Anda di halaman 1dari 21

PENGOBATAN “KURAP” BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL

BALI DALAM
USADA “DALEM”

MAKALAH ETNOFARMASI

KELAS B
Kelompok 5

Ni Made Irma Febby Prasasti Dewi (1708551071)


Ni Putu Trisna Ayundita (1708551072)
Cindy Paramita Dewi (1708551073)
A.A Deva Agung Wijaya (1708551074)
I Kadek Suardiana (1708551075)

PRODI SARJANA FARMASI


FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
DAFTAR ISI ii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Tinjauan Umum Usada Bali 1
1.2 Tinjauan Umum Usada Dalem 1
BAB 2. Usada Dalem 3
2.1 Tinjauan Khusus Usada Dalem 3
2.1.1 Data Ramuan Dan Penyakit dalam Usada Dalam 3
2.2 Tinjauan Pengobatan Kurap Dalam Usada Dalem 10
2.3 Tinjauan Pengobatan Kurap Dalam Ilmu Kefarmasiaan 10
BAB 3. PEMBAHASAN 14
3.1 Bubuk Buah Asam 14
3.2 Rimpang Lengkuas 15
3.3 Rimpang Bangle 15
3.4 Jeruk Nipis 16
3.5 Kelapa 17
BAB 4. KESIMPULAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan umum Usada Bali
Sistem perawatan kesehatan dapat dipandang sebagai sistem kebudayaan karena suatu hal
hirarkis yang tidak bisa dipisahkan dimana menyangkut tentang proses dan mekanisme pengambilan
keputusan dalam pemilihan sector-sektor pelayanan kesehatan yang tersedia untuk menanggulangi
berbagai penyakit. Secara komprehensif, dapat dikatakan bahwa setiap masyarakat memiliki sistem
kesehatannya sendiri. Indonesia sendiri dengan berbagai suku bangsa yang ada tentunya memiliki
genre obat-obatan dalam naskah Nusantara sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh, baik fisik
maupun psikis. Jenis naskah ini dimiliki oleh banyak suku, seperti Jawa, Sunda, Sasak, Melayu,
Bugis, dan Bali. Salah satu naskah obat masyarakat Bali yang terkenal adalah Usada Bali. Usada
adalah istilah untuk sistem perobatan masyarakat Bali yang ditulis di atas lontar dengan Bahasa dan
aksara Bali (Suatama, 2019).
Secara etimologi, kata usada berasal dari kata ausadhi yang berarti tumbuh-tumbuhan dengan
khasiat obat atau dibuat dari tumbuh-tumbuhan. Usada adalah semua tata cara untuk menyembuhkan
penyakit, cara pengobatan atau kuratif, pencegahan atau preventif, memprakirakan jenis penyakit atau
diagnosis, perjalanan penyakit atau prognosis, maupun pemulihannya, termasuk pula pengobat atau
balian (Nala, 1995). Pengobatan usada di Bali didasarkan pada pengobatan Ayurveda dan naskah-
naskah pengobatan kuno yang ada di Bali. Salah satu bukti bahwa perawatan tradisi perobatan
berlanjut hingga kini adalah banyaknya pedanda yang masih aktif mengobati masyarakat dan
banyaknya koleksi naskah yang dimiliki para pedanda.
Ada beberapa jenis bahan obat dalam praktek pengobatan tradisional Usada Bali yakni Taru
Pramana, Sato Pramana, Toya Pramana, dan Bayu Pramana. Taru Pramana berarti pengobatan yang
didasarkan dari penggunaan empiris tumbuh-tumbuhan. Sato Pramana berarti bahan obat yang
berasal dari binatang baik itu berasal dari minyak hewan, kencing, madu, atau susu. Toya Pramana
berarti bahan obat yang berasal dari air dimana memakai air sebagai bahan utama dan sebagai
penyerta obat, seperti air laut, air hujan, air sungai, air danau, dan lain sebagainya. Bayu Pramana
berarti menggunakan daya magis (power of mind) untuk kesembuhan pasiennya (Suatama, 2019).
1.2 Tinjauan umum Usada Dalam
Usada Dalem adalah lontar pengobatan yang telah digunakan masyarakat Bali kuno.
Pengobatan dengan menggunakan Usada Dalem didasari pada tiga aspek yakni, pengalaman, sabda
dan wahyu, konsep skala dan niskala. Aspek niskala berarti pengobatan ditinjau dari penggunaan
bahan-bahan obat yang bersumber dari tumbuhan, hewan, dan tumbuhan untuk tujuan pengobatan,
sedangkan dari aspek niskala proses pengobatan dipadukan dengan mantra-mantra yang lebih
ditujukan ke psikis seseorang (pikiran dan mental).
Pedoman utama dari Usada Dalem adalah kepercayaan agama Hindu bahwa sejak semula dalam
tubuh manusia terdapat kandungan alam semesta, dimana sumber penyakit melekat dan akan hilang
ketika Sanghyang Atma meninggalkan badan manusia tersebut. Berdasarkan pemaparan tersebut,
penyakit tidak sepenuhnya bisa dihilangkan dari tubuh manusia, melainkan dapat dijaga
keseimbangannya agar tidak menimbulkan penyakit berbahaya (Pulasari, 2009).
Usada Dalem juga membahas penyakit dalam yaitu penyakit tuju dimana penyakit tuju adalah
penyakit rematik. Penyakit tuju menyebabkan nyeri dan kaku pada otot dan sendi. Selain membahas
penyakit tuju, Usada Dalem juga membahas penyakit kusta lepra, gudig, kurap gatal, gigitan ular,
penyakit perut, bebai, dan cara membuat banten untuk orang sakit. Bahan untuk mengobati penyakit
3
tuju biasanya dibuat dalam bentuk boreh (sediaan oles seperti lulur). Tumbuhan-tumbuhan yang dapat
digunakan penyakit tuju umumnya mengandung minyak atsiri fan glukosida (Pulasari, 2009).

