FTSSP New-1
FTSSP New-1
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
Salep adalah sediaan semisolid yang ditujukan untuk penggunaan
eksternal pada kulit atau membran mukosa. Salep dapat mengandung bahan
obat atau tidak. Salep yang tidak mengandung bahan obat digunakan untuk
memperoleh efek fisika yang dihasilkan oleh salep, yaitu sebagai pelindung,
pelembut, atau pelicin. Basis salep dapat digunakan untuk memperoleh efek
fisika atau sebagai pembawa untuk salep yang mengandung bahan obat.
(Ansel, Bentuk Sediaan Farmasetis dan Sistem Penghantaran Obat, halaman
292).
A. Penggolongan Salep
Penggolongan Salep Menurut konsistensinya salep dapat dibagi:
Pasta: Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk),
suatu salep tebal, karena merupakan penutup atau pelindung bagian
kulit yang diolesi.
2
Menurut sifat farmakologi/terapeutik dan penetrasinya, salep dapat
dibagi:
Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan
dasar salep berlemak (greasy bases) tidal dapat dicuci dengan air,
misalnya: campuran lemak lemak, minyak lemak, malam.
Salep hidrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik air,
biasanya ds. tipe M/A.
Dasar salep 3 (ds. yang dapat dicuci dengan air atau ds. emulsi M/A)
3
Penggolongan dasar salep berdasarkan komposisi:
B. Basis Salep
Basis salep berdasarkan USP (2) secara umum diklasifikasikan
menjadi empat kelompok: basis berlemak, basis absorpsi, basis
tercucikan air, dan basis larut air. (Ansel Bentuk Sediaan Farmasetis dan
Sistem Penghantaran Obat, halaman 292).
Pemilihan basis untuk digunakan dalam formulasi salep bergantung
pada pengujian sejumlah faktor dengan hati-hati; faktor-faktor tersebut
meliputi:
Efek obat, bila ada, pada konsistensi atau kondisi lain basis salep
4
Sebagai contoh, salep umumnya digunakan pada kulit yang
kering dan bersisik; krim digunakan untuk permukaan yang berair atau
berdarah; dan lotion digunakan untuk daerah mudah tergesek atau
tempat gesekan dapat terjadi, seperti di antara paha atau di bawah
ketiak. Basis yang memberikan kombinasi terbaik dari sifat yang
diinginkan harus ditentukan.
C. Pembuatan Salep
Salep secara umum dibuat melalui dua metode, yaitu
pencampuran dan peleburan, bergantung terutama pada kondisi bahan.
(Ansel, halaman 294).
Pembuatan Salep Peraturan pembuatan salep menurut F. Van Duin
sebagai berikut:
"Jika tidak ada peraturan lain, bahan-bahan yang larut dalam air
dilarutkan lebih dahulu dalam air asalkan jumlah air yang digunakan
dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air yang
dipakai, dikurangkan dari basis salepnya".
5
3) Peraturan salep ketiga
3) Dasar salep (ds): Kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep
(basis salep) digunakan vaselin putih (vaselin album).
Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pe makaian salep, dapat
dipilih beberapa bahan dasar salep sebagai berikut:
6
Ds. yang dapat dicuci dengan air atau Ds. emulsi, misalnya emulsi
minyak dalam air (M/A).
Ds. yang dapat larut dalam air, misalnya PEG atau campurannya.
Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada
dalam kamar.
Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk
menjadi lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang
teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara
fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak
boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu
melepas obatnya pada daerah yang diobati.
7
Riwayat Penggunaan
Bahasa Yunani miron dan bahasa Latin unguentum di
kombinasikan untuk membentuk istilah modern ointment atau salep.
Salep pada zaman dahulu terutama berupa minyak yang digunakan
sebagai sediaan pengurapan. Perubahan pada sediaan salep kuno
menghasilkan pembentukan pasta (sediaan dengan kandungan zat
padat yang tinggi), cerate (sediaan dengan kandungan lilin yang tinggi)
dan krim (salep emulsi). (Ilmu dan Teknologi Peracikan Sediaan Farmasi,
halaman 127).
