Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada era reformasi dan globalisasi sekarang ini,pola hidup warga negara 1ndonesia
yang cukup dapat mengimbangi sebuah kemajuan zaman walaupun masih dikatakan dini
untuk hal itu. Dengan lmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat seolah olah itu
merupakan sumber kemakmuran dan kepuasan yang disisi lain juga sebagai warga
negara.Namun dibalik itu ada hal yang masih menjadi tanda tanya besar yaitu mengenai rasa
nasionalisme atau kecintaan terhadap tanah air dari setiap warga negara indonesia terhadap
pengaruh keudayaan asing.Contoh pengaruh iptek.begitu tergantungnya negara ini terhadap
kebutuhan teknologi dari bangsa asing yang seolah olah menjerat warga negara bangsa ini
untuk tunduk terhadap aturan- aturan asing daripada harus menegakkan ideologi bangsa ini
yaitu Pancasila (Salam,2017)

Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 agutsus 1945


yang bertekada bulat untuk membela,mempertahankan dan menegakan kemerdekaan, serta
kedaulatan negara dan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945.Tekad tersebut
kemudian dinyatakan dengan tegas dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 bahwa “Negara
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Pemaknaan “segenap
bangsa” dapat diartikan warganegara secara menyeluruh yang meliputi rakyat dan
pemerintah.Sedangkan “tumpah darah Indonesia” dapat dimaknai sebagai wilayah Indonesia,
yang termaktub dalam Pancasila sila ke-3 “Persatuan Indonesia”. (Jamaludin,2014 )

Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan istilah “bela” sebagai menjaga baik-
baik, memelihara, merawat,melepaskan dari bahaya, memihak untuk melindungi dan
mempertahankan sesuatu.Sesuatu yang harus dijaga, dipelihara, dirawat, dilindungi dan
dipertahankan dalam konteks ini adalah negara.Tegasnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
Dengan demikian “membela negara” dapat diartikan sebagai menjaga, memelihara,
melindungi dan mempertahankan eksistensi negara bahkan melepaskannya dari bahaya.

Patut disadari sepenuhnya bahwa kesadaran bela negara bukanlah sesuatu yang
tumbuh dengan sendirinya dalam diri setiap warga negara. Diperlukan upaya-upaya sadar dan
terencana secara matang untuk menanamkan dalam diri warga negara landasan dan nilai-nilai
bela negara sebagai berikut, yaitu : (a). cinta terhadap tanah air, (b).sadar berbangsa dan

1
bernegara, (c). yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara dan (d). rela berkorban untuk
bangsa dan negara Indonesia serta (e). memiliki kemampuan awal bela negara. Kelima nilai
dasar bela negara hendaknya dipandang sebagai keutamaan keutamaa nhidup yang harus
dihayati oleh para warga negara pada semua lapisan.Demikan pendidikan dipandang sebagai
jalan atau sarana yang paling tepat untuk menyadarkan para warga negara akan pentingnya
nilai-nilai bela negara. Karena sebagai sarana penyadaran (konsientisasi), pendidikan
menerangi cipta (akal), menggugah dan menghangatkan rasa (emosi), dan memperteguh karsa
(kehendak) para warga negara sehingga mereka memiliki rasa-memiliki (sense of belonging),
rasa tanggung jawab (sense of responsibility) dan komitmen yang tinggi terhadap nasib
bangsa dan negaranya.

Tugas ini direalisasikan dalam kerja sama yang erat dengan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, yang khusus mengemban tugas kependidikan bagi seluruh warga negara.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai Program Pendidikan Kewarganegaraan
di semua tingkat pendidikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Pendidikan Tinggi ( pasal 37
Undang Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
mengamanatkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu kurikulum
wajib ).

Outcome” atau hasil yang diharapkan dari pendidikan kesadaran bela negara adalah
warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya membela negara, dan yang mampu
menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Bela negara ?


2. Apa unsur-unsur Yang terkandung Dalam Bela negara ?
3. Dasar hukum Dalam Bela negara ?
4. Apa fungsi Dan tujuan Bela negara ?
5. Apa manfaat Bela negara ?
6. Bagimana partisipasi Bela negara ?
7. Bagimana urgensi Bela negara terkait pembagunan nasional
8. Siapa saja Yang wajib ikut Dalam Bela negara ?
9. Contoh keikutsertaan warganegara Dalam Bela negara

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Bela negara ?
2. Mengetahui unsur-unsur Yang terkandung Dalam Bela negara ?
3. Mengetahui Dasar hukum Dalam Bela negara ?
4. Mengetahui fungsi Dan tujuan Bela negara ?
5. Mengetahui manfaat Bela negara ?
2
6. Menjelaskan partisipasi Bela negara ?
7. Menjelaskan urgensi Bela negara terkait pembagunan nasional
8. Mengetahui Yang wajib ikut Dalam Bela negara ?
9. Mengetahui keikutsertaan warganegara Dalam Bela negara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bela Negara

Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkatperundangan dan
petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang,suatu kelompok atau seluruh komponen
dari suatu negara dalam ke-pentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut. Secara
fisik,hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi
dari pihak yang mengancam keberadaan negaratersebut, sedangkan secara non-fisik konsep
ini diartikan sebagai upayauntuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara,
baikmelalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraanorang-orang yang
menyusun bangsa tersebut.