4
BAB 2
USADA DALEM
2.1 Tinjauan khusus Usada Dalem
2.1.1 Data Ramuan dan Penyakit dalam Usada Dalem
No. Nama Penyakit Ramuan
1. Tuju Kayu kusambi, kecemcem dan jeruk purut,
masingmasing diambil kulitnya, dicampur
dengan teri ketuka, tai ayam, tangkai sate,
kemudian ditumbuk untuk dibuat menjadi boreh
atau paramnya.
2. Tuju Tuba jenu sakawit, beras merah, merica, eri
ketuka, kemudian ditumbuk halus dan dijadikan
bedak parem (boreh).
3. Tuju Kulit pule, akar awar-awar, beras merah, teri
ketupa, air abu dapur, (setelah diendapkan).
Bahan-bahan ini ditumbuk halus, setelah itu
dituangi abu dapur tadi, yang kemudian
diborehkan (paremkan).
4. Tuju Serbuk batu merah, teri keupa, air jeruk nipis,
dibuat menjadi obat boreh (parem).
5. Tuju Pecahan periuk yang didapat di kuburan yang
sudah berisi tulis (rajah apa saja) yang merupakan
bekas tempat air suci, sobekan tikar yang didapat
di kuburan (dibakar dicari abunya), kulit batang
asam yang berbenjol, tiga biji cabe bun yang
direndam (kerusuk) dan air cuka. Dibuat jadi
bedak parem (boreh) diparemkan pada waktu
waya (beteng) dan kajeng.
6. Tuju Daun pule serta akarnya, teri ketupa, air dari
arang kepah, diparamkan (dibuat boreh).
7. Tuju Akar madori, akar terongkanji, akar rumput
belulang, kulit juet, kulit ancak, sampah-sampah
yang terdapat di bale agung (cara engambil
sampah dengan menusuk memakai lidinya sapu
sebatang, sambil berkata untuk meminta obat
kepada I Mandesa/Bendesa). Bahan diolah
menjadi obat parem.
8. Tuju Akar teter, akar terong keripit, akar suni (buni),
teriketuke, dibuat menjadi bedak parem.
9. Tuju Daun sembung, daun pule, temutis, temukonci,
kunir, lengkuas, bangle, jae pahit, masing-masing
sebesar / sepanjang satu guli (sepanjang ruas jari,
atau ± 2cm), gegambiran anom. Bila ingin
hangat, isi lagi dengan sinderong, ambil air
endapannya.
5
10. Tuju Pangkal pisang saba (cari airnya), endapkan lalu
ambil beningnya, campur dengan belerang
kuning, dijadikan obat minum. Bila tidak ada
perubahan setelah meminum obat itu, pakailah
bahan obat lain yakni jeruk nipis, garam, dan
arang dapur, langsung ditelan.
11. Gila (salah pandang) Daun kekara putih, berangbang putih, garam
wuku, dibuat menjadi obat tetes.
12. Gila (gurau) Sesawi sakawit, tanah sandawa (tempung serbuk
mesiu), dibuat menjadi obat tetes hidung/tutuh.
13. Gila (gumuyu) Akar intaran, akar liligundi, biji buah kelor, teri
ketuka, dibuat menjadi obat tetes hidung.
14. Gila (selalu bernyanyi- Lengkuas, liligundi, kasturi binatang (seperti
nyanyi) tikus hitam), air dari sebuah air mata dari dalam
gua (wegook) dan air sungai (tukad). Dibuat
menjadi obat tetes pada hidung penderita.
15. Gila (berteriak seperti Dause keeling, sesawi, jeruk nipis, jeruk purut,
kesakitan) dibuat menjadi obttetes pada hidung pada
penderita.
16. Gila (tampak menari) Liligundi sekawit, sesawi dause keeling, gula,
dibuat menjadi obat tetes pada hidung dan mata
penderita.
17. Gila (keluyuran, tak Merica dan musi dipakai obat tetes hidung.
betah diam)
18. Gila (sembunyi, takut Ujung ketima (pucuk pohon ketima), musi dan
dilihat orang/amedi- madu, dibuat menjadi obat tetes hidung.
medi)
19. Gila (berkata tak Air kencing lembu sebagai obat tetes hidung.
menentu/ngemikmik)
20. Gila (suka makan saja) Uku-uku, selasih harum, liligundi sakawit,
bawang putih sebiji, dibuat menjadi obat tetes
hidung.
21. Gila (memukul badan Pucuk munggi, sesawi, teri ketuka, dibuat
sendiri) menjadi obat tetes hidung.
22. Gila (selalu mau Daun intaran, munggi, sesawi, teri ketuka, dibuat
melepas pakaian di menjadi obat tetes.
badannya/alah-alahang
angganya)
23. Gila (bila ia buyan hati, Uku-uku (yang kehitaman), jeruk purut, dan
ayan/epilepsi, kadang- garam, dibuat menjadi obat jamu minum.
kadang melamun
termenung, kesedihan)
24. Segala jenis penyakit Pucuk pepare, pucuk mengkudu (tibah), bawang
gila putih, air jeruk nipis, dibuat menjadi obat tetes.