Penggunaan
Keputusan untuk menggunakan salep, pasta, krim, atau lotion
(emulsi) bergantung tidak hanya pada seberapa banyak penetrasi obat
pada kulit yang diinginkan, tetapi juga pada karakteristik kulit tempat
akan digunakan. Sebagai contoh, salep (basis berminyak) biasanya
digunakan pada lesi kering dan bersisik karena sifat melembutkannya
akan membantu untuk menghidrasi kembali kulit. Salep juga dapat
bertahan dalam bentuk sediaan topikal, rektal, dan mata. Pasta
merupakan sediaan topikal yang biasanya diaplikasikan pada area yang
membutuhkan perlindungan. Krim biasanya digunakan pada lesi basah
dan menetes karena krim memiliki efek "mengeringkan" melalui
tercampurnya cairan lesi dengan fase ekster , halaman 127-128)
8
2.2 Resep
Menthol 2%
M.f ung
S.u.e
S.u.e
9
2.5 Studi Preformulasi (Monografi)
1. Acid Salicyl
Struktur Kimia
10
lender dan agak korosif, untuk obat luar digunakan
dalam pengobatan pruritus, urtikari abromidrosis,
daneksim. Dalam bentuk salep dan koloidon
digunakan untuk melunakan dan menghilangkan
kutil, kondisi hyperkeratosis (pertumbuhan
jaringan keratin kulit yang berlebihan).
Kulit yang terbuka, meradang atau pada anak
dibawah 2 tahun.
Perhatian : dapat menimbulkan gangguan saraf
Kontraindikasi tepi, pada pasien diabetes rentan terhadap ulkus
neuropati, hindari kontak dengan mata, mulut,
area kelamin dan anus, serta selaput lendir,
hindari penggunaan pada area yang luas.
Kegunaan Sebagai keratoritikum, anti fungi / anti jamur
- FI V hal. 51
- Indrawati Dian Utami. 2018. Jurnal Evaluasi
Pustaka
Salep
2-4. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.
2. Sulfur Praecib
11
pH Antara 4,2 - 6,2
12
yang tidak enak.
Inkompatibilitas Vaselin kuning merupakan bahan inert dengan
seikitin kompatibilitas.
Kegunaan Zat tambahan, sebagai emollient dalam basis
salep.
Putaka FI IV 1995, hal: 823-824.
Hand book of pharmaceutical excipient,
hal: 421-422.
4. Menthol
13
kromiumreaksida, b- naphthol, fenol, kalium
permangan, pyrogaraolrecolcinol, timol.
Titikleleh 340C.
Stabilitas Harus disimpan dalam suhu tidak melebihi
2580C karena mudah menyublin.
Kegunaan Korigen, antiiritan
Pustaka FI III hal: 362
= 0,2 𝑔
= 200 𝑚𝑔
10
Sulfur Praecip = 100 𝑥4 𝑔
= 0,4 𝑔
= 400 𝑚𝑔
2%
Mentol = 𝑥10 𝑔
98
= 0,204 𝑔
= 204 𝑚𝑔
= 10 𝑔 − 0,8 𝑔
= 9,2 𝑔
14
2.7 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Mortar
2. Stamper
3. Gelas arloji
4. Perkamen
5. Batang pengaduk
6. Gelas ukur
7. Beaker glass 100 ml
8. Neraca analitik
9. Sudip
10. Sendok tanduk
11. Pipet tetes
12. Pot salep
b. Bahan
1. Acid Salicyl 0,2 gram
2. Sulfur Preacip 0,4 gram
3. Vaselin Flavum 9,2 gram
4. Menthol 0,2 gram
5. Etanol 95%
15
7. Masukkan acid salicylicum kedalam mortar, kemudian tetesi dengan
etanol sebanyak 1 hingga 2 tetes.
8. Tambahkan sulfur praecip kedalam mortir, gerus dengan cepat dan
kuat, hingga homogen.
9. Tambahkan vaselin flavum kedalam mortir sedikit demi sedikit, gerus
hingga homogen.
