Anda di halaman 1dari 136

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN

SOAL CERITA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN


LINIER DUA VARIABEL DENGAN MENGGUNAKAN
PROSEDUR NEWMAN PADA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 43 PURWOREJO
TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Edi Kurniawan
NIM. 112144268

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2017

i
ii
iii
MOTTO

Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya

jalan keluar. (2) Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-

sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan

mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang

(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-

tiap sesuatu. (3) Qs. Ath Thalaaq ayat 2 - 3.

PERSEMBAHAN

1. Bapak Atmo Miharjo dan Ibu Rusmiyah tercinta

yang selalu mendoakan, memberikan dukungan

dan semangat serta kasih sayang.

2. Kakak-kakakku dan keponakanku tersayang

yang selalu memberi dukungan dan motivasi

dalam penyusunan skripsi.

3. Sahabat-sahabatku dan teman-teman semua.

iv
v
PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt atas

limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul

“Analisis Kesalahan Siswa Dalam menyelesaiakan Soal Cerita Pokok Bahasan

Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Dengan Menggunakan Prosedur Newman

Pada Siswa Kelas VIII SMP N 43 Purworejo Tahun Ajaran 2016/ 2017” ini dapat

diselesaikan.

Banyak pelajaran berharga yang didapat selama proses penulisan skripsi

ini. Pengalaman suka dan duka telah memberikan makna yang mendalam tentang

arti kesabaran, ketekunan, keikhlasan, dan arti sebuah persahabatan.

Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Drs. H. Supriyono, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo.

2. Yuli Widiyono, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin penulis

untuk mengadakan penelitian.

3. Riawan Yudi Purwoko, S.Si., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika yang telah memberikan izin penulis untuk mengadakan penelitian.

vi
vii
ABSTRAK

Edi Kurniawan. 112144268. “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan


Soal Cerita Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Dengan
Menggunakan Prosedur Newman Pada Siswa Kelas VIII SMP N 43 Purworejo
Tahun Ajaran 2016/ 2017. Skripsi. Pendidikan Matematika. FKIP, Universitas
Muhammadiyah Purworejo. 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan siswa SMP dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel
dengan menggunakan prosedur Newman. Kesalahan dalam prosedur Newman
yaitu: 1). kesalahan membaca, 2). kesalahan memahami, 3). kesalahan
mentransformasikan, 4). kesalahan memproses, 5). kesalahan menyimpulkan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan jenis studi kasus.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode tes, metode wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi.
Instrument dalam penelitain ini menggunakan instrument bantu yaitu soal tes.
Teknik analisis datanya dengan reduksi data (data reduction), penyajian data
(data display), conclusion drawing. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VIII A yang menggunakan prosedur Newman dalam memecahkan
masalah matematika.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah siswa masih melakukan kesalahan
berdasarkan prosedur Newman. Kesalahan dalam prosedur Newman dalam
memecahkan masalah matematika ada lima tahapan yaitu: (1) kesalahan
menuliskan kembali apa saja yang diketahui dalam soal dan kurang bisa dalam
memaknai arti kata, (2) kurang bisa memahami soal dan pertanyaan yang
dimaksud dalam soal, (3) tidak mampu mengubah soal cerita ke bentuk model
matematika sesuai prosedur dan tidak tahu rumus yang akan digunakan, (4) tidak
mampu menyelesaikan soal menggunakan operasi hitung dengan tepat dan salah
dihasil dioperasi hitungannya, (5) tidak dapat menyelesaikan hasil akhir dan tidak
bisa menyimpulkan sesuai dengan yang diminta dalam soal. Adapun penyebabnya
adalah tidak bisa menyusun makna kata yang dipikirkan ke bentuk struktur
gramatikalnya, tidak memahami makna yang diminta, kurang teliti, kurang bisa
mengatur waktu, kurang serius mengikuti pelajaran, kurang dapat menangkap
informasi masalah yang terkandung dalam soal, lupa, kurang latihan mengerjakan
bentuk soal cerita, salah menangkap informasi dari guru, kurang memahami soal,
kurang memahami materi.

Kata kunci: Kesalahan siswa, Menyelesaikan soal cerita matematika,


Prosedur Newman

viii
ABSTRACT

Edi Kurniawan.112144268. “Students’ Errors Analysis to Solve Story Questions


of Two Variables Linear Equality System using Newman’s Procedure Toward
The Students from VIII classes in State Junior High School 43 Purworejo on
2016/2017 Periods”. Thesis. Mathematic Educational Program, Faculty of
Teaching and Educational Sciences. Muhammadiyah University of Purworejo.
2017.
The research has a aims to know Junior High School Students’ errors to
finish story questions of two variables linear equality system using Newman’s
procedure. The Newman’s procedure errors such as 1). Reading errors, 2).
Comprehension errors, 3). Transformation errors, 4). Process skill errors, 5).
Encording errors.
The research is a qualitative research with phenomenology study. The
used method is qualitative mathod. The data accumulation technique uses test,
interview, real result, and documentation method. The research instrument uses
helping instrument, such as test and interview questions. The data analysis
techniques with the reduction of data (data reduction), the presentation of data
(data display), conclusion drawing. The subject research is the students from VII
A class who use Neman’s procedure in mathematic problem solving.
The conclusions of this study are students still make mistakes based on
procedures Newman. Errors in procedures Newman in solve math problems there
are five phases, namely: (1) error write back anything known in the matter and
less able to interpret the meaning of the word in the, (2) less able to understand
the problem and the question referred to in the question, (3) not being able to
change the story to form a matter of mathematical models appropriate procedures
and did not know the formula that will be used, (4) is not able to resolve the
problem using the operations count with right and wrong generated inoperable
count, (5) could not complete the final result and could not be concluded in
accordance with the request in question. As for the cause is not able to draw up
the meaning of the word is thought to form grammatical structure, do not
understand the meaning requested, less scrupulous, less able to regulate time, less
serious subjects, less can capture the information contained in this issue solved,
forget, less exercise exercise the form reserved story, wrong capture information
from teachers, lack of understanding about, less to understand the material.

Keywords: the students’ errors, mathematic story question solving,


Newman’s procedure.

ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ v
PRAKATA .......................................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ .. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
C. Batasan Masalah ................................................................................. 4
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN
KERANGKA PIKIR ............................................................................. 8
A. Kajian Teori ....................................................................................... 8
B. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 33
C. Kerangka Pikir .................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 39
A. .Jenis Penelitian .................................................................................. 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 39
C. Subjek Penelitian ................................................................................ 40
D. Sumber Data ....................................................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 41
F. Instrumen Penelitian ........................................................................... 44
G.Teknik Analisis Data ........................................................................... 46
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .......................................... 48
A. Deskripsi Data .................................................................................... 48
B. Analisis Data Hasil Penelitian ............................................................ 52
C. Pembahasan Hasil Penelitian.............................................................. 80
D. Keterbatasan Peneliti. ......................................................................... 87

x
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 88
A. Simpulan ............................................................................................ 88
B. Saran ................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 92
LAMPIRAN ........................................................................................................ 95

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Kesalahan Membaca ............................................................................ 22
Tabel 2. Kesalahan Memahami .......................................................................... 23
Tabel 3. Kesalahan Transformasi ....................................................................... 24
Tabel 4. Kesalahan Memproses ......................................................................... 24
Tabel 5. Kesalahan Menyimpulkan .................................................................... 25
Tabel 6. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 35

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka Pikir .......................................................................... 38
Gambar 2 Siswa terlibat dalam pemecahan masalah di kelas .......................... 49
Gambar 3. Hasil kerja subjek 1 ......................................................................... 51
Gambar 4 Hasil kerja subjek 2 ......................................................................... 52
Gambar 5. Hasil kerja subjek 3 ......................................................................... 53
Gambar 6. S1 Menulis yang diketahui............................................................... 55
Gambar 7. S1 Melakukan pemahaman soal....................................................... 57
Gambar 8. S1 Mentransformasikan ................................................................... 58
Gambar 9. S1 Memproses jawaban soal cerita .................................................. 60
Gambar 10. S1Menyimpulkan ............................................................................. 62
Gambar 11. S2Menulis yang diketahui................................................................ 64
Gambar 12. S2 Melakukan pemahaman soal....................................................... 65
Gambar 13. S2 Mentransformasikan ................................................................... 68
Gambar 14. S2 Memproses jawaban soal cerita .................................................. 69
Gambar 15. S2 Menyimpulkan ............................................................................ 72
Gambar 16. S3 Menulis yang diketahui............................................................... 73
Gambar 17. S3 Mentransformasikan ................................................................... 75
Gambar 18. S3 Mentransformasikan ................................................................... 77
Gambar 19. S3 Memproses jawaban soal cerita .................................................. 78
Gambar 20. S3 Menyimpulkan ............................................................................ 80

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar siswa menyelesaiakkan soal cerita dan wawancara ........ 96


Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen tes .................................................................. 97
Lampiran 3. Lembar soal .................................................................................. 98
Lampiran 4. Kunci jawaban soal....................................................................... 99
Lampiran 5. Hasil kerja subjek 1....................................................................... 101
Lampiran 6. Hasil kerja subjek 2...................................................................... 102
Lampiran 7. Hasil kerja subjek 3....................................................................... 103
Lampiran 8. Catatan lapangan S1...................................................................... 104
Lampiran 9. Catatan lapangan S2..................................................................... 105
Lampiran 10. Catatan lapangan S3 ....................................................................... 106
Lampiran 11. Wawancara S1............................................................................... 107
Lampiran 12. Wawancara S2............................................................................... 109
Lampiran 13. Wawancara S3............................................................................... 111
Lampiran 14. Validasi tes kemampuan menyelesaikan soal cerita..................... 112
Lampiran 15. Kartu Kendali Pembimbing Skripsi.............................................. 116
Lampiran 16. Permohonan Izin Penelitian.......................................................... 118
Lampiran 17. Laporan Pelaksanaan Penelitian................................................... 119
Lampiran 18. Surat Pernyataan Uji Validator..................................................... 120

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang wajib untuk dimiliki setiap manusia.

Dalam pendidikan selama 12 tahun yang mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga

Sekolah Menengah Atas (SMA) banyak mata pelajaran, salah satunya mata

pelajaran yang wajib dan diikutkan dalam Ujian Nasional (UN) adalah mata

pelajaran matematika. Pendidikan SD akan menjadi dasar untuk mempelajari

matematika di SMP bahkan jenjang pendidikan berikutnya. Dalam matematika

terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau

konsep selanjutnya. Oleh karena itu konsep prasyarat harus benar benar dipahami.

Belajar matematika tidak hanya dituntut untuk menguasai konsep-konsep dalam

matematika, tetapi siswa dituntut untuk bisa menerapkan konsep dalam

pemecahan masalah sehari-hari.

Pemecahan masalah dalam matematika biasanya diwujudkan melalui soal

cerita. Bergeson dalam (Ida Karnasih, 2015: 37) menyimpulkan bahwa siswa

dalam memecahkan masalah soal cerita dihadapkan dengan masalah kata-kata,

mengalami kesulitan kognitif jika operasi diperlukan dan prosedur solusi

berlawanan dengan operasi dalam struktur yang mendasari masalah. Kesalahan

jawaban siswa umumnya disebabkan oleh kemampuan membaca, pemahaman,

kesalahan transformasi, atau kecerobohan. Pada siswa sekolah menengah pertama

dalam mengerjakan soal matematika yang berkaitan dengan materi sistem

persamaan linier dua variabel (SPLDV) dirasa sulit untuk menyelesaikanya

1
2

dengan benar, karena didalamnya terdapat empat operasi hitung ( , ,x) dan

seringkali siswa dapat melaksanakan satu atau lebih dari operasi hitung untuk

menjawab pertanyaan, tetapi mereka tidak mengetahui operasi hitung yang mana

untuk menyelesaikan masalah yang ada.

Materi SPLDV adalah materi yang memerlukan penyelesaian dengan

tingkat pemahaman dan ketelitian yang cukup tinggi. Apalagi banyak siswa yang

menganggap matematika itu sulit, sehingga ketika guru menyampaikan materi

tidak bisa menangkap dan mencerna materi. Hal ini berakibat pada rata-rata nilai

mereka pada mata pelajaran matematika seperti di SMP Negeri 43 Purworejo

nilai siswanya kurang maksimal, karena presentase keberhasilanya hanya sekitar

60% dan masih banyak peserta didik yang belum mencapai nilai KKM yang

ditetapkan yaitu 71.

Untuk mengetahui jenis dan penyebab kesalahan pada siswa terssebut,

dilakukan penelitian yang menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan

soal pada materi pokok SPLDV. Seng dalam (Sugiyono, 2014: 59) menyatakan

“Error identification can be a useful tool for researchers to investigate the

mechanisms used by students in obtaining, processing, retaining, and reproducing

the information contained in the mathematical task”. Identifikasi kesalahan bisa

menjadi alat yang berguna bagi para peneliti untuk menyelediki mekanisme yang

digunakan oleh siswa dalam memperoleh, mengolah, mempertahankan dan

memproduksi informasi yang terkandung dalam tugas-tugas matematika.

Ada beberapa klasifikasi kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah

dalam menyelesaikan soal matematika, seperti yang disampaikan oleh Newman


3

yang dikutip oleh White dalam (Sugiyono, 2014: 59) antara lain sebagai berikut:

1) reading error (kesalahan membaca), 2) comprehension error (kesalahan

pemahaman), 3) transformation error (kesalahan transformasi), 4) processing skill

error (kesalahan proses penyelesaian), 5) encording error (kesalahan menarik

kesimpulan)

Selain itu, Allan L. White (2005: 15) menyatakan bahwa ,”To find out why

their pupils make mistakes on written mathematical task? The special interview

technique called the “ Newman error analysis procedure “provides one useful

method for solving the error identification and analysis dilemma”. Untuk

mengetahui mengapa siswa melakukan kesalahan dalam tugas matematika

tertulis? teknik wawancara yang disebut “ prosedur analisis kesalahan Newman”

menyediakan satu metode yang akan digunakan untuk mengidentifikasi dan

menganalisis kesalahan. Menurut Hanifah dalam (Arif Priyanto dkk, 2015: 2),

kesalahan-kesalahan dicermati dari lembar pekerjaan siswa tentang persoalan

yang diberikan kepadanya. Jenis kesalahan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal

matematika antara lain: 1) kesalahan membaca, 2) kesalahan pemahaman, 3)

kesalahan transformasi, 4) kesalahan proses, 5) kesalahan meanarik kesimpulan,

6) kesalahan karena kecerobohan. Prosedur Newman dipilih karena prosedur ini

merupakan metode diagnostik yang dikembangkan Newman dan digunakan

untuk mengidentifikasi kategori kesalahan terhadap jawaban dari sebuah tes

uraian.
4

Berdasarkan uraian sebelumnya, untuk menemukan dan mengetahui

kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

matematika, maka diperlukan analisis kesalahan terhadap hasil belajar siswa

dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi sistem persamaan linier dua

variabel berdasarkan prodedur Newman.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tertulis di atas, maka dapat diambil

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kesulitan siswa dalam mempelajari matematika ditunjukan dengan nilai

matematika masih banyak yang dibawah kriteria ketentuan minimal (KKM),

khususnya pada materi sistem persamaan linier dua variabel.

2. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika perlu diketahui

secara pasti faktor-faktor penyebabnya untuk membantu mengatasi

kesalahan-kesalahan tersebut.

3. Siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika sangat sulit, membosankan,

dan kurang menarik.

C. Batasan Masalah

Agar dalam penelitian ini lebih terarah dan dapat dikaji lebih mendalam

diperlukan adanya pembatasan-pembatasan sebagai berikut:

1. Penelitian difokuskan pada materi sistem persamaan linier dua variabel kelas

VIII semester ganjil


5

2. Penelitian difokuskan pada kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa

dalam menyelesaikan soal sistem persamaan linier dua variabel berdasarkan

prosedur Newman

3. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 43 Purworejo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, permasalahan yang

dapat dirumuskan adalah:

1. Dimana letak kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika

pada materi SPLDV berdasarkan prosedur Newman?

2. Apa saja faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam

menyelesaikan soal cerita matematika pada materi SPLDV berdasarkan

prosedur Newman?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam

menyelesaikan soal matematika pada materi sistem persamaan linier dua

variabel berdasarkan prosedur Newman


6

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab siswa melakukan kesalahan

dalam menyelesaikan soal matematika pada materi sistem pesramaan linier

dua variabel berdasarkan prosedur Newman

3. Untuk mendiskripsikan solusi yang bisa digunakan untuk meminimalkan

kesalahan berdasarkan prosedur Newman yang dilakukan oleh siswa dalam

memnyelesaikan soal cerita matematika materi SPLDV.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, dan bagi peneliti

sendiri. Manfaat yang peneliti harapkan adalah sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik

a. Dapat mengetahui kesalahan yang dilakukan dalam menyelesaikan soal

sistem persamaan linier dua variabel

b. Peserta didik lebih terampil dan teliti serta termotivasi untuk mencapai

prestasi yang optimal.

2. Bagi Guru

a. Dapat mengetahui tingkat kemampuan peserta didik.

b. Dapat mengetahui jenis kesalahan serta penyebab kesalahan yang

dilakukan peserta didik.

c. Dapat memberikan bekal guru untuk bisa lebih meningkatkan

pembelajaran di dalam kelas.


7

d. Dapat menentukan langkah pembelajaran yang tepat dalam proses belajar

mengajar untuk mengurangi kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan

soal.

3. Bagi Peneliti

Dapat memperluas dan menambah pengalaman serta pengetahuan tentang

materi soal cerita yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel

sebagai bekal untuk mengajar kelak.


BAB II
KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA
BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakikat Matematika

Matematika berasal dari akar kata mathema artinya pengetahuan,

mathanein artinya berfikir atau belajar (Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 48).

Pengertian matematika tidak didefinisikan secara mudah mengingat ada banyak

fungsi dan peranan matematika terhadap bidang studi yang lain. Jika ada definisi

tentang matematika maka itu bersifat relatif tergantung orang yang

mendefinisikanya. Bila seorang tertarik dengan bilangan maka ia akan

mendefinisikan matematika adalah kumpulan bilangan yang dapat digunakan

untuk menyelesaikan persoalan hitungan dalam perdagangan (Ali Hamzah dan

Muhlisrarini, 2014: 47). Beberapa orang mendefinisikan matematika berdasarkan

struktur matematika, pola pikir matematika, pemanfaatnya bagi bidang dan lain

sebagainya.

Menurut Paling dalam (Mulyono Abdurrahman, 2010: 252) mengatakan

bahwa matematika hanya perhitungan yang mencakup tambah, kurang, kali dan

bagi tetapi adapula yang melibatkan topik-topik seperti aljabar, geometri, dan

trigonometri. Banyak pula yang beranggapan bahwa matematika mencakup

sesuatu yang berkaitan dengan berfikir logis. Selanjutnya, Paling mengemukakan

bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap

masalah yang dihadapi manuasia; suatu cara menggunakan informasi;

8
9

menggunakan tentang bentuk dan ukuran; menggunakan pengetahuan tentang

menghitung; dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu

sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

Dari berbagai pendapat tentang hakikat matematika yang telah

dikemukakan dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan

yang diperoleh dengan cara bernalar dan kumpulan bilangan yang didalamnya

terdapat operasi hitung yang digunakan untuk menyelesaikan soal perhitungan.

Dalam hakikat matematika ada karakteristik matematika. Karakteristik

matematika menurut Shendo dalam (Sutama, 2011: 22), yaitu meliputi: a)

memiliki kajian objek abstrak; b) bertumpu pada kesepakatan; c) berpola pikir

deduktif; d) memiliki symbol yang kosong dari arti; e) memperhatikan semesta

pembicaraan; f) konsisten dalam sistemnya.

2. Belajar Matematika

Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk

mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang sudah dipelajari. Belajar juga dapat

diartikan sebagai suatu aktivitas yang sadar akan tujuan dimana tujuan dalam

belajar adalah terjadinya suatu perubahan dalam individu (Syaiful Bahri

Djamarah, 2012: 21). Perubahan dalam arti menuju ke perkembangan pribadi

individu seutuhnya dan. belajar dikatakan berhasil jika telah terjadi perubahan

pada diri individu. Sebaliknya, jika tidak terjadi perubahan pada diri individu,

maka belajar dikatakan tidak berhasil.


10

Sedangkan (Fathurrohman dan Sulistyorini, 2012: 119) belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri.

Belajar perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan

misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain

sebagainya. Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri

individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan

lingkungannya.

Berdasarkan pendapat di atas, berarti belajar matematika adalah proses

perubahan dalam kepribadian seseorang dengan serangkaian kegiatan, misalnya

membaca, mengamati, mendengar, meniru dan lain sebagainya terhadap objek

matematika. Belajar mengajarkan siswa untuk terampil dan cakap dalam

menghadapi suatu masalah, selain itu siswa dituntut untuk menemukan cara dan

menggunakan informasi dari pengetahuan yang telah diperolehnya untuk

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan objek matematika.

Pembelajaran matematika merupakan upaya untuk meningkatkan

ketrampilan dan kecakapan dalam menghadapi suatu masalah dengan

menggunakan penugasan. Penugasan yang baik terhadap materi matematika ialah

penugasan yang ada prosesnya dalam menyelesaikannya sehingga siswa terlatih

untuk bisa memahami soal dan tau maksud dari soal tersebut sebelum

mengerjakanya. Penguasaan yang baik terhadap materi akan meminimalkan

kesalahan dalam menghadapi masalah matematika. Sehingga hasil belajar

matematika akan lebih baik, serta akan ada banyak siswa yang mendapatkan nilai
11

diatas nilai rata-rata atau nilai ketuntasan yang telah menjadi kebijakan sekolah.

Dengan demikian belajar matematika diperlukan untuk memberikan pemahaman

dan penguasaan untuk membentuk pola pikir siswa yang lebih baik dalam

menghadapi setiap permasalahan yang dihadapi.

3. Menyelesaikan Soal matematika

Dalam menyelesaikan soal matematika siswa harus bisa paling tidak

membaca soal, memahami soal, dan mempunyai konsep untuk menyelesaikan

soal supaya soal itu bisa terjawab dengan benar. Ada beberapa pendapat ahli yang

mengemukakan tentang pengertian dari matematika. Paling dalam Mulyono

Abdurrahman (2010: 252) mengemukakan pengertian matematika bahwa:

Matematika adalah cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang


dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan
pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang
menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri
manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

Matematika erat kaitanya dengan pertanyaan, jenis pertanyaan yang

diberikan kepada siswa adalah biasanya berbentuk soal. Soal dibuat dengan

maksud untuk mengetahui kemampuan penguasaan materi siswa terhadap

pembelajaran yang telah diberikan. Untuk menemukan jawaban dari masalah atau

sial yang dihadapi maka siswa harus mampu mwnyelesaikan soal matematika

tersebut dengan baik, siswa harus mampu menggunakan konsep, ketrampilan,

dan pemecahan masalah yang baik dan tepat sesuai dengan masalah yang

dihadapi.
12

Menurut Lerner dalam Mulyono Abdurrahman (2010: 253),

mengemukakan bahwa “kurikulum bidang studi matematika hendaknya

mencakup tiga elemen yaitu konsep, ketrampilan, dan pemecahan masalah”.

Konsep merupakan pemahaman dasar dari siswa. Pemahaman konsep yang baik

mampu memberikan daya ingatan yang lebih kuat pada siswa terhadap materi

yang telah diberikan. Sehingga jika siswa menjumpai soal yang berhubungan

dengan materi yang telah diberikan maka siswa akan lebih mudah dalam

menyelesaikan soal, karena masih ingat dengan materi tersebut. Ketrampilan

menunjukan pada kemampuan siswa melakukan sesuatu. Ketrampilan siswa akan

semakin baik jika siswa sering melakukan latihan.

Sedangkan pemecahan masalah merupakan aplikasi antara konsep dan

ketrampilan. Pemecahan konsep yang baik dan didukung oleh ketrampilan siswa

yang baik maka siswa akan semakin mudah mencari solusi dalam menyelesaikan

soal matematika. Oleh karena itu pemahaman konsep yang baik, ketrampilan yang

baik, dan pemecahan merupakan elemen penting yang harus diperhatikan dan

dimiliki oleh siswa untuk mempermudah siswa dalam menyelesaikan soal

matematika.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

menyelesaikan soal matematika merupakan suatu usaha untuk menemukan

jawaban dari masalah yang dihadapi berdasarkan kemampuan dan pengetahuan

yang dimiliki serta mengacu pada konsep, ketrampilan, dan pemecahan masalah.
13

4. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika

Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,

perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (Kamus Bahasa

Indonesia, 2008: 60). Sedangkan kesalahan sama dengan kekeliruan. Jadi analisis

kesalahan adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa yang masih dianggap

salah atau belum benar. Kesalahan-kesalahan yang dialami siswa dalam

mengerjakan soal matematika meliputi berbagai jenis kesalahan. Kesalahan-

kesalahan tersebut harus dicari solusinya agar siswa tidak melakukan hal yang

sama.

Beberapa ahli mengemukakan berbagai jenis kesalahan yang dilakukan

siswa dalam mengerjakan soal matematika. Watson dalam Nuroniah (2013: 2)

mengklasifikasikan kencederungan kesalahan peserta didik menjadi 8 kategori

yaitu:

a. Data tidak tepat (inappropriate data/id)


b. Prosedur tidak tepat (inappropriate procedure/ ip)
c. Data hilang (ommited data/ od)
d. Kesimpulan hilang (ommited conclusion/ oc)
e. Konflik level respon (respone level conflict / rlc)
f. Manipulasi tidak langsung (undirected manipulation/ um)
g. Masalah hirarki (skills hierarchy problem/ shp)
h. Selain ketujuh kategori di atas (above other/ ao)

Kategori diklasifikasikan oleh Watson menjadi pandangan mengenai kesalahan-

kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal matematika.

Workshop yang dilakukan oleh guru professional yang dilakukan di Brunei

Darusalam dibawah pengawasan professor Ken Clemen yaitu dalam Allan L.

White (2005: 15) menyebutkan bahwa :


14

As teacher it is difficult to escape from children’s mistakes so it is


worthwhile out why children make mistakes in the first pleace (and often
continu to repeat the mistake). Mistake can become entrenched, so error
anaysis is the first step towards doing something relevant which will
remove the cause of the mistake.

Hasil workshop menunjukan bahwa guru masih kesulitan untuk

menunjukan kesalahan siswa, hal ini dapat digunakan untuk menunjukan solusi

dari masalah yang dialami siswa mengenai mengapa siswa melakukan kesalahan.

Kesalahan dapat menjadi hal yang penting, sehingga analisis kesalahan adalah

langkah pertama untuk menemukan penyebab kesalahan siswa. Berikut analisis

kesalahan dengan menggunakan prosedur Newman yang dikutip oleh Allan l.

White (2005: 17) yaitu:

a. Reading errors (coded as R). Aan error would be classified as READING


if the child could not read a key word or symbol in the written proble to
the extent that this prevented him/her from procceding further along an
appropriate problem-solving path.
b. Comprehension errors (coded as C). the child had been able to read all
the words in the question, but had not grasped the overall meaning of the
words and, therefore, was unable to proceed further along an appropriate
problem-solving path.
c. Transformations errors (coded as T). the child had understood what the
questions wanted him/her to find out but was unable to identity the
operation, or sequence of operations, needed to solve the problem.
d. Process skill errors (coded as P). the child identifield an appropriate
operation, or sequence of, operations, but did not know the procedures
necessary to carry out these operations accuarately.
e. Encoding errors (coded as E). the child correcty worked out the solution
to a problem, but could not express this solution in an acceptable written
form.

Berdasarkan hal di atas yang diajukan sebelumnya digunakan untuk

mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa, seperti hasil

dari workshop yang dilakukan di atas diperoleh berbagai jenis kesalahan seperti
15

berikut: kesalahan membaca terjadi ketika siswa tidak bisa membaca sebuah kata

kunci atau simbol dalam masalah tersebut, sehingga mereka tidak dapat

melanjutkan proses selanjutnya sesuai alur pemecahan masalah; kesalahan

pemahaman terjadi ketika siswa mampu membaca semua kata-kata dalam

pertanyaan tetapi siswa tidak menyerap keseluruhan kata, oleh karena itu tidak

mampu melanjutkan proses selanjutnya sesuai alur pemecahan masalah; kesalahan

tranformasi terjadi ketika siswa memahami pertanyaan dalam soal untuk

menemukan penyelesaianya, tetapi tidak dapat mengidentifikasi operasi atau

urutan operasi yang digunakan; kesalahan ketrampilan terjadi ketika siswa dapat

mengidentifikasi operasi atau urutan operasi, tetapi tidak tahu langkah-langkah

yang digunakan untuk menyelesaikan masalah operasi tersebut dengan benar;

keslahan penyimpulan terjadi ketika siswa dapat menemukan solusi dengan benar

dari masalah tersebut, tetapi tidak dapat menyimpulkan solusi tersebut dalam

bentuk tulisan.

Sedangkan menurut Lerner dalam Mulyono Abdurrahman (2010: 262)

kekeliruan umum yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal matematika

yaitu:

a. Kekurangan pemahaman tentang simbol


b. Kekurangan pemahaman tentang nilai tempat
c. Penggunaan proses yang keliru
d. Kesalahan dalam perhitungan
e. Tulisan yang tidak dapat dibaca

Kesalahan-kesalahan tersebut menunjukan bahwa masih ada siswa yang

mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Kesulitan belajar matematika

akan menyebabkan berbagai jenis kesalahan dalam mengerjakan soal


16

matematika. Kesalahan yang dilakukan siswa dicari jenis dan letak kesalahanya

untuk memudahkan dalam memberikan solusi sehigga dapat mengurangi jenis

kesalahan yang sama yang dilakukan oleh siswa.

Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas peneliti mengambil

kesimpulan bahwa kesalahan-kesalahn yang dilakukan siswa bervariansi. Jenis

kesalahan tersebut meliputi:

1. Reading errors (coded as R) yang meliputi kesalahan inapropiate data dan


kesalahan above other
2. Comprehension errors (coded as C) yang meliputi kesalahan inappropiate
3. Transformation errors (coded as T) yang meliputi kesalahan undirected
manipulation
4. Process skill errors (coded as P) yang meliputi kesalahan skill hirarki
problem
5. Encording errors (coded as E) yang meliputi kesalahan omitted
conclusion

Kesalahan- kesalahan siswa tersebut dapat terjadi karena kesulitan siswa

dalam belajar matematika. Faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat

digolongkan menjadi beberapa faktor. (Slameto, 2010: 54) menyebutkan faktor

yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor Intern yaitu faktor yang ada di dalam individu yang sedang
belajar
1) Faktor jasmaniah, meliputi faktor keshatan dan cacat tubuh
2) Faktor psikologis, meliputi faktor intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
3) Faktor kelelahan
b. Faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu yang sedang
belajar.
1) Faktor keluarga meliputi faktor cara orangtua mendidik, relasi
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan
latar belakang kebudayaan.
2) Faktor seekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
17

pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan


gedung, metode mengajar, tugas rumah.
3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,
mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Dengan demikian penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal

matematika dapat berasal dari dalam diri maupun luar diri siswa. Faktor penyebab

kesalahan ini ditinjau dari penguasaan siswa terhadap materi matematika yang

berkaitan dengan soal sistem persamaan linier dua variabel.

Menurut Kennedy yang dikutip oleh Lovit dalam Mulyono Abdurrahman

(2010: 257) menyarankan empat langkah proses pemecahan masalah matematika,

yaitu:

1. Memahami masalah
2. Merencanakan pemecahan masalah
3. Melaksanakan pemecahan masalah
4. Memeriksa kembali.

Dari segi pemecahan masalah ini digunakan sebagai prosedur atau cara

yang dirancang untuk memudahkan siswa berfikir untuk menemukan pola

pemecahan masalah. Strategi pemecahan masalah ini mempengaruhi proses

berfikir siswa dalam memperoleh ide-ide baru yang berguna untuk memecahkan

masalah matematika yang dihadapi. Pendapat para ahli di atas akan membantu

peneliti untuk menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa.

Sedangkan dalam Allan L. White (2005: 17) untuk menemukan kesalahan

yang dilakukan siswa, memberikan 5 pertanyaan-pertanyaan Newman yaitu:

a. Please read the question to me


b. Tell me what is the question asking you to do?
c. Which method do you use to get your answer?
d. Show me how get your answer and “ talk aloud” as you do it, so that I can
understand how you are thingking
18

e. Now, write down your actual answer.

Pertanyaan yang diajukan tersebut seperti yang dilakukan oleh Newman

yaitu tolong baca pertanyaan itu untuk saya, beritahu saya, apa yang diinginkan

dari pertanyaan tersebut? metode mana yang ingin kamu gunakan untuk

menjawab?, tunjukan pada saya bagaimana jawabanmu, dan utarakan yang kamu

lakukan sehingga saya dapat mengetahui bagaimana yang kamu pikirkan;

sekarang, tuliskanlah jawabanmu. Wawancara tersebut digunakan untuk

mengetahui mengapa siswa melakukan kesalahan yang artinya wawancara

tersebut menjadi salah satu langkah untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan

siswa.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas disimpulkan untuk langkah-

langkah penyelesaian suatu masalah yaitu:

1. Baca dan pahami masalahnya

2. Baca kembali informasi yang diperlukan

3. Rencanakan penyelesaian masalahnya atau metode apa yang digunakan

4. Lakukan rancangan penyelesaian yang dipikirkan

5. Periksa kembali proses dan hasil penyelesaiannya.

5. Prosedur Newman

Terdapat bermacam-macam cara dalam menyelesaikan persoalan

matematika, salah satunya adalah dengan menggunakan prosedur Newman.

Menurut Natcha Prakitipong & Satoshi Nakamura (2006: 113), prosedur Newman

adalah sebuah metode untuk menganalisis kesalahan dalam soal uraian. Dalam
19

proses penyelesaian masalah, ada banyak faktor yang mendukung siswa untuk

mendapatkan jawaban yang benar. Metode menyatakan bahwa dalam

menyelesaikan masalah terdapat dua jenis rintangan yang menghalangi siswa

untuk mencapai jawaban yang benar, yaitu:

a. Permasalahan dalam membaca dan memahami konsep yang ditanyakan

dalam tahap membaca dan memahami masalah, dan

b. Permasalahan dalam proses perhitungan yang terdiri atas transformasi,

ketrampilan memproses, dan penulisan jawaban.

Secara tidak langsung metode ini menuntut siswa untuk menerjemahkan makna

dari pertanyaan dalam konteks matematika sebelum mereka melanjutkan untuk

memproses perhitungan untuk mendapatkan jawaban yang tepat.

Metode analisis Newman diperkenalkan pertama kali pada tahun 1997

olen Anne Newman, seorang guru bidang studi matematika di Australia. Dalam

kajiannya White (2010: 133) menjelaskan langkah langkah pemecahan masalah

berdasarkan prosedur Newman bahwa :

NEA (Newman’s Error Analysis) was designed as a simple diagnostic


procedure. Newman (1997, 1983 maintained that whwn a person
attempted to answer a standard, written, mathematics word problem then
that person had to be able to pass over a number of successive hurdles:
Level 1 Reading (or Decording) ,2 Comprehesion, 3 Transformation, 4
Process Skills, and 5 Encording.

Menurut Newman yang dikutip oleh Shio Kumar Jha (2012: 17), ketika

peserta didik ingin mencoba mendapatkan solusi yang tepat dari suatu masalah

matematika ada 5 langkah pertanyaan yang penting untuk menghapus penyebab

kesalahan yaitu:
20

1. Can the student read the question?


2. Can the student recognisethe meaning of the question?
3. Can the student carry out for the suibtable mathematical operations or
procedurs?
4. Can the student carry out the mathematical calculation perfectly?
5. Can the student represent the answer correctly?

Didalam proses penyelesaian masalah, ada banyak faktor yang mendukung

peserta didik untuk mendapatkan jawaban yang benar. Natcha Prakitipong dan

Satoshi Nakamura (2006: 113) menyatakan bahwa dalam menyelesaikan masalah

menggunakan prosedur Newman terdapat dua jenis rintangan yang menghalangi

peserta didik untuk mencapai jawaban yang benar, yaitu:

a. Permasalahan dalam membaca dan memahami konsep yang dinyatakan

dalam tahap membaca dan memahami masalah, dan

b. Permasalahan dalam proses perhitungan yang terdiri atas transformasi,

ketrampilan memproses, dan penulisan jawaban.

Faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami atau melakukan kesalahan

pada saat menyelesaikan soal pemecahan masalah berdasarkan prosedur Newman

menurut Allan L. White (2005), dan Shio Kumar Jha (2012) adalah sebagai

berikut

a. Kesalahan membaca

1) Siswa tidak mampu membaca atau mengenal simbol-simbol dalam

soal.

2) Siswa tidak mampu memaknai arti setiap kata, istilah atau simbol

dalam soal.
21

b. Kesalahan memahami

1) Siswa tidak mampu memahami apa saja yang diketahui dengan

lengkap.

2) Siswa tidak mampu memahami apa saja yang ditanyakan dengan

lengkap.

c. Kesalahan transformasi

1) Siswa tidak mampu membuat model matematis dari informasi yang

disajikan.

2) Siswa tidak mengetahui rumus apa saja yang akan digunakan untuk

menyelesaikan soal.

3) Siswa tidak mengetahhui opersi hitung yang akan digunakan.

d. Kesalahan ketrampilan proses

1) Siswa tidak mengetahui prosedur atau langkah langkah yang akan

digunakan untuk menyelesaikan soal.

2) Siswa tidak mampu melakukan prosedur atau langkah langkah yang

digunakan dengan tepat.

e. Kesalahan penulisan

1) Siswa tidak mampu menemukan hasil akhir sesuai prosedur atau

langkah langkah yang digunakan.