Membela Negara Indonesia adalah hak dan kewajiban dari pada setiap warga negara
Indonesia. Dikutip dalam Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945 bahwa “Setiap warga negara berhak dan

3
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Setiap warga negara juga berhak dan wajib
ikut serta dalam pembelaan negara. Selanjutnya dalam Pasal 30 Ayat 1 UUD 1945 bahwa
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara”. Berdasarkan kutipan kedua pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pembelaan
dan pertahanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia. Produk
turunannya adalah peraturan Perundang-undangan No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara Pasal 9 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara”.

Penjelasan UU No. 3 Tahun 2002 tentang pembelaan negara menyatakan bahwa upaya
bela negara adalah sikap dam perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar menusia, juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran,
tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.

2.2 Unsur-unsur yang Terkandung dalam Bela Negara

Didalam proses pembelaan bangsa ada beberapa hal yang menjadi unsur penting, diantaranya
ialah:

 Cinta Tanah Air

Cinta tanah air adalah perasaan cinta terhadap bangsa dan negara. Karena cinta terhadap
tanah air maka dengan sepenuh hati rela berkorban untuk membela bangsa dan negara dari
setiap ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Untuk memahami pentingnya
mewujudkan cinta tanah air, dapat kita wujudkan setiap hari dengan bagaimana sikap kita
dalam menjalani hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan pantang menyerah,
peduli dan saling membantu antara umat.

Beberapa sikap dan perilaku yang mencerminkan bahwa kita mencintai tanah air, antara
lain :

4
a. Bangga sebagai orang Indonesia,

b. Memakai produk dalam negeri,

c. Mentaati semua peraturan-perundangan,

d. Taat membayar pajak

e. Dengan ikhlas mengikuti upacara bendera.

f. Menjaga kelestarian lingkungan,

g. Saling hormat-menghormati sesama warga negara, dan masih banyak lagi sikap dan
perilaku yang menunjukkan rasa cinta tanah air.

 Rela berkorban untuk bangsa & Negara

Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa
dan negara. Patriotisme berasal kata patriot dan isme yang berarti sifat kepahlawanan atau
jiwa pahlawan (dalam bahasa Inggris patriotism atau heroism). Pengorbanan ini dapat berupa
harta benda atau jiwa raga. Patriotisme pada dasarnya berkaitan erat dengan nasionalisme.
Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri.
Kesadaran keanggotaan suatu bangsa yang secara potensial maupun aktual bersama-sama
mencapai, mempertahankan dan mengabdikan jatidiri, integritas, kemakmuran dan kekuatan
suatu bangsa (Saptono, 2009). Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa keduanya sama-sana
berorientasi pada kecintaan pada bangsa dan negara. Karena itu patriotisme sering
disinonimkan dengan nasionalisme.

Saat ini perjuangan dan pengorbanan secara fisik melawan penjajah sudah tidak ada lagi,
Tetapi patriotisme jiwa kepahlawanan dengan berjuang serta berkorban demi bangsa dan
negara dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 perlu ditingkatkan
lagi. Secara konstitusional perjuangan dan pengorbanan ini telah diamanatkan dalam pasal 27
ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak dan wajib dalam upaya bela
negara” .Pengorbanan ini demi tetap tegaknya NKRI, kedaulatan negara, keutuhan wilayah
dan keselamatan seluruh rakyat dari segala bentuk ancaman baik ancaman fisik maupun non-
fisik.

5
 Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara

Ideologi berasal dari bahasa Inggris idea yang berarti gagasan, pemikiran pengertian, dan
logy yang berarti ilmu, pengetahuan. Dalam bahasa Yunani idean yang berarti mengetahui,
melihat dengan budi, dan logos yang berarti ajaran atau ilmu. Jadi ideologi mempunyai arti
pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan tentang ide-ide (sciences of ideas) atau
pengertian-pengertian dasar. Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan
gagasan, ide, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis dan berorientasi pada
tingkah laku dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya kehidupan politik, hukum,
pertahanan keamanan, ekonomi, sosial-budaya serta bidang keagamaan / kepercayaan.

Jadi Pancasila sebagai ideologi negara, adalah ideologi yang bersumber dari seluruh nilai-
nilai Pancasila. Pancasila sebagai ideologi negara adalah nilai-nilai Pancasila menjadi sumber
inspirasi dan cita-cita hidup bangsa Indonesia. Pancasila menjadi pedoman hidup dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai dasar negara adalah nilai-nilai
Pancasila merupakan suatu dasar nilai untuk mengatur pemerintahan negara. Nilai-nilai
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan sumber semangat bagi para penyelenggara
negara dan para pelaksana pemerintahan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya agar
tetap diliputi dan diarahkan pada azas kerokhanian negara seiring dengan perkembangan
jaman dan dinamika masyarakat.

 Kesadaran berbangsa dan bernegara

Kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia mempunyai makna bahwa individu yang
hidup dan terikat dalam kaidah dan naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
mempunyai sikap dan perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasi
keikhlasan/kerelaan bertindak demi kebaikan bangsa dan negara Indonesia.

Gejala melemahnya kesadaran berbangsa dan bernegara antara lain dapat kita lihat dari
perilaku individu sebagai rakyat maupun pejabat yang masih menunjukkan tindakan-tindakan
yang melanggar kaidah hukum, seperti mafia hukum, pencemaran lingkungan, tindakan
kriminalitas, pembalakan liar, lebih mementingkan diri dan kelompok, korupsi, bersikap
kedaerahan yang berlebihan, anarkis, penggunaan narkoba, kurang menghargai karya bangsa
sendiri, mendewakan produk bangsa lain dan masih banyak lagi perilaku yang memperlemah
kesadaran berbangsa dan bernegara.

6
Disamping gejala dan penyebab memudarnya rasa kesadaran berbangsa dan bernegara,
ada beberapa faktor penghambat yaitu :

a. Rasa malu berbangsa dan bernegara Indonesia.

b. Ketidak-tahuan akan nilai-nilai positif / kekayaan NKRI.

c. Menurunnya tingkat keamanan Indonesia.

d. Ketidak-percayaan terhadap pemerintah.

e. Ketidak-sederhanaan kehidupan para pemimpin.

f. Ketidak-tegasan hukum.

g. Munculnya rasa ingin menonjolkan kelompok atau golongan masing-masing.

h. Merosotnya nilai toleransi dan saling menghargai.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, diperlukan adanya faktor-faktor


pendukung yang harus terus-menerus diupayakan,untuk terciptanya rasa kesadaran berbangsa
dan bernegara, yaitu :

a) Tingkat ke-amanahan dan keteladanan seorang pejabat/pemimpin. Apabila


pejabat/pemimpin amanah dalam menjalankan serta memberikan teladan yang baik, tentu
semua oknum akan berlaku jujur dalam menjalankan tugas dan masyarakat akan mengikuti
hal-hal yang baik tersebut.

b) Pemerataan kesejahteraan. Dengan adanya pemerataan kesejahteraan maka setiap


warga akan merasakan adanya aturan yang sama dan perlakuan yang sama sebagai warga
negara. (Ingat salah satu tujuan nasional yang diamanatkan dalam alinea ke empat
Pembukaan UUD 1945 : ….memajukan kesejahteraan umum…..)

c) Keadilan dalam memberikan hak dan kewajiban sesama warga negara. Beberapa hak
dan kewajiban setiap warga negara telah diamanatkan dalam konstitusi kita (UUD 1945).
Sebaliknya kewajiban pemerintah belum sepenuhnya menyentuh atau menjawab apa yang
menjadi hak warga negara. Misalnya, pasal 31 ayat (1) UUD 1945 mengamanatkan setiap

7
warga negara berhak mendapatkan pendidikan, namun kita masih melihat masih banyak
warga negara yang belum mendapatkan pendidikan yang layak.

d) Kepercayaan kepada wakil rakyat dan pemerintah. Dengan memberikan kepercayaan


kepada pemerintah akan tumbuh rasa bangga bahwasanya mempunyai negara yang dapat
dibanggakan. Serta wakil rakyat –pun akan senang hati menjalankan amanah yang
diberikan warga negara/rakyat.

e) Tegasnya peraturan dan perundangan. Republik Indonesia adalah negara hukum dengan
tiga prinsip dasar yang harus dipatuhi segenap warga dan pejabat. (supremasi hukum di
atas segala-galanya, kesetaraan di depan hukum, penegakkan hukum tanpa melanggar
hukum). Dengan hukum dan aturan yang tegas akan menumbuhkan rasa percaya dan
bangga terhadap negara.

f) Rasa memiliki, bangga serta menyadari berbangsa dan bernegara yang satu Indonesia.
(ingat Sumpah Pemuda)

g) Mengetahui lebih banyak hal-hal yang positif serta kekayaan Indonesia, jangan selalu
negative thinking terhadap bangsa dan negara Indonesia.

 Memiliki kemampuan awal bela Negara

Nilai bela negara terakhir adalah memiliki kemampuan awal bela negara secara psikis
maupun fisik. Secara psikis, yaitu memiliki kecerdasan emosional, spiritual dan intelegensia
(EQ, SQ, IQ), senantiasa memelihara jiwa dan raganya serta memiliki sifatsifat disiplin, ulet,
kerja keras dan tahan uji. Dan tidak kalah pentingnya secara psikis adalah mentaati semua
peraturan perundangan. Sedangkan secara fisik yaitu memiliki kondisi kesehatan yang prima,
ketrampilan jasmani untuk mendukung kemampuan awal bela negara secara psikis dengan
gemar berolahraga dan senantiasa menjaga kesehatan.

