PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagian besar sampah di kota dibuang ke TPA. Namun, pengolahan di TPA yang
sebagian besar dengan sistem open dumping justru sering menimbulkan masalah, seperti
gangguan kesehatan, pencemaran udara, air, tanah, sampai masalah estetika. Di sisi
kesehatan tumpukan sampah tersebut menjadi salah satu sumber penular penyakit, seperti
disentri, kolera, dan pes. Di sisi lain, tidak semua sampah jika dibuang ke alam akan mudah
hancur. Butuh waktu berbulan-bulan, bahkan ada yang puluhan tahun baru bisa hancur.
Waktu untuk menghancurkan berbagai jenis sampah adalah sebagai berikut :
No Jenis Sampah Lama Hancur
1. Kertas 2-5 bulan
2. Kulit jeruk 6 bulan
3. Kardus karton 5 bulan
4. Filter rokok 10-12 tahun
5. Kantong plastik 10-20 tahun
6. Kulit sepatu 25-40 tahun
7. Pakaian / nilon 30-40 tahun
8. Plastik 50-80 tahun
9. Alumunium 80-100 tahun
10. Stirofoam Tidak hancur
Gambar 1.1 Jenis sampah dan waktu penghancurannya
Dengan melihat tabel diatas, maka tidak ada salahnya jika kita mulai dari rumah kita
masing-masing untuk mengurangi sampah yang tidak bermanfaat. Salah satu caranya adalah
dengan mendaur ulang sampah yang dapat dimanfaatkan. Daur ulang adalah penggunaan
kembali material atau barang yang sudah tidak digunakan untuk menjadi produk lain.
Saat ini usaha daur ulang merupakan salah satu bisnis yang cukup menjanjikan, disamping
mudah bagi kita untuk menemukan bahan baku, kita juga bisa mengkreasikan barang bekas /
sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis. Selain itu kita juga bisa membantu pemerintah
dalam rangka program pengelolaan limbah. Konsep pemanfaatan limbah merupakan upaya untuk
membangun Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia.
Barang-barang rongsokan seperti plastik, kertas, tembaga, dan sebagainya banyak
melimpah di sekitar kita. Hal tersebut tanpa disadari menjadi sebuah peluang bisnis yang tidak
hanya menggiurkan, tetapi juga akan mendatangkan keuntungan lumayan. Meski terkesan
‘jorok’, namun perputaran uang dalam bisnis ini lebih cepat dari usaha-usaha lainnya. Barang-
barang rongsokan yang memiliki harga jual tinggi antara lain besi rongsokan, kemudian plastik/
koran bekas. Untuk besi rongsokan memang susah untuk didapat, berbeda dengan kertas/ koran
bekas yang dapat dengan mudah ditemukan di rumah-rumah ataupun perkantoran.
Bisnis ini bagi kebanyakan orang dikatakan bisnis “pemulung”, namun hasil dari bisnis ini
bisa disejajarkan dengan usaha-usaha lainnya yang lebih mentereng. Menurut seorang pengusaha
barang bekas Raisya yang selama ini membuka usahanya di kawasan Cimanggis, Depok, untuk
membuka usaha ini diperlukan kerja keras, semangat, dan positif thinking. Karena jika tidak,
maka peluang bisa diambil pihak lain yang juga menggeluti usaha dibidang yang sama. “Karena
usaha ini bergulir terus. Setiap hari ada saja barang baru yang datang untuk dibeli dari pengepul.
Jadi, persaingan juga ketat,” imbuhnya tanpa mau menyebutkan berapa keuntungan yang
diperolehnya setiap bulan dari usahanya ini.
Modal awal:
Sewa tempat Rp 12.000.000,00
Aset:
Rak Rp 5.000.000,00
Perlatan toko Rp 4.000.000,00
Kendaraan bermotor Rp 7.000.000,00+
Jumlah Rp 16.000.000,00
Total modal Rp 28.000.000,00
Penyusutan rak, peralatan, dan kendaraan selama 8 tahun dengan nilai resid
sebesar Rp 1.000.000,00 maka diperolah beban penyusutan sebesar
(Rp 16.000.000,00-Rp 1.000.000,00)/ (8 tahun x 12 bulan)= Rp 1.875.000,00 per tahun
atau Rp 156.250,00 per bulan.