2) Siswa tidak mampu menunjukan jawaban akhir dari penyelesaian soal.

3) Siswa tidak mempu menuliskan jawaban akhir sesuai dengan

kesimpulan yang dimaksud dalam soal.


22

f. Kecerobohan atau ketidakcermatan

1) Siswa tidak cermat atau tidak teliti dalam menyelesaikan soal.

2) Siswa tergesa- gesa dalam menyelesaikan soal.

Menurut Allan L. White (2010), Parmjit Singh, dkk (2010), dan Shio

Kumar Jha (2012), terdapat 6 tipe kesalahan yang dilakukan siswa dalam

menyelesaikan soal matematika berdasarkan prosedur Newman. Berikut adalah

tipe- tipe kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika tersebut

a. Kesalahan Membaca (Reading Errors)

Mengidentifikasi kesalahan dalam membaca soal dinotasikan dengan R,

jika siswa tidak dapat membaca simbol dalam masalah yang tertulis sehingga

mencegahnya untuk melanjutkan proses selanjutnya sesuai langkah pemecahan

masalah (Shio Kumar Jha, 2012: 18).

Adapun kesalahan membaca yang dilakukan siswa ditunjukan seperti pada

tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 contoh kesalahan membaca yang dilakukan siswa


Kalimat atau pertanyaan dalam soal Kesalahan Siswa
Sherly akan mengundang teman-temannya Sherly akan mengundang teman
Tidak lebih dari 40 orang banyaknya temanya tidak lebih dari 40 orang
kartu undangan yang ia miliki adalah diartikan menjadi Sharly akan
-3p + 13. Tentukan nilai p yang mungkin! mengundang teman temannya
kurang dari 40 orang

Dari tabel 2.1, contoh kesalahan membaca yang dilakukan oleh siswa

adalah salah dalam membaca tanda hubung yang seharusnya adalah kurang dari

atau sama dengan menjadi kurang dari.


23

b. Kesalahan Memahami Masalah (Comprehension Errors)

Mengidentifikasi kesalahan dalam memahami soal dinotasikan dengan C,

jika siswa tidak mampu membaca semua kata dalam pertanyaan, tetapi tidak

memahami arti keseluruhan dari kata kata sehingga tidak mampu melangkah lebih

jauh (Shio Kumar Jha, 2012: 18). Menurut Parmjit Singh, dkk (2010: 266)

kesalahan memahami masalah terjadi ketika siswa mampu untuk membaca

pertanyaan tetapi gagal untuk mendapatkan apa yang ia butuhkan sehingga

menyebabkan dia gagal dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Adapun contoh kesalahan memahami yang dilakukan oleh siswa

ditunjukan seperti pada table berikut.

Table 2.2 contoh kesalahan memahami yang dilakukan siswa


Kalimat atau pertanyaan dalam soal kesalahan siswa
Usia ayah saat Tio lahir adalah 29 diketahui: usia ayah saat Tio lahir
Tahun, jika saat ini usia ayah dan Tio adalah 29 tahun. Jumlah usia
Dijumlahkan didapat 55 tahun mereka didapat 55 tahun
Tentukan usia Tio saat ini! Ditanyakan : tentukan usia Tio!
Dari tabel 2.2, contoh kesalahan memahami yang dilakukan oleh siswa

adalah siswa salah dalam memahami kalimat yang diketahui dan kalimat yang

ditanyakan. Seharusnya pada kalimat yang diketahui adalah jumlah siswa mereka

saat ini bukan hanya jumlah usia mereka saja, serta pada kalimat yang seharusnya

usia Tio saat ini bukan hanya usia Tio.

c. Kesalahan Transformasi (Transformation Errors)

Mengindetifikasi kesalahan dalam menstransformasikan masalah ke dalam

model matematika dinotasikan dengan T, jika siswa telah mampu memahami

pertanyaan dari soal yang diberikan tetapi tidak mampu untuk mengidentifikasi

operasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah (Shio Kumar Jha, 2012:
24

18). Menurut Parmjit Singh, dkk (2010: 266), kesalahan transformasi sebuah

kesalahan yang terjadi ketika siswa telah benar memahami pertanyaan dari soal

yang diberikan, tetapi gagal untuk memilih operasi matematika yang tepat untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut.

Adapun contoh kesalahan transformasi yang dilakukan oleh siswa

ditunjukan seperti pada table 2.3 berikut.

Table 2.3 contoh kesalahan transformasi yang dilakukan siswa


Kalimat atau pernyataan dalam soal kesalahan siswa
Sherly akan mengundang teman-temannya pertidaksamaan yang didapat
tidak lebih dari 40 orang dan banyaknya adalah
undangan yang ia miliki adalah -3p + 13. -3p + 13 < 40
Tentukan nilai p yang mungkin!

Dari tabel 2.3, contoh kesalahan transformasi yang dilakukan oleh siswa

adalah siswa salah dalam membuat pertidaksamaan yang dimaksud dalam soal

yang seharusnya adalah -3p + 13 ≤ 40 menjadi -3p + 13 < 40.

d. Kesalahan Ketrampilan Proses (Process Skill Errors)

Mengidentifikasi kesalahan dalam proses dinotasikan dengan P, jika siswa

telah mampu mengidentifikasi operasi atau urutan operasi yang sesuai tetapi tidak

mengetahui prosedur yang diperlukan untuk melaksanakan operasi secara akurat

(Shio Kumar Jha, 2012: 18). Menurut Parmjit Singh, dkk (2010: 266), sebuah

kesalahan akan disebut kesalahan kemampuan memproses apabila siswa mampu

memilih operasi yang diperlukan untuk menyelesaikan persoalan namun ia tidak

dapat menjalankan prosedur dengan benar.

Adapun contoh kesalahan ketrampilan proses yang dilakukan oleh siswa

ditunjukan seperti pada tabel 2.4 berikut.


25

Tabel 2.4 Contoh Kesalahan Ketrampilan Proses yang Dilakukan Siswa


Kalimat atau pernyataan dalam soal Kesalahan Siswa
Sherly akan mengundang teman- pertidaksamaan yang didapat adalah
temannya tidak lebih dari 40 orang -3p + 13 ≤40
dan banyaknya kartu undangan yang -3p ≤ 27
ia miliki adalah -3p + 13. Tentukan p≤
nilai p yang mungkin! p ≤ -9
Dari tabel 2.5, contoh kesalahan ketrampilan proses yang dilakukan oleh

siswa adalah siswa mampu dalam memilih pendekatan yang harus dilakukan

untuk menemukan nilai p akan tetapi siswa salah dalam proses perhitungan. Pada

proses perhitungan pada tabel di atas, kesalahan siswa dapat dilihat pada baris

keempat. Pada saat siswa menyertakan pertidaksamaan siswa tidak

memperhatikan bilangan pembagi yang dapat mempengaruhi perubahan pada

hubung dalam pertidaksamaan.

e. Kesalahan Penulisan (Encording Errors)

Mengidentifikasi kesalahan dalam menyatakan jawaban dinotasikan

dengan E, jika siswa tidak dapat menyatakan solusi sebuah masalah dalam bentuk

tertulis (Shio Kumar Jha, 2012: 18) Menurut Parmjit Singh, dkk (2010: 267),

sebuah kesalahan masih tetap bisa terjadi meskipun peserta didik telah selesai

memecahkan permasalahan matematika, yaitu bahwa peserta didik salah

menuliskan apa yang ia maksudkan.

Adapun contoh kesalahan penulisan yang dilakukan oleh siswa ditunjukan

seperti pada Tabel 2.5 berikut


26

Table 2.5 Contoh Kesalahan Penulisan yang Dilakukan Siswa


Kalimat atau pernyataan dalam soal Kesalahan Siswa

Volum dari kubus tersebut adalah 6 cm

Hitung volum dari kubus tersebut kali 3cm kali 5 cm yaitu 90 cm

Dari tabel 2.5, contoh kesalahan penulisan yang dilakukan oleh siswa

adalah siswa mampu dalam memilih langkah langkah yang harus dilakukan untuk

menemukan volume kubus akan tetapi siswa salah dalam penulisan jawaban

akhir. Seharusnya jawaban akhir yang dimaksud dalam soal adalah 90cm3, akan

tetapi siswa hanya menuliskan 90 cm.

f. Kesalahan Kecerobohan atau Ketidakcermatan (Cereles Errors)

Kesalahan karena kecerobohan dinotasikan X, menurut Allan L. White

(2005: 17) kesalahan karena kecerobohan terjadi karena ketika siswa mencoba

untuk menyelesaikan masalah pada percobaan kedua, siswa tersebut mendapatkan

jawaban yang benar, dan setelah guru mendengarkan jawaban siswa sesuai

prosedur Newman maka guru dapat meyakinkan bahwa mula- mula siswa

membuat kesalahan kecerobohan atau ketidakcermatan. Jika siswa gagal untuk

mendapatkan jawaban yang benar dipertama mencoba, tetapi berhasil dalam usaha

kedua maka kesalahan akan diklasifikasikan sebagai ceroboh (Shio Kumar Jha,

2012: 18)

Dari beberapa pendapat di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa

ketika seorang anak masalah matematika mereka harus bekerja melalui 5 langkah

dasar yaitu:
27

1. Membaca Baca masalahnya.

2. Pemahaman Pahami apa yang dibaca.

3. Transformasi Melakukan transformasi dari kata-kata

dalam masalah kepada pilihan strategi

matematis yang cocok.

4. Ketrampilan Mengaplikasikan ketrampilan proses yang

dituntut oleh strategi yang dipilih.

5. Penulisan Jawaban Memberikan jawaban dalam bentuk tulisan.

Hal terakhir yang harus diperhatikan siswa adalah mengecek kembali jawaban,

supaya tidak terjadi kesalahan pada hasil akhir. Ini sangat penting karena jawaban

yang salah sedikit saja tetep jawaban itu dianggap salah jadi harus teliti walaupun

hanya titik. Kesalahan sperti ini dinamakan kesalahan kecerobohan dimana siswa

kadang untuk mengecek kembali jawaban merasa malas atau mungkin malah

menjadi ragu akan jawaban yang dikerjakanya.

1. Tinjauan Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

a. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

Apabila terdapat dua persamaan linier dua variabel yang berbentuk ax + by =

c dan dx + ey = f atau biasa ditulis:

ax + by = c

dx + ey=f maka dikatakan dua persamaan tersebut membentuk sistem

persamaan linier dua variabel. Penyelesaian sistem persamaan linear dua


28

variabel tersebut adalah pasangan bilangan (x, y) yang memenuhi kedua

persamaan (Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, 2008: 96)

b. Penyelesaian Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)

Cara menyelesaikan SPLDV dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu:

1. Metode Grafik

Pada metode grafik, himpunan penyelesaian dari sistem persamaan

linier dua variabel adalah koordinat titik potong dua garis tersebut. Jika garis-

garisnya tidak berpotongan di satu titik tertentu maka himpunan penyelesaian

adalah himpunan kosong. Misalnya dari sistem persamaan linier dua variabel

Contoh :

Agus, Adi dan Putrawan berbelanja di toko Gramedia. Agus membayar Rp

11.000 untuk 4 buah buku tulis dan 3 buah spidol, sedangkan Adi

membayar Rp 8.000 untuk 2 buah buku tulis dan 4 buah spidol. Tentukan

uang yang harus dibayar Putrawan jika ia mengambil 5 buah buku tulis

dan 4 buah spidol.

Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut

a. Buatlah table nilai x dan y yang memenuhi kedua persamaan

b. Mencari titik yang dilalui dari setiap titik persamaan

c. Masukan titik tersebut ke dalam koordinat cartesius

d. Hubungkan titik-titik dari setiap persamaan sehingga membentuk garis

untuk setiap persamaan

e. Dapat dilihat antara garis pada setiap persamaan yang berpotongan atau

tidak, jika terdapat titik potong maka titik tersebut adalah himpunan
29

penyelesainya, jika tidak saling berpotongan maka himpunan

penyelesaianya adalah himpunan kosong.

Jawab:

Langkah 1

Misalkan harga buku tulis adalah dan harga spidol adalah .

Bentuk model matematikanya adalah sebagai berikut:

Langkah 2

(Agus)

(Adi)

(Fungsi Tujuan)

Langkah 3

Selesaikan sistem persamaan linier tersebut, boleh pilih salah satu dari

empat cara menyelesaikan SPLDV yang telah dipelajari siswa

sebelumnya.

• Cara 1 : Metode Grafik

Pada metode grafik, himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier

dua variabel adalah koordinat titik potong dua garis tersebut. Jika garis-

garisnya tidak berpotongan di satu titik tertentu maka himpunan

penyelesaiannya merupakan himpunan kosong.

Untuk mempermudah menggambar grafik, buat tabel berikut.


30

0 3000 0 4000

4000 0 2000 0

(0 ,4000) (3000 ,0) (0, 2000) (4000 , 0)

Dari grafik tersebut kita lihat titik potong kedua garis adalah di titik (2400,

800). Maka penyelesaiannya adalah dan

2. Metode eliminasi

Pada metode eliminasi, untuk menentukan himpunan penyelesaian dari

sistem persamaan linier dua variabel caranya dengan menghilangkan

(mengeliminasi salah satu variaabel dari sistem persamaan tersebut). Pada

metode ini siswa harus jeli dalam melakukan perhitungan supaya tidak

terjadi kesalahan dalam menyelesaikan jawaban. Jika dalam

menyelesaikan salah sedikit saja, maka hasilnya juga berpengaruh dan itu

mengakibatkan jawaban menjadi salah. Dalam metode ini siswa harus


31

memahami betul mana operasi hitung yang harus digunakan supaya tidak

salah dalam menyesaikan soal

Contoh:

Misalnya pertama kita cari nilai dengan eliminasi

×1

×2

Kemudian cari nilai dengan metode yang sama

×4

×3

maka, dan

3. Metode Subtitusi

Subtitusi artinya menggantikan. Jadi untuk menyelesaikan sistem

persamaan linier dua variabel dengan metode subtitusi terlebih dahulu

menyatakan salah satu variabel ke dalam variabel yang lain dan

persamaan tersebut, kemudian menyubsititusikan (menggantikan variabel

tersebut ke dalam persamaan yang lainya. Jadi siswa harus bisa

mentransformasikan dari persamaan yang sudah di dapat baik itu ke

persamaan 1 atupun ke persamaan 2.


32

Contoh:

Misalkan kita akan mensubstitusi persamaan 2 ke persamaan 1.

Persamaan 2 :

… *)

Persamaan 1 : … **)

Substitusi *) ke **)

nilai yang diperoleh disubstitusi kembali ke persamaan *)

maka nilai yang memenuhi adalah dan .

4. Metode Gabungan

Metode gabungan ini adalah gabungan antara metode eliminasi dengan

metode subtitusi. Siswa harus teliti betul, karena jika salah operasi yang

digunakan ataupun salah dalam menghitung akan berkibat terjadinya

kesalahan dalam proses penyelesaian jawaban.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah

a. Gunakan metode eliminasi untuk memperoleh salah satu variabel.


33

b. Gunakan metode subtitusi yaitu masukan nilai variabel yang telah

diperoleh dari metode eliminasi ke salah satu persamaan.

Contoh:

Misalnya, pertama kita cari nilai dengan eliminasi.

×1

× 2 4x + 8y = 16000

Kemudian untuk mencari nilai , kita substitusi nilai yang didapat ke

salah satu persamaan, misalnya persamaan : ,

sehingga:

maka, nilai dan .

Langkah 4

Substitusi nilai dan ke fungsi tujuan, sehingga :


34

Jadi jumlah uang yang harus dibayar oleh Putrawan yang membeli 5 buku

tulis dan 4 spidol adalah Rp 15200,00

B. Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan refrensi dalam penulisan ini, penulis memilih dua penulisan

orang lain untuk memperkuat penulisan ini

a).Dalam Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi (2014) oleh Sugiyono: Analisis

Prosedur Newman Siswa Sekolah Menengah Pertama. Diperoleh

kesimpulan bahwa kesalahan menurut prosedur Newman yang terjadi pada

subjek adalah sebagai berikut: a. Reading error (Kesalahan Membaca)

sejumlah 7,45%; b. Comprehesion Error (kesalahan Pemahaman) sebanyak

18,10%; c. Transformation Error (Transformasi) sejumlah 20,18%; d.

Processing Skill Error (Kesalahan Proses Penyelesaian) sebanyak 22,05%;

e. Encording Error (Kesalahan Meanrik Kesimpulan) sebanyak 22,05%; f.

Careles (Kesalahan Karena Kecerobohan) sebanyak 9,63%.

b. Dalam penelitian Arif Priyanto, dkk (2015), yang berjudul Analisis

Kesalahan Siswa Dalam enyelesaikan Soal Cerita Matematika Pokok

Bahasan Teorema Phytagoras Berdasarkan Kategori Kesalahan Newman di

Kelas VIII A SMPNegeri Jember. Simpulan dari penelitian ini adalah 1

kesalahan membaca soal yang dilakukan oleh siswa berupa kesalahan

menuliskan kata kunci dan tidak dapat mengilustrasikan soal kedalam

sebuah gambar dengan presentasi 43%, kesalhan memahami soal yang

dilakukan oleh siswa menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
35

ditanyakan tidak sesuai permintaan soal dengan presentase 46%, keslahan

transformasi soal yang dilakukan siswa berupa kesalahan penggunaan

rumus teorema Phytagoras dengan presentase 49%, kesalahan ketrampilan

proses yang dilakukan kesalahan siswa berupa kesalahan dalam perhitungan

dengan presentase 55%, kesalahan penulisan jawaban akhir yang dilakukan

siswa berupa kesalahan penulisan kesimpulan dari soal dengan presentase

61%.

Persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama

menggunakan jenis penelitian kualitatif dan menggunakan prosedur

Newman, perbedaannya terletak pada materi pelajaran yang diberikan

ataupun diujikan. Berdasarkan penelitian diatas, peneliti terdorong untuk

mengadakan penelitian terkait dengan menyelesaikan soal cerita

matematika pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel

menggunakan prosedur Newman.

Tabel 2.6 Persamaan dan Perbedaan Masalah Penelitian Sebelumnya

Nama Peneliti PERSAMAAN


PERBEDAAN

Sugiyono (2014) Menggunakan Materi kesebangunan


Prosedur
Newman.

Arif Priyanto, dkk Kategori Materi bebas.


(2015) Kesalahan
Newman
36

Edi Kurniawan (2016) Menggunakan Materi Sistem


Prosedur Persamaan Linier Dua
Newman Variabel

C. Kerangka Berpikir

Sampai saat ini, matematika masih menjadi salah satu mata pelajaran yang

dianggap sulit oleh sebagian siswa. Beberapa sebab telah diidentifikasi semakin

menguatkan cara pandang ini, baik dari faktor internal maupun eksternal siswa.

Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi guru sebagai pendidik yang

berkewajiban untuk mencoba memperbaiki dan merubah pandangan terhadap

matematika sehingga akhirnya menjadi pelajaran yang diminati oleh siswa. Salah

satu cara yang bisa dilakukan guru adalah dalam mengkondisikan siswa dalam

suasana pembelajaran yang aktif, menyenangkan dan bermakna.