2.3 Dasar Hukum Bela Negara

Bela negara merupakan salah satu upaya dan propaganda yang dilakukan oleh pemerintah
untuk mempertahankan kedaulatan rakyat di Indonesia. namun, bukan berarti pemerintah
dengan seenak dan semaunya sendiri tiba-tiba mengadakan upaya bela negara ini. Terdapat
setidaknya delapan dasar hukum bela negara di Indonesia. di bawah ini merupakan penjelasan
lebih lanjut dari kedelapan dasar hukum bela negara di Indonesia:
8
1. Undang-Undang No. 29 Tahun 1954 Tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat
UU ini merupakan UU pertama yang membahas mengenai peran serta rakyat dalam rangka
bela negara. UU No. 29 Tahun 1954 disahkan pada masa demokrasi parlementer dan di
dalamnya berisi mengenai kehormatan warga negara adalah dengan turut serta dalam upaya
pertahanan negara. maksud dari pertahanan negara adalah membela kemerdekaan negara dan
daerahnya. Selain itu, di dalam pasal 2 UU ini, disebutkan bahwa setiap warga negara tidak
dapat menghindar dari kewajiban pertahanan negara. kewajiban ini akan hilang apabila warga
negara sedang dihukum oleh negara karena kejahatannya, demikian isi pasal 3 UU No. 29
Tahun 1954.
2. Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 Tentang Ketentuan Pokok Pertahanan dan
Keamanan Negara Republik Indonesia.
Dasar hukum bela negara yang paling gamblang dan paling kuat adalah UU No. 20 tahun
1982 ini. Di dalamnya dengan jelas disebutkan apa itu arti dari pertahanan keamanan negara,
bela negara, upaya bela negara, perlawanan rakyat semesta, sistem pertahanan keamanan
rakyat semesta, dan lain sebagainya. Undang-undang ini juga mempertegas pentingnya peran
rakyat di dalam mempertahankan kedaulatan negara. pemerintah diwajibkan oleh undang-
undang ini untuk mendidik rakyatnya agar senantiasa siap melakukan upaya bela
negara. Undang-undang ini juga menjadikan aspek wawasan nusantara sebagai salah satu
komponen penting di dalam pendidikan pendahuluan bela negara. selain itu, tugas dan fungsi
TNI Polri dalam hal bela negara juga diatur di dalam Undang-Undang ini.
3. Undang-Undang No. 56 Tahun 1999 Tentang Rakyat Terlatih
Dasar hukum bagi bela negara di Indonesia selanjutnya adalah UU No. 56 Tahun 1999. UU
ini mengatur secara lengkap mengenai rakyat terlatih. Rakyat terlatih merupakan unsur dasar
dari kekuatan pertahanan keamanan negara yang mampu melaksanakan fungsi ketertiban
umum, perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat dalam rangka
penyelenggaraan pertahanan keamanan negara.
Secara lebih lanjut, undang-undang ini mengatur tentang pembentukan dan pembinaan rakyat
terlatih yang menjadi tanggung jawab dari pemerintah. Rakyat terlatih yang dimaksud adalah
semua warga negara berusia 18-45 tahun yang sehat jasmani dan rohani, serta tidak dalam
keadaan hilang haknya untuk upaya bela negara. setelah selesai dibina, maka rakyat terlatih
diberi penugasan atas wewenang presiden. Apabila terjadi pelanggaran dalam hal bela negara,
terdapat pidana yang juga diatur di dalam undang-undang ini.
4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No. VI Tahun 2000 Tentang Pemisahan
TNI dengan Polri

9
Sebelum adanya ketetapan MPR RI No. VI tahun 2000, terjadi bias kekuasaan dan wewenang
di dalam dunia pertahanan keamanan negara ini. TNI dan Polri menjadi satu di dalam wadah
ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). selain itu, terjadi pula Dwifungsi ABRI di
dalam dunia politik dan hankam sehingga dibentuklah suatu Tap MPR untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Tap MPR No. VI tahun 2000 ini menjadikan ABRI terbagi dua, yaitu
TNI dan Polri. Ditegaskan pula bahwa TNI ialah alat negara untuk pertahanan negara,
sedangkan Polri adalah alat negara untuk memelihara keamanan negara. Di dalam menjaga
pertahanan dan keamanan negara, TNI dan Polri harus saling bekerja sama dan saling
membantu.
5. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No. VII Tahun 2000 Tentang Peranan
TNI dan Polri
Sebagai bentuk tindak lanjut dari Tap MPR No. VI tahun 2000 tentang pemisahan TNI dan
Polri, MPR RI kembali mengesahkan suatu Tap yang berkaitan dengan Tap sebelumnya, yaitu
Tap No. VII tahun 2000 tentang peranan TNI dan Polri. Ketetapan MPR ini digunakan untuk
menegaskan pemisahan TNI dengan Polri. Dalam pasal 2 Tap ini, disebutkan tugas pokok TNI
yaitu menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, serta melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara, serta menyelenggarakan wajib negara bagi WNI. Di sisi lain, pada pasal 6
Tap ini disebutkan bahwa Polri memiliki peranan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, memberikan pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
6. Amandemen Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Pasal 30 ayat (1) sampai ayat
(5) dan Pasal 27 ayat (3)
Perubahan UUD NKRI 1945 pasal seperti tersebut di atas menghasilkan suatu ketentuan yang
harus diikuti atau hak dan kewajiban warga negara. secara khususnya, pasal 27 ayat (3)
mengatur mengenai kewajiban warga negara untuk berpartisipasi dalam upaya bela negara.
sebagai tambahan, di dalam pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) disebutkan bahwa warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan melalui sistem semesta.
Ayat-ayat selanjutnya menjadi dasar bagi peran TNI dan Polri dalam upaya pertahanan dan
keamanan negara.
7. Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara
Undang-Undang ini mengatur lebih lanjut mengenai upaya bela negara dalam konteks
terdapat ancaman dari luar negeri yang mengancam kemerdekaan Indonesia. aktor utama
dalam UU ini adalah Tentara Nasional Indonesia. namun, tidak lupa warga negara juga

10
dicantumkan dalam UU ini karena ia berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara
yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Penanggung jawab tertinggi dari
pertahanan negara menurut UU ini adalah presiden RI dengan memperhatikan pertimbangan
dari Dewan Perwakilan Rakyat. Pembinaan kemampuan pertahanan, pengawasan, dan
pembiayaan pertahanan negara juga diatur dalam UU ini.