6
25. Gila (penderita Kunir merah, ketumbar, garam dan arang dapur.
bernyanyi-nyanyi, serta Diolah untuk dijadikan obat tetes hidung, mata
menyebut-nyebut dan telinga. Setelah itu dilanjutkan dengan
Dewa) memberi minum air kelapa mulung yang muda
(bungkak nyuh mulung).
26. Gila (penderita Mumbang kelapa mulung (bungsil nyemulung),
menangis dan meratap- akar serabut muda, dengan umbi batangnya pada
ratap siang dan malam) bawang, sebanyak 2 buah, adas dan injin. Diolah
untuk dijadikan jamu minum.
27. Gila (tidak betah diam, 25 biji ketumbar, asam tanek, gula enau (aren),
selalu ingin pergi santen kane, diolah untuk menjadi obat jamu
dengan tidak ada tujuan minum. Selanjutnya untuk obat parem (boreh)
tertentu disebut “gila bahannya kulit kelor, munggi sakawit, kesawi
kang intaha”) (sesawi) sakawit, buah pala (jebug arum), air
cuka dan teri ketuka. Bahan ini ditumbuk atau
digiling halus, diisi air sedikit kemudian
diparemkan
28. Gila (bila selalu suka Pare, lempuyang, keumbar, teri keuka, air cuka,
gurau dan tertawa-tawa diolah untuk menjadi obat dan jamu minum.
tak tentu, ada objek Dilanjutkan pula dengan obat parem (boreh)
yang ditertawakan) untuk seluruh tubuhnya bahannya kelor, munggi,
intaran (semua bahan yang dipakai bagian
kulitnya), Sembilan pucuk liligundi, campur
dengan ubi melali (ubi yang tumbuh diatas
tanah), teri ketuka, dan air cuka.
29. Gila (bila tidak betah Selasih arum, sakawit, miana cemeng,
diam dirumah, selalu buyungbuyung (setiap bahan yang digunakan
suka keluar rumah tak bagian daunnya).
tentu arah dan tujuan)
30. Gila (penderita Kelor, munggi, kesawi, bawang, adas,teriketuka.
berbicara tak henti- Diolah sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan
hentinya sendiri, dan jamu minum, tetes mata dan tetes hidung.
selalu ingin turun dari
rumahnya)
31. Gila (disertai penyakit Paci-paci beserta bunganya (perlu diingat bahwa
ayan dan sering memetik atau mengambilnya jangan sampai kena
mengalami bayangan), kemiri, jebug arum (pala), jangu,
pingsan/epilepsi) musi, lengkuas. Dibuat menjadi jamu minum.
Ampas pembuatan jamu minumnya dipakai obat
parem.
32. Gila (bila ia selalu suka Kakap (daun sirih tua) y ang urat daunnya sejajar
tidur, tak enak, tak mau sebanyak 7 lembar, 7 biji merica, dan garam.
makan dan minum) Dibuat menjadi obat minum, ampas
pembuatannya dismbur ke seuruh badan
penderita.
7
33. Gila (selalu menangis Kelapa muda mulung (air bungkak), kemiri
dan meratap-ratap jentung, kemiri biasa, masing-masing sebiji
memanggil atau (badih), bawang, musi, dan ketumbar. Bahan
menyebut nama diolah untuk menjadi obat tetes hidung, mata dan
seseorang siang dan telinga dari penderita. Sedang ampasnya dipakai
malam) bedak (paremnya).
34. Gila (bila ia tampak Kapkap (daun sirih tua), yang urat daunnya
girang dan mengancam simetris, ditambah tiga biji ketumbar, musi tiga
dengan sikap marah iris dan lengkuas tiga iris. Semua bahan dicampur
kepada siapa yang dan diolah menjadi obat tetes pada hidung,
dijumpainya) telinga dan mata penderita. Ampasnya dibuat
menjadi obat parem (boreh).
35. Gila (bila suka menari- Kejanti, kencur, lempuyang, bangle, jelawe,
nari sambil bernyanyi) teriketuka, bawang, sinderong, air cuka dan
semut hitam (sidem). Dibuat menjadi oba tetes
hidung dan telinga penderita. Ampasnya dibuat
untuk parem (boreh).
36. Gila (bila ia selalu Lenga wangi, selasih harum, musi lengkuas,
mengomel dan dibuat menjadi obat tetes hidung dan telinga.
bersungut-sungut dan Ampasnya dibuat untuk membuat parem (boreh).
merenggut)
37. Gila (bila terdapat Liligundi, katewali, musi, jebug arum, air cuka,
bengkakbengkak di bahan-bahan dcampur dan dimasak sekaligus.
badan) Setelah matang, airnya diambil dan dipakai obat
minum.
38. Gila (bila badan Selegui jantan, dan selegui betina, tapak liman,
penderita terasa panas) gelagah, alang-alang, urang-aring (kasim-bukan),
semua bahan dipakai bagian kulit akarnya, yang
masih muda, ditambah dengan pulasari, jinten
cemeng, bawang, adas, sepet-sepet, jungid,
lublub dedap (lapisan kambiumnya), lublub
Kendal, belingo harum, tomong, seiris, dan beras.
39. Gila (bila telah lama 2 iris lengkias, daun uku-uku (yang agak hitam
menderita penyakit gila, warnanya), musi.semua bahan ditumbuk /
sudah sembuh tetapi digiling kemudian direndam dengan air cuka, lalu
kadang-kadang kambuh dimasak dalam periuk. Setelah matang dibirkan
lagi) sampai besok pagi, diambil airnya yang bening.