Pembelajaran sebenarnya proses timbal balik yang aktif antara siswa dan

guru. Dalam hal ini setiap siswa memiliki kewajiban untuk mengoptimalkan

proses belajar sampai akhirnya dapat menguasai kompetensi yang harus dicapai.

Di sisi lain gurupun bertugas untuk menjadi motivator dan teman belajar yang

dapat mendampingi dan membantu siswa untuk mencapai kompetensinya. Dalam

proses pendampingan siswa, guru diharapkan memiliki kemampuan untuk

memahami pola pikir dari setiap siswa sehingga dapat memberikan bantuan yang

tepat sesuai dengan kesulitan yang siswa hadapi. Kesalahan dalam

menerjemahkan kesulitan siswa akan berakibat pada kurang tepatnya bantuan

yang diberikan, sehingga bantuan tersebut tidak akan banyak membantu pada

kemajuan belajar siswa.


37

Fakta dilapangan memperlihatkan kenyataan bahwa interaksi dengan

siswa, guru masih memberikan pengarahan secara global karena menganggap

bahwa siswa memiliki kesulitan belajar yang sama ataupun menganggap siswa

belum menguasai kompetensi belajar ketika belum mampu menyelesaikan soal

yang diberikan atau bahkan yang lebih parah lagi adalah memberikan label bodoh

jika siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal. Padahal kesulitan

guru akan kesulitan belajar siswa dan penyebabnya akan sangat diperlukan untuk

menunjang guru dalam membantu siswa untuk mencapai kompetensi yang

optimal.

Seperti kemampuan pemecahan masalah pada siswa SMP Negeri 43

Purworejo pada materi SPLDV belum seperti yang guru harapkan, karena

harapanya untuk nilai KKM paling tidak minimal nilainya itu 71. Sedangkan

presentase nilai yang diinginkan oleh guru baru bisa mencapai 60%, berarti siswa

masih harus belajar lebih giat lagi untuk bisa mencapai standar kompetensi yang

diharapkan. Guru harus bisa memotivasi siswanya supaya semangat belajarnya

naik dan nilai yang diharapkan bisa terus meningkat mencapai standar kompetensi

yang diinginkan oleh guru maupun oleh sekolah. Motivasi guru sangat penting

dalam pembelajaran, karena sering kali siswa malas-malasan apalagi belajar

tentang hitung-hitungan seperti matematika. Biasanya siswa semangat belajarnya

apabila sudah mendapat motivasi dari gurunya, walaupun motivasi yang diberikan

cuman sedikit tapi motivasi yang diberikan bisa memberikan gambaran untuk

materi yang akan di sampaikan oleh gurunya maupun hal berbeda yang bisa

membangkitkan belajar siswa.


38

Berdasarkan argumen tersebut, peneliti ingin mendiskripsikan tipe-tipe

kesalahan yang dilakukan siswa kelas VIII SMP Negeri 43 Purworejo dalam

menyelesaikan soal cerita pemecahan masalah pada materi sistem persamaan

linier dua variabel berdasarkan prosedur Newman dan penyebab beserta

solusinya. Adapun gambaran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 2.6

sebagai berikut:

Gambar 1. Bagian Kerangka Berpikir


BAB III
METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk

menujukkan secara lebih cermat kesalahan siswa dalam mengerjakan soal cerita

materi persamaan linier dua variabel dengan panduan prosedur Newman. Selain

itu dengan pendekatan kualitatif peneliti secara aktif berinteraksi secara pribadi

dengan subjek penelitian untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan

kesalahan siswa (Lexi J. Moleong, 2013: 32).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi.

Nana Syaodih Sukmadinata (2013: 63), fenomenologi merupakan suatu penelitian

yang mencoba mencari arti dari pengalaman dalam kehidupan yang diarahkan

untuk menghimpun data berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian, sikap,

penilaian dan pemberian makna terhadap situasi atau pengalaman-

pengalamandalam kehidupan. Keuntungan penelitian fenomenologi yaitu dapat

melekukan penelitian lebih mendalam dan mendapat kesempatan untuk

memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar tingkah laku manusia.

Tujuannya untuk mengetahui secara langsung penyebab dan tipe-tipe kesalahan

siswa dalam menyelesaikanya soal-soal cerita matematika materi sistem

persamaan linier dua variabel yang berkaitan dengan aspek pemecahan masalah

menggunakan prosedur Newman.

2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 43 Purworejo yang beralamat di

Desa Penungkulan, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa

39
40

Tengah. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 43

Purworejo. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan bulan Januari 2016-Desember

2016.

3. Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, tujuan pengambilan subjek adalah untuk

mendapatkan informasi sebanyak mungkin dan juga tepat, bukan untuk

melakukan generalisasi. (Sugiyono, 2014: 299) menyatakan bahwa hasil

penelitian tidak akan digeneralisasi, karena pengambilan sampel tidak dilakukan

secara random. Untuk mendapatkan data yang tepat, pemilihan sumber data

dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal tertentu untuk mempermudah

peneliti, selain itu peneliti juga menentukan subjek yang diambil karena peneliti

memiliki pertimbangan tertentu dalam pengambilan subjek tidak secara acak.

Oleh karena itu, peneliti menggunakan Purposive sampling dan snowball

sampling sebagai teknik pengambilan subjek dalam penelitian ini.

1. Purposive sampling

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014: 53-54). Peneliti memilih

subjek yang dianggap belum bisa menyelesaikan soal cerita sistem

persamaan linier dua variabel dan siswa yang kemampuannya tergolong

rendah prestasi belajar matematikanya. Hal ini biasanya dilihat melalui

indikator-indikator yang dimiliki oleh peneliti untuk menentukan siapa yang

akan menjadi objek penelitian. Berikut ini adalah indikator dari pemecahan
41

masalah yang digunakan peneliti sebagai parameter atau tolak ukur untuk

mendapatkan subjek penelitian, yaitu:

a. Mengidentifikasi unsur-unsur permasalahan matematika,

b. Merumuskan masalah,

c. Menyajikan masalah secara sistematis,

d. Menemukan strategi untuk memecahkan masalah matematika yang

diberikan,

e. Menjelaskan dan memeriksa jawaban kembali.

2. Snowball sampling

Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data,

yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar (Sugiyono,

2014: 54). Hal ini dilakukan karena sumber data yang sedikit ini belum

mampu memberikan data yang memuaskan. Sehingga jumlah sumber data

akan semakin besar. Hal tersebut akan terus berlanjut hingga tidak ada

jawaban lain yang didapatkan oleh peneliti atau hingga datanya sudah jenuh.

Saat data itu sudah jenuh maka pengambilan sumber data dihentikan.

4. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Suharsimi

Arikunto, 2006: 129). Dalam penelitian ini sumber datanya yaitu siswa yang

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika materi sistem

persamaan linier dua variabel menggunakan prosedur Newman.


42

5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data ini berupa data

tertulis yang berasala dari hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

sistem persamaan linier dua variabel dan hasil wawancara siswa dipilih peneliti

untuk dijadikan subjek penelitian.

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data

penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Metode tes

Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk

mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan

aturan-atuaran yang sudah ditentukan (Suharsimi Arikunto, 2012: 67).

Tes dalam penelitian ini berbentuk uraian, yaitu tes kemajuan belajar

yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan. Tes diberikan

untuk memperoleh data mengenai kesalahan siswa pada materi sistem

persamaan linier dua variabel

b. Metode wawancara

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara, teknik

pengumpulan data ddapat dilakukan dengan observasi atau

pengamatan, interview atau wawancara, kuisioner atau angker, dan

gabungan keempatnya (Sugiyono, 2014: 62) dalam penelitian ini, salah

satu metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara

untuk mengetahui hal hal dari responden yang lebih mendalam.


43

Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk megetahui dan

mengungkap secara langsung seluruh informasi dari subjek penelitian.

Jadi dengan wawancara, peneliti dapat mengetahui hal hal yang lebih

mendalam tentang subjek penelitian dalam menginterpretasikan situasi

dan fenomena yang terjadi, yang tidak bisa ditemukan melalui

observasi (Sugiyono, 2014: 72).

Menurut Lexi J. Moleong (2013: 229) pedoman wawancara dengan

siswa yang menjadi subjek adalah sebagai berikut

1. Alur pertanyaan

Pertanyaan diurutkan dari yang umum ke yang khusus. Pertanyaan

pentingg harus didahulukan pada awal diskusi dan yang dipandang

kurang penting nanti dikemukakan kemudian pada bagian akhir.

2. Jumlah pertanyaan

Disarankan agar wawancar terfokus pada upaya mengajukan

kurang dari 10 pertanyaan atau sekitar 6-7 pertanyaan saja.

3. Jenis pertanyaan

Pertanyaan tidak terstruktur atau pertanyaan terbuka membuka

pemikiran siswa sehingga dapat menanggapinya dari berbagai

dimensi.

4. Pewawancara

Pewawancara harus tanggap memahami perilaku dan sikap siswa

yang muncul sewaktu diskusi dengan jalan mengarahkan sikap dan

perilaku mereka.
44

5. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan perekaman

menggunakan camera digital atau alat lain yang dapat digunakan

untuk merekam dan pembuatan catatan diskusi.

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dibuat oleh peneliti dalam penelitian ini untuk

menguatkan data hasil, wawancara dan pemberian soal. Dalam catatan

lapangan, peneliti menuliskan hal-hal yang didengar, dilihat dan

dialami dalam pengamatan yang dilakukan peneliti

d. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini menggunakan camera digital atau

alat lain yang bisa digunakan untuk foto dan video. Dokumentasi

dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk foto dan video, meliputi:

foto kegiatan pembelajaran dan wawancara, serta video hasil

wawancara dengan peserta didik.

6. Instrument Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2014: 59). Untuk menguatkan keabsahan

instrumen tersebut, maka instrumen pendukung penelitian perlu divalidasi oleh

dua orang validator yang ahli dalam bidangnya. Dalam penelitian ini peneliti

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,

melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data, dan


45

membuat kesimpulan atas temuannya. Hal ini dilakukan agar keabsahan data

dapat dijamin karena merupakan hasil murni masing-masing siswa.

Selain sebagai instrument utama, peneliti membuat instrument bantu

berupa soal cerita berkaitan dengan materi sistem persamaan linier dua variabel

dan wawancara. Soal ini disusun dalam bentuk uraian tentang sistem persamaan

linier dua variabel. Soal tes dibuat dengan mengadopsi soal yang sudah ada. Agar

instrument lembar tes tertulis dapat berfungsi secara maksimal maka butir-butir

soal diuji terlebih dahulu validitasnya. Dalam penelitian ini, validitas instrument

yang digunakan adalah validitas isi. Uji validitas dilakukan dengan pengkajian

butir-butir soal oleh validator yang ahli dalam bidang matematika yaitu guru

matematika, dan dosen yang ahli dalam bidang matematika. Soal tes tertulis yang

dibuat 2 butir soal.

Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak tersetruktur

dengan ketentuan ketentuan sebagai berikut:

1. Pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan kondisi penyelesaian

masalah yang dilakukan subjek

2. Pertanyaan yang diajukan tidak harus sama, tetapi memuat inti

permasalahan yang sama.

3. Pertanyaan yang diajukan kepada subjek penelitian sesuai dengan data

yang diperlukan.

4. Apabila subjek penelitian mengalami kesulitan dengan pertanyaan

tertentu, subjek penelitian akan didorong diberikan pertanyaan yang


46

lebih sederhana pertanyaan lain tanpa menghilangkan pemecahan

masalah.

7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, maka analisis datanya adalah non statistik.

Datanya berupa rangkaian kata-kata bukan merupakan rangkaian kata. Dalam

penelitian ini, data diambil dari hasil jawaban siswa kemudian dianalisis untuk

diteliti lebih lanjut. Data hasil tes dan hasil wawancara dibandingkan untuk

mendapatkan data yang valid, kemudian dilakukan analisis. Langkah-langkah

yang dilakukan sebagai berikut:

a. Reduksi data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya dan

membuang yang tidak perlu. Proses reduksi data bertujuan untuk menghindari

penumpukan data atau informasi dari siswa sehingga data-data yang tidak

diperlukan dapat diabaikan. Tahap reduksi data dalam penelitian ini meliputi:

1). Menentukan jenis kesalahan berdasarkan lembar hasil jawaban siswa yang

salah

Hasil pekerjaan siswa diindentifikasi dan dikelompokan menjadi

dua, yaitu jawaban yang benar dan jawaban yang salah. Jawaban yang

benar tidak akan dianalisis lebih lanjut karena tidak termasuk dalam

rumusan masalah dalam penelitian ini. Sedangkan jawaban yang salah

akan dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan


47

oleh siswa, sehingga dapat diketahui faktor yang menyebabkan terjadinya

kesalahan.

2). Menyusun hasil wawancara

Menyusun hasil wawancara dengan melakukan perubahan data

pada beberapa kata sehingga dapat tersusun dalam bahasa yang baik dan

rapih. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tak berstruktur.

Dalam wawancara ini peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara

yang tersusun secara sistematis dan lengkap namun pedoman wawncara

hanya berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Sedangkan

jenis pertanyaan wawancara yang peneliti gunakan adalah pertanyaan

tentang pengetahuan. Pertanyaan ini digunakan mengungkapkan

pengetahuan informan suatu kasus atau peristiwa yang mungkin diketahui.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajaian data dalam penelitian ini berbentuk tabel. Peneliti

mengidentifikasi bentuk kesalahan yang dilakukan beserta faktor yang

menyebabkan siswa melakukan kesalahan. Variasi kesalahan yang terdapat

pada lembar jawab siswa dari setiap butir soal. Kemudian peneliti

mengelompokan setiap jenis kesalahan yang dilakukan siswa berdasarkan

definisi kesalahan dari pendapat ahli yang terdapat dalam kajian teori.

c. Conclusion Drawing/Verification

Peneliti menarik kesimpulan dari data yang telah ditrima. Kesimpulan yang

diambil didukung oleh data yang valid sehingga kesimpulannya dapat

menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan.


BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data yang telah diperoleh dalam penelitian yang telah silakukan si SMP

Negeri 43 Purworejo berupa data lembar jawaban siswa dan data hasil

wawancara. Data dalam penelitian ini berupa data kesalahan-kesalahan siswa

dalam menyelesaikan soal system persamaan linier dua variable dengan pokok

bahasan soal cerita dari instrument tes dengan jumlah dua soal, diikuti oleh 31

siswa yang diambil dari satu kelas, kemudian subjek diambil subjek sebanyak

enam anak. Subjek enam tersebut diambil dengan pertimbangaan bahwa pertama

anak tidak bisa mengerjakan, kedua salah dalam mengerjakan, ketiga prestasi

anak rendah. Setelah dilakukan analisa terhadap enam anak ternyata tiga anak

sudah mewakili untuk pengambilan datanya. Data hasil wawancara yang

digunakan untuk mengetahui penyebab siswa melakukan kesalahan. Kelas

penelitian yang diambil yaitu kelas VIII A. Alasan dipilihnya kelas tersebut

adalah karena mendapatkan nilai rata rata yang rendah dibanding kelas lain.

Berikut gambar pelaksanaan pengerjaan soal

Gambar 2. Siswa terlibat dalam pemecahan masalah di kelas

48
49

Pengerjaan soal tersebut diikuti oleh 31 siswa yang terdiri dari 17 Laki laki

dan 14 perempuan. Soal yang digunakan dalam pengambilan subjek sebagai

berikut:

1. Dalam sebuah tempat pertunjukan terdapat 200 orang penonton yang

terdiri dari penonton anak-anak dan penonton dewasa. Dari penjualan tiket

diperoleh uang sebesar Rp 780.000,00. Jika harga tiket uang anak-anak Rp

3.500,00 dan orang dewasa Rp 4.000,00.

a. Tentukan model matematika dari soal tersebut!

b. Tentukan banyaknya penonton dewasa dan anak-anak!

2. Andi membeli dua pensil dan dua buku dengan harga Rp 14.000,00

sedangkan Arofah membeli satu pensil dan tiga buku dengan harga Rp

17.000,00. Tentukan harga sebuah pensil dan harga sebuah buku!

Setelah pemberian soal peneliti memilih subjek berdasarkan hasil jawaban siswa.

Kriteria yang diambil dari jawaban siswa adalah siswa yang banyak melakukan

kesalahan dan prestasinya rendah. Dari siswa yang terpilih selanjutnya dilakukan

penelitian. Caranya siswa terpilih menjadi subjek akan diwawancara sesui dengan

kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika

pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel berdasarkan prosedur

Newman.
50

Gambar 3.Hasil kerja subjek 1


51

Gambar 4. Hasil kerja subjek 2


52

Gambar 5. Hasil kerja subjek 3

B. Analisis Data Hasil Penelitian

Setelah peneliti melakukan pengamatan lebih lanjut, peneliti hanya

mengambil 3 subjek untuk dijadikan sumber data dalam penelitian ini.

Pengambilan ini karena peneliti merasa dari 3 subjek tersebut sudah

mendapatkan data yang yang diperlukan dan 6 subjek sudah mendapatkan data
53

yang jenuh. Selain itu setelah diamati lebih lanjut ternya memang ke 3 subjek

tersebut menggunakan prosedur Newman dalam menyelesaikan masalah.

Dari subjek yang diperoleh, peneliti memberikan soal penelitian untuk

mendapatkan data tentang kemampuan pemecahan masalah matematika yang

nantinya akan diteliti menggunakan prosedur Newman. Soal yang digunakan

dalam penelitian ini merupakan soal cerita matematika pokok bahasan sistem

persamaan linier dua variabel.

Dari soal akan teliti kenapa subjek mengalami kesalahan dalam

mengerjakan dengan menggunakan Prosedur Newman. Dalam prosedur Newman

itu ada 5 cara memproses dalam mengerjakan soal yaitu: 1. Membaca, 2.

Memahami, 3. Menstransformasi, 4. Memproses, dan 5. Kesimpulan. Sedangkan

jika siswa melakukan kesalahan dalam menggunakan Prosedur Newman yaitu 1.

Kesalahan membaca (Reading Errors), 2. Kesalahan memahami (Comprehension

Errors), 3. Kesalahan mentransformasikan (Transformation Erros), 4. Kesalahan

memproses (Procces Skill Errors), dan 5. Kesalahan menyimpulkan (Encording

Errors). Berikut analisis yang dilakukan peneliti, dimulai dengan subjek satu

terlebih dahulu.