10. Tambahkan mentol kedalam mortir dan gerus hingga homogen.
11. Masukkan hasil salep kedalam pot salep ukuran 10 gram.
12. Beri etiket warna biru.
2.9 Etiket
APOTEK SUTRA WARNI FARMA
Jl.Ronggohadi,No.09,Sugio,Lamongan
Apoteker: Melana Rini,S,W.,S.Farm.,Apt
SIPA: 029254578/2016
No.4 tgl.19/11 19
Kelompok 4
2.10 Hasil
Organoleptis
- Warna : Kuning
- Bau : Khas mentol
- Rasa : Panas dan aromatik diikuti rasa dingin
- Tekstrur : Terasa lembut dan berminyak
Uji Homogenitas
Salep homogen, tidak terdapat butiran kasar dan warna merata.
Uji Daya Sebar
- Beban 50 g = 4,5 cm
- Beban 100 g = 5,5 cm
- Beban 150 g = 5,8 cm
16
- Beban 200 g = 6,1 cm
- Beban 300 g = 6,5 cm
Uji Iritasi Kulit
Meninggalkan rasa panas pada kulit dan diikuti rasa dingin
Uji Peninggalan Bekas
- Meninggalkan bekas berminyak pada kulit
- Tidak meninggalkan bekas warna
- Meniggalkan rasa panas pada kulit yang diikuti rasa dingin
- Berbau aromatik khas mentol
17
Pencampuraan Seluruh Bahan Sedikit Demi Sedikit dan Gerus
Hingga Menjadi Salep yang Homogen
Uji Daya Uji Daya Uji Daya Uji Daya Uji Daya
Sebar dg Sebar dg Sebar dg Sebar dg Sebar dg
Beban 50 g Beban 100 g Beban 150 g Beban 200 g Beban 300 g
18
Uji Iritasi Uji Peninggalan Bekas
2.11 Pembahasan
Pada praktikum ini, kelompok kami melakukan percobaan
pembuatan sediaan setengah padat berupa unguentum menthol. Dalam
praktikum ini kami menggunakan 4 komponen untuk formulasi, yaitu :
Vaselin Flavum, Sulfur Praecib, Acd Salicyl dan Mentol. Dimana sulfur
praecib berkhasiat sebagai kratolitikum, Mentol sebagai analgetik yang
dapat menimbulkan sensasi rasa dingin, dan Vaselin Flavum berfungsi
sebagai basis atau dasar salep hidrokarbon.
Uji Organoleptis merupakan suatu uji yang berfungsi untuk
melihat kualitas dan stabilitas sediaan yang telah dibuat dengan
melakukan pengamatan langsung pada objek. Dalam praktikum ini
diperoleh yaitu warna kuning, bau aromatik khas mentol, rasa panas dan
aromatik diikuti rasa dingin, serta tekstur yang lembut dan berminyak.
Uji Homogenitas bertujuan untuk melihat keseragaman partikel
dalam sediaan, sehingga memberikan kualitas yang maksimal ketika
digunakan. Pemeriksaan homogenitas pada sediaan salep ini
menunjukkan hasil yang homogen, ditandai dengan semua partikel dalam
pengamatan di kaca objek terdispersi secara merata dan tidak terjadi
gumpalan pada salah satu sisi, tidak ditemukan pula butiran kasar
maupun berpedaan warna dari berbagai sisi.
19
Homogenitas dipengaruhi oleh kecepatan pengadukan, selama prose
pembuatan diperlukan tenaga dalam penggerusan bahan, agar sediaan
dapat tercampur merata dan homogen.
Uji pH, uji ini bertujuan untuk memastikan apakah pH sediaan
setelah pembuatan memiliki pH yang sama dengan pH kulit. pH kulit yaitu
sekitar 5,8 – 6,8. Jika sediaan tidak berada pada range pH kulit, maka
sediaan berpotensi mengiritasi kulit. Pada uji pH, kami tidak melakukan
pengujian tersebut karena keterbatasan alat yang tersedian
dilaboratorium.
Uji Daya Sebar, dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu
sediaan saat mengaplikasikan pada kulit. Uji ini perlu dilakukan karena
terkait dengan kemudahan daalam mengaplikasikan salep pada kulit.
Daya sebar optimun yang baik adalah 5 – 7 cm (Garg et al, 2002).