Ini dipakai obat minum, oba tetes mata, hidung
dan telinga.
40. Gila (bila ia selalu Akar kekara merah dan buah kekara putih yang
bilang takut bahan telah tahunan lamanyatersimpan.
obatnya)
41. Segala jenis penyakit Miana cemeng, sekawit, garam dan arang
gila dapur.dibuat menjadi obat minumnya, serta obat
tetes mata dan hidungnya. Ampasnya dipakai
8
untuk bedak pada mukanya. Jika penyakinya
ternyata tidak berkurang, cobalah pakai air
lenguas (yang diperoleh dari proses
pengendapan), adas, garam dan arang / abu dapur
diolah menjadi obat jamu minum, ampasnya
diambil untuk menjadi bahan obat sembur pada
seluruh tubuhnya.
42. Gila (bila ia selalu Daun pungut-pungut yang tumbuh dipinggir kiri
mengumpat dan / kanan jalan masing-masing 3 lembar , daun cabe
mencaci maki orang bun dakep 3 lembar, merica gundil 3 biji. Sembur
lain. Ini golongan dengan bahan tersebut pada bagian badannya
penyakit gila akibat yang dirasa sakit.
"kena bebai")
43. Barah Brahma Daun pohon ekor kera yang masih merah dan
berangbang merah, cukup dikunyah dan
disembur pada daerah yang sakit. Untuk pencuci
(ses) sakitnya (bengkaknya) dengan airkelapa
udang (kelapa merah seperti warna udang).
44. Barah dengan tapak Miana cemeng dan adas. Cukup dikunyah dan
kehitam-hitaman disembur pada bagian yang dirasa sakit. Untuk
pencuci (ses) sakitnya (bengkaknya) dengan air
kelungah (kelaa muda yang belum ada isinya),
beserta bunga teleng biru, kelapa muda dibakar
langsung dengan bunganya langsung kemudian
dipakai untuk mencuci sakitnya.
45. Barah jika berwarna Kulit kayu kecemcem yang digoreng dengan
merah disertai bintik- minyak kelapa tandusan. Minyak penggorengnya
bintik (empuk) "Barah diambil, dipakai obat semir (penyemir sakitnya).
Guling"
46. Jika bertambah lebar Daun ekor lutung puih, dan sari. Cukup dikunyah
terus, atau menular dan langsung disemburkan pada sakitnya.
kesekitarnya "Barah
Leplep"
47. Barah lainnya Daur kerepetan, bawang dan adas. Kunyah dalam
mulut dan langsung semburkan pada sakitnya.
48. Barah yang pecah Kulit kusambi, gula, cendana dan santan,
menjadi luka terbuka diproses menjadiobat semir.
49. Buh tanpa diketahui Daun sirih tua (kapkap) dan teri ketuka.
sebabnya Dikunyah dan disembur ada bagian yang sakit.
50. Buh tanpa diketahui Lempuyang, berangbang, adas. Dikunyah dan
sebabnya disemburkan kebagian yang sakit.
51. Buh tanpa diketahui Daun buwu dan adas digiling halus. Dijadikan
sebabnya obat temple atau semir pada bagian yang sakit.
52. Bila bengkaknya Cucilah terlebih dahulu luka dengan air beras
memcah kemudian pengobatan dilaksanakan.
9
53. Buh tanpa diketahui Daun kecubung, bawang, dan adas. Diperoses
sebabnya, ditambah lagi menjadi obat semir (oles).
badasa (bengkak urat
daging)
54. Buh mokan, bengkak Benalu, ketumbar, teriketuka. Dikunyah dimulut
dan sebee (panas di dan semburkan pada bagian yang sakit.
dalam dan dingin di
luar) bila letaknya di
pusar
55. Buh mokan dan moro Daun beringin, daun dadap, daun Kendal, daun
cempedak, semua daun dicari yang jatuh dengan
sendirinya. Ditambah kunir warangan, pulasai,
berambang dan adas.
56. Untuk membatalkan Kunir, kemiri dan garam untuk obat sembur. Dan
atau mengurungkan bahan obat lain daun suren, kemiri jentung satu
penyakit badasa dan biji, bawang satu biji, sari, teriketuka, diolah
tumbuhan (dalam hal ini untuk dijadikan obat semir (oles).
pembengkakan pada
kelenjar limfa di
pangkal paha yang
disebabkan oleh infeksi
pada urat daging kaki)
57. Untuk membatalkan Daun temen, kemiri, berangbang, adas, dibuat
atau mengurungkan menjadi obat semir (oles).
penyakit badasa dan
tumbuhan.
58. Sakit tumbuhan dan Bangle, lempuyang, terituka. Bahan diparut,
gondok ditetesi minyak kelapa, kemudian dibungkus
dengan daun pisang (pes). Proses terakhir
ditambus.
59. Bandasa batu Kemiri, bawang, dan adas. Dikunyah dan
disemburkan pada bagian yang sakit. Obat yang
lain, cabe bun dan garam yang digiling lalu
tempelkan pada bagian yang sakit.
60. Sakit bulian (keram) Bulih-bulih yang dibakar (sejenis kerang
lautyang yang berbentuk genggaman tangan),
ambil abunya langsung digiling, kemudian
dicampur dengan idubang (pees gedubang / ludah
yang memerah setelah makan sirih).
61. Untuk mengurungkan Daun cacing sirih tua (yang cabangnya terulur ke
atau membatalkan bawah) serta urat daunnya sejajar dan ditambah
seseorang dari teriketuka, dikunyah dan disemburkan pada
kejangkitan suatu orang tersebut.
penyakit

10
62. Untuk mengurungkan Tiga lembar daun sirih tua, tiga cabe bun,
atau membatalkan dikunyah dan disemburkan kebagian badan orang
seseorang dari tersebut.
kejangkitan suatu
penyakit
63. Mokan (emokan) sebee Daun dapdap yang jatuh sendiri dari pohonnya,
kemiri yang jatuh sendiri, jerukbesar atau jeruti
yang isinya putih, benalu, kayu tubtub, buah
kemiri dibakar dahulu, kemudian seluruh bahan
dikunyah dan disemburkan pada bagian yang
bengkak.
64. Kusta lepra Ketan merah, ketan hitam, jeruk purut beserta
daunnya, air arak. Diolah untuk dijadikan obat
berbentuk semir.
65. Lepra Galuga, kunir warangan, kapur bubuk, dibuat
obat semir atau obat lumas.
66. Kusta lepra Air dari batu bata merah yang digiling. Batu
penggiling diberi rajah. Setelah jadi serbuk,
tuangi air, saring, dan endapkan beberapa saat.
Air yang sudah bening diambil langsung berikan
minum.
67. Sakit gudig disertai Bubuk buah asam (cempaluk), lengkuas, bangle,
kurap jeruk nipis, dan minyak kelapa tandusan. Bahan
ini dicampur kemudian lumaskan atau paremkan
pada seluruh.
68. Gigitan ular berbisa Akar paspasan, adas, dan air pembasuh beras itu,
dan langsung disemirkan pada luka gigitannya.
69. Luka gigitan anjing Meneteskan getah kayu bintara pada luka bekas
gigitan anjing tersebut.
70. Jerawat pada muka Telurnya kecoak (lipas), tawas, air jeruk nipis,
diolah demikian rupa untuk disemirkan secara
rutin.
71. Muntah-muntah dan Belimbing besi sakawit, akar paspasan,
mencret akarsalegui, pucuk kasimbukan (urang-aring),
bawang tandus, air pembasuh beras, diproses
sperti membuat obat jamu minum dan ampasnya
dibuat menjadi bedak parem.
72. Penyakit mati sebelah, Kulit kayu dagdag, baling angas (sejenis
lumpuh sebagian serangga), teriketuka. Diproses menjadi bedak
badannya (kanan/kiri) parem.
disebut penyakit
"sasak"
73. Ambeyen Minyak babi, daun adas, mula-mula digiling
kemudian diperas (kecuali minyak babi), diambil
cairannya. Kemudian dicampur dengan santan
11
kare. Setelah itu semua bahan dimasak perlahan-
lahan.
Tabel 1. Data Ramuan dan Penyakit dalam Usada Dalem
2.2 Tinjauan pengobatan Kurap dalam Usada Dalem
Penyakit yang dipilih dalam Usada Dalem adalah penyakit kurap. Jika badan sakit gudig disertai
sakit kurap, maka bahan obatnya adalah bubuk buah asam (cempaluk), lengkuas, bangle, jeruk nipis
dan minyak kelapa tandusan. Cara pembuatannya adalah dengan mencampurkan semua bahan dan
cara penggunaannya adalah dengan cara dilumaskan atau paremkan pada seluruh badan.
2.3 Tinjauan pengobatan Kurap dalam bidang ilmu Kefarmasian
Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial disebabkan oleh dermatofita yang memiliki
kemampuan untuk melekat pada keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi, dengan
menyerang jaringan berkeratin, seperti stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku (Verma,
2008). Dermatofita merupakan kelompok taksonomi jamur kulit superfisial. Yang terdiri dari 3 genus,
yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton (Djuanda, 2010). Kemampuannya untuk
membentuk ikatan molekuler terhadap keratin dan menggunakannya sebagai sumber makanan
menyebabkan mereka mampu berkolonisasi pada jaringan keratin (Koksal, 2009). Dermatofitosis
disebut juga dengan istilah infeksi tinea.
Terdapat klasifikasi tinea berdasarkan lokasi atau ciri tertentunya beserta jamur penyebabnya
yaitu tinea kapitis merupakan infeksi yang terjadi pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
Microsporum dan Trichophyton (beberapa spesies kecuali T. consentricum), tinea favosa secara klinis
berbentuk skutula dan berbau seperti tikus yang umumnya disebabkan oleh T. schoenleinii, tinea
barbae merupakan infeksi pada dagu dan jenggot yang disebabkan T. mentagrophytes, T. rubrum, T.
violaceum, T. verrucosum, T. megninii, M. canis, tinea korporis pada permukaan kulit yang tidak
berambut kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan bokong yang disebabkan oleh T. rubrum, T.
mentagrophytes, M. audouinii, M. canis, tinea kruris disebabkan oleh E. floccosum, T. rubrum, T.
mentagrophytes yang menginfeksi pada bokong, genitalia, area pubis, perineal dan perianal, tinea
pedis disebabkan oleh T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum yang menginfeksi pada kaki, tinea
manuum pada tangan disebabkan oleh T. rubrum, E. floccosum, T. mentagrophytes, dan tinea
unguium pada kuku jari tangan dan jari kaki yang disebabkan oleh T. rubrum, T. mentagrophytes
(Kurniati, 2008).
Adapun mekanisme kerja dari jamur untuk dapat menimbulkan penyakit dermatofitosis adalah
jamur harus dapat mengatasi pertahanan tubuh non spesifik dan spesifik. Jamur harus mempunyai
kemampuan melekat pada kulit dan mukosa host, serta kemampuan untuk menembus jaringan host,
dan mampu bertahan dalam lingkungan host, menyesuaikan diri dengan suhu dan keadaan biokimia
host untuk dapat berkembang biak dan menimbulkan reaksi jaringan atau radang. Terjadinya infeksi
dermatofit melalui tiga langkah utama, yaitu perlekatan pada keratinosit yang akan tercapai maksimal
setelah 6 jam dengan dimediasi oleh serabut dinding terluar dermatofit yang memproduksi keratinase
(keratolitik) yang dapat menghidrolisis keratin dan memfasilitasi pertumbuhan jamur ini di stratum
korneum, langkah kedua yaitu penetrasi melewati sel yang mana spora harus tumbuh dan menembus
masuk stratum korneum dan diperlukan waktu 4–6 jam untuk germinasi dan penetrasi ke stratum
korneum setelah spora melekat pada keratin, serta pembentukan respon host yang terdiri dari dua
mekanisme, yaitu imunitas alami yang memberikan respons cepat dan imunitas adaptif yang
memberikan respons lambat (Kurniati, 2008).
Pengobatan pada penyakit dermatofitosis dapat dilakukan dengan memberikan anti jamur
topikal yang bertujuan untuk membantu eradikasi dermatofita dari kulit untuk menghindari
12
penyebaran di sekitar daerah yang terkena, juga untuk mengurangi resiko penularan pada orang lain.
Dapat dilakukan terapi kombinasi dengan diberikan obat anti jamur sistemik (griseofulvin,
itrakonazole, ketokonazole) yang dikombinasi dengan anti jamur topikal seperti ketokonazole cr.
Pada kasus untuk infeksi yang mengenai rambut diberikan pengobatan oral karena mekanisme
infeksi sejalan dengan penetrasi dermatofita ke dalam folikel rambut (Sondakh et al., 2016).