2.4 Fungsi dan Tujuan Bela Negara

Fungsi dan Tujuan Bela Negara Bagi Bangsa Indonesia


Fungsi Bela negara antara lain :
 Menjaga negara dari segala ancaman, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari
luar negeri.
 Mempertahankan utuhnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga
tidak ada wilayah yang menginginkan dirinya lepas dari NKRI.
 Mewujudkan salah satu kewajiban setiap warga negara Indonesia
 Perwujudan dari panggilan sejarah Indonesia yaitu membela negara
Di bawah ini merupakan penjelasan singkat dari tujuan adanya bela negara bagi bangsa
Indonesia:
 Mempertahankan kedaulatan negara sehingga kelangsungan hidup bangsa dan negara
senantiasa terjaga tegaknya.
 Melestarikan semua budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur. Hal ini penting
karena kekayaan budaya Indonesia begitu melimpah dan sangat perlu untuk dijaga.
 Mewujudkan bakti yang terbaik bagi negara dan bangsa Indonesia.
 Menjaga keberadaan identitas dan harga diri bangsa dan negara Indonesia

2.5 Manfaat Bela Negara


Berbagai manfaat yang didapatkan dari bela negara (SETJEN WANTANNAS, 2018),
antara lain :

a.) Membentuk sikap disiplin waktu,aktivitas,dan pengaturan kegiatan lain.


b.) Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
c.) Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
d.) Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.
e.) Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
f.) Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
g.) Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
11
h.) Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
i.) Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
j.) Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

2.6 Partisipasi Bela Negara

R.A. Santoso Sastropoetro (1988:13) mengutip bahwa partisipasi dapat didefinisikan


sebagai keterlibatan mental atau pikiran atau moral atau perasaan di dalam situasi kelompok
yang mendorong untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai
tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses
pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi
masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan
dan menikmati hasil -hasil pembangunan

Partisipasi warga negara untuk turut berusaha mempertahankan , menjaga, memelihara


negara agar negara tetap berdiri dengan kokoh dapat diartikan sebagai peran serta warga
negara dalam usaha pembelaan negara. Upaya bela negara tersebut tercantum berdasarkan
ketentuan UUD 1945 pasal 27 ayat (3), setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara. Kemudian dalam UUD 1945 pasal 30 ayat (1) menyatakan bahwa,
tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara. Dan dalam Pasal 30 ayat (2) disebutkan bahwa, usaha pertahanan dan keamanan
negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan
POLRI sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.

Usaha pembelaan negara dilaksanakan untuk menghadapi berbagai ancaman, baik


ancaman fisik maupun non fisik, juga ancaman militer maupun non militer yang dapat
membahayakan kedaualatan negara, keselamatan warga negara dan juga keutuhan wilayah
suatu negara. Oleh karena itu setiap warga negara perlu memahami berbagai bentuk usaha
pembelaan negara dalam rangka melaksanakan peran serta dalam usaha pembelaan negara.

Bentuk penyelenggaraan usaha pembelaan negara menurut Pasal 9 ayat (2) UURI
Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan warga negara dalam usaha
pembelaan negara diselenggarakan melalui : a.) Pendidikan kewarganegaraan; b.) Pelatihan
dasar kemiliteran secara wajib; c. )Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia
secara suka rela atau secara wajib; dan d.)Pengabdian sesuai dengan profesi
(Prawono,2010:221).
12
a. Pendidikan Kewarganegaraan

Dijelaskan dalam Pasal 37 ayat (1) UURI Nomor 3 Tahun 2003 dijelaskan, bahwa
pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Oleh karenanya pembentukan rasa
kebangsaan dan cinta tanah air peserta didik dapat dibina melalui pendidikan
kewarganegaraan.

b. Pelatihan Dasar Kemiliteran Secara Wajib

Pelatihan dasar kemiliteran bertujuan membentuk sikap dan jiwa patriotisme.


Contohnya adalah Resimen Mahasiswa (Menwa), Pramuka, Patroli Keamanan Sekolah
(PKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), dan organisasi
siswa atau masyarakat lainnya.

c. Pengabdian sebagai Prajurit Tentara Nasional Indonesia Secara Suka Rela atau
Secara Wajib

Dalam UUD 1945 Pasar 30 ayat (2) dinyatakan bahwa usaha pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semata oleh
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan
utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung. Maksudnya bahwa usaha pertahanan negara
tidak hanya kewajiban TNI dan Polri melainkan kewajiban seluruh komponen bangsa.

