Anda di halaman 1dari 5

Nama : Lola Illona Elfani Kausar

NPM : 1806170561
Tugas : LTM 2 MK Kemitraan dalam Keperawatan Komunitas

PENERAPAN PRINSIP KEMITRAAN BERDASARKAN KASUS

Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen, baik sektor, kelompok


masyarakat, lembaga pemerintah atau non pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan
bersama berdasarkan komitmen dan kesepakatan yang telah dibangun bersama (Depkes RI,
2004). Dalam melakukan kemitraan terdapat prinsip-prinsip kemitraan yang seharusnya
dilakukan oleh pihak pihak yang bermitra guna kesinambungan dari kemitraan tersebut.
Prinsip-prinsip kemitraan meliputi (Kuswidanti, 2008; Herawati, 2011); (1). Prinsip
kepercayaan (Trust) dimana kemitraan yang positif dibangun dari adanya saling percaya untuk
bekerjasama. Kemitraan dibangun berdasarkan hubungan kerjasama, dan kerjasama dibangun
berdasarkan rasa saling percaya di antara pihak-pihak yang bermitra. Kepercayaan adalah fungsi
dari komunikasi, sehingga kemitraan yang gagal adalah karena rusaknya kepercayaan. (2).
Prinsip kesetaraan (Equity), yaitu individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin
kemitraan harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai
tujuan yang disepakati. Kesetaraan membutuhkan rasa saling menghormati antara anggota
kemitraan terlepas dari ukuran dan kekuasaan. Para peserta harus saling menghormati mandat,
kewajiban, dan independensi masing masing serta mengakui kendala dan komitmen masing-
masing. (3). Prinsip keterbukaan atau saling memahami (Mutual understanding), keterbukaan
atau saling memahami terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta
berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua hal harus diketahui oleh anggota lain. Dengan
adanya rasa saling keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling
membantu diantara pihak yang bermitra. (4). Prinsip keseimbangan antara risiko/ kerugian dan
keuntungan (Balance risk and benefit), yaitu, individu, organisasi atau institusi yang telah
menjalin kemitraan memperoleh manfaat atau keuntungan dari kemitraan yang terjalin sesuai
dengan kontribusi masing-masing yang telah disepakati di awal. Namun, antara kedua belah
pihak yang bermitra juga harus siap untuk menanggung risiko atau kerugian atau hambatan
dalam mencapai tujuan kemitraan secara bersama-sama, tidak hanya salah satu pihak yang
menanggung risiko lebih berat. (5). Prinsip berbagi tanggung jawab (Share accountability),
pihak-pihak yang bermitra memiliki kewajiban etis satu sama lain untuk menyelesaikan tugas
secara bertanggung jawab, dengan integritas dan dengan cara yang relevan dan tepat.
Mengembangkan dan memastikan kerangka kerja akuntabilitas yang kuat, proses evaluasi, dan
mekanisme akuntabilitas. Semua mitra berkomitmen untuk bertanggung jawab penuh satu sama
lain dan kepada pemangku kepentingan lainnya, termasuk penerima manfaat akhir.
Kemitraan akan berjalan dengan baik dan berkesinambungan apabila prinsip-prinsip di
atas diterapkan. Namun, salah satu hal yang penting dalam kemitraan adalah adanya perjanjian
yang jelas di awal kemitraan dibangun tentang bagaimana dan apasaja hal yang harus dilakukan
apabila salah satu pihak melanggar prinsip yang ada.

Kasus
Salah satu institusi pendidikan swasta sedang menjalin kerjasama dengan Puskesmas C
Kabupaten SS. Namun pihak Puskesmas khususnya dinas kesehatan Kabupten SS menaikan tarif
tanpa memusyawarahkan terlebih dahulu dengan pihak institusi pendidikan. Berdasarkan prinsip
kemitraan, prinsip apa yang tidak dilaksanakan kedua belah pihak?

