Anda di halaman 1dari 15

STEP 7 LBM 1

MODUL KGD

1. Apa makna suara berkumur yang didapatkan saat pemeriksaan ?


Bila penderita mengalami penurunan kesadaran maka pangkal lidah
kemungkinan akan jatuh kebelakang dan menyumbat hipofaring.

2. Apa makna dari tanda vital korban ?


Vital sign
Tekanan darah turun Nadi naik
Trauma

Cedera Otak (cedera primer)

Gangguan suplai untuk sel (oksigen, darah, dan nutrisi)

Gangguan metabolismesel

Syok

- Hipotensi, sistolik <90mmHg atau turun ≥30mmHg


- Takikardi, denyut nadi > 100/menit, kecil, lemah/tak teraba
- Hiperventilasi akibat anoksia jaringan
3.
4. Agus Purwidianto dan Budi Sampurna. Kedaruratan Medik Edisi Rev.
2000. Binarupa Aksara.
RR meningkat
Berkurangnya oksigen di dalam tubuh kita akan memberikan suatu
keadaan yang disebut hipoksia. Hipoksia ini dikenal dengan istilah
sesak napas. Frekuensi napas pada keadaan sesak napas lebih cepat
daripada keadaan normal. Oleh karena itu, bila sesak napas ini
berlangsung lama maka akan memberikan kelelahan pada otot-otot
pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2. Gas
CO2 yang tinggi ini akan mempengaruhi susunan saraf pusat dengan
menekan pusat napas yang ada di sana. Keadaan ini dikenal dengan
istilah henti napas.
Rab,T., Agenda gawat darurat, jilid 2

5. Usaha apa yang perlu dilakukan jika jalan nafas masih tersumbat
selain Jaw thrust ?

6. Apa makna dari GCS korban (GCS 8) ?


Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
1. Menilai respon membuka mata (E)
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya
menekan
kuku jari)
(1) : tidak ada respon

2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)


(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )
disorientasi tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas,
namun
tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon

3. Menilai respon motorik (M)


(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat
diberi
rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh
menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas
dada &
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi
tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon

Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :


(Compos Mentis(GCS: 15-14) / Apatis (GCS: 13-12) /
Somnolen(11-10) /
Delirium (GCS: 9-7)/ Sporo coma (GCS: 6-4) / Coma (GCS: 3))

Ingat:
• trauma kepala berat jika GCS ≤ 8
• trauma kepala sedang jika GCS antara 9 dan 12
• trauma kepala ringan jika GCS ≥ 13
http://www.bt.cdc.gov/masscasualties/pdf/glasgow-coma-
scale.pdf

Indikasi jaw thrust?

Tindakan jaw thrust (mendorong rahang) dilakukan dengan cara


memegang sudut rahang bawah (angulus mandibulae) dan
mendorong rahang bawah kedepan. keuntungan melakukan tindakan
ini adalah dapat sekaligus melakukan fiksasi kepala agar selalu pada
posisi segaris (in line),dan mengurangi cidera leher.
Mengapa pasien tidak sadar?
Adanya sumbatan jalan nafas yang menyebabkan kesulitan
bernafas dan pasien akan berusaha untuk bernafas sehingga ada
kelelahan dari otot pernafasan yang akan menyebabkan
penumpukan sisa pembakaran O2 ( Co2 ). CO2 yang tinggi akan
mempengaruhi ssp yang nantinya akan menekan pusat nafas
sehingga hentu nafas. Bisa juga karena terhentinya aliran darah ke
otak dari jantung yang menagalami dekompensasi oksigen akibat
gagal nafas dan menyebabkan iskemik pada otak sehingga ada
penurunan kesadaran. IPD FK UI

Kapan sumbatan jalan nafas menyebabkan pasien tidak sadar?

7. Apa saja yang menyebabkan jalan nafas pasien tersumbat ?


a. Adanya edema jalan napas  o/k infeksi, reaksi alergi, trauma
tumpul
b. Benda asing
c. Tumor
d. Trauma pada daerah laring
e. Spasme otot laring, cth: pada tetanus, asma
f. Kelumpuhan otot abduktor pita suara
g. Kelainan kongenital
h. Trauma  lidah jatuh ke belakang (karena kesadaran yang menurun,
kelemahan di N.IX dan otot tidak bekerja dengan maksimal) shg
menutup nasofaring

Penyebab sumbatan yg sering kita jumpai adalah dasar lidah,


palatum mole, darah atau benda asing yg lain. Dasar lidah
sering menyumbat jalan nafas pada penderita koma, karena
pada penderita koma otot lidah dan leher lemas sehingga tidak
mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang faring.
hal ini sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.
Benda asing seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas
yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan oleh penderita yg
tidak sadar dapat menyumbat jalan nafas. Penderita yg
mendapat anestesi atau tidak, dapat terjadi laringospasme an
ini biasanya terjadi oleh karena rangsangan jalan nafas atas
pada penderita stupor atau koma yg dangkal.
Sumbatan nafas juga dapat trjdi pad jalan nafas baigian bawh,
dan ini terjadi sebagai akibat bronkospasme, sembab mukosa,
sekresi mukosa, masuknya isi lambung atau benda asing ke
dalam paru.
(Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat,
Prof. DR.dr. I. Riwanto, Sp.BD, FK UNDIP)

 Trauma
Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung
diri, atau kasus percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi
biasanya terjadi di tulang rawan sekitar, misalnya aritenoid,
pita suara dll.
 Benda Asing
Benda Asing tersebut dapat tersangkut pada :
 Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui
tanda-tanda sebagai berikut, yakni secara progresif
terjadi stridor, dispneu, apneu, digagia, hemopsitis,
pernafasan dgn otot-otot nafas tambahan, atau dapat
pula terjadi sianosis. Gangguan oleh benda-benda asing
ini biasanya terjadi pada anak-anak yg disebabkan oleh
berbagai biji-bijian dan tulang ikan tg tdk teratur
bentuknya.

 Saluran nafas
Berdasarkan lokasi benda-benda yg tersangkut dalam
saluran nafas maka dibagi atas :
 Pada Trakhea
Benda asing pada trakhea jauh lebih berbahaya
dari pada di dalam bronkhus, karena dapat
menimbulkan asfiksia. Benda asing didalam trakea
tidak dapat dikeluarkan, karena tersangkut di
dalam rima glotis dan akhirnya tersangkut dilaring
dan menimbulkan gejala obstruksi laring
 Pada Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan,
oleh karena diameternya lebih besar dan
formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga
menjadi besar
(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr..
H. Tabrani Rab)
Edema jalan nafas :dapat disebabkan
infeksi(difteria), reaksi alergi atau akibat
intrumentasi (pemasangan pipa endotrakeal,
bronkoskopi ) dan trauma tumpul
Benda asing
Tumor : kista laring, papiloma laring, karsinoma
larings : biasa sumbatan terjadi perlahan-lahan
Trauma daerah larings
Spasme otot larings : tetanus, reaksi emosi
Kelumpuhan otot abduktor pita suara (abductor
paralysis) : terutama bila bilateral
Kelainan kongenintal : laryngeal web, fistula
trakeoesofagus yang menimbulkan
laringotrakeamalasia
(Kedaruratan medik,pedoman penatalaksanaan
praktis, agus purwadianto,2000)

8. Apakah fraktur mandibula kiri memperberat sumbatan nafas korban


dan bagaimana mekanisme nya ?