13
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Bubuk Buah Asam
Buah asam memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Division : Spermatophyta
Sub Division : Magniliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub Class : Risidae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Tamarindus L.
Species : Tamarindus indica L.
(Bhadoriya et al., 2011)
Kandungan kimia yang terdapat pada buah asam jawa adalah asam sitrat, asam tartrat, asam
malat, sterol atau terpen, pectin, selulosa, gula, vitamin A, B dan C. Asam jawa juga mengandung
protein dengan asam amino essensial, tinggi karbohidrat untuk persediaan energi, kaya akan mineral,
kalium, kalsium, magnesium, dan sedikit mengandung zat besi beberapa pyrazine (trans-2- hexenal);
dan beberapa thiazoles (2- ethylthiazole, 2-methylthiazole) sebagai bahan yang menimbulkan bau
(Bhadoriya et al., 2011). Dalam usada Dalem ini, buah asam jawa memiliki efek farmakologis sebagai
antibakteri dari karena kandungan fitokimianya yaitu tannin, flavonoid, alkaloid, cyanogenic
glikosida, anthroquinone dan berbagai senyawa aromatic yang merupakan metabolit sekunder (Putri,
2014).
Adapun efek farmakologi lain dari buah asam jawa adalah sebagai berikut:
- Antioksidan
Tamarindus indica mengandung senyawa fenol (termasuk procyanidin) dan tartaric acid yang
berfungsi menurunkan toksisitas fluoride, sehingga dapat dikatakan memiliki aktivitas sebagai
antioksidan (Ranjan et al., 2009).
- Antikanker
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Aravind et al. (2012) menunjukkan kemampuan Tamarindus
indica dalam menginduksi apoptosis sel kanker mencit. Peranan buah asam ini sebagai antikanker
karena kemampuan bahan alami ini sebagai fatty acid synthase inhibitor. Pada kanker, terjadi
peningkatan fatty acid synthase. Oleh karena itu, kemampuannya dalam menghambat fatty acid
synthase yang mungkin berperan dalam menghambat kanker (Putri, 2014).
- Antidiare
Berdasarkan uraian Putri (2014) mengatakan bahwa bahan alami ini bekerja melalui pengaruhnya
pada perubahan kadar kalsium intra dan ekstra sel.
- Antidiabetes
Kandungan dalam Tamarindus indica yang memiliki kemampuan sebagai bahan antidiabetes adalah
xylosa yang dapat mengurangi absorpsi glukosa (Bhadoriya et al., 2011).
- Antiinflamasi
Pada penelitian invivo menemukan bahwa pemberian ekstrak etanol Tamarindus indica secara oral
pada mencit memberikan efek analgetik pada mencit dengan induksi thermal. Kandungan antioksidan
dalam bahan alami ini dapat menghambat proses inflamasi (Putri, 2014).
14
- Antihelmint
Tamarindus indica sendiri mengandung tannin, yang dalam penelitian-penelitian sebelumnya telah
dinyatakan mempunyai aktifitas anthelmintic karena dapat mengikat protein bebas dalam saluran
cerna host atau mengikat glycoprotein pada kutikula parasit sehingga menyebabkan kematian parasit
(Das et al., 2011)
3.2 Rimpang Lengkuas
Kingdom : Plantae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Subfamili : Alpinioideae
Tribe : Alpinia
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga (L.)
(Shukla dkk., 2017)
Lengkuas (Languas galanga) pada rimpang mengandung 0,5-1% minyak atsiri yang terdiri
dari Sesquiterpene hydrocarbon, Sesquiterpene alcohol sebagai komponen utama, 5,6% cineole,
2,6% Methylcinnamate, flavonoid, galangin, alpinen, kamfer. Di samping itu terdapat pula (walau
dalam jumlah relatif kecil) Eugenol, Galangol (Diaryl heptanoid) (senyawa berasa pedas), Gingerol,
Acetoxychavicol acetate, Acetoxyeugenol acetate, Caryophylleno (Ernawati, 2011).
Pendekatan ilmiah terkait efek farmakologis dari lengkuas dalam usada dalem, untuk
mengobati penyakit kurap adalah sebagai antijamur. Berdasarkan penelitian Rahmalia dkk. (2010)
menunjukkan bahwa ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia galanga) memiliki aktivitas antijamur
terhadap jamur Candida albicans. Mekanisme penghambatan pertumbuhan ekstrak rimpang lengkuas
kemungkinan melalui perusakan permeabilitas membrane sel. Dalam hal ini, lengkuas mengandung
minyak atsiri yang berperan sebagai antijamur
Selain itu terdapat suatu penelitian yang menyatakan bahwa lengkuas memiliki aktivitas
sebagai anti kanker bahwa ekstrak lengkuas yang diberikan pada mencit yang payudaranya diinduksi
benzo(a)pyrene secara subkutan terbukti dapat menghambat hyperplasia sel-sel epitel kuboid
abnormal dari duktus laktiferi payudara, hal ini disebabkan karena lengkuas memiliki kandungan
ACA (Acetory Chavicol Acetat) yang dapat meningkatkan apoptosis dan menurunkan aktivitas
proliferasi (Liangan dkk., 2015).
3.3 Rimpang Bangle
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber cassumunar Roxb
(Tirtaningrum, 2014)
Rimpang bangle mempunyai kandungan kimia berupa minyak atsiri yaitu sabinen, terpinen-
4-ol, trans-4(3,4-dimetoksifenil), zingiberen dan seskuifeladren, dammar, amilum, tannin, lemak,
gom, gula, asam organic, mineral dan flavonoid (Tirtaningrum, 2014). Kandungan terpinen-4-ol pada
rimpang Bangle menunjukkan adanya aktivitas sedang hingga kuat terhadap beberapa jamur (Jantan
