Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembahasan mengenai proses menua semakin banyak muncul seiring

dengan semakin bertambahnya populasi lanjut usia (lansia) di berbagai belahan

dunia.1 Di Indonesia sejak tahun 2013 terjadi peningkatan persentase lansia yang

cukup pesat dibandingkan kelompok usia lainnya.2 Bahkan Indonesia diprediksi

mengalami peningkatan jumlah lansia tertinggi di dunia, yaitu 414% hanya dalam

waktu 35 tahun yaitu antara tahun 1990-2025.3,4

Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah jatuh

dan gangguan keseimbangan.5 Sebanyak sepertiga lansia yang tinggal di

komunitas mengalami jatuh.6 Kejadian jatuh pada lansia yang berumur 65 tahun

ke atas dilaporkan sekitar 30%, dan yang berumur 80 tahun ke atas dilaporkan

sekitar 40%-50%.5,7,8 Di Indonesia, data mengenai kejadian instabilitas dan jatuh

masih sangat sedikit.5 Berdasarkan data riwayat jatuh yang ditemukan pada lansia

dari empat Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Wilayah Pemerintah Daerah

Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yaitu PSTW Cipayung, PSTW Ciracas, PSTW

Cengkareng, dan PSTW Margaguna sepanjang tahun 2008 didapatkan bahwa

pada masing-masing PSTW tersebut lansia yang jatuh berjumlah 13 orang

(13,1%); 8 orang (6,8%); 1 orang (0,6%); dan 19 orang (12%). Dari jumlah jatuh

terbanyak, terdapat 3 orang (16%) lansia yang meninggal akibat jatuh yang

disebabkan faktor lingkungan, penyakit yang diderita dan gangguan

keseimbangan.9

1
2

Lansia memiliki risiko tinggi mengalami cedera karena jatuh. Hal ini

disebabkan terjadinya perubahan terkait proses menua seperti waktu reaksi yang

melambat, respon protektif yang terganggu dan penyakit-penyakit penyerta

seperti osteoporosis. Hal ini menyebabkan 5-15% lansia di komunitas mengalami

cedera jatuh yang serius seperti fraktur, laserasi, cedera pada jaringan lunak dan

trauma kepala.5,7 Jatuh juga mempengaruhi kemandirian dan kualitas hidup

lansia.7,8 Jatuh menyumbang sekitar 20% keterbatasan aktivitas sehari-hari

dibandingkan kondisi kesehatan lainnya pada lansia.7

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya instabilitas dan jatuh pada

lansia.5 Faktor risiko ini sering tidak disadari dan lansia juga tidak melaporkan

kejadian jatuh pada petugas kesehatan, sehingga upaya pencegahan jatuh

diabaikan.8 Faktor risiko jatuh dapat digolongkan menjadi faktor instrinsik dan

faktor ekstrinsik.5,6,10 Salah satu faktor instrinsik yang menyebabkan jatuh pada

lansia adalah faktor-faktor yang terkait penuaan.

Proses menua mengakibatkan perubahan pada kontrol postural yang

berperan penting pada kejadian jatuh. Terjadi perubahan komponen kapabilitas

biomekanik, salah satunya lingkup gerak sendi (LGS).5 LGS pada lansia

mengalami penurunan karena hilangnya kekuatan pada ekstremitas bawah dan

adanya penyakit muskuloskeletal terutama pada panggul, lutut dan pergelangan

kaki yang dapat meningkatkan risiko jatuh.5,7 Oleh karena itu, diperlukan evaluasi

untuk mengetahui penurunan LGS sebagai faktor risiko jatuh, sehingga jatuh

dapat dicegah.

2
3

Salah satu alat pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui LGS

yaitu dengan menggunakan goniometer universal. Pemeriksaan ini dilakukan

untuk mengetahui jarak atau luas gerakan yang terjadi pada suatu sendi.

Pengukuran LGS dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Pada penelitian ini

dilakukan pengukuran secara aktif. LGS aktif menggambarkan sebagian besar

aktivitas sehari-hari pada lansia seperti berjalan dan berlari.11 Secara umum,

pengukuran LGS pada ekstremitas dengan menggunakan goniometer universal

mempunyai reliabilitas yang baik sampai dengan sangat baik.12

Jatuh juga dialami oleh lansia yang tinggal di panti jompo. Lansia yang

berada di panti jompo memiliki angka kejadian jatuh tiga kali lebih tinggi

dibandingkan lansia yang tinggal di komunitas.7,13,14 Satu-satunya panti jompo

yang dikelola langsung oleh pemerintah Provinsi Riau adalah PSTW Khusnul

Khotimah.15 Penelitian mengenai jatuh pada lansia di panti jompo ini belum

pernah dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: perbandingan lingkup gerak sendi panggul, lutut dan

pergelangan kaki pada lansia dengan riwayat jatuh dan tanpa riwayat jatuh di UPT

PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan

rerata LGS panggul, lutut dan pergelangan kaki pada lansia dengan riwayat jatuh

dan tanpa riwayat jatuh di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau?

3
4

1.3 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan rerata LGS

panggul, lutut dan pergelangan kaki pada lansia dengan riwayat jatuh dan tanpa

riwayat jatuh di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan lingkup gerak

sendi panggul, lutut dan pergelangan kaki pada lansia dengan riwayat jatuh dan

tanpa riwayat jatuh di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui rerata LGS aktif panggul, lutut dan pergelangan kaki pada

lansia di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau yang diukur

dengan menggunakan alat goniometer universal.

2. Mengetahui riwayat jatuh pada lansia di UPT PSTW Khusnul Khotimah

Provinsi Riau dengan menggunakan kuesioner riwayat jatuh.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan

mengasah kemampuan dalam penelitian kedokteran, khususnya tentang lingkup

gerak sendi sebagai faktor risiko jatuh pada lansia.

4
5

1.5.2 Manfaat bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu

pengetahuan kedokteran mengenai perbandingan lingkup gerak sendi panggul,

lutut dan pergelangan kaki pada lansia dengan riwayat jatuh dan tanpa riwayat

jatuh di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau. Selain itu juga dapat

memberikan data untuk dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.5.3 Manfaat bagi UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai

pertimbangan dalam mengevaluasi kejadian jatuh dan penurunan LGS pada lansia

di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau sebagai upaya pencegahan dan

tatalaksana jatuh pada lansia.

1.5.4 Manfaat bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya

mengidentifikasi faktor risiko jatuh, khususnya penurunan LGS ekstremitas

bawah pada lansia sebagai strategi pencegahan dan tatalaksana jatuh pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai