Anda di halaman 1dari 7

Analisis Kerentanan Masyarakat Kabupaten Mojokerto

Perhitungan kerentanan Kabupaten Mojokerto memberikan hasil bahwa sebagian besar


wilayah di Kabupaten Mojokerto memiliki kerentanan yang tergolong rendah. Dari total 304
desa di Kabupaten Mojokerto, 300 desa memiliki kerentanan rendah dan 4 desa termasuk dalam
desa dengan kerentanan sedang. Tidak ada satupun desa di Kabupaten Mojokero yang memiliki
kerentanan tinggi. Desa dengan nilai kerentanan sedang yaitu Desa Canggu Kecamatan Jetis,
Desa Kunjorowesi, Desa Watesnegoro, dan Desa Ngoro Kecamatan Ngoro.
Apabila ditinjau untuk masing-masing jenis kerentanan, perbandingan antara wilayah
dengan kerentanan kelas rendah dan sedang memberikan hasil yang berbeda (Tabel…). Untuk
kerentanan sosial jumlah kelas dengan kerentanan rendah sebanyak 300, kelas kerentanan sedang
4. Kelas kerentanan ekonomi jumlah kelas dengan kerentanan rendah sebanyak 260, kelas
kerentanan sedang 30. Kelas kerentanan fisik dengan kerentanan rendah sebanyak 292, kelas
kerentanan sedang 12.
Kelas Kerentanan dan Jumlah Desa/Kecamatan
No Kecamatan
Kerentanan Sosial Kerentanan Ekonomi Kerentanan Fisik
1 Kemlagi Rendah 18 desa Rendah 11 desa Rendah 20 desa
Sedang 2 desa Sedang 9 desa
2 Dawarblandong Rendah 18 desa Rendah 17 desa Rendah 18 desa
Sedang 1 desa
3 Jetis Rendah 16 desa Rendah 13 desa Rendah 15 desa
Sedang 3 desa Sedang 1 desa
4 Mojosari Rendah 19 desa Rendah 18 desa Rendah 19 desa
Sedang 1 desa
5 Ngoro Rendah 19 desa Rendah 19 desa Rendah 15 desa
Sedang 4 desa
6 Pungging Rendah 18 desa Rendah 19 desa Rendah 16 desa
Sedang 1 desa Sedang 3 desa
7 Kutorejo Rendah 17 desa Rendah 9 desa Rendah 17 desa
Sedang 8 desa
8 Dlanggu Rendah 16 desa Rendah 16 desa Rendah 15 desa
Sedang 1 desa
9 Jatirejo Rendah19 desa Rendah 18 desa Rendah 18 desa
Sedang 1 desa
10 Gondang Rendah 18 desa Rendah 18 desa Rendah 18 desa
11 Pacet Rendah 20 desa Rendah 20 desa Rendah 20 desa
12 Trawas Rendah 13 desa Rendah 3 desa Rendah 13 desa
Sedang 10 desa
13 Bangsal Rendah 17 desa Rendah 17 desa Rendah 17 desa
14 Gedek Rendah 14 desa Rendah 14 desa Rendah 14 desa
15 Puri Rendah 14 desa Rendah 7 desa Rendah 15 desa
Sedang 2 desa Sedang 9 desa Sedang 1 desa
16 Sooko Rendah 15 desa Rendah 14 desa Rendah 14 desa
Sedang 1 desa Sedang 1 desa
17 Trowulan Rendah 16 desa Rendah 16 desa Rendah 16 desa
18 Mojoanyar Rendah 12 desa Rendah 12 desa Rendah 12 desa
Sumber: Analisis, 2018
Hasil analisis parameter kerentanan sosial berupa kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin,
rasio kemiskinan, rasio ketergantungan dan rasio orang cacat menunjukkan bahwa sebagian
besar desa yang berada di Kabupaten Mojokerto terletak pada kerentanan rendah artinya secara
kajian sosial masyarakat desa Kabupaten Masyarakat mampu dalam menghadapi risiko
bencana. Hanya terdapat dua desa yang terletak pada kerentanan sedang yaitu Desa
Pandankrajan dan Mojodowo Kecamatan Kemlagi. Nilai kerentanan diukur berdasarkan nilai
rentang 0-1. Nilai kerentanan yang semakin mendekati 0 menunjukkan bahwa semakin rendah
kerentanannya, sedangkan nilai kerentanan yang mendekati nilai 1 maka semakin tinggi nilai
kerentanannya.
Kerentanan sosial di seluruh desa di Kabupaten Mojokerto memiliki nilai kerentanan paling
rendah yaitu 0,02 dan nilai maksimal kerentanan yaitu 0,41. Beberapa penyebab desa
Pandankrajan dan Mojodowo Kecamatan Kemlagi memiliki kelas kerentanan sedang
dikarenakan Desa Pandankrajan dan Mojodowo memiliki kelas kerentanan kepadatan penduduk
sedang dan tinggi. Semakin padat jumlah penduduk maka kerentanan atau ketidakmampuan
penduduk dalam menghadapi bencana semakin meningkat. Rasio jumlah kepadatan penduduk
di Desa Pandankrajan dan Mojodowo Kecamatan Kemlagi yaitu 0,6 dan 1. Hal ini
menunjukkan bahwa perbandingan jumlah penduduk dengan luas per Km2 sangat padat. Jika
dilihat dari parameter lain analisis kerentanan sosial, Desa Pandankrajan dan Mojodowo
Kecamatan Kemlagi menunjukkan rasio ketergantungan kelas tinggi. Rasio ketergantungan
merupakan perbandingan yang menunjukkan besarnya penduduk golongan umur produktif yang
dapat menghasilkan barang dan jasa ekonomi bagi golongan umur muda dan umur tua (umur
tidak produktif).
Berdasarkan data, rasio ketergantungan di Desa Pandankrajan menunjukkan bahwa Desa
Krajan sebagian besar masyarakatnya berada pada umur tua. Rasio kemiskinan dan rasio
disabilitas di kedua desa tersebut menunjukkan kelas rendah.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa desa di Kabupaten Mojokerto untuk rasio
kepadatan penduduk, rasio kemiskinan, dan rasio disabilitas berada pada kelas kerentanan
rendah, sedangkan untuk rasio kelas kepadatan penduduk dan rasio ketergantungan
menunjukkan kelas kerentangan yang variatif rendah, tinggi dan sedang. Kelas rasio kepadatan
dan rasio ketergantungan yang variatif karena kedua rasio ini berhubungan dengan jumlah
penduduk dan produktifitasnya. Setiap wilayah memiliki jumlah penduduk yang variatif dengan
kemampuan produktifitas yang berbeda-beda pula. Gambar… menunjukkan peta kerentanan
sosial desa di Kabupaten Mojokerto