dkk., 2003).
15
Selain itu, Bangle juga memiliki efek farmakologis sebagai antihelmintik, anti bakteri, dan
antiinflamasi. Berdasarkan penelitian Beriajaya (1998) bahwa infusa dan esktrak rimpang bengle
mempunyai efek antihelmintik terhadap cacing Haemonchus contortus. Dalam aktivitasnya sebagai
anti bakteri Senyawa kimia yang dapat menjadi antibakteri pada bangle adalah flavonoid, alkaloid,
saponin dan tannin. Mekanisme kerja flavonoid yaitu dengan cara menghambat sitokrom c-reduktase,
sehingga sel bakteri terganggu atau terhenti. Alkaloid bekerja sebagai antibakteri dengan cara
mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak
terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Mekanisme saponin sebagai
antibakteri adalah bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran luar dinding sel
bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat, sehingga mengakibatkan rusaknya porin. Tanin
bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA tropoisomerase, sehingga sel
bakteri tidak terbentuk.
Berdasarkan penelitian Wulansari dkk. (2018) bahwa ekstrak etanolik rimpang bangle yang
mengandung senyawa terpenoid dan beberapa senyawa yang bersifat meredam radikal bebas dapat
memberikan aktivitas antiinflamasi topical.
3.4 Jeruk nipis
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub kelas : Dialypetalae Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia Swingle
Jeruk nipis memiliki kandungan kimia seperti flavonoid, saponin dan minyak atsiri. Komponen
minyak atsirinya adalah siral, limonene, feladren, dan glikosida hedperidin. Sari buah jeruk nipis
mengandung minyak atsiri limonene dan asam sitrat 7%. Buah jeruk mengandung zat bioflavonoid,
pectin, enzim, protein, lemak dan pigmen (karoten dan klorofil) (Prastiwi dan Ferdiyansyah, 2017).
Adapun efek farmakologi dari buah jeruk nipis antara lain sebagai:
- Antijamur
Berdasarkan penelitian Ugwu dkk. (2018) menyatakan bahwa Citrus aurantifolia dapat
menghambat pertumbuhan Trichophyton rubrum. Ekstrak kulit buah jeruk dapat dijadikan
sebagai bahan antijamur disebabkan oleh kandungan zat kimianya, seperti basonin, eugenol,
galangan, galangol, dan asetoksi kavikal asetat (Prastiwi dan Ferdiyansyah, 2017).
- Antioksidan
Senyawa flavonoid mampu berperan sebagai antioksidan karena dapat berperan sebagai free
radical scavengers yang mampu melepaskan atom hydrogen dari gugus hidroksilnya, dimana
atom hidroksil tersebut akan berikatan dengan radikal bebas sehingga menjadi netral kembali.
Flavonoid yang kehilangan atom hydrogen akan mengalami resonansi dan radikal bebas yang
telah stabil menjadi berhenti bereaksi sehingga tidk merusal lipid, protein atau DNA (Prastiwi
dan Ferdiyansyah, 2017).
- Antikanker
Ekstrak etanol jeruk nipis terbukti mampu menekan karsinogenesis melalui penekanan ekspresi
c-Myc dan menghambat tahap proliferasi. Kandungan flavonoid dalam jeruk nipis berupa
narigin, hesperidin dan naringenin berperan sebagai agen kemopreventif karsinogenesis,
16
menghambat proliferasi sel kanker dan tumorigenesis (Prastiwi dan Ferdiyansyah, 2017).
- Antikolesterol
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elon dkk. (2015), jeruk nipis terbukti memiliki efek
dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah, dimana terapi jus jeruk nipis yang dibarengi
ole olahraga ataupun tidak memiliki hasil yang sama dalam penurunan kadar kolesterol.
Kandungan pectin (flavonoid dalam jeruk nipis) mampu mengurangi kadar kolesterol darah,
triglyc.
- Antibakteri
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Razak dkk.(2013), jeruk nipis terbukti memiliki
kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri, Staphylococcus aureus secara in vitro
dalam beberapa konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100%, dimana semakin tinggi
konsentrasi jeruk nipis maka akan semakin baik daya hambatnya. Hasil ini menunjukkan bahwa
jeruk nipis memiliki kandungan kimia seperti minya atsiri dan fenol yang bersifat bakterisidal.
3.5 Kelapa
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Sub
Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L
Berdasarkan penelitian kandungan pada minyak kelapa adalah asam lemak yang terdiri dari asam
kaproat, oktanoat, siklopropanpentanoat, laurat, miristat, palmitat, oleat, dan stearat (Novilla dkk.,
2017).
Adapun efek farmakologi dari kelapa adalah sebagai berikut :
- Antijamur
Berdasarkan penelitian Arunkumar dkk. (2009) menyatakan bahwa minyak kelapa dapat
menghambat pertumbuhan T.rubrum dan T.Mentagrophytes Minyak kelapa mengandung asam
lemak jenuh dan tak jenuh yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. Mekanisme antijamur
asam lemak yaitu dengan cara interaksi langsung dengan membrane sel jamur (Novilla dkk.,
2017).
- Antioksidan
Virgin coconut oil dapat menghambat kerusakan oksidasi DNA lebih baik dibanding minyak
bunga matahari. Hal ini dikarenakan minyak kelapa mengandung senyawa akseptor yang
bertindak dalam menangkap radikal DPPH yakni komponen senyawa fenolik dan vitamin E
(Pulung dkk., 2016)