POLRI merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan terpeliharanya keamanan dalam
negeri, Sedangkan TNI berperan sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dalam usaha pembelaan negara, peranan TNI sebagai alat pertahanan negara
sangat penting dan strategis karena TNI memiliki tugas untuk : a.) mempertahankan
kedaulatan negara dan keutuhan wilayah; b.) melindungi kehormatan dan keselamatan
bangsa; c.) melaksanakan operasi militer selain perang; d.) ikut serta secara aktif dalam tugas
pemeliharaan per-damaian regional dan internasional (Pasal 10 ayat (3) UURI Nomor 3 Tahun
2002).

d. Pengabdian Sesuai dengan Profesi

Pengabdian sesuai profesi adalah pengabdian warga negara yang mempunyai profesi
tertentu untuk kepentingan pertahanan negara termasuk dalam menanggulangi dan/atau

13
memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam, atau bencana lainnya
(penjelasan UURI Nomor 3 Tahun 2002). Beberapa profesi tersebut terutama yang berkaitan
dengan kegiatan menanggulangi dan memperkecil akibat perang, bencana alam atau bencana
lainnya yaitu antara lain : Petugas PMI, para medis, tim SAR, POLRI, dan petugas bantuan
sosial, dan LINMAS.

2.7 Kepentingan Bela Negara terkait Pembangunan Nasional

Bela Negara sebagai Modal Dasar Pembangunan Nasional


Pada hakekatnya, pembangunan nasional merupakan wujud perjuangan secara terus
menerus dari setiap warga negaranya berdasarkan profesinya dengan prestasi terbaik untuk
mewujudkan kesejahteraan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya.Bagi bangsa Indonesia
maupun bangsa-bangsa lain di dunia, dalam rangka pembangunan nasionalnya, setidaknya
ada beberapa isu penting yang menjadi bahan pertimbangan yaitu isu tentang hak azasi
manusia (HAM), supremasi hukum, lingkungan hidup, demokratisasi, dan globalisasi
ekonomi. Ini menunjukkan bahwa isu-isu tersebut merupakan persoalan mendasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan negara-negara saat ini. Bagi bangsa
Indonesia, diberlakukannya UU Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang lebih
mengutamakan azas desentralisasi kekuasaan dan kewenangan kepada daerah, juga
merupakan isu yang diharapkan dapat mendorong percepatan bagi proses pembangunan
nasional melalui peningkatan pemberdayaan masyarakat.
Hakekat pembangunan adalah membangun manusia seutuhnya, baik fisik
maupun non fisik, jasmani maupun rohani, materiil maupun spirituil, maka
pembangunan non fisik, rohani atau spirituil menunjukkan laju yang amat tertinggal
bahkan cenderung degradasi.Untuk menghadapi pengaruh global, masih terjadi
kontroversi antara pemikiran ekonomi pasar murni (liberalisasi perdagangan) dan
intervensi pemerintah (proteksionisme). Pada umumnya intervensi pemerintah atau
kebijakan publik dimaksudkan untuk membangun kapasitas, menciptakan keadilan,
menciptakan kondisi yang stabil, atau proses yang lebih efektif dan efisien. Termasuk
didalamnya antara lain alasan untuk memberikan rangsangan khusus bagi produksi suatu
barang tertentu yang masih diimpor (import substitution), memperluas kesempatan kerja,
pendayagunaan sumberdaya dan investasi; maupun alasan non ekonomi seperti
ketahanan nasional dan distribusi pendapatan atau pemerataan.
Hal ini mencerminkan kuatnya dampak globalisasi, yang akan menerjang
semua halangan dan rintangan. Maka persoalannya adalah kembali kepada menjawab

14
pertanyaan mengapa berbagai kebijakan publik itu tidak efektif dalam mencapai
sasarannya (target output, target group). Kebijakan publik yang bagaimana yang mampu
melawan kekuatan globalisasi tersebut? Jawaban mendasar untuk itu adalah kebijakan
publik yang mampu “kemandirian” yang mengandung makna lebih dari sekedar swa
sembada, kemandirian yang mengakar ke bawah tetapi tetap berorientasi ke luar, jadi
bukan autarki atau menutup hubungan dengan dunia luar.

Sebagai penutup, sejak awal abad 21, terjadi pergeseran paradigma pembangunan
dengan persaingan yang semakin ketat. Bagi negara yang sedang berkembang,
globalisasi lebih merupakan ancaman daripada peluang, karena ternyata lebih
menguntungkan kepentingan negara maju, bahkan memungkinkan untuk menguasai
sumberdaya di negara lain.

Ketangguhan moral akan membangun kemandirian, dan kemandirian akan


membangun masyarakat, bangsa dan negara yang lebih hakiki. Modernisasi harus lebih
diartikan sebagai continuous improvement dalam segala aspek kehidupan secara
berimbang dengan tetap mengedepankan berbagai kearifan lokal untuk skala global.

Pemerintahan yang Baik, Bersih Dan Berwibawa

Krisis nasional yang sedang dihadapi bangsa Indonesia tidak lepas dari kegagalan
mengembangkan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan yang
tidak taat azas, tidak taat pada prinsip-prinsip good governance. Reformasi di segala
bidang sangat diperlukan untuk meciptakan terobosan baru dalam sistem administrasi
negara yang handal dan profesional dengan meningkatkan komitmen dari para
penyelenggara negara dan tentu tidak kalah pentingnya peran aktif positif dari seluruh
jajaran masyarakat sesuai dengan profesi masing-masing.