Berdasarkan kajian kerentanan ekonomi, sebagian besar desa di Kabupaten Mojokerto


berada pada kelas kerentanan ekonomi sedang dan rendah. Hampir di setiap Desa di masing-
masing Kecamatan di Kabupaten Mojokerto memiliki kelas kerentanan ekonomi rendah dan
sedang. Sebagian besar desa di Kabupaten Mojokerto termasuk dalam kelas kerentanan rasio
lahan produktif rendah. Hanya Desa di Kecamatan Kemlagi yang memiliki variasi rasio kelas
lahan produktif. Rasio kelas lahan produktif desa di Kabupaten Mojokerto terletak pada
range 0-0,4. Rasio lahan produktif merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan
luas lahan produktif. Nilai rasio lahan produktif yang semakin tinggi maka semakin rentan.
Hal ini menunjukkan ketersediaan lahan produktif belum mampu mencukup jumlah
penduduk yang terdapat di wilayah tersebut.
Sebagian besar Desa yang berada di Kabupaten Mojokerto terletak pada kelas kerentanan
lahan produktif rendah. Artinya perbandingan jumlah penduduk dengan luas lahan produktif
di masing-masing desa masih mencukupi. Desa-desa yang memiliki kelas kerentanan yang
variatif rendah, sedang dan tinggi yaitu terletak di Kecamatan Kemlagi. Hal tersebut
disebabkan karena luas lahan produktif di masing-masing memiliki rentang perbedaan . Data
luas lahan produktif pada kajian ini diperoleh melalui data potensi desa (Podes) dan data BPS
Kabupaten Mojokerto tahun 2014.
Jumlah industri juga berpengaruh terhadap peluang lapangan pekerjaan. Bagi masyarakat
yang pekerjaannya sebagai karyawan, jumlah industri memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap peningkatan perekonomian masyarakat. Sebagian besar rasio industri di Kabupaten
Mojokerto menunjukkan kelas kerentanan yang rendah. Nilai kerentanan kelas rasio industri
yaitu terletak pada nilai 0-1. Semakin rendah nilai kelas rasio industri menunjukkan bahwa
semakin tidak rentan suatu wilayah, artinya di wilayah tersebut keberadaan industri sangat
minim atau bahkan tidak ada. Sebaliknya, nilai 1 pada kelas rasio industri menunjukkan
bahwa sebagian besar perekonomian masyarakat ditunjang oleh keberadaan industri.
Berdasarkan rasio industry Kecamatan di Kabupaten Mojokerto yang memiliki kelas
keretanan rasio industry tinggi, sedang dan rendah adalah Kecamatan Kemlagi, Jetis, Ngoro,
Kutorejo, Trawas dan Puri.
Berdasarkan kajian rasio lahan produktif dan industri, sebagian besar Desa di Kabupaten
Mojokerto memiliki kelas kerentanan ekonomi yang rendah artinya jika terjadi bencana
memiliki kerentanan yang rendah (Gambar…..). Nilai kerentanan ekonomi desa di
Kabupaten Mojokerto terletak pada range kerentanan 0-0,69. Kerentanan ekonomi dalam
penelitian ini berdasarkan parameter luas lahan produktif dan jumlah industri.