Subjek 1

Pemberian soal penelitian dengan subjek 1 dilakukan pada hari Senin, 28

November 2016. Setelah siswa mengerjakan soal, peneliti menganalisis hasil

penelitian. Kemudian dilanjutkan perbaikan pada subjek yang terpilih dan

langsung diwawancara pada hari yang berbeda. Berikut ini analisis data siswa
54

menyelesaikan soal cerita matematika dengan pokok bahasan SPLDV

menggunakan Prosedur Newman. Berikut penyelesaian soal cerita menggunakan

prosedur Newman:

a. Kesalahan Membaca (Reading Errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam memahami soal, terlihat dalam siswa mengerjakan soal. Ketika

tidak bisa memahami soal untuk dituliskan diketahui paling tidak siswa bisa

menuliskan kembali soalnya. Kesalahan seperti ini berdasarkan Prosedur Newman

yaitu: 1) siswa tidak mampu membaca atau mengenal simbol-simbol dalam soal,

2) siswa tidak mampu memaknai arti kata, istilah atau simbol dalam soal. Berikut

ini adalah hasil pekerjaan dari siswa setelah membaca terus menuliskan untuk

yang diketahui dalam soal.

Gambar 6. S1 Menulis yang diketahui


Dilihat dari pekerjaan siswa sudah lengkap dalam mengetahi apa saja yang

ada didalam soal hanya saja dalam penulisanya masih kurang tepat. Pertama untuk

tulisan diketahui belum lengkap hanya ditulis diket, kedua tulisan terdiri= anak

anak dan penonton dewasa harusnya terdiri dari penonton anak anak dan penonton

dewasa, ketiga tulisan diperoleh uang = 780.000 harusnya penjualan tiket

diperoleh uang sebesar Rp 780.000;, keempat juga sama tulisannya harga

tiket=anak=3.500 Dewasa= 4000 harusnya ditulis harga tiket anak-anak adalah Rp


55

3.500;, dan orang dewasa adalah Rp 4.000;. Sebenarnya siswa dalam membaca

sudah benar tetapi siswa dalam menuliskan soal ke dalam bentuk yang diketahui

masih sedikit salah, karena masih bingung dalam memahami pengkodean bahasa.

Hal ini terbukti ketika siswa menuliskan yang diketahui di dalam soal tidak

lengkap seperti tulisan “Rp” yang dihilangkan. Berikut petikan wawancara yang

telah dilakukan dengan siswa.

P : Coba bacakan soalnya!


D : Dalam sebuah tempat pertunjukan terdapat 200 orang penonton yang
terdiri dari penonton anak-anak dan penonton dewasa. Dari penjualan
tiket diperoleh uang sebesar Rp 780.000,00. Jika harga tiket uang anak-
anak Rp 3.500,00 dan orang dewasa Rp 4.000,00.
P : Sudah bisa memahami soalnya?
D : Insya’aloh sudah
P : Kenapa kamu menulis jumlah uang tidak ada tulisan rupiahnya?
D : Kalau ditulis nanti tambah bingung

Dalam wawancara menunjukan bahwa siswa dalam membaca tidak ada

kesulitan tapi dalam menuliskan diketahuinya masih ada salah terutama dalam

menuliskan jumlah uang yang tidak ada tulisan rupiahnya. Kemungkinan

penyebab terjadinya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal yaitu: siswa tidak

mampu membaca atau mengenal simbol-simbol dalam soal, siswa tidak mampu

memaknai arti kata, istilah atau simbol dalam soal.

b. Kesalahan Memahami (Comprehension Errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam memahami. Dalam memahami soal tidak terlepas dari membaca,

karena membaca jika tidak fokus maka akan kurang dalam pemahaman. Bisa

dilihat dipenulisanya yang kurang rapi tapi bisa dibaca terus titik koma juga tidak

jelas.
56

Kemungkinan siswa melakukan kesalahan yang berdasar pada prosedur

Newman yaitu 1) siswa tidak memahami apa saja yang diketahui dengan lengkap,

2) siswa tidak bisa memahami apa saja yang ditanyakan dengan lengkap. Bisa

dilihat pekerjaan siswa berikut ini:

Gambar 7. S1 Melakukan pemahaman soal


Dalam pekerjaan siswa tidak dituliskan yang ditanyakan padahal dipetunjuknya

sudah jelas untuk menuliskan (diketahui, ditanya, dijawab, dan kesimpulan).

Kemungkinan siswa dalam mengerjakan belum sempat membaca petunjuk

terlebih dahulu sehingga yang ditanyakan tidak dituliskan. Padahal apa yang

ditanyakan itu penting untuk menjawab dihasil akhir atau kesimpulan. Untuk

lebih jelas lihat hasil wawancara dengan siswa berikut ini:

P : Sudah bisa memahami soalnya?


D : Insya’aloh sudah
P : Apa saja yang diketahui?
D : Terdapat 200 orang penonton yang terdiri dari penonton anak-anak
dan dewasa, dan diperoleh penjualan tiket sebesar Rp 780.000. Harga
tiket anak-anak Rp 3.500 kalau orang dewasa Rp 4.000
P : Kenapa kamu menulis jumlah uang tidak ada tulisan rupiahnya?
D : Kalau ditulis nanti tambah bingung
P : Biasanya kamu kalau menulis jumlah uang disoal cerita itu ada tulisan
rupiahnya apa tidak didepanya?
D : Terkadang ada terkadang engga.
P : Kenapa pertanyaanya tidak tulis?
D : Kelupaan
P : Berarti petunjuk umum tidak dibaca ya?
D : iya lupa

Dari wawancara yang dilakukan kepada siswa yang mengatakan bahwa

dirinya masih bingung. Sehingga siswa dalam menuliskan yang diketahui tidak
57

begitu yakin menjadikan apa yang dituliskan mengalami sedikit kesalahan. Jadi

dalam memahami soal siswa masih bingung, kemudian dalam hal yang

ditanyakan siswa mampu menjawab dengan benar tetapi tidak dituliskan dalam

jawaban. Penyebab kemungkinan siswa melakukan kesalahan yaitu: siswa tidak

memahami apa saja yang diketahui dengan lengkap, siswa tidak bisa memahami

apa saja yang ditanyakan dengan lengkap.

c. Kesalahan Transformasi (Transformation Errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam menstransformasikan. Bisa dilihat dari pekerjaannya bahwa siswa

memang belum memahami betul cara membuat model matematika dari bentuk

soal cerita SPLDV. Kemungkinan siswa melakukan kesalahan menurut Prosedur

Newman yaitu 1) siswa tidak mampu model matematis dari informasi yang

disajikan, 2). siswa tidak mengetahui rumus apa saja yang akan digunakan untuk

menyelesaikan soal, 3) siswa tidak mengetahui operasi hitung yang akan

digunakan.

Pemahaman siswa dari awal mengerjakan akan mempengaruhi langkah

selanjutnya, jika awalnya sudah salah maka siswa akan mengalami kebingungan

dan akhirnya salah dalam mengerjakan. Kemudian siswa akan mengalami

kebuntuan dalam mengerjakan, karena pemahaman masih sangat kurang. Siswa

belum mampu mengubah soal cerita matematika pokok bahasan SPLDV ke dalam

bentuk model matematika. Bisa dilihat dalam pekerjaan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita matematika berikut ini


58

Gambar 8. S1 Melakukan transformasi


Dalam pekerjaan bisa dilihat bahwa siswa dalam mengerjakan sudah ada

usahanya untuk membuat model matematika tapi kurang tepat. Siswa belum bisa

menentukan variabelnya untuk kemudian dijadikan persamaan menjadi model

matematika. Dapat dilihat dari pekerjaan siswa untuk persamaan yang ke 2 belum

ada variabelnya.Untuk lebih jelasnya lihat hasil wawancara dengan siswa berikut

ini:

P : Apakah kamu masih bingung dalam menentukan variabelnya?


D : Kalau kemarin si agak bingung
P : Kenapa dalam menentukan variabel salah?
D : Tidak tahu
P : Kenapa kamu tidak membuat model matematikanya?
D : Karena tidak tahu model matematikanya jadi tidak buat
P : kenapa tadi tidak ada variabelnya?
D : lah ini variabelnya
P : Tapi diharga tiket tidak ada
D : Harus ada iya
P : Kamu dalam mengerjakn soal menggunakan metode apa?
D : Matematika
P : Setahu kamu saja
D : Subtitusi dan eliminasi
P : Pengertian dari subtitusi apa?
D : Pengurangan
P : Kalau eliminasi?
D : Kalau eliminasi itu menghilangkan
P : Yang lain tidak inget ya?
D : Pokoknya menghilangkan hehe

Dari hasil wawancara dengan siswa menunjukan bahwa siswa tidak tahu cara

membuat model matematika sehingga tidak membuat. Kemungkinan penyebab

siswa melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal yaitu: siswa tidak mampu
59

membuat model matematis dari informasi yang disajikan, siswa tidak mengetahui

rumus apa saja yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal, dan siswa tidak

mengetahui operasi hitung yang akan digunakan.

d. Kesalahan Memproses (Procces skill errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam memproses. Siswa masih bingung dalam menggunakan metode

yang digunakan un tuk menyelesaikan soal SPLDV. Dalam menjalankan operasi

penjumlhan, pengurangan, pembagian, dan perkalian siswa masih kurang teliti.

Kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika

berdarsarkan prosedur Newman yaitu 1). siswa tidak mengetahui atau langkah

langkah yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal, 2). siswa tidak mampu

melakukan prosedur atau langkah langkah yang digunakan dengan tepat. Bisa

dilihat hasil dari pekerjaan siswa berikut ini :

Gambar 9. S1 Memproses jawaban dari soal cerita

Dalam mengerjakan siswa tidak sesuai prosedur sehingga tidak bisa

menyelesaikan soal dengan benar. Metode yang digunakan juga siswa belum

terlalu paham, terlihat dalam menyamakan persamaan saja masih bingung.

Terlihat juga antara model matematika yang kemudian langsung menjadi sebuah
60

persamaan terus lanjut ke memprosesnya. Paling tidak siswa sudah ada semangat

dan keberanian untuk bisa menyelesaikan soal.

Untuk lebih memperjelas tentang mengapa siswa masih bingung dalam

menyelesaikan soal cerita matematika, akan dipaparkan petikan wawancara

dengan siswa berikut ini:

P : Pengertian dari subtitusi apa?


D : Pengurangan
P : Kalau eliminasi?
D : Kalau eliminasi itu menghilangkan
P : Yang lain tidak inget ya?
D : Pokoknya menghilangkan hehe
P : Ini kamu dapat y=4000 dari mana?
D : Dari penjualan tiket orang dewasa
P : Kenapa dalam mengalikan ada 40 . 200y, 40 kamu dapat darimana?
D : Engga tahu, ini 3500x + 4000y=780000 dicoret jadi 40
P : 200 y kamu dapat darimana?
D : Dari 200 orang penonton
P : Dari 35x + 40 . 200y=7800. Ini kan ada 40 . 200y ini cara apa yang
kamu gunakan?
D : Subtitusi
P : Kenapa 35x + 40 . 200y=7800 menjadi 35x= 8000-7800 kebalik apa
tidak? Kenpa?
D : Tidak. Karena delapan ribu lebih besar
P : Kamu kemarin waktu mengerjakan yakin apa tidak?
D : Tidak yakin
P : x bisa ketemu kok y tidak ada, y kemana?
D : Tidak ketemu

Dari petikan wawancara yang telah dilakukan memperjelas bahwa siswa memang

belum menguasai pembelajaran materi SPLDV pokok bahasan soal cerita

matematika. Siswa belum tahu metode yang digunakan untuk menyelesaikan soal

cerita matematika atau cara yang akan digunakan. Pengertian dari eliminasi siswa

juga tidak tahu, bagaimana siswa bisa mengerjakan dengan benar padahal

sebelum memproses paling tidak harus tahu dulu pengertianya setelah itu baru tata

cara dalam menggunakanya dengan prosedur yang benar.


61

Kemungkinan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal

cerita matematika pokok bahasan SPLDV penyebabnya adalah siswa tidak

mengetahui atau langkah-langkah yang akan digunakan untuk menyelesaikan

soal, dan siswa tidak mampu melakukan prosedur atau langkah yang digunakan

dengan tepat.

E. Kesalahan Menyimpulkan (Eencording Errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam membuat kesimpulan. Kesimpulan dalam soal cerita matematika

akan berhasil jika proses pengerjaan dari awal sampai akhir benar atau bisa

dikatakan jika siswa bisa membaca, memahami, menstransformasikan dan

memproses dengan benar. Berikut hasil pekerjaan siswa dibawah ini

Gambar 10. S1 Menyimpulkan

Dalam pekerjaan siswa hanya ditulis jadi dihasil akhir, ini berarti

jawaban hanya untuk banyaknya penonton anak sedangkan dewasa tidak ketemu

penyelesiannya. Siswa dalam menyimpulkan masih dalam bentuk pengkodean

belum sesuai dengan pertanyaan yang ada di soal. Saat wawancara siswa bisa

menjawab walaupun sedikit lama, berikut penggalan wawancara dibawah ini:

P : Kenapa kesimpulanya tidak lengkap?


D : Karena tidak ada hasil akhirnya
P : Kalau memprosesnya benar maka jawabanya?
D : Benar
P : Bapak ulangi lagi ya, jika kesimpulannya benar maka memprosesnya?
D : harus benar
62

Dari petikan wawancara yang telah dilakukan menunjukan bahwa siswa

ada sedikit keraguan dalam menjawab. Penyebab kemungkinan terjadinya

kesalahan pada siswa yaitu: siswa tidak mampu menemukan hasila akhir sesuai

prosedur atau langkah-langkah yang digunakan, siswa tidak mampu menunjukan

jawaban akhir dari penyelesaian soal, dan siswa tidak mampu menuliskan

jawaban akhir sesuai dengan kesimpulan yang dimaksud dalam soal.

Subjek 2

Pemberian soal penelitian dengan subjek 2 dilakukan pada hari Senin, 28

November 2016. Setelah siswa mengerjakan soal, peneliti menganalisis hasil

penelitian. Kemudian dilanjutkan perbaikan pada subjek yang terpilih dan

langsung diwawancara pada hari yang berbeda. Berikut ini analisis data siswa

menyelesaikan soal cerita matematika dengan pokok bahasan SPLDV

menggunakan Prosedur Newman. Berikut penyelesaian soal cerita menggunakan

prosedur Newman:

a. Kesalahan Membaca (Reading Errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam memahami soal, terlihat dalam siswa mengerjakan soal. Ketika

tidak bisa memahami bahasa soal untuk dituliskan diketahui paling tidak siswa

bisa menuliskan kembali soalnya. Kesalahan seperti ini berdasarkan Prosedur

Newman yaitu 1) siswa tidak mampu membaca atau mengenal simbol-simbol

dalam soal, 2) siswa tidak mampu memaknai arti kata, istilah atau symbol dalam
63

soal. Berikut ini adalah hasil pekerjaan dari siswa setelah membaca terus

menuliskan untuk yang diketahui dalam soal.

Gambar 11. S2 Menuliskan yang diketahui


Dari pekerjaan siswa dapat dilihat dalam penulisannya yaitu: Diketahui

200 penonton. Dari penjualan tiket dihasilkan Rp 780.000 tiket anak-anak Rp

3.500 dan Dewasa Rp 4.000. Dalam penulisanya sudah mendekati benar tetapi

masih kurang tepat. Siswa dalam menuliskan diketahui masih tanggung seperti:1)

200 orang penonton yang harusnya ditulis 200 penonton yang terdiri dari anak-

anak dan orang dewasa, 2) dari penjualan tiket dihasilkan Rp 780.000 yang

harusnya ditulis dari penjualan tiket diperoleh uang sebesar Rp 780.000 dan yang

ke 3) tiket anak-anak Rp 3.500 dan Dewasa Rp 4.000 yang seharusnya ditulis

harga tiket uang anak-anak Rp 3.500 dan orang dewasa Rp 4.000. Untuk lebih

jelasnya lihat petikan wawancara dengan siswa berikut ini:

P : Coba bacakan soalnya!


A : Dalam sebuah tempat pertunjukan terdapat 200 orang penonton yang
terdiri dari penonton anak-anak dan penonton dewasa. Dari penjualan
tiket diperoleh uang sebesar Rp 780.000,00. Jika harga tiket uang anak-
anak Rp 3.500,00 dan orang dewasa Rp 4.000,00.
P : Sudah memahami apa yang dibaca?
M : Lumayan
P : Jika belum memahami, apa yang kamu lakukan?
M : Mengulangi membaca

Dalam wawancara siswa sudah bisa membaca dengan benar dan lancar.

Siswa juga tahu jika belom paham dengan yang dibaca maka akan dibaca ulang
64

sampai paham. Kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan dalam

menyelesaikan soal yaitu: siswa tidak mampu membaca atau mengenal simbol-

simbol dalam soal, siswa tidak mampu memaknai arti kata, istilah atau simbol

dalam soal.

b. Kesalahan Memahami (Comprehension Errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam memahami. Dalam memahami soal tidak terlepas dari membaca,

karena membaca jika tidak fokus maka akan kurang dalam pemahaman. Bisa

dilihat dipenulisanya yang kurang rapi tapi bisa dibaca terus titik koma juga tidak

jelas. Memahami sebelum mengerjakan itu sangatlah penting, karena kalau tidak

paham maka jawaban yang dituliskan akan melenceng sehingga mengakibatkan

kesalahan. Kemungkinan siswa melakukan kesalahan yang berdasar pada

prosedur Newman yaitu 1) siswa tidak memahami apa saja yang diketahui dengan

lengkap, 2) siswa tidak bisa memahami apa saja yang ditanyakan dengan lengkap.

Bisa dilihat pekerjaan siswa berikut ini:

Gambar 12. S2 Melakukan pemahaman soal

Dari pekerjaan siswa dapat dilihat bahwa dalam penulisan yang pertama adalah

“a. modalnya pembagian” ini menunjukan kalau siswa memang masih bingung

untuk membuat model matematikanya padahal dilangkah berikutnya ada

persamaan yang dibuat. Kemudian siswa menulis yang ” b “ diawali dengan kata
65

diketahui. Seharusnya diketahui itu dituliskan paling awal bukan malah “a.

modalnya pembagian”. Ini berarti siswa belum memahami betul tentang

bagiamana langkah mengerjakan soal cerita matematika. Siswa juga belum tahu

apa itu model matematika sehingga yang dituliskan hanya yang diketahuinya yaitu

modalnya pembagian. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan wawancaran dengan

siswa berikut ini:

P : Sudah memahami apa yang dibaca?


M : Lumayan
P : Jika belom memahami, apa yang kamu lakukan?
M : Mengulangi membaca
P : Apa saja yang kamu ketahui yang ada dalam soal?
M : 200 orang penonton, diperoleh uang tujuh ratus delapan puluh ribu,
harga tiket anak-anak Rp 3500, harga tiket orang dewasa Rp 4000.
P : Yang a kenapa kamu menulisnya modalnya pembagian
M : Itu karena saya msaih bingung
P : Kenapa kamu menulisnya tiket anak-anak bukan harga tiket anak-anak?
M : Lupa
P : Kenapa yang ditanya hanya b yang a mana?
M : Karena yang b harus menghitung

Dari wawancara yang dilakukan kepada siswa yang mengatakan bahwa dirinya

masih bingung, ini sama dengan hasil pekerjaanya. Dimana siswa hanya

mengatakan 200 orang penonton, diperoleh uang tujuh ratus delapan puluh ribu,

harga tiket anak-anak Rp 3500, harga tiket orang dewasa Rp 4000. Kata 200

orang penonton ini kurang lenkap harusnya 200 orang penonton yang terdiri dari

penonton anak-anak dan orang dewasa. Kemudian waktu siswa ditanya “Yang a

kenapa kamu menulisnya modalnya pembagian” terus siswa menjawab “Itu

karena saya msaih bingung”. Bukan hanya itu saja yang menunjukan siswa masih

bingung, hal yang lain ketika siswa ditanya “ Kenapa yang ditanya hanya b yang a
66

mana?” dan siswa menjawab “Karena yang b harus menghitung “. Ini menujukan

bahwa siswa belum mampu memahami apa saja yang diketahui dengan lengkap.