Kepemimpinan yang Berwawasan Bela Negara

Kadar kepemimpinan akan menentukan kuantitas dan kualitas penyelesaian


masalah. Indonesia Disinilah pentingnya meningkatkan kadar kepemimpinan dengan
selalu mengasah akal dan fikiran untuk membangun kekuatan individu dalam
menghadapi berbagai persoalan hidup, termasuk dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Beberapa pendapat tentang pemimpin yang ideal yang pada hakekatnya masih
relevan dan sesuai untuk dipedomani para pemimpin masa kini, yaitu :
1) George Terry menyatakan bahwa seorang pemimpin harus : 1. Penuh energi dan
15
sehat jasmani – rohani, 2. Punya stabilitas dalam perasaan (dapat mengendalikan
emosi. 3. Keinginan memimpin timbul dari dalam nuraninya. 4. Cakap dalam
berkomunikasi, 5. Memiliki kecakapan teknis dalam perencanaan,
pengorganisasian, pendelegasian wewenang, pengambilan keputusan,
pengawasan dlsb. 6. Menghargai pendapat orang lain.
2) Keith Davis berpendapat bahwa seorang pemimpin harus : 1. Punya tingkat
kecerdasan yang lebih dari yang dipimpin. 2. Memiliki kedewasaan dan keluasan
hubungan sosial. 3. Punya dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi, 4. Mau
mengakui harga diri dan kehormatan anggotanya serta berpihak kepadanya.
3) Fayol menyatakan bahwa seorang pemimpin seharusnya : 1. Memiliki jasmani
yang sehat dan giat, 2. Memiliki rohani yang prima, 3. Memiliki moral yang tegas
mau menerima tanggung jawab, berinisiatif, setia, bermartabat, bijaksan, 4.
Memiliki latar belakang pendidikan yang luas baik yang berhubungan dengan
fungsinya atau tidak.
4) Dalam lingkungan TNI ada pedoman kepemimpinan yang disebut “11 azas

kepemimpinan TNI” , yaitu : 1. Taqwa, 2. Ing ngarso sung tolodo, 3. Ing madyo
mbangun karso, 4. Tut wuri handayani, 5. Waspodo purbo waseso, 6. Ambeg
parama arta, 7. Prasojo, 8. Satya, 9. Gemi nastiti, 10. Beloko, 11. Legowo.

Untuk membentuk pemimpin yang berwawasan kebangsaan (yang sekaligus


berwawasan bela negara), perlu pemahaman dan penghayatan empat kompetensi serta
dilandasi dengan azas-azas dan teori kepemimpinan. Bila para pemimpin dan kader
pemimpin tersebut telah memahami dan menghayati hal-hal tersebut, maka secara
otomatis memiliki integritas nasional dan jatidiri bangsa.

2.8 Yang wajib ikut dalam Bela Negara

Konsep bela negara sendiri mengandung arti keikutsertaan dalam pertahanan negara, yang
meliputi: mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dari segala ancaman. Sedangkan wujud pembelaan terhadap negara
berupa hak dan kewajiban melalui pendidikan kewarganegaraan, pengabdian sebagai prajurit
TNI dan pengabdian sesuai profesi.

Empat Argumentasi

16
Terdapat beberapa perspektif alasan negara perlu dibela oleh warganegaranya,
yaitu: Pertama, berdasarkan teori dan tujuan negara. Alasan ini sangat erat kaitannya dengan
tujuan akhir negara yaitu untuk menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya (bonum publicum,
common good, common weal). Dengan kata lain negara didirikan untuk menyejahterakan
warganya. Jadi sudah seharusnya demi untuk mewujudkan cita-cita bersama dalam bernegara
setiap warga negara bersedia membela negaranya karena untuk kepentingan dirinya dan
sesamanya.

Kedua, berdasarkan pada pemikiran rasional. Aspek pertahanan merupakan faktor


penting dalam menjamin kelangsungan hidup Negara. Tanpa kemampuan mempertahankan
diri, suatu negara tidak akan dapat mempertahankan keberadaan atau eksistensinya.

Ketiga,kontrak sosial, bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17


Agustus 1945 bertekad bulat untuk membela, mempertahankan, dan menegakkan
kemerdekaan, serta kedaulatan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Keempat, pertimbangan moral, kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan.

Kelima, ketentuan hukum atau yuridis, meliputi 1) UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3):
“Bahwa tiap warga Negara behak dan wajib ikut serta dalam upaya bela Negara”, 2) UUD
1945 Pasal 30 Ayat (1) dan (2) “”Bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha Pertahanan dan Keamanan Negara, dan Usaha Pertahanan dan Keamanan Negara
dilaksanakan melalui Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta oleh TNI dan
Kepolisian sebagai Komponen Utama, Rakyat sebagai Komponen Pendukung.

Selain itu (3) UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 6B :” Setiap
Warga Negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku”, 4) UU No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat (1) “Setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya Bela Negara ysng diwujudkan dalam
Penyelenggaraan Pertahanan Negara”, dan 5) UU No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan
Negara Pasal 9 Ayat (2) “Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara dimaksud ayat
(1) diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran,
pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib dan pengabdian sesuai dengan
profesi (Cholisin, 2007).

