Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR TUGAS MANDIRI

Teori dan Model School Health Nursing

MATA KULIAH KEPERAWATAN KOMUNITAS LANJUT 2


Dosen : Dr. Widyatuti, SKp., M.Kep., Sp.Kom

Disusun Oleh:
Lola Illona Elfani Kausar 1806170561

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
A. Sejarah School Health Nursing
Latar belakang keperawatan kesehatan sekolah dianggap penting yaitu pada
negara-negara maju seperti Inggris dan Amerika beranggapan bahwa sebenarnya apabila
ada permasalahan kesehatan yang terjadi pada anak sekolah, sebaiknya tidak disamakan
atau dicampur adukkan dengan permasalahan kesehatan masyarakat, sehingga apabila
ada siswa yang sakit, harusnya terlebih dahulu ditangani disekolah, apabila tidak dapat
ditangani barulah dirujuk ke pusat kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan sebenarnya
permasalahan kesehatan yang terjadi pada anak sekolah memiliki perbedaan dengan
masalah kesehatan pada masyarakat umum. Apabila terdapat keperawatan kesehatan
sekolah, hal-hal terkait kesehatan siswa dapat diatasi, terutama yang berhubungan dengan
promotif dan preventif sehingga siswa tidak jatuh pada kondisi sakit. Hal yang dapat
dilakukan seperti menilai kebutuhan kesehatan kelompok anak sekolah ataupun individu,
melakukan program imunisasi dan vaksinasi, bekerja sama dengan orangtua untuk pola
asuh yang positif, bekerja sama dengan siswa dan orangtua terhadap permasalahan
kesehatan (medis) ataupun kebutuhan khusus, mempromosikan kesehatan mental yang
positif melalui konseling, dan memberikan pendidikan kesehatan tentang reproduksi
(seks) (Watkins et al, 2003).
Keperawatan kesehatan sekolah telah ada di Inggris selama lebih dari 100 tahun
(sejak 1893) untuk mendukung petugas kesehatan medis sekolah dan pasien (siswa).
Namun hal ini masih sangat minim dan belum diaplikasikan secara umum hingga tahun
1904. Pada tahun 1907, undang-undang pendidikan di Inggris menetapkan secara
universal untuk adanya layanan kesehatan untuk anak sekolah yang bertujuan untuk
mempromosikan dan menjaga kesehatan anak-anak. Sehingga barulah pada tahun 1970an
dapat terlihat secara universal keperawatan kesehatan sekolah ada dan berperan dalam
menyelesaikan permasalahan anak sekolah serta mempromosikan dan menjaga kesehatan
anak sekolah. Bentuk pelayanan yang diberikan masing-masing keperawatan kesehatan
sekolah seragam disemua sekolah sejak tahun 1974 setelah adanya otonomi yang
diberikan pada daerah. Pada tahun 1981 hingga 1993 keperawatan kesehatan sekolah juga
memiliki tujuan untuk membantu siswa dengan kebutuhan khusus untuk memenuhi
syarat apabila perlu untuk masuk kesekolah umum. Perawat melakukan pendekatan multi
sektor untuk menilai, merencanakan dan memberikan perawatan terhadap siswa-siswa
yang memiliki kebutuhan khusus. Namu hal ini perlu dipertimbangkan untuk anak
dengan ketidakmampuan yang lebih besar, yang seharusnya memang menempuh
pendidikan ditempat berkebutuhan khusus (Watkins at al, 2003).
Keperawatan sekolah dan layanan kesehatan sekolah sebenarnya adalah bagian
mendasar dari pelayanan kesehatan anak yang memiliki tujuan utama untuk memenuhi
kebutuhan anak usia sekolah dan keluarganya melalui penyedia layanan kesehatan
primer, sekunder dan tersier. Layanan yang diberikan membangun hubungan antara
sekolah dan rumah (orangtua), untuk mempromosikan kesehatan masyarakat/ perilaku
hidup sehat sehingga tercapai kesehatan yang optimal pada populasi anak khususnya
anak sekolah (Watkins at al, 2003).