Pada percoban ini diuji menggunakan kaca objek yang diberi
beban, diperoleh hasil sebagai berikut ; beban 50 g diperoleh hasil 4,5 cm,
100 g diperoleh hasil 5,5 cm, 150 g diperoleh hasil 5,8 cm, 200 g diperoleh
hasil 6,1 cm dan pada beban 300 g diperoleh hasil 6,5 cm. Dari hasil uji
daya sebar ini, maka dikatakan sediaan kami ini telah memenuhi syarat
daya sebar yang baik. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara
obat dengan kulit menjadi luas, sehigga absorpsi obat ke kulit
berlangsung sesuai dengan laju pelepasan obat untuk memberikan efek
terapi yang diinginkan.
Uji Iritasi Kulit dilakukan dengan mengoleskan sediaan jadi pada
kulit. Setelah salep dioleskan tidak terjadi iritasi kulit, ataupun reaksi yang
tidak diinginkan seperti gatal-gatal, kemerahan pada kulit maupun bintik
pada kulit. Tapi, meninggalkan sensasi panas aromatik diikuti rasa dingin.
Uji Peninggalan Bekas, dilakukan dengan mengoleskan sediaan
jadi pada permukaan kulit dan meninggalkan bekas berminyak pada kulit,
tidak meninggalkan bekas warna, meninggalkan rasa panas pada kulit
diikuti rasa dingin, dan berbau aromatik khas mentol.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical
dan kulit atau selaput lendir (FI ed IV). Salep tidak boleh berbau tengik.
Kecuali dinyalakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung
obat keras atau narkotik adalah 10%.
2. Menthol adalah senyawa kimia yang berasal dari alam dan merupakan
senyawa yang termasuk dalam kelompok terpenoid. Mentol bersifat
analgetik yang menimbulkan rasa panas aromatik diikuti rasa dingin.
3. Pada percobaan ini dilakukan pengujian diantaranya; uji oranoleptis, uji
homogenitas, uji daya sebar, uji iritasi kulit, uji peninggalan bekas.
Diperoleh hasi sebagai berikut:
Organoleptis
- Warna : Kuning
- Bau : Khas mentol
- Rasa : Panas dan aromatik diikuti rasa dingin
- Tekstrur : Terasa lembut dan berminyak
Uji Homogenitas
Salep homogen, tidak terdapat butiran kasar dan warna merata.
Uji Daya Sebar
- Beban 50 g = 4,5 cm
- Beban 100 g = 5,5 cm
- Beban 150 g = 5,8 cm
- Beban 200 g = 6,1 cm
- Beban 300 g = 6,5 cm
Uji Iritasi Kulit
Meninggalkan rasa panas pada kulit dan diikuti rasa dingin.
21
Uji Peninggalan Bekas
- Meninggalkan bekas berminyak pada kulit
- Tidak meninggalkan bekas warna
- Meniggalkan rasa panas pada kulit yang diikuti rasa dingin
- Berbau aromatik khas mentol
4. Dari percobaan ini, disimpulkan bahwa komposisi dasar salep merupakan
salep hidrokarbon, dengan formulasi yang diguakan diantaranya vaselin
falvum, selfur praecip, acid salicyl, dan mentol.
5. Dalam pembuatan salep ini digunakan metode pencampuran yaitu
dengan mencampurkan semua bahan sehingga dapat bergabung
menjadi suatu homogen yang bersifat seragam dan memiliki penyebaran
yang sempurna.
6. Metode pencampuran ini caranya adalah semua komponen salep
dicampur bersama sampai sediaan homogen, basis yang diguakan adalah
vaselin flavum.
7. Tipe dari salep yang diformulasikan pada praktikum kali ini merupakan
salep tipe A/M atau W/O, karena basis yang digunakan yakni Vaselin
Flavum merupakan fase t=minyak, dan fase terbesar pembentuk sedian
salep.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Loyd V. Allen. 2019. Ilmu dan Teknologi Peracikan Sediaan Farmasi. Edisi 4.
Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
2. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta. Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan.
3. Moh. Anief. 2015. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta. Gajah Mada University
Press.
4. Depkes RI. 1967. FMS (Formularium Mecicamentorum Selectum) ISFI Edisi
Ke-1. Jakarta. Kedokteran EGC.
5. Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
6. Syamsuni. 2005. Ilmu Resep. Jakarta. Kedokteran EGC.
23