Penyebab kemungkinan terjadi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita matematika pokok bahasan SPLDV pada langkah memahami yaitu: siswa

tidak memahami apa saja yang diketahui dengan lengkap, siswa tidak bisa

memahami apa saja yang ditanyakan dengan lengkap

c. Kesalahan Transformasi (Transformation Errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam menstransformasikan. Bisa dilihat dari pekerjaan siswa bahwa

siswa memang belum memahami betul cara membuat model matematika dari

bentuk soal cerita SPLDV. Kemungkinan siswa melakukan kesalahan menurut

Prosedur Newman yaitu 1) siswa tidak mampu model matematis dari informasi

yang disajikan, 2) siswa tidak mengetahui rumus apa saja yang akan digunakan

untuk menyelesaikan soal, 3) siswa tidak mengetahui operasi hitung yang akan

digunakan.

Pemahaman siswa dari awal mengerjakan akan mempengaruhi langkah

selanjutnya, jika awalnya sudah salah maka siswa akan mengalami kebingungan

dan akhirnya salah dalam mengerjakan. Kemudian siswa akan mengalami

kebuntuan dalam mengerjakan, karena pemahaman masih sangat kurang. Siswa

belum mampu mengubah soal cerita matematika pokok bahasan SPLDV ke dalam

bentuk model matematika. Bisa dilihat dalam pekerjaan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita matematika berikut ini


67

Gambar 13. S2 Menstrasformasikan


Dalam pekerjaan bisa dilihat bahwa siswa dalam mengerjakan sudah ada

usahanya untuk membuat model matematika tapi kurang tepat. Siswa belum bisa

mengubah subjek ke dalam bentuk variabel terlebih dahulu. Ada kesalahan juga

ketika siswa menuliskan 35x + 40y=480.000 harusnya siswa menulisanya 35x +

40y=7800. Untuk lebih jelasnya lihat hasil wawancara dengan siswa berikut ini:

P : Apakah kamu masih bingung untuk menentukan variabel dari soal apa
saja?
M : Masih bingung
P : 35x+40y=480.000 yang 480.000 kamu dapat darimana?
M : Dari penjualan tiket
P : Darimana?
M : Salah tulis
P : Kalau salah tulis biasanya kamu kurang teliti iya apa tidak?
M : iya
P : dalam memproses kamu menggunakan cara apa?
M : Eliminasi dan Subtitusi
P : Pengertian dari eliminasi apa?
M : Pengurangan
P : Cuma itu saja?
M : Bingung
P : Pengertian dari subtitusi?
M : Pembagian

Kemungkinan penyebab siswa melakukan kesalahan dalam mengerjakan

jika dilhat dari hasil pekerjaan dan wawancara yaitu siswa tidak mampu model

matematis dari informasi yang disajikan, siswa tidak mengetahui rumus apa saja

yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal, dan siswa tidak mengetahui

operasi hitung yang akan digunakan.


68

d. Kesalahan Memproses (Procces skill errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam memproses. Siswa masih bingung dalam menggunakan metode

yang digunakan un tuk menyelesaikan soal SPLDV. Dalam menjalankan operasi

penjumlhan, pengurangan, pembagian, dan perkalian siswa masih kurang teliti.

Kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika

berdarsarkan prosedur Newman yaitu: 1) siswa tidak mengetahui atau langkah

langkah yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal, 2) siswa tidak mampu

melakukan prosedur atau langkah langkah yang digunakan dengan tepat. Bisa

dilihat hasil dari pekerjaan siswa berikut ini :

Gambar 14. S2 Memproses jawaban dari soal cerita

Dalam mengerjakan soal cerita matematika siswa sudah berusaha untuk

menyelesaikan dengan benar dan dengan cara yang tepat tetapi dalam
69

mengerjakan masih kurang teliti. Siswa melakukan kesalahan ketika membuat

persamaan diawal sehingga dilangkah berikutnya juga salah. Kemudian dioperasi

pembagiannya siswa mengalami kebingungan ini terbukti ketika siswa menulis

menjadi ini sama sekali tidak nyambung, perubahanya

juga sangat jauh. Tapi siswa tetap melanjutkan pekerjaannya sampai menemukan

hasil dari x= 20. Kesalahan lain yang dilakukan adalah ketika siswa

menyelesaikan dengan menggunakan cara subtitusi. Siswa masih bingung dalam

menggunakan operasi dengan cara subtitusi ini terbukti pada pekerjaannya ketika

menulis yang seharusnya x digantikan dengan angka 20 ini

malah dikalikan.

Untuk lebih memperjelas tentang mengapa siswa masih bingung dalam

menyelesaikan soal cerita matematika, akan dipaparkan petikan wawancara

dengan siswa berikut ini:

P : Dalam memproses kamu menggunakan cara apa?


M : Eliminasi dan Subtitusi
P : Pengertian dari eliminasi apa?
M : Pengurangan
P : Cuma itu saja?
M : Bingung
P : Pengertian dari subtitusi?
M : Pembagian
P : Kenapa x=400000: 5?
M : Karena 5 nya ditaruh dibawah empat ratus ribu
P : Kenapa x= , kamu dapat empat ribu darimana?
M : Dari harga tiket dewasa
P : Kenapa menyelesaikan dengan cara subtitusi seperti ini x.20 + y= 200
20.x+y = 200
y=
Kenapa x.20 + y= 200, kamu yang x.20 dapet darimana?
M : lupa pak
P : Yakin lupa?
70

M : Iya lupa
P : Terus yang 20.x+y = 200, ketika turun kebawah kok x nya bisa
hilang?
y=

M : Dihilangkan
P : Langsung dihilangkan
M : Iya

Dari petikan wawancara yang telah dilakukan memperjelas bahwa siswa memang

belum menguasai pembelajaran materi SPLDV pokok bahasan soal cerita

matematika. Siswa belum tahu metode yang digunakan untuk menyelesaikan soal

cerita matematika atau cara yang akan digunakan. Pengertian dari eliminasi dan

subtitusi siswa juga tidak tahu, bagaimana bisa mengerjakan dengan benar

padahal sebelum memproses paling tidak tahu dulu pengertianya setelah itu baru

tata cara dalam menggunakanya.

Kemungkinan penyebab siswa melakukan kesalahan dalam

menyelesaikan soal cerita matematika pokok bahasan SPLDV adalah ) siswa

tidak mengetahui atau langkah langkah yang akan digunakan untuk

menyelesaikan soal, 2) siswa tidak mampu melakukan prosedur atau langkah

langkah yang digunakan dengan tepat.

e. Kesalahan Menyimpulkan (Eencording Errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam membuat kesimpulan. Pekerjaan siswa sebelum ada perbaikan

tidak ada kesimpulanya karena hanya mengerjakan sampe model matematikanya

itupun salah. Kesimpulan dalam soal cerita matematika akan berhasil jika proses

pengerjaan dari awal sampai akhir benar atau bisa dikatakan jika siswa bisa
71

membaca, memahami, menstransformasikan dan memproses dengan benar.

Berikut hasil pekerjaan siswa pada gambar 13

Gambar 15. S2 Menyimpulkan

Dilihat dari jawaban siswa sudah ada kesimpulannya walaupun masih salah.

Kesimpulannya masih sangat singkat dan belum sesui dengan pertanyaan yang

ada pada yaitu “tentukan banyaknya penonton dewasa dan anak-anak”.Saat

wawancara siswa bisa menjawab walaupun sedikit lama, berikut penggalan

wawancara dibawah ini:

P : Kesimpulan akan benar jika memprosesnya?


M : Benar
P : Ketika memprosesnya salah maka kesimpulanya?
M : Salah
P : Kesalahan yang kamu lakukan tahu apa tidak?
M : Tahu
P : Apa saja kesalahan yang kamu lakukan?
M : Salah memproses, salah menaruh angka, kurang teliti.
P : Sebelum kamu mengerjakan petunjuknya dibaca apa tidak?
M : Tidak.

Dapat dilihat bahwa siswa sudah bisa menyimpulkan walaupun jawabannya salah.

Harusnya siswa bisa menyimpulkan dengan benar jika dalam mengerjakan tahu

prosesnya dan paham dalam menjalankan prosedur dalam memproses. Penyebab

kemungkinan siswa mengalami kesalahan yaitu: siswa tidak mampu menemukan

hasila akhir sesuai prosedur atau langkah-langkah yang digunakan, siswa tidak

mampu menunjukan jawaban akhir dari penyelesaian soal, dan siswa tidak
72

mampu menuliskan jawaban akhir sesuai dengan kesimpulan yang dimaksud

dalam soal.

Subjek 3

Pemberian soal penelitian dengan subjek 3 dilakukan pada hari Senin, 28

November 2016. Setelah siswa mengerjakan soal, peneliti menganalisis hasil

penelitian. Kemudian dilanjutkan perbaikan pada subjek yang terpilih dan

langsung diwawancara pada hari yang berbeda. Berikut ini analisis data siswa

menyelesaikan soal cerita matematika dengan pokok bahasan SPLDV

menggunakan Prosedur Newman. Berikut penyelesaian soal cerita menggunakan

prosedur Newman:

a. Kesalahan Membaca (Reading Errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam memahami soal, terlihat dalam siswa mengerjakan soal. Ketika

tidak bisa memahami soal untuk dituliskan diketahui paling tidak siswa bisa

menuliskan kembali soalnya. Kesalahan seperti ini berdasarkan Prosedur Newman

yaitu: 1) siswa tidak mampu membaca atau mengenal simbol-simbol dalam soal,

2) siswa tidak mampu memaknai arti kata, istilah atau simbol dalam soal. Berikut

ini adalah hasil pekerjaan dari siswa setelah membaca terus menuliskan untuk

yang diketahui dalam soal.


73

Gambar 16. S3 Menuliskan diketahui


Dilihat dari pekerjaan siswa sudah lengkap dalam mengetahi apa saja yang ada

didalam soal hanya saja dalam penulisanya masih kurang tepat. Pertama untuk

tulisan diketahui belum lengkap hanya ditulis diket, kedua tulisan 200 orang

penonton yang terdiri dari penonton anak-anak dan orang dewasa hanya ditulis

200 orang penonton, ketiga tulisan dari penjualan tiket diperoleh uang sebesar Rp

780.000 hanya ditulis penjual tiket sebesar Rp780.000, kemudian kata penjual itu

penulisannya harusnya penjualan. Untuk lebih jelas dipaparkan petikan

wawancara dengan siswa berikut ini:

P : Coba bacakan soalnya!


R :Dalam sebuah tempat pertunjukan terdapat 200 orang penonton yang
terdiri dari penonton anak-anak dan penonton dewasa. Dari penjualan
tiket diperoleh uang sebesar Rp 780.000,00. Jika harga tiket uang anak-
anak Rp 3.500,00 dan orang dewasa Rp 4.000,00.
P : Bagaimana cara kamu memahami soal?
R : Membaca lebih dari satu kali
P : Sudah paham belum apa yang kamu baca?
R : Lumayan

Dalam wawancara menunjukan bahwa siswa dalam membaca tidak ada

kesulitan tapi dalam menuliskan diketahuinya masih ada salah terutama dalam

menuliskan penjual yang harusnya penjualan. Kemingkinan penyebab siswa

melakukan kesalahan yaitu: siswa tidak mampu membaca atau mengenal simbol-

simbol dalam soal, siswa tidak mampu memaknai arti kata, istilah atau simbol

dalam soal
74

b. Kesalahan Memahami (Comprehension Errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam memahami. Dalam memahami soal tidak terlepas dari membaca,

karena membaca jika tidak fokus maka akan kurang dalam pemahaman. Bisa

dilihat dipenulisanya ada yang kurang dalam menuliskan untuk diketahuinya.

Kemudian juga ada kesalahan saat menuliskan salah satu kata dimana kata itu

kurang beberapa huruf jadi maknanya menjadi beda.

Kemungkinan siswa melakukan kesalahan yang berdasar pada prosedur

Newman yaitu 1) siswa tidak memahami apa saja yang diketahui dengan lengkap,

2) siswa tidak bisa memahami apa saja yang ditanyakan dengan lengkap. Bisa

dilihat pekerjaan siswa berikut ini:

Gambar 17. S3 Melakukan pemahaman soal


Dalam jawaban siswa jelas bahwa siswa tidak memahami apa saja yang diketahui

dengan lengkap. Pertama untuk tulisan diketahui belum lengkap hanya ditulis

diket, kedua tulisan 200 orang penonton yang terdiri dari penonton anak-anak dan

orang dewasa hanya ditulis 200 orang penonton, ketiga tulisan dari penjualan tiket

diperoleh uang sebesar Rp 780.000 hanya ditulis penjual tiket sebesar Rp780.000

terus kata penjual itu penulisannya harusnya penjualan, ke empat harga tiket uang

anak-anak Rp 3.500 hanya ditulis harga tiket anak-anak Rp 3.500 begitu juga
75

untuk harga tiket dewasa penulisanya sama tidak ada kata uang. Bisa dilihat

petikan wawancara berikut ini:

P : Bagaimana cara kamu memahami soal?


R : Membaca lebih dari satu kali
P : Sudah paham belum apa yang kamu baca?
R : Lumayan
P : Apa saja yang kamu ketahui didalam soal?
R : 200 orang penonton terdiri harga tiket anak-anak Rp 3500 harga tiket
dewasa Rp 4000,uang diperoleh tujuh lepan ribu eh Rp 780.000.

Dari wawancara yang dilakukan kepada siswa yang mengatakan bahwa

dirinya masih bingung. Ada salah pengucapan juga ketika ditanya “Apa saja yang

kamu ketahui didalam soal?”, Kemudian siswa menjawab” 200 orang penonton

terdiri harga tiket anak-anak Rp 3500 harga tiket dewasa Rp 4000, uang diperoleh

tujuh lepan ribu eh Rp 780.000. Hal ini bisa terjadi karena siswa kurang fokus

dalam membaca sehingga salah dalam pengucapan.

Sehingga siswa dalam menuliskan yang diketahui tidak begitu yakin

menjadikan apa yang dituliskan mengalami sedikit kesalahan. Jadi dalam

memahami soal siswa masih bingung, kemudian dalam hal yang ditanyakan siswa

mampu menjawab dengan benar tetapi tidak dituliskan dalam jawaban. Penyebab

kemungkinan siswa melakukan kesalahan yaitu: siswa tidak memahami apa saja

yang diketahui dengan lengkap, siswa tidak bisa memahami apa saja yang

ditanyakan dengan lengkap.

c. Kesalahan Transformasi (Transformation Errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam menstransformasikan. Bisa dilihat dari pekerjaan siswa bahwa

siswa memang belum memahami betul cara membuat model matematika dari
76

bentuk soal cerita SPLDV. Kemungkinan siswa melakukan kesalahan menurut

Prosedur Newman yaitu 1) siswa tidak mampu model matematis dari informasi

yang disajikan, 2) siswa tidak mengetahui rumus apa saja yang akan digunakan

untuk menyelesaikan soal, 3) siswa tidak mengetahui operasi hitung yang akan

digunakan.

Pemahaman siswa dari awal mengerjakan akan mempengaruhi langkah

selanjutnya, jika awalnya sudah salah maka siswa akan mengalami kebingungan

dan akhirnya salah dalam mengerjakan. Kemudian siswa akan mengalami

kebuntuan dalam mengerjakan, karena pemahaman masih sangat kurang. Siswa

belum mampu mengubah soal cerita matematika pokok bahasan SPLDV ke dalam

bentuk model matematika. Bisa dilihat dalam pekerjaan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita matematika berikut ini

Gambar 18. S3 Mentransformasikan


Dalam pekerjaan bisa dilihat bahwa siswa dalam mengerjakan sudah ada

usahanya untuk membuat model matematika tapi kurang tepat. Siswa belum bisa

menentukan variabel untuk dijadikan persamaan atau model matematikanya..

Untuk lebih jelasnya lihat hasil wawancara dengan siswa berikut ini:

P : Apakah kamu masih bingung untuk menentukan variabel didalam soal?


R : Sebagian
P : Apa biasanya kalau mengerjakan soal cerita tidak dimisalkan dahulu?
R : Engga
P : Terus ini kenapa seperti ini?
R : Keburu-buru
P : Kamu dalam mengerjakan menggunakan metode apa?
R : Subtitusi dan eliminasi
P : Subtitusi dulu baru eliminasi?
R : Eliminasi dulu baru subtitusi
77

P : pengertian dari eliminasi apa?


R : Memperkecil angka
P : Kalau subtitusi si?
R : Agar lebih mudah mengerjakan
P : Apa kamu masih bingung dalam mengerjakan?
R : Sebagian masih bingung
P : Kenapa msih bingung?
R : Karena soalnya bikin belum terlalu jelas

Kemungkinan penyebab siswa melakukan kesalahan dalam mengerjakan

jika dilhat dari hasil pekerjaan dan wawancara yaitu: siswa tidak mampu model

matematis dari informasi yang disajikan, siswa tidak mengetahui rumus apa saja

yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal, siswa tidak mengetahui operasi

hitung yang akan digunakan.

d. Kesalahan Memproses (Procces skill errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam memproses. Siswa masih bingung dalam menggunakan metode

yang digunakan un tuk menyelesaikan soal SPLDV. Dalam menjalankan operasi

penjumlhan, pengurangan, pembagian, dan perkalian siswa masih kurang teliti.

Kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika

berdarsarkan prosedur Newman yaitu 1). siswa tidak mengetahui atau langkah

langkah yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal, 2). siswa tidak mampu

melakukan prosedur atau langkah langkah yang digunakan dengan tepat.

Hasil pekerjaanya juga masih mengalami kesalahan karena sudah pakai

oret oretan dikertas hasilnya tidak dicantumkan dipekerjaanya. Bisa dilihat hasil

dari pekerjaan siswa berikut ini :


78

Gambar 18. S3 Memproses jawaban dari soal cerita

Dalam mengerjakan siswa sudah sesuai prosedur hanya saja kurang teliti dalam

menyamakan variabel yang harus dihilangkan. Bisa dilihat pada pekerjaan siswa

pada persamaan ke dua yang 3500x + 4000y=780.000 dikalikan satu menjadi

35000x + 40000y=780.000 harusnya tidak ada perubahan diangka 3500 maupun

4000. Metode yang digunakan siswa sudah benar dengan cara eliminasi baru

subtitusi tetapi diproses eliminasi siswa ada kesalahan ketika di persamaan yang

ke dua siswa salah dalam mengalikan. Paling tidak siswa sudah ada semangat dan

berani untuk bisa menyelesaikan soal sampai selesai.

Untuk lebih memperjelas tentang mengapa siswa masih bingung dalam

menyelesaikan soal cerita matematika, akan dipaparkan petikan wawancara

dengan siswa berikut ini:

P : Kamu dalam mengerjakan menggunakan metode apa?


R : Subtitusi dan eliminasi
P : Subtitusi dulu baru eliminasi?
R : Eliminasi dulu baru subtitusi
P : pengertian dari eliminasi apa?
R : Memperkecil angka
P : Kalau subtitusi si?
R : Agar lebih mudah mengerjakan
P : Apa kamu masih bingung dalam mengerjakan?
R : Sebagian masih bingung
P : Kenapa msih bingung?
R : Karena soalnya bikin belum terlalu jelas
79

P : Berarti kamu dalam memahami soal belum terlalu jelas ya?


R : iya
P : 35000y-40000y hasilnya berapa?
R : -500
P : itu ya salah, harusnya berapa?
R : -5000
P : iya, kenapa kamu salah?
R : Kurang teliti
P : Ketika kamu memproses menggunakan metode subtitusi bingung apa
tidak?
R : Tidak
P : biasanya orang yang kurang teliti mengakibatkan hasilnya itu?
R : Salah

Dari petikan wawancara yang telah dilakukan memperjelas bahwa siswa memang

belum menguasai pembelajaran materi SPLDV pokok bahasan soal cerita

matematika. Siswa belum tahu metode yang digunakan untuk menyelesaikan soal

cerita matematika atau cara yang akan digunakan. Pengertian dari eliminasi siswa

juga tidak tahu, bagaimana siswa mau mengerjakan dengan benar padahal

sebelum memproses paling tidak tahu dulu pengertianya setelah itu baru tata cara

dalam menggunakanya.

Kemungkinan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal

cerita matematika pokok bahasan SPLDV penyebabnya adalah siswa tidak

mengetahui atau langkah langkah yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal,

siswa tidak mampu melakukan prosedur atau langkah langkah yang digunakan

dengan tepat.

e. Kesalahan Menyimpulkan (Eencording Errors)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh terlihat bahwa siswa masih

bingung dalam membuat kesimpulan. Pekerjaan siswa sebelum ada perbaikan

tidak ada kesimpulanya karena hanya mengerjakan sampe model matematikanya


80

itupun salah. Kesimpulan dalam soal cerita matematika akan berhasil jika proses

pengerjaan dari awal sampai akhir benar atau bisa dikatakan jika siswa bisa

membaca, memahami, menstransformasikan dan memproses dengan benar.

Berikut hasil pekerjaan siswa dibawah ini

Gambar 20. S3 Menyimpulkan

Saat wawancara siswa bisa menjawab walaupun sedikit lama, berikut penggalan

wawancara dibawah ini:

P : biasanya orang yang kurang teliti mengakibatkan hasilnya itu?


R : Salah
P : jika memprsosesnya salah maka hasilnya salah?
R : Salah
P : Kenapa bisa salah?
R : Kurang teliti

Dapat dilihat bahwa siswa sudah bisa menyimpulkan tapi hasilnya masih salah.

Dalam menyimpulkan siswa juga hanya menuliskan” jadi x=4000” seharusnya

jadi banyaknya penonton anak-anak adalah 4000. Penyebab kemungkinan siswa

mengalami kesalahan yaitu: siswa tidak mampu menemukan hasila akhir sesuai

prosedur atau langkah-langkah yang digunakan, siswa tidak mampu menunjukan

jawaban akhir dari penyelesaian soal, dan siswa tidak mampu menuliskan

jawaban akhir sesuai dengan kesimpulan yang dimaksud dalam soal.

. C. Pembahasan

Pada pembahasan data berdasarkan analisis kualitatif yang meliputi

reduksi data , penyajioan data diperoleh variansi kesalahan yang dilakukan siswa
81

dan faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan. Terdapat lima jenis

kesalahan yaitu: 1). Reading errors (kesalahan membaca), 2). Comprehension

errors (kesalahan memahami), 3). Transformation errors (kesalahan

menstransformasikan), 4). Procces skill errors (kesalahan memproses), 5).

Encording error (kesalahan menyimpulkan), berikut penjelasan tiap kesalahan

yang dilakukan siswa

1. Reading Errors (kesalahan membaca)

Dari pengumpulan data yang diperoleh terlihat bahwa siswa dalam

membaca suda bisa tetapi dalam menuliskan ke bahasa penulisan masih sedikit

terjadi kesalahan. Seperti dalam menuliskan jumlah uang terkadang siswa tidak

menuliskan Rp di depan nominal uang tersebut, hal seperti itu sudah biasa terjadi.

Kebanyakan siswa menganggap bahwa hal itu tidak menjadi masalah dalam

penyelesaian mengerjakan soal cerita terutama dalam hal yang diketahui. Siswa

juga mengatakan bahwa dalam menyelesaikan jawaban tidak dituliskan yang

diketahui itu tidak bermasalah, karena di soal sudah ada dan guru juga tidak

mempermasalahkan hal seperti itu. Dalam menyelesaikan jawaban yang

terpenting adalah memprosesnya sehingga bisa mendapatkan jawaban akhir” kata

siswa”. Hal inilah yang banyak mengakibatkan terjadinya kesalahan siswa dalam

menyelesaikan soal, karena dalam pekerjaanya tidak ada langkah demi langkah

dan langsung masuk ke inti. Bagi siswa yang kemampuannya pintar tidak menjadi

masalah tapi bagi yang rendah sangat bermasalah karena tingkat pemahaman anak

pintar dengan yang rendah jelas berbeda. Siswa yang pemahamanya rendah

dalam menuliskan diketahui seringkali mengalami kesalahan, adapun kesalahan


82

yang dilakukan karena kurangnya pemahaman yaitu: 1) siswa tidak mampu

membaca atau mengenal simbol-simbol dalam soal mengakibatkan kalimat yang

dituliskan dalam menjawab soal kurang lengkap, 2) siswa tidak mampu memaknai

arti kata, istilah atau symbol dalam soal. Kesalahan ini diperkuat oleh

pendapatnya Shio Kumar Jha (2012: 18) yang mengatakan kesalahan membaca

dinotasikan huruf R, jika siswa tidak dapat membaca symbol dalam masalah yang

tertulis sehingga mencegahnya untuk melanjutkan proses selanjutnya sesuai

langkah pemecahan masalah.

2. Comprehension Errors (kesalahan memahami)

Dari pengumpulan data yang diperoleh dapat terlihat bahwa siswa belum

sepenuhnya mampu dalam memahami soal. Siswa dalam memahami masih belum

fokus terbukti dalam menuliskan kembali ke dalam pemahaman awal yaitu

diketahui. Terlihat masih ada kekurangan dalam penulisannya seperti penulisan

“Rp” yang harusnya dipakai untuk menuliskan jumlah uang. Kemudian siswa juga

menuliskan model pembagian untuk pertanyaan yang (a) , ini berarti siswa belum

memahami apa itu model matematika. Padahal model matematika itu langkah

untuk siswa bisa menuju ke langkah berikutnya yaitu memproses. Pemahaman

siswa sangat penting baik dilangkah awal maupun langkah-langkah berikutnya

karena itu salaing berpengaruh seperti langkah diketahui, ditanya, dijawab, dan

kesimpulan. Biasanya yang terjadi dalam pekerjaan siswa saat mengerjakan soal

cerita matematika langsung ke proses dijawab, sehingga bagi siswa yang belum

bisa memahami soal akan kesulitan dalam penyelesaiannya. Hal ini tidak

dipermasalahkan bagi guru, jika siswa dalam menyelesaikan soal sudah benar
83

walaupun langkah awalnya tidak ada. Siswa dalam mengerjakan mempunyai

semangat dengan harapan bahwa jawaban yang ditulisnya itu benar. Paling tidak

dari semangat yang dipunyai akan menghasilkan kepercayaan diri tinggi

walaupun salah dalam mengerjakan yang terpenting pekerjaan sendiri. Penyebab

siswa melakukan kesalahan dalm menyelesaikan soal cerita dalam hal memahami

soal yaitu: 1) siswa tidak mampu memahami apa saja yang diketahui dengan

lengkap, 2) siswa tidak mampu memahami apa saja yang ditanyakan dengan

lengkap. Penyebab kesalahan ini diperkuat oleh pendapat Parmjit Singh (2010:

266) kesalahan memahami masalah terjadi ketika siswa mampu untuk membaca

pertanyaan tetapi gagal untuk mendapatkan apa yang ia butuhkan sehingga

menyebabkan dia gagal dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

3. Transformation Errors (kesalahan mentransformasikan)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh dapat terlihat bahwa siswa

belum mampu untuk mentransformasikan dengan benar. Mentransformasikan

disini yaitu mengubah soal cerita matematika kedalam bentuk model matematika.

Banyak terjadi kesalahan saat siswa masuk ke langkah transformasi, banyak yang

menganggap bahwa membuat model matematika itu membingungkan khususnya

bagi siswa yang belum paham. Masih banyak siswa yang belum tahu bagaimana

membuat pemisalan ke dalam bentuk variabel karena bingung.

Kesulitan siswa dalam membuat pemisalan mungkin juga dari guru saat

memberikan pelajaran tidak memberikan contoh dan langsung membuat

persamaan. Membuat persamaan bagi anak yang kemampuannya tinggi itu tidak

menjadi masalah beda sama anak yang kemampuannya rendah pasti akan merasa
84

bingung. Karena dalam membuat persamaan pasti ada variabel berupa huruf baik

itu huruf x, y atau mungkin yang lainnya. Bagi siswa yang kemampuanya rendah

pasti akan berfikir dapat hurufnya (variabel) darimana, jika kemampuan

memahami tidak ada, terus malu bertanya maka siswa hanya akan bingung dan

tidak bisa membuat persamaan. Penyebab terjadinya kesalahan siswa dalam

membuat model matematika yaitu: 1) siswa tidak mampu membuat model

matematis dari info yang disajikan, 2) siswa tidak mengetahui rumus apa saja

yang akan digunakan, 3) siswa tidak mengetahui operasi hitung yang akan

digunakan.

Kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika terutama soal cerita

memang tidak sepenuhnya salah guru dalam memberikan pengajaran tetapi juga

dari siswa atau faktor yang lain juga bisa seperti faktor lingkungan. Seperti dalam

pendapat Slameto (2010: 54) menyebutkan faktor yang mempenggaruhi belajar

digolongkan menjadi dua golongan yaitu: a). faktor intern, b). faktor ekstern.

Faktor intern yaitu faktor yang ada didalam individu yang sedang belajar yang

meliputi: faktor jasmaniah, faktor psikologi, faktor kelelahan. Sedangkan faktor

ekstern yaitu faktor yang ada diluar individu yang sedang belajar. Faktor ekstern

sendiri meliputi: faktor keluarga dan faktor sekolah.

4. Procces Skills Errors (kesalahan memproses)

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh dapat terlihat bahwa siswa

belum mampu untuk menyelesaikan dengan langkah-langkah yang benar.

Kurangnya pemahaman siswa dalam memproses sehingga mengakibatkan

jawaban siswa salah. Memproses adalah langkah yang penting karena hasil dari
85

memproses akan menentukan jawaban akhir dan bisa disimpulkan. Langkah-

langkah selain memproses juga tidak kalah penting penting, karena sebelum

sampai ke langkah memproses ada beberapa langkah yang harus diselesaikan

dengan benar dan tepat. Setiap langkah harus teliti supaya tidak terjadi kesalahan,

apabila terjadi kesalahan maka langkah berikutnya akan mengalami kegagalan

atau kesalahan. Siswa harus benar-benar cermat dalam semua langkah seperti

membaca, memahami, menstransformasi dan memproses. Langkah –langkah

inilah yang akan menetukan dihasil akhir. Dalam memproses biasanya siswa

kebingungan dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara apa atau

metode apa yang mau digunakan. Bagi siswa yang kemampuanya rendah kadang

malah sama sekali tidak tahu metode yang digunakan untuk menyelesaikan suatu

permasalahan. Bahkan banyak siswa yang tidak tahu pengertian dari eliminasi dan

subtitusi. Ini yang menjadi kendala ketika siswa dalam menyelesaikan soal cerita

matematika tidak tahu metode atau cara mana yang mereka akan gunakan.

Kesalahan lain yang sering dilakukan siswa terjadi ketika memproses yaitu masuk

ke proses pengoprasian baik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan

pembagian. Siswa dalam menjalakan pengoprasian masih kurang teliti dan

ceroboh. Kebanyakan siswa setelah memproses dibiarkan saja apalagi yang

pemahamannya kurang, paling penting sudah dikerjakan. Penyebab kesalahan

siswa dalam hal memproses pada soal cerita matematika pokok bahasan SPLDV

yaitu: 1) siswa tidak mengetahui prosedur atau langkah-langkah yang akan

diguanakan untuk menyelesaikan soal, 2) siswa tidak mampu melakukan

prosedur atau langkah-langkah yang digunakan dengan tepat. Kesalahan ini


86

diperkuat oleh pendapat Shio Kumar Jha (2012: 18), yang mengatakan jika siswa

telah mampu mengidentifikasi operasi atau urutan yang sesuai tetapi tidak

mengetahui prosedur yang diperlukan untuk melaksanakan operasi secara akurat.

5. Encording Errors (kesalahan menyimpulkan)

Dari pengumpulan data yang diperoleh dapat terlihat bahwa siswa belum

mampu menyimpulkan dengan benar dan tepat. Siswa masih bingung dengan

pengkodean yang nanti dituliskan dalam bentuk tulisan. Jadi dalam penulisannya

siswa masih banyak yang salah dalam menyimpulkan. Siswa yang pekerjaannya

kurang bagus biasanya dalam menyimpulkan juga asal. Banyak juga siswa yang

kesimpulannya tidak ditulis, karena setelah mendapatkan nilai x dan y sudah

dianggap selesai dalam mengerjakan. Padahal hasil akhir dalam menyelesaiakan

soal cerita matematika adalah ketika pekerjaan sudah disimpulkan. Kebanyakan

siswa melakaukan kesalahan dalam menyimpulkan karena jawaban dari

memproses salah, karena dilangkah sebelum memproses biasanya juga sudah

salah. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal cerita

matematika pokok bahasan SPLDV yaitu: 1) siswa tidak mampu menemukan

hasil akhir sesui prosedur atau langkah-langkah yang digunakan, 2) siswa tidak

mampu menunjukan jawaban akhir dari penyelesaian soal, 3) siswa tidak mampu

menuliskan jawaban akhir sesui dengan kesimpulan yang dimaksud dalam soal.

Kesalahan ini diperkuat oleh pendapatnya Parmjit Sigh (2010: 267) yang

mengatakan sebuah kesalahan masih tetap bisa terjadi meskipun peserta didik

telah selesai memecahkan permasalahan matematika, yaitu bahwa peserta didik

salah menuliskan apa yang ia maksudkan.


87

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian banyak keterbatasan terutama daridiri penulis.

Keterbatasan ini diaantaranya adalah:

1. Penulis hanya melakukan penelitian disetting tempat, yaitu kelas VIII A di

SMP Negeri 43 Purworejo

2. Penulis hanya mampu melakukan wawancara kepada tiga siswa yang

mengalami kesalahan dalam mengerjakan soal berdasarkan prosedur

Newman, karena hanya ada beberapa siswa yang menerapakan prosedur

Newman dalam menyelesaiakan soal cerita matematika.

3. Penulis tidak bisa menyajikan atau melampirkan semua bukti lampiran

dkarenakan sebagian bukti penelitian berupa rekaman dan video.


BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut.

Siswa-siswa SMP yang menggunakan prosedur Newman memiliki kesalahan dan

faktor yang menyebabkan kesalahan dalam mengerjakan soal cerita matematika

pokok bahasan SPLDV. Kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita dengan prosedur Newman dan faktor yang menyebabkan siswa melakukan

kesalahan yaitu:

a. Kesalahan membaca

Siswa mengerti konteks kalimat soal tetapi tidak dapat menuliskan makna

secara tepat, belum bisa memaknai arti kata dari bacaan yang dibaca

sehingga mengakibatkan kesalahan dalam bahasa penulisan, dan tidak

mengetahui maksud secara tersirat. Faktor yang menyebabkan siswa

melakukan kesalahan yaitu: dalam membaca kurang teliti, tergesa-gesa

dan bingung memaknai arti kata.

b. Kesalahan memahami

Kesalahan dalam hal memahami soal terjadi karena siswa tidak tahu apa

saja yang diketahui dengan lengkap, menuliskan pertanyaan tidak sesui

dengan permintaan soal, tidak menuliskan pertanyaan, dan tidak

mengetahui maksud dari pertanyaan . Siswa juga masih bingung tentang

model matematika. Banyak siswa yang belum tahu model matematika

sehingga dalam mengerjakan mengalami kebingungan. Faktor yang

88
89

menyebabkan siswa melakukan kesalahan yaitu: kurangnya pengetahuan

dalam memaknai arti kata, lupa, kurang belajar dan kurang menangkap

informasi dari guru.

c. Kesalahan mentransformasikan

Kesalahan dalam mentransformasikan yaitu: siswa masih bingung, terbukti

dalam menjawab soal untuk pertanyaan model matematika dijawb model

pembagian. Siswa berarti belum paham bagaimana cara mengubah soal

cerita ke dalam bentuk model matematika. terbukti pada pekerjaan siswa

yang masih bingung dalam membuat model matematika. Siswa dalam

membuat model matematika tidak menggunakan pemisalan untuk

varibelnya terlebih dahulu. Faktor yang menyebabkan siswa melakukan

kesalahan yaitu: siswa masih belum paham arti kata bentuk model

maematika, masih bingung untuk membuat pemisalan ke dalam bentuk

variabel, kurang memahami soal, lupa karena kurang belajar dan kurang

menangkap informasi dari guru.

d. Kesalahan memproses

Kesalahan yang dilakukan siswa dalam memproses yaitu siswa tidak

mengetahui prosedur atau langkah-langkah yang akan digunakan untuk

menyelesaikan soal. Kemudian siswa tidak mampu melakukan prosedur

atau langkah-langkah yang digunakan dengan tepat. Ini terbukti dalam

operasi penjumlahan siswa yang masih salah. Dalam operasi penjumlah

siswa masih banyak mengalami kesalahan baik di operasi penjumlahan,

pengurangan, pembagian dan perkalian. Faktor yang menyebabkan siswa


90

melakukan kesalahan yaitu: siswa tidak tahu prosedur dari metode yang

digunakan, lupa, dan kurangnya latihan dalam menyelesaikan soal cerita,

kurang memahami materi dan kurang menangkap informasi dari guru.

e. Kesalahan menyimpulkan

Kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyimpulkan yaitu siswa tidak

menemukan hasil akhir, tidak mampu menujukan jawaban akhir dari

penyelesaian, tidak mampu menuliskan jawaban akhir sesuai dengan

kesimpulan yang dimaksud dengan soal. Ini terbukti dalam pekerjaan

siswa yang masih menuliskan dalam bentuk pengkodean di hasil akhir.

Banyak siswa yang menganggap jika dalam memproses sudah benar maka

kesimpulan tidak ditulis juga sudah benar padahal itu salah. Kurangnya

pemahaman siswa tentang apa yang diminta soal mengakibatkan kesalahan

dalam menyelesaikan hasil akhir. Faktor yang menyebabkan siswa

melakukan kesalahan dalam menuliskan kesimpulan yaitu: siswa tergesa-

gesa, kurang teliti, tidak menemukan hasil akhir, lupa, dan kurang

menangkap informasi dari guru.

B. Saran

Dari simpulan di atas, peneliti menyampaikan saran:

1. Bagi calon peneliti sebaiknya untuk lebih teliti saat menyiapkan instrumen

penelitian sebelum melakukan penelitian dan peneliti hendaknya

mempertimbangkan lebih matang lagi saat membuat rumusan masalah.


91

2. Bagi calon peneliti juga bisa meneruskan penelitian ini, yaitu dengan

menambah soal menjadi lebih banyak lagi supaya tujuan penelitian bisa

mendapatkan hasil yang lebih baik.

3. Bagi calon peneliti juga bisa meneruskan penelitian ini, yaitu dengan

meneliti kemampuan siswa dalam masalah matematika untuk materi selain

SPLDV dengan menggunakan prosedur Newman.

4. Bagi guru untuk lebih memahami kemampuan pemecahan masalah

matematika peserta didiknya di berbagai bidang sehingga memudahkan

peserta didik untuk memahami materi berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Ali Hamzah dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran


Matematika. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Arif Priyanto, dkk. 2015. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Matematika Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Berdasarkan
Kategori kesalahan Newman di Kelas VII A SMP Negeri 10 Jember.
Universitas Jember. Artikel Ilmiah Mahasiswa, 2015, 1(1): 1-5

Allan L. White. 2005. Active Mathematics In Classrooms: Finding Out Why


Children Make Mistakes – And Then Doing Something To Help Them.
Square One, Vol 15, No 4, p.15-19. Diunduh di
http://www.curriculumsupport.education.nsw.gov.au/primary/mathematics
/assets/pdf/sqone.pdf .

Allan L. White. 2010. Numeracy, Literacy, and Newman’s Error Analysis.


Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia, Vol. 33
No. 2, p. 129-148. Diunduh di
http://www.recsam.edu.my/R&D_Journals/YEAR2010/dec2010vol2/allan
(129-148).pdf

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia


Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ida Karnasih. 2015. Analisis Kesalahan Newman Pada Soal Cerita Matematis
(Newman’s Error Analysis in Mathematical Word Problem). Jurnal
PARADIKMA, Vol 8; Nomor 1, April 2015, Hal 37-51.

Lexi J. Moleong. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rosdakarya.

Mulyono Abdurrahman. 2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakaarta: Penerbit Rineka .

Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini. 2012. Belajar dan Pembelajaran.


Depok Sleman Yogyakarta: Penerbit Teras.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.


REMAJA ROSDAKARYA.

92
93

Nuroniah, dkk. 2013. Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan


Masalah Dengan Taksonomi Solo. Universitas Negeri Semarang. UJME 2
(2) (2013).

Natcha Prakitipong and Satoshi Nakamura. 2006. Analysis of Mathematics


Performance of Grade Five Students in Thailand Using Newman
Procedure. Journal of International Cooperation in Education, Vol.9,
No.1. Diunduh di http://home.hiroshima-u.ac.jp/cice/wp-
content/uploads/publications/Journal9-1/9-1-9.pdf

Parmjit Singh, dkk. 2010. The Newman Procedure for Analyzing Primary Four
Pupils Errors on Written Mathemattical Task: A Malaysian Perpective.
Procedia on International Conference on Mathematical Education
Research 2010 (ICMER 2010). Procedia Social and Behavioral Sciences 8
(2010) 264-271. Shah Alam: University
Technology.https://www.researchgate.net/publication/241123045_The_Ne
wman_Procedure_for_Analyzing_Primary_Four_Pupils_Errors_on_Writte
n_Mathematical_Tasks_A_Malaysian_Perspective.

Shio Kumar Jha. 2012. Mathematics Performance of Primary School Students in


Assam(India): An Analysis Using Newman Procedure. International
Journal ofComputer Applications in Engineering Sciences, Vol II.Diunduh
di http://connection.ebscohost.com/c/articles/82881779/mathematics-
performance-primary-school-students-assam-india-analysis-using-
newman-procedure.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.


Rineka Cipta Sugiyono.

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Afabeta.

Sugiyono . 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung:


Alfabeta

Sugiyono. 2014. Kesalahan Prosedur Newman Pada Siswa Sekolah Menengah


Pertama. Jurnal ilmiah STKIP Ngawi Vol. 13 No.1(2014) p58-p64
pendidikan.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Sutama, 2011. Pengelolaan Pembelajaran Matematika Untuk Penanaman dan


Pengembangan Karakter Anti Korupsi. Prosiding Seminar Nasional
94

Matematika. Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah


Surakarta. Diunduh di
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/607/MAK-UT-
SUTAMA.pdf?sequence=1Syaiful Bahri Djamarah. 2012. Prestasi Belajar
dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Syaiful Bahri Djamarah. 2012. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.
LAMPIRAN

95
96

Hasil gambar saat siswa menyelesaiakan soal dan wawancara

Gambar 1. Siswa menyelesaiakan soal cerita matematika

Gambar 2. Wawancara dengan Dwi dan Ichsan

Gambar 3. Wawancara dengan Risma


97
98

LEMBAR SOAL

Mata Pelajaran : Matematika


Hari/Tanggal : 28 November 2016

Waktu : 1 x 40 Menit

PETUNJUK UMUM:

a. Periksa dan bacalah dengan teliti soal soal sebelum mengerjakan


b. Berdaoalah sebelum mengerjakan
c. Laporkan kepada pengawas apabila terdapat tulisan yang kurang jelas
atau rusak
d. Kerjakan soal tersebut di lembar jawab yang sudah disediakan
e. Kerjakan soal soal tersebut dengan baik beserta cara perhitunganya
f. Tulislah soalnya (diketahui, ditanyakan, dijawab, kesimpulan)
g. Periksalah pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada pengawas

1. Dalam sebuah tempat pertunjukan terdapat 200 orang penonton yang


terdiri dari penonton anak-anak dan penonton dewasa. Dari penjualan tiket
diperoleh uang sebesar Rp 780.000,00. Jika harga tiket uang anak-anak Rp
3.500,00 dan orang dewasa Rp 4.000,00.
a. Tentukan model matematika dari soal tersebut!
b. Tentukan banyaknya penonton dewasa dan anak-anak!
2. Andi membeli dua pensil dan dua buku dengan harga Rp 14.000,00
sedangkan Arofah membeli satu pensil dan tiga buku dengan harga Rp
17.000,00. Tentukan harga sebuah pensil dan harga sebuah buku!
99

Kunci Jawaban
Pemecahan
No berdasarkan
Kunci Jawaban
. prosedur
Newman
1 Reading Memknai setiap kata, istilah atau symbol dalam soal dan
menunjukan variabel yang digunakan. Misalkan x merupakan
tiket anak anak dan y utuk tiket orang dewasa. Oleh sebab
banyaknya jumlah penonton anak anak dan dewasa 200 orang
sedangksn penjualan tiket Rp 780.000,00. Harga tiket untuk orang
dewasa Rp 4.000,00 sedangkan Harga tiket anak-anak Rp 3.500,00
Maka didapat kalimat matematikanya
x + y = 200
3500x + 4.000y = 780.000
Tentukan banyaknya penonton dewasa dan anak-anak!

Menunjukan dan menuliskan unsure yang diketahui dan unsure


Comprehension yang ditanyakan.
Diketahui: jumlah penonton dewasa dan anak anak 200 orang
Jumlah penjualan tiket Rp 780.000,00
Harga tiket orang dewasa Rp 4.000,00
Harga tiket anak-anak Rp 3.500,00
Ditanyakan:
a.Tentukan model matematika dari soal tersebut
b. Tentukan banyaknya penonton dewasa dan anak-anak

Misalkan orang anak-anak = x, dewasa = y


Model matematikanya adalah
Transformation x + y = 200
3500x + 4.000y = 780.000 7x + 8y = 1560

Dengan menggunakan eliminasi


x + y = 200 x8 8x + 8y = 1600
Procces Skill 7 x + 8y = 1560 x 1 7x + 8y = 1560
x = 40

subtitusikan nilai x ke x + y = 200


x + y = 200
40 + y = 200
y= 200 - 40
y = 160
Encording Jadi banyaknya penonton anak-anak adalah 40 orang dan
penonton dewasa adalah 160 orang.
100

2 Reading Memknai setiap kata, istilah atau symbol dalam soal dan
menunjukan variabel yang digunakan. Misalkan x merupakan
pensil dan y utuk buku. Oleh sebab 2 pensil dan dua buku dengan
harga Rp 14.000,00, sedangkan Arofah membeli satu pensil dan
tiga buku dengan harga Rp 17.000,00
Maka didapat kalimat matematikanya

2x + 2y = 14000

x + 3y = 17000

Berapa harga sebuah pensil dan harga sebuah buku!

Menunjukan dan menuliskan unsure yang diketahui dan unsure


Comprehension yang ditanyakan.
Diketahui: Andi membeli 2 pensil dan dua buku dengan harga Rp
14.000,00. sedangkan Arofah membeli satu pensil dan
tiga buku dengan harga Rp 17.000,00
Ditanya: berapa harga sebuah pensil dan harga sebuah buku!

Transformation Misalkan harga sebuah pensil= x, harga sebuah buku=y


Model matematikanya:
2x + 2y = 14000
x + 3y = 17000

Procces Skill Dengan metode eliminasi.


Menghilangkan variabel x

2x + 2y = 14000 x1 2x + 2y = 14000
x + 3y = 17000 x2 2x + 6y = 34000
-4y = -20000
y=
y = 5000
Menghilangkan variabel y
2x + 2y = 14000 x 3 6x + 6y = 42000
x + 3y = 17000 x 2 2x + 6y = 34000
4x = 8000
x=
x = 2000

Encording Jadi harga sebuah pensil adalah Rp 2.000,00 dan harga sebuah
buku adalah Rp 5.000
101
102
103
104
105
106
107

Wawancara
Nama: Dwi Wahyuni

P : Coba bacakan pertanyaanya?


D : Membaca
P : Sudah bisa memahami soalnya?
D : Insya’aloh sudah
P : Apa saja yang diketahui?
D : Terdapat 200 orang penonton yang terdiri dari penonton anak-anak dan
dewasa, dan diperoleh penjualan tiket sebesar Rp 780.000. Harga tiket anak-
anak Rp 3.500 kalau orang dewasa Rp 4.000
P : Kenapa kamu menulis jumlah uang tidaka ada tulisan rupiahnya?
D : Kalau ditulis nanti tambah bingung
P : Biasanya kamu kalau menulis jumlah uang disoal cerita itu ada tulisan
rupiahnya apa tidak didepanya?
D : Terkadang ada terkadang engga.
P : Kenapa pertanyaanya tidak tulis?
D : Kelupaan
P : Berarti petunjuk umum tidak dibaca ya?
D : iya lupa
P : Apakah kamu masih bingung dalam menentukan variabelnya?
D : Kalau kemarin si agak bingung
P : Kenapa dalam menentukan variabel salah?
D : Tidak tahu
P : Kenapa kamu tidak membuat model matematikanya?
D : Karena tidak tahu model matematikanya jadi tidak buat
P : kenapa tadi tidak ada variabelnya?
D : lah ini variabelnya
P : Tapi diharga tiket tidak ada
D : Harus ada iya
P : Kamu dalam mengerjakn soal menggunakan metode apa
D : Matematika
P : Setahu kamu saja
D : Subtitusi dan eliminasi
P : Pengertian dari subtitusi apa?
D : Pengurangan
P : Kalau eliminasi?
D : Kalau eliminasi itu menghilangkan
P : Yang lain tidak inget ya?
D : Pokoknya menghilangkan hehe
P : Ini kamu dapat y=4000 dari mana?
D : Dari penjualan tiket orang dewasa
P : Kenapa dalam mengalikan ada 40. 200y. 40 kamu dapat darimana?
D : Engga tahu, ini dicoret jadi 40
P : 200 y kamu dapat darimana?
D : Dari 200 orang penonton
108

P : Dari 35x + 40.200y=7800. Ini kan ada 40.200y ini cara apa yang kamu
gunakan?
D : Subtitusi
P : Kenapa 35x + 40.200y=7800 menjadi 35x= 8000-7800 kebalik apa tidak?
Kenpa?
D : Karena delapan ribu lebih besar
P : kamu kemarin waktu mengerjakan yakin apa tidak?
D : Tidak yakin
P : x bisa ketemu kok y tidak ada, y kemana?
D : Tidak ketemu
P : Kenapa kesimpulanya tidak lengkap?
D : Karena tidak ada hasil akhirnya
P : Kalau memprosesnya benar maka jawabanya?
D : Benar
P : Bapak ulangi lagi ya, jika kesimpulannya benar maka memprosesnya?
D : Harus benar
109

Wawancara
Nama: M. Ichsanudin

P : Coba bacakan pertanyaanya!


M : Membaca
P : Sudah memahami apa yang dibaca?
M : Lumayan
P : Jika belom memahami, apa yang kamu lakukan?
M : Mengulangi membaca
P : Apa saja yang kamu ketahui yang ada dalam soal?
M : 200 orang penonton, diperoleh uang tujuh ratus delapan puluh ribu, harga
tiket anak-anak Rp 3500, harga tiket orang dewasa Rp 4000.
P : yang a kenapa kamu menulisnya modalnya pembagian
M : Itu karena saya msaih bingung
P : Kenapa kamu menulisnya tiket anak-anak bukan harga tiket anak-anak?
M : Lupa
P : Kenapa yang ditanya hanya b yang a mana?
M : Karena yang b harus menghitung
P : Apakah kamu masih bingung untuk menentukan variabel dari soal apa saja?
M : Masih bingung
P : 35x+40y=480.000 yang 480.000 kamu dapat darimana?
M : Dari penjualan tiket
P : Darimana?
M : Salah tulis
P : Kalau salah tulis biasanya kamu kurang teliti iya apa tidak?
M : iya
P : dalam memproses kamu menggunakan cara apa?
M : Eliminasi dan Subtitusi
P : Pengertian dari eliminasi apa?
M : Pengurangan
P : Cuma itu saja?
M : Bingung
P : Pengertian dari subtitusi?
M : Pembagian
P : Kenapa x=400000: 5?
M : Karena 5 nya ditaruh dibawah empat ratus ribu
P : Kenapa x= , kamu dapat empat ribu darimana?
M : Dari harga tiket dewasa
P : Kenapa menyelesaikan dengan metode subtitusi seperti ini x.20 + y= 200
20.x+y = 200
y=
Kenapa x.20 + y= 200, kamu yang x.20 dapet darimana?
M : lupa pak
P : Yakin lupa?
M : Iya lupa
110

P : Terus yang 20.x+y = 200, ketika turun kebawah kok x nya bisa hilang?
y=
M : Dihilangkan
P : Langsung dihilangkan
M : Iya
P : Kesimpulan akan benar jika memprosesnya?
M : Benar
P : Ketika memprosesnya salah maka kesimpulanya?
M : Salah
P : Kesalahan yang kamu lakukan tahu apa tidak?
M : Tahu
P : Apa saja kesalahan yang kamu lakukan?
M : Salah memproses, salah menaruh angka, kurang teliti.
P : Sebelum kamu mengerjakan petunjuknya dibaca apa tidak?
M : Tidak.
111

Wawancara Lampiran
Nama: Rismayanti

P : Coba bacakan pertanyaanya!


R : Membaca
P : Bagaimana cara kamu memahami soal?
R : Membaca lebih dari satu kali
P : Sudah paham belum apa yang kamu baca?
R : Lumayan
P : Apa saja yang kamu ketahui didalam soal?
R : 200 orang penonton terdiri harga tiket anak-anak Rp 3500 harga tiket dewasa
Rp 4000,uang diperoleh tujuh lapan ribu eh Rp 780.000.
P : Apakah kamu masih bingung untuk menentukan variabel didalam soal?
R : Sebagian
P : Apa biasanya kalau mengerjakan soal cerita tidak dimisalkan dahulu?
R : Engga
P : Terus ini kenapa seperti ini?
R : Keburu-buru
P : Kamu dalam mengerjakan menggunakan metode apa?
R : Subtitusi dan eliminasi
P : Subtitusi dulu baru eliminasi?
R : Eliminasi dulu baru subtitusi
P : pengertian dari eliminasi apa?
R : Memperkecil angka
P : Kalau subtitusi si?
R : Agar lebih mudah mengerjakan
P : Apa kamu masih bingung dalam mengerjakan?
R : Sebagian masih bingung
P : Kenapa msih bingung?
R : Karena soalnya bikin belum terlalu jelas
P : Berarti kamu dalam memahami soal belum terlalu jelas ya?
R : iya
P : 35000y-40000y hasilnya berapa?
R : -500
P : itu ya salah, harusnya berapa?
R : -5000
P : iya, kenapa kamu salah?
R : Kurang teliti
P : Ketika kamu memproses menggunakan metode subtitusi bingung apa tidak?
R : Tidak
P : biasanya orang yang kurang teliti mengakibatkan hasilnya itu?
R : Salah
P : jika memprsosesnya salah maka hasilnya salah?
R : Salah
P : Kenapa bisa salah?
R : Kurang teliti
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121

Surat Pernyataan Uji Validator

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Teguh Suyono, S.Pd
Jabatan: Guru Matematika SMP N 43 Purworejo

Telah melakukan validasi instrumen tes kemampuan pemecahan masalah


matematika, dengan peneliti:

Nama : Edi Kurniawan


NIM : 112144268
Program Studi : Pendidikan Matematika

Berdasarkan hasil uji validitas ini, dengan ini menyatakan bahwa instrumen
tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada penelitian ini
dinyatakan (Layak/ Tidak Layak) sebagai alat uji instrumen penelitian.

Purworejo, 24 November 2016


Validator,

Teguh Suyono, S.Pd


122

Surat Pernyataan Uji Validator

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama: Prasetyo Budi Darmono, M.Pd
Jabatan: Dosen Matematika

Telah melakukan validasi instrumen tes kemampuan pemecahan masalah


matematika, dengan peneliti:

Nama : Edi Kurniawan


NIM : 112144268
Program Studi : Pendidikan Matematika

Berdasarkan hasil uji validitas ini, dengan ini menyatakan bahwa instrumen
tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada penelitian ini
dinyatakan (Layak/ Tidak Layak) sebagai alat uji instrumen penelitian.

Purworejo, 25 November 2016


Validator,

Prasetyo Budi Darmono, M.Pd


NIDN. 0602067901

Anda mungkin juga menyukai