PENDAHULUAN
dan kedokteran pada warga lanjut usia termasuk pelayanan kesehatan kepada
lanjut usia dengan mengkaji semua aspek kesehatan berupa promosi, pencegahan,
Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2015, lanjut usia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun ke atas.3 Penuaan merupakan suatu proses alamiah
dalam hidup yang tidak dapat ditolak atau ditunda, yang mana pada penuaan akan
berkurangnya produktivitas.4
dengan sakit-sakitan, tergantung pada orang lain, serta tidak dapat melakukan
apapun lagi. Dengan demikian, secara umum lansia di pandang sebagai beban
puluh tahun ke atas tumbuh lebih pesat dari kelompok lainnya, sebagai hasil dari
usia lanjut yang harus diifikirkan bagaimana membiayai biaya kesehatan serta
perawatannya. Akan tetapi, penuaan tidak seharusnya sepenuhnya diartikan
sebagai beban, melainkan seharusnya kelompok lanjut usia lebih diakui dan
Hukum dan etika sangat penting dalam bidang geriatri. Kane dkk
dan mati lansia, seperti apakah perlu tindakan resusitasi, apakah perlu makanan
tambahan per infuse tetap diberikan pada seseorang dengan kondisi yang sudah
jelas akan meninggal?. Dalam geriatric, aspek etika erat hubungannya dengan
hukum, dan saling berkaitan. Contoh keterkaitan aspek hukum dengan etika yaitu
lansia dengan kemampuan kognitif yang sudah sangat rendah seperti penderita
demensia, pengurusan harta benda lansia yang tidak mempunyai anak, dan
lainnya.5
dibidang geriatri. Hal ini di sebabkan karena geriatri merupakan bidang ilmu yang
baru saja mulai berkembang. Oleh karena itu, beberapa prinsip etika pelayanan
TINJAUAN PUSTAKA
Medikolegal adalah suatu ilmu terapan yang melibatkan dua aspek ilmu
yaitu medico yang berarti ilmu kedokteran dan legal yang berarti ilmu hukum.
operasional dalam bidang kedokteran dan hukum – hukum yang berlaku pada
umumnya dan hukum – hukum yang bersifat khusus seperti kedokteran dan
ilmu pengetahuan hukum, bukanlah merupakan hal baru, karena dalam ilmu
diantaranya mengeni medical jurisprudence, yang baru dalam hal ini adalah
medik. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan dari segi ilmu hukum pada
umumnya, karena harus masuk dalam pertimbangan dua bidang ilmu, yaitu ilmu
dari hak atas perawatan kesehatan, yaitu hak untuk menentukan nasib sendiri dan
Medikolegal adalah suatu ilmu terapan yang melibatkan dua aspek ilmu
yaitu medico yang berarti ilmu kedokteran dan -legal yang berarti ilmu hukum.
umumnya dan hukum – hukum yang bersifat khusus seperti kedokteran dan
ilmu dan teknologi kedokteran atas dasar kewenangan yang dimiliki untuk
berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari
populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi
dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan
peningkatan usia harapan hidup. Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia
harapan hiup orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70
tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun. Jumlah proporsi lansia di Indonesia
juga bertambah setiap tahunnya. Data WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia
berjumlah 7,49% dari total populasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun
2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari total populasi (WHO, 2015).9
Ayurveda, naskah kedokteran India kuno. Ayurveda terdiri atas 8 cabang, salah
satunya ilmu geriatri (rasayana) yang didefinisikan sebagai rasayanam cha tat
jneyam yat jara vyadhi nashanam yang berarti cabang ilmu kedokteran dengan
fokus pada penuaan dini dan tatalaksana penyakit terkait usia lanjut.9
Aristoteles, menggunakan kata eugeria (eu berarti perilaku baik dan geria
berarti perlakuan terhadap usia lanjut) pada buku pertamanya yang ditulis tahun
367 SM. Kata eugeria digunakan untuk menjelaskan successful ageing, yaitu
hidup lama, bahagia, mandiri, dan tidak sakit. Pada zaman Romawi Kuno (45 SM-
476 M), Seneca menulis bahwa usia tua merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, namun dapat ditunda dengan latihan jasmani dan diet yang tepat.