Kelas kerentanan fisik desa di Kabupaten Mojokerto terletak pada range nilai 0-0,7.
Rasio jumlah bangunan rumah merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan dari luas
wilayah dengan jumlah bangunan rumah. Pada kajian ini menekankan kerentanan pada jumlah
bangunan. Data yang diperoleh berdasarkan data potensi desa (Podes) dan data BPS 2014.
Semakin padat bangunan rumah maka semakin besar tingkat kerentanan terhadap ancaman
bahaya tertentu. Pada wilayah yang padat bangunan rumah maka potensi untuk terjadi bencana
semakin tinggi. Masing-masing Kecamatan memiliki nilai kelas kerentanan yang variatif antara
rendah, sedang, dan tinggi. Hal tersebut disebabkan karena kepadatan bangunan rumah di
Kabupaten Mojokerto di beberapa wilayah tidak merata. Di beberapa desa di Kecamatan Puri,
Ngoro, Sooko, Bangsal memiliki kepadatan yang tinggi. Hal ini berbeda dengan bangunan
rumah yang terdapat di Kecamatan Trawas, Pacet, Jatirejo yang relatif lebih jarang, Kepadatan
bangunan rumah salah satunya dipengaruhi oleh kondisi morfologi. Pada ketiga Kecamatan
tersebut memiliki morfologi perbukitan dan berada pada lereng pegunungan. Nilai kelas
kerentanan rasio bangunan terletak pada range nilai 0-1.
Rasio fasilitas umum merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan penyediaan
fasilitas umum dengan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu. Bagian dari fasilitas umum
yang digunakan dalam kajian ini yaitu rasio fasilitas kesehatan dan rasio sekolah. Data diperoleh
berdasarkan data potensi desa (Podes) dan data BPD 2014. Semakin banyak jumlah fasilitas
umum di suatu wilayah maka kerentanan semakin rendah. Dengan adanya fasilitas umum maka
dapat menjadi salah satu bagian dari kapasitas dalam manajemen risiko bencana. Kecamatan di
Kabupaten Mojokerto menunjukkan kelas rasio fasilitas umum yang variatif yaitu tinggi, sedang
dan rendah. Kelas tersebut didasarkan pada jumlah fasilitas umum di setiap Desa masing-masing
Kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Nilai kelas kerentanan rasio fasilitas umum di Kabupaten
Mojokerto terletak pada pada range nilai 0-7.
Berdasarkan kajian rasio bangunan rumah dan rasio fasilitas umum, sebagian Desa di
Kabupaten Mojokerto terletak pada kelas kerentanan fisik rendah artinya sebagian besar Desa di
Kecamatan Mojokerto memiliki rasio bangunan rumah dan fasilitas umum yang memadai,
sehingga jika terjadi bencana memiliki kerentanan yang rendah (Gambar…..)

