertumbuhan lalu lintas
(N).
Umur Pertumbuhan lalu lintas (%)
Rencana(th) 2 4 5 6 8 10
1 1.01 1.02 1.02 1.03 1.04 1.05
2 2.04 2.08 2.10 2.12 2.16 2.21
3 3.09 3.18 3.23 2.30 3.38 3.48
4 4.16 4.33 4.42. 4.51 4.69 4.87
5 5.25 5.33 5.66 5.80 6.10 6.41
6 6.37 6.77 6.97 7.18 7.63 8.10
7 7.51 8.06 8.35 8.65 9.28 9.96
8 8.70 9.51 9.62 10.20 11.05 12.00
9 9.85 10.79 11.30 11.84 12.99 14.26
10 11.05 12.25 12.90 13.60 15.05 16.73
15 17,00 20.25 22.15 23.90 28.30 33.36
20 24.55 30.40 33.90 37.95 47.70 60.20

5. Menentukan Lendutan Balik yang diijinkan sesudah lapis tambahan.


Untuk menentukan tebal lapis perkerasan tambahan yang
diperlukan , maka perlu diketahui dulu besarnya lendutan ijin yang
dibolehkan terjadi setelah jalan tersebut diberi lapis tambahan. Lendutan
̅ ) ini ditentukan berdasarkan besarnya AE 18 KSAL yaitu besarnya
ijin( 𝐷
lalu lintas yang akan lewat pada lajur rencana selama Umur Rencana.
Agar bisa dibedakan antara lendutan yang terjadi (D) dengan lendutan
yang diijinkan ( 𝐷 ̅ ) . Lendutan yang terjadi dicari berdasarkan lendutan
balik yang diukur dengan alat Benkelman Beam, sedangkan lendutan ijin
dicarai berdasarkan AE 18 KSAL dari grafik No.1( kritis) dan grafik no.
2.(failure). (Grafik terlampir). Grafik No. 1 digunakan bila jalan lama
merupakan jalan dengan permukaan bukan AC .(Asphal Concrate)
sedangkan grafik No. 2 digunakan untuk lapis permukaan jalan lama
berupa AC.

6. Menentukan tebal lais tambahan yang diperlukan.


Tebal lapis tambahan yang diperlukan ditentukan dari grafik No. 3
atau tabel 4.7. terlampir berdasarkan Lendutan Balik yang mewakili (D)
dan Lendutan Ijin (D). Tebal lapis tambahan yang didapat adalah tebal
lapis aspal AC (Asphal Concrate). Bila yang dipakai sebagai lapis
tambahan bukan AC, maka tebal AC yang didapat harus dikonfersikan
dengan menggunakan faktor konfersi sesuai dengan kekuatan relatif
bahan seperti pada tabel 10.8.

Anda mungkin juga menyukai