Pada tahun 898- 980 M, Algizar seorang dokter Arab menulis buku kesehatan
pada usia lanjut mengenai kepikunan, cara meningkatkan memori, dan gangguan
tidur. Avicenna pada tahun 1025 M menulis buku The Canon of Medicine:
Regimen of Old Age yang menyatakan bahwa usia lanjut memerlukan tidur yang
cukup, latihan jasmani seperti berjalan dan berkuda, diet tepat, serta tata laksana
konstipasi.9
kedokteran No. 29 Tahun 2004 (UU Praktek Kedokteran) norma disiplin menjadi
hal baru yang perlu diperhatikan dan dikaji, karena didalam Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI) ada lembaga yang disebut sebagai Majelis Kehormatan Disiplin
1. Hubungan Kebutuhan
2. Hubungan Kepercayaan
3. Hubungan Keprofesian
4. Hubungan Hukum
oleh dua macam hak asasi manusia, dengan demikian keberadaan hubungan antara
dokter dengan pasien, baik ditinjau dari sudut hukum maupun aspek pelayanan
kesehatan, tidak terlepas dari hak asasi manusia yang melekat dalam diri manusia,
khususnya hak untuk menentukan nasib sendiri dan hak untuk memperoleh
pelayanan kesehatan. 10
kebenaran dari isi surat keterangan kesehatan, wajib simpan rahasia oleh dokter
Tindakan medis tertentu yang dilakukan oleh dokter tidak dapat dijatuhi
1. Ada indikasi medis yang dilakukan untuk mencapai tujuan konkret tertentu.
Jika terjadi Kesalahan yang dilakukan oleh dokter, maka perbuatan tersebut
yang dilakukan oleh dokter telah disetujui oleh pasien atau keluarga pasien. Aspek
dipenuhi yaitu untuk memiliki izin praktek dokter yang sah. Perjanjian terapeutik
pasien. 10
ada pula yang merupakan pelanggaran etik sekaligus pelanggaran hukum, salah
satu contohnya: 10
Pelanggaran etikolegal: 10
- Pelecehan seksual
yang dalam”. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatri harus
memandang seorang lansia yang sakit denagn pengertian, kasih sayang dan
penderita lansia.13
Yang harus dan yang ”jangan” : prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-
keharusan untuka mngerjakan yang baik untuk pnderita dan harus menghindari
Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk
Otonomi : yaitu suatu prinsip bahwa seorang inidividu mempunyai hak untuk
hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidang geriatri hal tersebut
mandiri dan bebas. Dalam etika ketimuran, seringakali hal ini dibantu (atau
menjadi semakin rumit ?) oleh pendapat keluarga dekat. Jadi secara hakiki,
melindungi penderita yang inkapabel). Dalam berbagai hal aspek etik ini
dari orang lain untuk membuat suatu keputusan (mis. Seorang ayah membuat
Dengan melihat prinsip diatas tersebut, asek etika pada pelayanan geriatric
berdasarkan prinsip otonomi kemudian di titik beratkan pada berbagai hal sebagai
berikut :
sukarela.13
3. keputuan yang diambil hanya dianggap sah bial penderita secara mental
dianggap kapabel. 13
Atas dasar hal diatas maka aspek etika tentang otonomi ini kemudian
atau informed consent. Dalam hal seperti diatas, maka penderita berha menolak
tindakan medik yang disarankan oleh dokter, tetapi tidak berarti boleh memilih
yang dipilih tersebut tidak berguan (useless) atau bahkan berbahaya (harmful). 13
keuntungan dan kerugian dari tindakan tersebut ? dan mengerti pula berbagai
terdapat fungsi yagn baik dari 1 aspek, tetapi fungsi yagn lain sudah tidak baik,
sehingga perlu pertimbangan beberapa faktor. Pada usia lanjut serinkali sudah
waktu, upaya dan kesabaran yang lebih guna mengetahui kapasitas fungsional
penderita.10
pada keadaan depresi berat, tidak sadar atau dementia). Bila gangguan
medis, tetapi mengenai semua aspek kehidupan (hokum, harta benda dll)
board).
keadaan de-jure oleh pengacara, karena hal yang terkhir ini sering tidak praktis,
waktu lama, dan sering melelahkan baik secara fisik maupun emosional. 10
mengambil keputusan yang salah ( antara lain menolak tramfusi / tindakan bedah
yagn live saving). Dalam hal ini, dokter dihadapkan pada keadaan yang sulit,
Yang penting adalah bahwa dokter mau mendengar semua keluhan atau
apa yang baik menurut pertimbangan dokter dan apa yang diinginkan oleh
penderita. 10
2.3.4 Pelayanan Kesehatan pada Pasien Geriatri
pelayanan kesehatan.
Selain pasien Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelayanan
Geriatri juga diberikan kepada pasien dengan usia 70 (tujuh puluh) tahun ke atas
dibagi menjadi: 14
a. tingkat sederhana;
b. tingkat lengkap;
d. tingkat paripurna.
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat
jalan dan kunjungan rumah (home care). Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap
paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut, dan kunjungan rumah
(home care). Jenis pelayanan Geriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas
rawat jalan, rawat inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik Asuhan
Siang, dan jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan,
Klinik Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap Psikogeriatri,
penitipan Pasien Geriatri (respite care), kunjungan rumah (home care), dan
Hospice. 14
pendidikan, pelatihan, dan penelitian serta kerjasama lintas program dan lintas
masyarakat. 14
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit
terdiri atas: 14
c. dokter;
keterampilan inteligensia;
e. apoteker;
f. tenaga gizi;
g. fisioterapis; dan
h. okupasi terapis.
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit
terdiri atas: 14
e. dokter;
keterampilan intiligensia;
g. apoteker;
h. tenaga gizi;
i. fisioterapis;
j. okupasi terapis
k. psikolog; dan
l. pekerja sosial.
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sempurna paling sedikit
terdiri atas: 14
e. dokter;
keterampilan inteligensia;
g. apoteker;
h. tenaga gizi;
i. fisioterapis;
j. okupasi terapis;
k. terapis wicara;
l. perekam medis;
m. psikolog; dan
n. pekerja sosial.
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan pelayanan Geriatri paripurna paling sedikit
terdiri atas: 14
keterampilan inteligensia;
g. apoteker;
h. tenaga gizi;
i. fisioterapis;
j. okupasi terapis;
k. terapis wicara;
l. perekam medis;
m. psikolog; dan
n. pekerja sosial;
o. psikolog.
pada usia lanjut, terdapat 2 prinsip utama yang harus dipenuhi guna
meliputi pula lingkungan kejiwaan (psikologis) dan sosial ekonomi. Hal ini
ditunjukan antara lain bahwa aspek diagnosis penyakit pada pasien usia lanjut
menggunakan tata cara khusus yang disebut sebagai pengkajian geriatric, yang
bukan saja meliputi seluruh organ dan sistem, akan tetapi menyangkut pula
2. Sifat holistik mengandung artian baik secara vertikal atau horizontal. Secara
jantung iskemik.
b. Impairment (kerusakan atau gangguan), yaitu adanya gangguan atau kerusakan
dari organ akibat penyakit, misalnya pada keadaan di atas : infark miokard akut
atau kronis.
fungsional dari organ atau individu tersebut. Pada kasus di atas misalnya terjadi
dekompensasi jantung.
d. Handicap (hambatan) yaitu akibat sosial dari penyakit. Pada kasus tersebut di
lanjut. Komponenya berbeda dengan berbagai tim yang kita kenal pada populasi
usia lain. Pada tim geriatri, komponen utama terdiri dari dokter, pekerja sosio
medik, dan perawat. Tergantung dari kompleksitas dan jenis layanan yang
diberikan, anggota tim bisa ditambah dengan tenaga rehabilitasi medik (dokter,
psikiater, ahli farmasi, ahli gizi, dan tenaga lain yang bekerja dalam layanan
tersebut. 10,14
anggotanya saling tergantung satu sama lain. Perbedaan dengan tim multidisplin
yang bekerja secara multidisiplin pula (seperti banyak tim kesehatan lainya)
secara kaku. (pada skema di bawah digambarkan sebagai garis terputus). Disiplin
lain bisa memberi saran demi tercapainya tujuan bersama. Secara periodik
dilakukan pertemuan antara anggota tim untuk mengadakan evaluasi kerja yang
telah dicapai, dan kalau perlu mengadakan perubahan demi tujuan bersama yang
hendak dicapai. Dengan kata lain, pada tim multidisiplin kerjasama terutama
tindakan. Secara praktis, tatakerja interdisiplin dari tim geriatri adalah melalui
skematis perbedaan antara tim multidisiplin dan tim interdisiplin dapat dilihat
pada gambar 1.
berikut.10,14
Service)
pelayanan pada kesehatan pada usia dapat dibagi sebagai berikut :10,14
Pada upaya kesehatan pelayanan ini, semua upaya kesehatan yang
menangani kesehatan para lanjut usia. Puskesmas dan dokter praktek swasta
membentuk kelompok/klub lanjut usia. Di dalam dan melalui klub lanjut usia ini
semaksimal mungkin. Yang perlu dikerjakan dengan berbagai cara, antara lain
Pada layanan tingkat ini, rumah sakit setempat yang telah melakukan
secara langsung atau tidak langsung memalui pembinaan pada puskesmas yang
ceramah, symposium baik kepada tenaga kesehatan ataupun kepada awam perlu
dilaksanakan. Di lain pihak, rumah sakit harus selalu bersedia bertindak sebagai
Service).
Pada layanan ini rumah sakit, tergantung dari jenis layanan yang ada,
menyediakan berbagai layanan bagi para lanjut usia. Mulai dari layanan sederhana
berupa poliklinik lanjut usia, sampai pada layanan yang lebih maju, misalnya
bangsal akut, klinik siang terpadu (day-hospital), bangsal kronis dan/atau panti
rawat wredha (nursing homes). Disamping itu rumah sakit jiwa juga menyediakan
layanan kesehatan jiwa bagi geriatri dengan pola yang sama. Pada tingkat ini,
sebaliknya dilaksanakan suatu layanan terkait antara unit geriatri rumah sakit
umum dengan unit psikogeriatri suatu rumah sakit jiwa, terutama untuk
menangani penderita penyakit fisik dengan komponen gangguan psikis berat atau
sebaliknya. 10,14
penyakit yang tak tersembuhkan, sementara pasien sudah dalam keadaan sekarat
dan menyiksa. Dalam situasi demikian, tidak jarang pasien memohon agar
dibebaskan dari penderitaan ini dan tidak ingin diperpanjang hidupnya lagi atau di
lain keadaan pada pasien yang sudah tidak sadar, keluarga pasien yang tidak tega
melihat pasien yang penuh penderitaan menjelang ajalnya meminta kepada dokter
atau perawat untuk tidak meneruskan pengobatan atau bila perlu memberikan obat
melepas kehidupan seseorang agar terbebas dari penderitaan atau mati secara baik.
Dari kajian penulisan tesis ini dapat di simpulkan bahwa suntik mati atau lebih
sering disebut eutanasia jika ditinjau dari aspek hukum pidana dan hak asasi
ujung, karena antara pemberian hak asasi manusia dengan pertentangan hukum
sistem hukum pidana maupun hukum kesehatan yang ada di Indonesia, apapun
dan bagaimanapun alasan yang digunakan dan siapapun yang mengajukan baik
untuk melakukan perbuatan suntik mati tersebut, bahkan tenaga kesehatan juga
masih dilarang untuk melakukan suntik mati tersebut dengan alasan apapun.15
Dilema muncul dan menempatkan dokter atau perawat pada posisi yang
serba sulit. Tenaga medis merupakan suatu profesi yang mempunyai kode etik
terhadap hak-hak individu juga sudah sangat berubah. Dengan demikian, konsep
kematian dalam dunia kedokteran masa kini dihadapkan pada kontradiksi antara
etika, moral, hukum, dan kemampuan serta teknologi kesehatan yang sedemikian
maju. 15
masalah euthanasia dan hal ini masih menjadi perdebatan pada beberapa kalangan
yang menyetujui tentang euthanasia dan pihak yang tidak setuju tentang hal
manusia memiliki hak untuk hidup dan hak untuk mengakhiri hidupnya dengan
segera dan hal ini dilakukan dengan alasan yang cukup mendukung, yaitu alasan
sembuh atau bahkan hidup, maka ia dapat melakukan permohonan untuk segera
euthanasia beralasan bahwa setiap manusia tidak memiliki hak untuk mengakhiri
hidupnya karena masalah hidup dan mati adalah kekuasaan mutlak Tuhan yang
tidak bisa diganggu gugat oleh manusia. Secara umum, argumen pihak anti
Perdebatan ini tidak akan pernah berakhir karena sudut pandang yang
adalah masalah legalitas dari tindakan euthanasia sendiri sampai pada saat ini
Euthanasia atau suntik mati olehdokter terhadap seorang pasien yang sudah tidak
selain masih ada persoalan hukum yang melarang hal itu, juga masih ada
persoalan etika dan moral. Masih berlakukah sumpah etik dokter, yang berasal
dari sumpah Bapak Ilmu Kedokteran Yunani, Hippokrates (400 SM), tak akan
ataupun sekedar saran untuk menggunakannya, Pro dan kontra mengenai boleh
akan lebih baik lagi bila sebelum dilakukan didahului pengkajian secara
Barang siapa yang dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan
hukuman mati atau pejara selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara
selama- lamanya lima tahun atau kurungan selama- lamanya satu tahun. 17
Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk membunuh diri,
menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh
dalam skenario ini, maka dokter dan keluarga yang memberikan izin dalam
pelaksanaan tindakan tersebut dapat dijeratkan dengan pasal 345 yang ber bunyi
barang siapa dengan sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, atau
memberikan sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara dengan
acaman penjara selama- lamanya empat tahun penjara. Dengan tidak adanya
regulasi yang jelas di Indonesia maka dapat dipastikan bahwa suntuk mati
(euthanasia) masih belum mempunyai dasar hokum yang jelas untuk melakukan
Patut menjadi catatan, bahwa secara yuridis formal dalam hukum pidana
dilakukan atas permintaan pasien atau korban itu sendiri dan euthanasia yang
sebagaimana secara eksplisit diatur dalam Pasal 344 dan 304 KUHP. Pasal 344
“Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang
jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara paling
orang itu,diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”
Bertolak dari ketentuan Pasal 344 dan 304 KUHP tersebut tersimpul, bahwa
sekalipun tetap diancam pidana bagi pelakunya. Dengan demikian, dalam konteks
pidana, yaitu sebagai perbuatan yang diancam dengan pidana bagi siapa yang