Hak dan Kewajiban


17
Oleh karena itulah setiap warga negara Indonesia dengan hak dan kewajiban yang
sama, dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Tentara dan masyarakat sipil
merupakan sumber daya manusia yang menjadi komponen terpenting dalam sistem
pertahanan nasional, yaitu pertahanan dan keamanan rakyat semesta.

Sistem pertahanan ini menempatkan TNI dan Polri sebagai komponen utama dan
rakyat sebagai komponen pendukung.Mengakhiri polemik yang terjadi sudah seyogyanya
pemerintah segera menyusun Rancangan UU tentang Komponen Pendukung Pertahanan
Negara yang akan menjadi payung hukum mobilisasi warga sipil untuk kepentingan bela
negara.

Selain itu wacana bela negara ini harus tetap berpegang teguh pada prinsip-peinsip
demokrasi, HAM, dan kesejahteraan umum.Prinsip demokrasi mengharuskan setiap tindakan
pemerintah dalam pelaksanaan pertahananharus sejalan dengan aspirasi rakyat dan melalui
persetujuan rakyat melalui DPR.

Prinsip HAM mengharuskan bahwa kegiatan initidak melanggar HAM dengan alasan
apapun. Prinsip kesejahteraan umum, mengandung makna bahwa kegiatan ini tidak
menjadikan rakyat semakin menderita. Oleh karena itu, kalaupun harus dijalankan program
bela negara perlu dibarengi dengan program pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

2.9 Contoh keikutsertaan Warga Negara dalam Bela Negara

Keikutsertaan setiap warga negara dalam usaha pembelaan negara bukan hanya
merupakan hak tetapi juga kewajiban.Dalam usaha pembelaan negara atau pun tindakan bela
negara terbagi :
Sebelum Kemerdekaan

Tindakan bela negara sebelum kemerdekaan yang paling nampak di perankan oleh TNI sejak
perang kemerdekaan sampai masa reformasi ini. Contohnya yang dilakukan TNI :
 Menghadapi ancaman agresi Belanda dan para penjajah
 Menghadapi ancaman federalis dan separatis APRA,RMS,PRRI/PERMESTA,Papua
Merdeka,Separatis Aceh (GSA)
 Melawan PKI dan melawan DI/TII
 Kelaskaran yang kemudian dikembangkan menjadi barisan cadangan pada periode perang
kemerdekaan ke-I

18
 Pada periode perang kemerdekaan ke-II ada organisasi Pasukan Gerilya Desa (Pager
Desa) termasuk mobilisasi pelajar (Mobpel)sebagai bentuk perkembangan dari barisan
cadangan
 Mempertahankan negara NKRI dan menjaga keutuhan wilayah negara Indonesia
 Pada saat masa penjajahan warga membantu perang dengan bambu runcing
Setelah kemerdekaan

Dalam contoh tindakan bela negara pada saat setelah kemerdekaan ini sebenarnya sangat
banyak kami akan menjelaskan hanya sebagiannya,yaitu :
 Contoh pada polri:
Menjaga keamanan Negara, Mencegah ancaman dari negara lain, Menjaga
ketertiban masyarakat seperti :kerusuhan,penyalahgunaan narkoba,konflik
komunal,dan yang menganggu keselamatan bangsa dan negara
 Contoh dari TNI :
Sebenarnya TNI dari masa sebelum kemerdekaan sampai setelah kemerdekaan
masih melakukan upaya bela negara,diantaranya : Pada tahun 1961 dibentuk pertahanan
sipil,perlawanan rakyat,keamanan rakyat sebagai bentuk penyempurnaan dari
OKD/OPR, Perwira cadangan yang dibentuk sejak tahun 1963, Kemudian berdasarkan
UURI Nomor 20 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan
Negara Republik Indonesia ada organisasi yang disebut Rakyat Terlatih dan anggota
Perlindungan Masyarakat (LIMNAS), Mempertahankan kedaulatan negara dan
keutuhan wilayah, Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa, Melaksanakan
operasi militer selain perang, Ikut seta secara aktif dalam tugas pemeliharaan
perdamaian regional dan internasional
 Tim SAR untuk mencari dan menolong korban bencana alam,PMI dan Para Medis
Hansip untuk menjaga keamanan dan ketertiban
·

19
BAB III
3.1 Saran
Di akhir penulisan ini, penulis berpesan agar pembaca dapat emnggunakan penalaran
dan kesesuaiannya dengan konsep, realita, dan aplikasi Bela Negara dalam kehidupan
berbangsa dan beregara. Karena kesadaran Bela Negara merupakan suatu kewajiban bagi
seluruh elemen bangsa Indonesia tanpa terkecuali. Oleh karena itu, marilah kita bersama sama
menumbuhkan rasa semangat nasionalisme sejak dini terutama kepada generasi muda bangsa
Indonesia dengan metode yan sederhana dan mudah dimengerti dan dipahami kemudian
dijabarkan dalam suatu aturan pelaksanaan untuk dijadikan pedoman bangsa Indonesia.

20

Anda mungkin juga menyukai