17
BAB 4
KESIMPULAN
Penyakit yang dipilih dalam Usada Dalem adalah penyakit kurap. Jika badan sakit gudig disertai
sakit kurap, maka bahan obatnya adalah bubuk buah asam (cempaluk), lengkuas, bangle, jeruk nipis
dan minyak kelapa tandusan. Cara pembuatannya adalah dengan mencampurkan semua bahan dan
cara penggunaannya adalah dengan cara dilumaskan atau paremkan pada seluruh badan. Bahan bahan
yang digunakan untuk membuat ramuan yaitu; rimpang lengkuas, rimpang bangle, virgin coconut oil,
serbuk buah asam dan jeruk nipis.

18
DAFTAR PUSTAKA
Aravind, S.R., M.M. Joseph, S. Varghese, P. Balaram, T.T. Sreelekha. 2012. Polysaccharide Pst001
Isolated from The Seed Kernel of Tamarindus indica Induces Apoptosis in Murine Cancer
Cells. International Journal Of Life Science & Pharma Research 2(1).
Arunkumar, S., S. Senthilkumar, N.V.Baskar. 2009. Antimicrobial activity (MIC) of essential oil
Against Isolated Clinical Pathogens. NPAIJ 5(3):89-92
Berijaya, T.B.Murdiati, M.Herawaty.1998. Efek Antelmintik Infus dan Ekstrak Rimpang Bangle
(Zingiber purpureum) Terhadap cacing Haemonchus contortus secara In Vitro. Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3(4):277-282
Bhadoriya, S.S., A. Ganeshpurkar, J. Narwaria, G. Rai, and A.P. Jain. 2011. Tamarindus indica :
Extent of Explored Potential. Phcog Rev. 5 : 73-81
Das, S.S., M. Dey, A.K. Ghosh. 2011. Determination of Anthelmintic Activity of the Leaf and Bark
Extract of Tamarindus indica Linn. Indian J Pharm Sci. 73(1): 104–107.
Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2010. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta:
Departemen Ilmu Kedokteran Kulit dan Kelamin FK UI.
Doughari, J.H. 2006. Antimicrobial Activity of Tamarindus indica Linn. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research 5 (2): 597-603.
Elon, Y. dan J.Polancos. 2015. Manfaat Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dan Olahraga Untuk
Menurunkan Kolesterol Total Klien Dewasa. Jurnal Skolastik Keperawatan 1(1):148-155
Ernawati. 2011. Pengaruh Ekstrak Rimpang Lengkuas (Languas galanga) Terhadap Pertumbuhan
Bakteri (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli) dan Jamur Candida albicans. Skripsi.
UIN Alauidin Makassar
Jantan, I.B., M.S.M.Yasin, C.B.Chin, L.L.Chen, N.L.Sim.2003. Antifungal activity of the essential
oils of nine Zingiberaceae species. Pharm Bio, 41(5): 392–97
Koksal, F., E Er, and M. Samasti. 2009. Causative Agents of Superficial Mycoses in Istanbul. Turkey:
Mycopathologia.
Kurniati, P. C. 2008. Etiopatogenesis Dermatofitosis. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
20(3): 243-250.
Liangan, R., C. Kairupan, M.Durry. 2015. Pengaruh Pemberian Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga)
Terhadap Gambaran Histologik Payudara Mencit (Mus musculus) Yang Diinduksi
benzo(a)pyrene. Jurnal e-Biomedik 3(1):480-485
Nala, N. 1995. Usada Bali. Denpasar : PT. Upada Sastra.
Novilla, A., P. Nursidika, W.Mahargyani. 2017. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Murni
(Virgin Coconut Oil) Yang Berpotensi Sebagai Anti Kandidiasis. Jurnal Kimia dan
Pendidikan 2(2):161-173
19
Prastiwi, S.S dan F.Ferdiansyah. 2017. Review Artikel: Kandungan dan Aktivitas Farmakologi
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia s.). Farmaka 12(2):1-8
Pulasari, J. R. 2009. Nawa Usadha Bali. Surabaya : Pāramita
Putri, A.R.H. 2014. Potensi dan Pemanfaatan Tamarindus indica dalam Berbagai Terapi. Jurnal
“Ilmiah Kedokteran” 3(2):40-54
Pulung, M.L., R.Yogaswara, F.R.D.N.Sianipar. 2016. Potensi Antioksidan dan Antibakteri Virgin
Coconut Oil Dari Tanaman Kelapa Asal Papua. Chem Prog 9(2):75-82
Rahmalia,R., I. Sudirman dan D.Hartanti. 2010. Aktivitas Anti Jamur Krim Minyak Atsiri Rimpang
Lengkuas (Alpinia galanga L.) Terhadap Candida albicans. Pharmacy 7(2):12-23
Ranjan, D., D. Swarup, R.C. Patra, and V. Chandra. 2009. Tamarindus indica L. and Moringa oleifera
M. Extract Administration Ameliorates Fluoride Toxicity In Rabbits. Indian Journal of
Experimental Biology. 47 : 900- 905.
Razak, A., A.Djamal, G.Revilla. 2013. Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia s.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro. Jurnal
Kesehatan Andalas 2(1):5-8
Shukla, D., T. Jawaid, S.Srivastava. 2017. Alpinia Galanga: An Overview And Herbal Interactions.
Medical Research ChroniclesI 4(3):301-305
Suatama, I.B. 2019. Multikulturalisme Usada Bali. E-Journal Widya Kesehatan. 1(1) : 1-7.
Sondakh, C. E., Pandaleke, T. A., dan Mawu, F. O. 2016. Profil Dermatofitosis di Poliklinik Kulit
dan Kelamin RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado periode Januari–Desember 2013. e-CliniC.
4(1).
Tirtaningrum, F.A. 2014. Pengaruh Dosis Infusa Bangle (Zingiber cassumunar Roxb) Pada Proses
perendaman Ikan Bandeng (Chanos chanos) Terhadap Jumlah Bakteri Eschericia coli.
Skripsi.Universitas Negeri Semarang
Ugwu, C.C., K.N.Mbah-Omeje, R.I.Ezeugwu, S.C.Onuorah, M.C.Agho.2018. Antimicrobial
Activities and Phytochemical Screening of Citrus aurantifolia (Lime) Extracts and Fruits
Juice on Some Microorganism. International Journal Of Innovative Research & Development
7(3):136-142
Verma, S. and M. P. Hefferman. 2008. Fitzpatrick's Dermattology in General Medicin. Edisi ke-7.
New York: McGraw Hill.
Wulansari, E.D., S. Wahyuono, Marchaban, S.Widyarini. 2018. Aktivitas Antiinflamasi Topikal
Ekstrak Etanolik Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) pada Mencit yang Diinduksi
Karagenin. Traditional Medicine Journal 23(2):122-126

20
LAMPIRAN
Jurnal terlampir pada folder

21

Anda mungkin juga menyukai