B. Teori dan Model School Health Nursing (Health Promoting Schools)


Pada awalnya model yang digunakan dalam kesehatan sekolah adalah Historical
Model, yang memiliki 3 komponen utama yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan lingkungan sekolah yang sehat. Namun pada tahun 1987 Kolbe dan
Allensworth memperkenalkan a Complementary Ecological Model of the Coordinated
School Health Program(CSHP). Model ini mempertahankan 3 komponen utama dan
menambahkan 5 komponen lain, meliputi pelayanan makanan dan nutrisi, promosi
kesehatan untuk staf, pendidikan jasmani, pelayanan konseling, psikologis dan sosial,
serta keterlibatan keluarga dan komunitas (Widyaningrum, 2016). CSHP umumnya
digambarkan sebagai serangkaian 8 komponen yang saling terhubung dengan siswa.
Artinya adanya koordinasi antara komponen-komponen tersebut dengan siswa. Model ini
menggambarkan interaksi antara siswa dengan komponen-komponen yang ada dan
dampak langsung dari komponen-komponen tersebut terhadap kesehatan siswa dan
kinerja kognitif dalam pembelajaran. Artinya apabila interaksi siswa dengan 8 komponen
tersebut terjalin hubungan yang baik, maka kesehatan siswa akan optimal dan
kemampuan siswa dalam proses pembelajaran juga akan baik (Lohrmann, 2008).
Selanjutnya pendekatan 8 komponen diadopsi dan direkomendasikan oleh Center
for Disease Control and Prevention, Division of Adolescent and School Health
(CDC/DASH) dan menjadi kerangka kerja operatif di Amerika untuk seluruh sekolah
dalam peyanana kesehatan sekolah. Pada akhir tahun 1990an, versi tersebut diadopsi oleh
WHO menjadi Health Promoting Schools (HPS) atau Promosi Kesehatan Sekolah dan
diterapkan di negara-negara di seluruh dunia. Model HPS ini lebih berfolus pada
peningkatan pengetahuan kesehatan dalam membantu individu mengatasi masalah
kesehatan. Sehingga apabila siswa memiliki pengetahuan yang baik dalam kesehatan,
maka diharapkan siswa mampu untuk mempertahankan serta meningkatkan kesehatannya
agar tidak terjadi masalah kesehatan. Konsep Health Promoting Schools merupakan
pendekatan yang efektif untuk meningkatkan kesehatan siswa di sekolah. Model ini
dalam implementasinya yaitu dengan pendekatan secara holistik oleh sekolah, pendidikan
kesehatan yang masuk dalam kurikulum, serta advokasi dalam memperoleh dukungan
lingkungan sekolah seperti program, kebijakan ataupun aturan. Model ini yang terus
digunakan oleh sekolah saat ini dan merupakan model yang paling efektif, karena
menggunakan kebijakan atau peraturan dari pihak sekolah. Salah satu contoh nyata yang
dapat kita lihat yaitu komponen pendidikan jasmani yang telah dimasukkan ke dalam
kurikulum, sehingg dalam penerapannya lebih efektif karena merupakan suatu kewajiban
yang harus dilakukan siswa untuk melakukan pendidikan jasmani guna mengotimalkan
kesehatannya (Lohrmann, 2008, Widyaningrum, 2016).
Bentuk pelayanan keperawatan kesehatan sekolah di Indonesia umumnya meliputi
pendidikan kesehatan meliputi penyuluhan PHBS, menu seimbang, gigi dan mulut,
NAPZA dan kesehatan reproduksi, pelatihan UKS dan dokter kecil, serta lomba UKS.
Pelayanan kesehatan memiliki 5 kegiatan, seperti penjaringan dan pemeriksaan berkala,
imunisasi, pembinaan kantin sekolah, tatalaksana anemia, serta rujukan ke puskesmas
dan rumah sakit (Widyaningrum, 2016).
Daftar Pustaka

Lohrmann, D.K., Fasha, C. (2008). A complementary ecological model of the coordinated school
health program. Public Health Reports. 123. 695-703.
Watkins, D., Edwards, J., Gastrell, P. (2003). Community health nursing: Frameworks for
practice. Second Edition. Philadelphia: Elsevier.
Widyaningrum, R., Sitaresmi, M.N., Lusmilasari, L. (2016). Evaluasi program trias usaha
kesehatan sekolah dan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah luar biasa bantul. BKM
Journal of Community Medicine and Public Health. 32(9). 309-316.

Anda mungkin juga menyukai