Apabila dihitung rata-ratanya maka jenis kerentananyang memiliki nilai tertinggi adalah
kerentanan ekonomi dengan nilai kerentanan rata-rata 0,32. Nilai kerentanan sosial dan
kerentanan fisik yaitu 0,17 dan 0,18. Tingginya rata-rata kerentanan ekonomi menandakan
bahwa Kabupaten Mojokerto dalam aspek ekonomi memiliki paling rentan jika terjadi bencana
di Kabupaten Mojokerto. Tabel… menunjukkan kelas kerentanan sosial, ekonomi, fisik dan
kerentanan total di Kabupaten Mojokerto.
Tabel….: Jumlah Kelas Kerentanan di Setiap Kecamatan di Kabupaten Mojokerto
Sosial Ekonomi Fisik Fisik
No Kecamatan
Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah
1. Kemlagi 20 - 11 9 20 - 20
2. Dawarblandong 18 - 17 1 18 - 18
3. Jetis 16 - 13 3 15 1 16
4. Mojosari 19 - 19 - 19 - 19
5. Ngoro 19 - 19 - 15 4 19
6. Pungging 19 - 19 - 18 1 19
7. Kutorejo 17 - 10 7 17 - 17
8. Dlanggu 17 - 16 1 15 1 16
9. Jatirejo 19 - 18 1 19 - 19
10. Gondang 18 - 18 - 18 - 18
11. Pacet 20 - 20 - 20 - 20
12. Trawas 13 - 3 10 13 - 13
13. Bangsal 17 - 17 - 17 - 17
14. Gedek 14 - 14 - 14 - 14
15. Puri 15 1 6 10 16 - 16
16 Sooko 15 - 15 - 15 - 15
17 Trowulan 16 - 16 - 16 - 16
18. Mojoanyar 12 - 12 - 12 - 12
Sumber: Analisis, 2018
Berdasarkan Tabel…. menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten
Mojokerto memiliki kerentanan rendah artinya wilayah Mojokerto memiliki kemampuan untuk
mengurangi resiko bencana berdasarkan parameter sosial, fisik dan ekonomi. Nilai kerentanan
keseluruhan Kabupaten Mojokerto terletak pada range 0-0,4. Seluruh Kecamatan di Kabupaten
Mojokerto terletak di kerentanan rendah. Jika dihubungkan dengan kebencanaan, kerentanan
Kecamatan di Kabupaten Mojokerto menunjukkan bahwa Kecamatan di Kabupaten Mojokerto
memiliki keretanan sedang dan rendah.

5.2.2.Kerentanan Terhadap Bencana


Hasil dari perhitungan kerentanan total di setiap kecamatan di Kabupaten Mojokerto
dilakukan proses matching menggunakan matrik.
5.2.2.1 Kerentanan Terhadap Bencana Putting Beliung
Angin puting beliung (Badai) merupakan angin yang disebabkan oleh perbedaan tekanan
dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang tejadi di daerah tropis ini umumnya
berputar dengan radius kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ektrim dengan
kecepatan sekitar 20km/jam. Angin putting beliung terjadi pada musim pancaroba pada siang
hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi matahari di siang hari
tumbuh awan secara vertikal, selanjutnya di dalam awan tersebut terjadi pergolakan arus udara
naik dan turun dengan kecepatan yang cukup tinggi. Arus udara yang turun dengan kecepatan
yang tinggi menghembus ke permukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara acak. Proses
terjadinya puting beliung sangat erat dengan fase tumbuh awan Cumulonimbus (Cb) Fase
Tumbuh Dalam awan terjadi arus udara naik ke atas yang kuat.
Sebagian besar kecamatan di Kabupaten Mojokerto memiliki kerentanan terhadap
bencana putting beliung pada kelas rendah. Hanya di beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Jetis
Desa Canggu, Kecamatan Mojosari Desa Seduri, Kecamatan Ngoro Desa Ngoro, Desa
Kunjorowesi dan Desa Watesnegoro yang memiliki kerentanan sedang untuk kerentanan
bencana putting beliung (Gambar….). Berdasarkan hasil analisis beberapa desa yang memiliki
kerentanan sedang terhadap bencana merupakan desa-desa yang di setiap kerentanan sosial, fisik
dan ekonomi pada kelas kerentanan sedang dan kerentanan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai