PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Praktik keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Penerapan praktik keperawatan tidak hanya diberikan pada pasien
balita, anak - anak, dan orang dewasa muda, tetapi juga diberikan pada pasien
lanjut usia. Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada bab I pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia biasanya
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan (Surini & Otamo, 2003 dalam Ma'rifatul Lilik, 2011), hal ini
dikatakan sebagai ageing process. Ageing process (proses menua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan - lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri, mengganti atau mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Canstantindes, 1994; Darmojo, 2004 dikutip oleh Ma'rifatul
Lilik, 2011).
Secara global populasi penuaan merupakan tantangan penting dan
kesempatan yang dihadapi oleh semua negara. Di negara-negara berkembang,
populasi penuaan mengubah sifat tuntutan pada sistem perawatan kesehatan
yang harus mengakomodasi kebutuhan populasi yang lebih tua sambil terus
untuk mengatasi masalah kesehatan prioritas lain seperti kesehatan ibu dan
anak (WHO, 2013). Peningkatan usia harapan hidup menimbulkan
peningkatan jumlah lanjut usia (Lansia) di dunia. Lanjut usia adalah
seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih (WHO 1998, dalam Nugroho
2000). Jumlah lansia usia 60 tahun secara global diprediksikan pada tahun
2025 akan mencapai 1200 individu lanjut usia dan angka sebaran lansia
terbanyak diseluruh dunia terdapat dinegara Cina, India, Amerika Serikat, dan
Indonesia (Kuliah Pakar: Hendri Purwadi, 2013).
perawat, dokter, atau tenaga kesehatan yang lain. Serta yang terakhir
kelompok ketiga masalah berpusat pada proses pengambilan keputusan medis
yang mengikutsertakan pasien, anggota keluarga, para tenaga kesehatan,
petugas lapangan, dan administrator rumah sakit. Akhirnya, masalah etis yang
berhubungan dengan lansia sebagai suatu kelompok muncul dalam konteks
masyarakat yang lebih besar (Mickey & Patricia, 2006). Oleh karnanya akan
dibahas lebih lanjut mengenai pengaruh nilai - nilai etis terhadap perawatan
lansia berdasarkan evidence-based dari beberapa Buku kesehatan lansia.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan
masalah Aspek Legal Etik Keperawatan Gerontik".
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Tujuan Umum
Untuk diketahuinya dan memahami aspek legal etik keperawatan
Gerontik.
2.
Tujuan Khusus
a. Diketahuinya isu etik dan legal dalam keperawatan Gerontik
b. Diketahuinya pengaruh etik da legal terhadap Keperawatan Gerontik
c. Diketahuinya cara pemecahan masalah etik pada Keperawatan
Gerontik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASPEK ETIK DALAM KEPERAWATAN GERONTIK
Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang mengarahkan
tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan
Lansia harus diperlakukan dengan kepedulian dan bermartabat.
Sangat
fungsional
dengan
informasi
dari
dokter
untuk
jika
rumah
sakit
Hal
ini
diupayakan
untuk
memfasilitasi
lansia
kearah
3. Area Prioritas
Pelayanan, evaluasi dan efektivitas intervensi terhadap individu
atau kelompok atau metode baru dalam pelayanan keperawatan. sub area
prioritas: ventilasi dan sirkulasi, nutrisi, ekskresi, aktivitas dan istirahat,
stimulasi mental, tidur, masalah kardiovaskuler, masalah penyakit
vaskularisasi periver, masalah respiratori, masalah gastrointestinal,
masalah diabetes, masalah muskulusskeletal, masalah genitourinary,
masalah neurology, masalah menurunnya fungsi sensorik, masalah
dermatologi, masalah kesehatan mental, tindakan operatif dan dampaknya,
palliative care, manajemen nyeri, rehabilitasi, perawatan diri dan
higienitas, pengawasan menelan obat.
Parameter dan hasil (out come) intervensi klinik yang spesifik.
Subarea prioritas:diagnosis keperawatan yang spesifik, pengembangan alat
ukur geriatric.
a. Factor-faktor organisasi yang berdampak pada system pelayanan dan
kinerja, sub area prioritas : peran kolaborasi, model keperawatan di
rumah (home care), model perawatan di rumah sakit (hospital care),
model perawatan di panti jompo (institutional care), model perawatan
jangka panjang (long-term care), nursing agency, team work.
b. Factor-faktor sosial yang berdampak pada tingkat kesehatan lansia.
Sub area prioritas : aspek legal:kebijakan dan regulasi, kelenturan
kesehatan yang berbasis budaya dan kepercayaan, sosial ekonomi,
konsep-konsep gerontology (aspek kesehatan, aspek spiritual, aspek
etika dan moral, aspek nutrisi, aspek psikologis, aspek fisiologis dan
aspek social).
c. Kualitas hidup (quality of life) dan intervensi kesehatan psiko social.
Sub area prioritas:penilaian status fungsional, psikologis, senile
demensia, olah raga, rekreasi, upaya preventif terhadap risiko
kecelakaan, interaksi social, spiritual, manajemen stress, sakaratul
maut, support keluarga, aktivitas dan disfungsi seksual.
d. Promosi kesehatan. Sub area prioritas:pesan, teknologi.
4. Prinsip Etika Pelayanan Kesehatan pada Lansia
7
non-maleficence
dan
beneficence
lebih
bersifat
menjadi wakil dari orang lain untuk membuat suatu keputusan (mis.
Seorang ayah membuat keuitusan bagi anaknya yang belum dewasa).
d. Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatri harus memberikan
perlakuan yang sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk
memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan
pembedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
e. Kesungguhan Hati : yaitu suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua
janji yang diberikan pada seorang penderita.
Mengenai keharusan untuk berbuat baik dan otonomi, Meier
dan Cassel menulis sebagai berikut : ..............although the medical
community has ferquently been attacked for its attitude toward patients, it
is usually conceded that paternalism can be justified if certain criteria are
met; if the dangers averted or benefits gained for the person outweigh the
loss of autonomy resulting from intervention; if the person is too ill to
choose the same intervention.
Dengan melihat prinsip diatas tersebut, aspek etika pada
pelayanan geriatric berdasarkan prinsip otonomi kemudian di titik
beratkan pada berbagai hal sebagai berikut :
a. Penderita harus ikut berpartisipasi dalam prosea pengambilan keutusan
dan pembuatan keputusan. Pada akhirnya pengambilan keputusan
harus bersifat sukarela.
b. Keputusan harus telah mendapat penjelasan cukup tentang tindakan
atau keputusan yang akan diambil secara lengkap dan jelas.
c. Keputuan yang diambil hanya dianggap sah bial penderita secara
mental dianggap kapabel.
Atas dasar hal diatas maka aspek etika tentang otonomi ini
kemudian ituangkan dalam bentuk hukum sebagai persetujuan tindakan
meik (pertindik) atau informed consent. Dalam hal seperti diatas, maka
penderita berha menolak tindakan medik yang disarankan oleh dokter,
tetapi tidak berarti boleh memilih tindakan, apabila berdasarkan
pertimbangan dokter yang bersangkutan tindakan yang dipilih tersebut
tidak berguan (useless) atau bahkan berbahaya (harmful).
12
14
Nomor
10
tahun
1992
tentang
Perkembangan
i. Ketentuan peralihan.
D. PERMASALAHAN
Permasalahan yang masih terdapat pada lanjut usia, bila ditinjau dari aspek
hukum dan etika dapat disebabkan oleh faktor seperti berikut :
1. Produk hukum
Walaupun telah diterbitkan dalam jumlah banyak, belum semua produk
hukum dan perundang-undangan mempunyai peraturan pelaksanaan.
Begitu pula, belum diterbitkan peraturan daerah, petunjuk pelaksanaan
serta petunjuk teknisnya, sehingga penerapan di lapangan sering
menimbulkan permasalahan. Undang-undang terakhir yang diterbitkan
yaitu Undang-undang Nomor 13 tahun 1998, baru mengatur kesejahteraan
sosial lanjut usia, sehingga perlu dipertimbangkan diterbitkannya undangundang lainnya yang dapat mengatasi permasalahan lanjut usia secara
spesifik.
2. Keterbatasan prasarana
Prasarana pelayanan terhadap lanjut usia yang terbatas di tingkat
masyarakat, pelayanan tingkat dasar, pelayanan rujukan tingkat I dan
tingkat II sering menimbulkan permasalahan bagi para lanjut usia.
Demikian pula, lembaga sosial masyarakat dan organisasi sosial dan
kemsyarakatan lainnya yang menaruh minat pada permasalahan ini
terbatas jumlahnya. Hal ini mengakibatkan para lanjut usia tak dapat diberi
pelayanan sedini mungkin sehingga persoalannya menjadi berat pada saat
diberikan pelayanan.
3. Keterbatasan sumber daya manusia
Terbatasnya kuantitas dan kualitas tenaga yang dapat memberi pelayanan
serta perawatan kepada lanjut usia secara bermutu dan berkelanjutan
mengakibatkan keterlambatan dalam mengetahui tanda-tanda dini adanya
suatu permasalahan hukum dan etika yang sedang terjadi. Oleh karena itu,
upaya mengatasi secara benar oleh tenaga yang berkompeten sering
16
kesehatan
dokter
spesialis
geriatrik,
psikogeriatri,
berat.
Kelainan kepribadian dan perilaku lanjut usia atau keluarganya.
Lanjut usia yang diasingkan oleh keluarganya.
Penyalahgunaan narkotika, alkohol dan zat adiktif lainnya.
Faktor lainnya yang terdapat di keluarga seperti :
(1) Perlakuan salah terhadap lanjut usia.
(2) Ketidaksiapan dari orang yang akan merawat lanjut usia.
(3) Konflik lama di antara lanjut usia dengan keluarganya.
(4) Perilaku psikopat dari lanjut usia dan atau keluarganya.
(5) Tidak adannya dukungan masyarakat.
(6) Keluarga
mengalami
kehilangan
pekerjaan/pemutusan
hubungan kerja.
(7) Adanya riwayat kekerasan dalam keluarga.
higiene
jelek,
malnutrisi
dan
adanya
bukti
biaya
transpor,
biaya
berobat
atau
biaya
memperbaiki rumahnya.
c) Adanya gejala psikis seperti stres, cara mengatasi suatu
persoalan secara tidak benar serta cara mengungkapkan rasa
salah atau penyesalan yang tidak sesuai, baik dari lanjut usia itu
sendiri maupun orang yang melecehkan.
Jenis pelecehan dan ditelantarkan adalah :
a) Pelecehan fisik atau menelantarkan fisik.
b) Pelecehan psikis atau melalui tutur kata.
c) Pelanggaran hak.
18
d) Pengusiran.
e) Pelecehan di bidang materi atau keuangan.
f) Pelecehan seksual.
Penodongan.
Pencurian dan perampokan.
Penjambretan.
Perkosaan.
Penipuan dalam pengobatan penyakit.
Penipuan oleh orang tak dapat dipercaya, pemborong, sales dan
lain-lain.
20
Persetujuan
tertulis
merupakan
suatu
persetujuan yang
pengambilan
keputusan.
Isu etika muncul bila terjadi suatu pertentangan antara pendapat
ilmiah atau ilmu kedokteran dengan pandangan etika atau
perikemanusiaan, misalnya :
1) Untuk mengawali atau melanjutkan pengobatan terhadap lanjut
usia yang sakit berat.
2) Mempertahankan atau melepaskan infus atau tube feeding.
3) Melakukan tindakan yang biayanya mahal.
4) Euthanasia, Isu euthanasia merupakan isu yang hangat
dipertentangan di luar negeri, tetapi belum merupakan hal yang
penting di Indonesia, mengingat hal ini bertentangan dengan
hukum dan perundang-undangan serta kode etik kedokteran di
Indonesia. Di luar negeri keputusan yang diambil berupa :
(a) Keinginan lanjut usia dan keluarganya.
22
BAB III
23
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dibandingkan dengan keadaan negara maju, hukum perundangundangan terhadap lanjut usia di Indonesia masih memiliki banyak
kekurangan, antara lain belum adanya undang-undang tentang lanjut usia
(Senior Citizens Act), pelayanan berkelanjutan bagi lanjut usia Continuum of
Care), tunjangan pelayanan dan perawatan terhadap lanjut usia (Medicare),
hak penghuni panti (Charter of Residents Right) dan pelayanan lanjut usia di
masyarakat. Keadaaan ini menimbulkan berbagai permasalahan. Undangundang Nomor 13 tahun 1998 baru mengatur tentang kesejahteran lanjut usia
yang merupakan langkah awal guna meningkatkan perhatian pemerintah dan
masyarakat
kepada
lanjut
usia,
sehingga
perlu
dipertimbangkan
DAFTAR PUSTAKA
24
Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. 2000. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut), Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hardiwinoto, Stiabudi, Tony. 2005. Pandaun Gerontologi, Tinjauan Dari
Berbagai Aspek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mickey & Patricia. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. EGC.
Jakarta:Buku Kedokteran.
Potter & Perry. 2005. Fundamental of Nursing: Concept, Process, Practic. Edisi
4. Volume 2. EGC. Jakarta: Buku Kedokteran.
Ma'rifatul Lilik A.. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Amelia Nindy. 2013. Prinsip Etika Keperawatan. Yogyakarta: D-Medika.
25