Menurut pendapat saya semua prinsip kemitraan dalam kasus ini tidak dilaksanakan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pada kasus, prinsip trust secara tidak langsung tidak
dilaksanakan oleh pihak dinas kesehatan karena menaikkan tarif secara sepihak tanpa
musyawarah dengan pihak instansi pendidikan, artinya pihak dinas kesehatan melanggar
kepercayaan pihak instansi pendidikan karena mengubah isi perjanjian kemitraan sepihak tanpa
adanya musyawarah, dan hal ini berkaitan dengan tarif yang merupakan suatu hal yang kurusial.
Gulzar, 2012 menyatakan bahwa adanya kemungkinan kemitraan tidak bertahan jika terjadi
ketidaksesuaian dan tidak adanya tanggung jawab serta melanggar kepercayaan antar pihak yang
bermitra dengan perjanjian yang telah dibuat di awal. Menurut pendapat saya apabila pihak dinas
kesehatan ingin menaikkan tarif untuk praktik mahasiswa di puskesmas haruslah
dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan pihak mitra yaitu instansi pendidikan sehingga
diperoleh kesepakatan bersama. Hal seperti di kasus ini banyak terjadi secara nyata di lapangan,
sebenarnya pihak dinas kesehatan tidak salah secara keseluruhan karena nyatanya di lapangan
kadang tarif untuk praktik mahasiswa di instansi pemerintahan dapat dinaikkan sesuai dengan
kebutuhan yang tentunya hal ini berubah dari perjanjian di awal. Namun, apabila kita pahami,
bahwa setiap perjanjian seperti di kasus pastilah di dalamnya tertulis bahwa terkait tarif akan
dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kondisi tertentu atau sesuai dengan kebijakan
pemerintah, tetapi yang disayangkan disini adalah tidak adanya musyawarah atau keputusan
yang diambil secara sepihak inilah yang merupakan tindakan tidak melaksanakan prinsip trust
dari kemitraan.
Prinsip selanjutnya yang tidak dilaksanakan secara tidak langsung adalah Equity.
Menurut pendapat saya dari kasus ini pihak instansi pendidikan dapat merasa adanya
ketidaksetaraan anatar pihaknya dan pihak dinas kesehatan dikarenakan pengambilan keputusan
secara sepihak. Prinsip kesetaraan yang diartikan harusnya juga setara dalam pengambilan
keputusan dalam kasus ini telah dilanggar. Pihak instansi pendidikan dapat merasa bahwa
mereka adalah bawahan dan dinas kesehatan adalah atasan karena mengambil keputusan sepihak
tanpa dimusyawarahkan. Perasaan bahwa pihak instansi pendidikanlah yang memerlukan dinas
kesehatan untuk lahan praktik mahasiswapun dapat muncul dalam kasus ini karena kesejajaran
kedudukan dalam bermitra untuk mengambil keputusan bersama secara musyawarah tidak
dilakukan. Sedangkan prinsip equity dalam kemitraan yaitu kedudukan setara atau sejajar antara
kedua belah pihak yang bermitra. Kuswidanti, 2008 menyebutkan bahwa dalam kemitraan
harusnya ada rasa saling menghormati kesetaraan dan apabila ada kendala harusnya disampaikan
untuk dimusyawarahkan bersama.
Menurut pendapat saya untuk prinsip keterbukaan atau saling memahami ini tidak
dilaksanakan secara langsung oleh pihak dinas kesehatan. Kusdiwanti, 2008 menyatakan bahwa
semua hal harus diketahui oleh pihak yang bermitra. Namun, dalam kasus ini pihak instansi
pendidikan tidak diberitahu terkait penaikan tarif. Dalam kasus ini menunjukkan bahwa pihak
dinas kesehatan kurang memiliki rasa saling memahami terhadap instansi pendidikan karena
tidak adanya musyawarah yang dilakukan terlebih dahulu untuk membahas kenaikan tarif.
Menurut pendapat saya, apabila sebelum kebijakan kenaikan tarif dilakukan oleh dinas
kesehatan, sangat penting untuk melakukan musyawarah dengan instansi pendidikan guna
adanya proses saling memahami antara kedua belah pihak. Apabila dimusyawarahkan terlebih
dahulu, kedua belah pihak khususnya instansi pendidikan akan memahami alasan kebijakan
dalam menaikan tarif tersebut. Sehingga meskipun tarif tetap dinaikkan, tetapi karena
sebelumnya sudah dilakukan musyawarah dan keputusan tidak diambil sepihak, pihak instansi
pendidikan akan memahami hal tersebut.
Menurut pendapat saya prinsip balance risk and benefit merupakan prinsip yang paling
mencolok tidak dilaksanakan dalam kasus ini. Terlihat jelas bahwa pihak instansi pendidikan
sangat dirugikan dan menanggung beban sendiri dari keputusan yang dibuat oleh pihak dinas
kesehatan. Terlebih lagi keputusan yang diambil secara sepihak tanpa dimusyawarahkan terlebih
dahulu. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan Kuswidanti, 2008 bahwa antara kedua belah
pihak yang bermitra juga harus siap untuk menanggung risiko atau kerugian atau hambatan
dalam mencapai tujuan kemitraan secara bersama-sama, tidak hanya salah satu pihak yang
menanggung risiko lebih berat.
Prinsip yang terakhir yang menurut saya secara tidak langsung tidak dilaksanakan dalam
kasus ini yaitu tanggung jawab. Tanggung jawab dalam kasus ini diartikan bahwa harusnya
semua mitra berkomitmen untuk bertanggung jawab penuh satu sama lain (Herawati, 2011).
Dalam hal ini bukan berarti pihak dinas kesehatan tidak bertanggung jawab dalam melakukan
tugasnya dalam kemitraan, tetapi pihak dinas kesehatan lebih mengarah pada tidak adanya
tanggung jawab terhadap pihak mitranya dalam pengambilan suatu keputusan yang harusnya
dimusyawarahkan terlebih dahulu.
Secara garis besar dari kasus di atas menurut pendapat saya semua prinsip kemitraan
tidak dilaksanakan khususnya oleh pihak dinas kesehatan dimana dinas kesehatan dengan
melakukan pengambilan keputusan secara sepihak tanpa dimusyawarahkan telah melanggar
kepercayaan pihak mitra untuk bersama-sema mengurus segala hal terkait tindakan dalam
kemitraan, membuat pihak instansi pendidikan merasa tidak adanya kesetaraan dalam hubungan
bermitra, kurangnya rasa pengertian dan keterbukaan terhadap pihak mitra, kurangnya rasa untuk
membagi beban bersama, dimana kasus ini berkaitan dengan tarif praktik yang dinaikkan yang
dibayarkan oleh pihak instansi pendidikan, serta tidak adanya tanggung jawab terhadap pihak
mitra menyangkut pengambilan keputusan yang perlu tindakan musyaarah.
Daftra Pustaka

Ditjen P2M dan PL. (2004). Pelatihan manajemen P2L dan PL terpadu berbasis wilayah
kabupaten/ kota membina kemitraan berbasis institusi. Jakarta: Depkes RI.
Gulzar, A., Saif, M.I. (2012). Shared vision and partnership success. International Journal of
Ecomonics and Management Sciences. 2(1): 7-12.
Herawati, A.R. (2011). Sistem kemitraan usaha mikro kecil menengah (UMKM) - usaha besar
dengan pemodelan systems archetype: Studi kasus umkm mitra PT. indofood sukses
makmur tbk, divisi bogasari flour mills. Disertasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Departemen Ilmu Administrasi, Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia Depok.
Kuswidanti. (2008). Gambaran kemitraan ilmu sektor dan organisasi di bidang kesehatan dalam
upaya penanganan flu burung di bidang komunikasi komite nasional flu burung dan
pandemi influenza (Komnas FBPI). Skripsi. Jurusan Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Depok.

Anda mungkin juga menyukai