9. Apa saja tanda obstruksi jalan nafas ?


a. Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara
mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa
orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
b. Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring.
Cara mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction.
c. Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi
:cricotirotomi, trakeostomi.
 Tanda dan Gejala
Tanda Objektif :
a. Look
Lihat apkah penderita kesadaran berubah. Bila penderita
gelisah, kemungkinan paling besar adalah Hipoksia.
Pada Trauma kapitis penderita gelisah disebabkan :
o Hipoksia
o Buli-bulipenuh
o Nyeri dari tempat lain (fraktur dsb)
o Trauma kapitisnya sendiri
b. Listen
Pernafasan yang berbunyi adalah pernapasan yang
terobtrusksi
= Mengorok : lidah jatuh ke belakang
= Gurgling : darah atau cairan
= stridor disebabkan obstruksi parsial faring/laring
c. Feel
Rasakan pergerakan udara ekspirasi, tentukan apakah
trakea terletak di garis tengah.

Buku Panduan Basic Trauma and Life Support

Benda Asing di Laring

Stridor, dispneu, apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan dengan otot-


otot tambahan, dapat pula terjadi sianosis

Benda Asing di Trakhea

Lebih berbahaya daripada didalam bronkhus karena dapat


menimbulkan asfiksia. terdengar stridor dan akhirnya trjdi sianosis yg
disertai dgn edema

Benda Asing di Bronkhus


Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena
diameternya lebih besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus
sehingga menjadi besar

Benda Asing di Trankeobronkial

Pasien mengalami batuk yg hebat dan bersin-bersin selama beberapa


menit. Batuk ini diikuti wheezing (mengi) dan ila tdk terdapat riwayat
asma, maka hal ini harus dicurigai sbg benda asing, terutama bila
wheezing (mengi) terdapat di unilateral.

Berdasarkan tingkat obstruksi yg trjdi pda saluran nafas dibagi mnjdi 3


bagian, yaitu :

a. Dimana obstruksi yg tjd dpt menganggu ventilasi, maka hanya


ditemukan wheezing tanpa ditemukan gangguan pada parenkim paru
b. Bila terjadi obstruksi parsial, maka dapat terjadi check valve
phenomen atau empisema paru
c. Bila terjadi obstuksi total, maka akan terjadi atelektasis
(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab)

 Terdengar suara nafas tambahan, seperti :

- Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan


adanya kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda
padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah
pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk
membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan
jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi,
ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk
menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada
benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi
palsu dll). Pindahkan benda tersebut.
- Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi
karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg:
darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas),
lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya,
menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain
untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
- Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan
karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk
pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt
and chin lift atau jaw thrust saja

 Dapat dibagi atas 4 stadium (jackson):

 Sesak nafas, stridor inspirator, retraksi suprasternal : keadaan


umum masih baik
 Gejala stadium 1 + retraksi epigastrium : penderita mulai
gelisah
 Gejala stadium 2 + retraksi supra/infraklavikular, penderita
sangat gelisah dan sianotik
 Gejala stadium 3 + retraksi interkostal, penderita berusaha
sekuat tenaga untuk menghirup udara : lama kelamaan terjadi
paralisis pusat pernafasan, penderita menjadi apatik dan
akhirnya meningggal

10. Mengapa terjadi darah keluar dari mulut dan apa artinya ?
11. Mengapa pasien tetap tidak sadarkan diri setelah dilakukan
suction dan OPA ?
Sementara menunggu craniotomi, apa yang dilakukan ?
Indikator jalan nafas sudah terbebas ?
Jika sumbatan jalan nafas tetap berlangsung, apa akibatnya ?
12. Bagaimana anatomi dan fisiologi saluran pernafasan ?
13. Cedera lain apa saja yang mungkin terjadi ?
14. Bagaimana cara melakukan primary survey ?
Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan jenis
perlukaan, tanda-tanda vital, dan mekanisme trauma. Pada penderita
yang terluka parah terapi diberikan berdasarkan prioritas. Tanda
vital harus dinilai secara cepat dan efisien.

Proses Primary survey ini merupakan ABC nya trauma , dan


berusaha untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih
dahulu, dengan berpatokan pada urutan berikut :
A airway (jalan nafas) : mengontrol jalan nafas
B breathing (bantuan nafas) : menjaga pernafasan dengan
ventilasi
C circulation (bantuan sirkulasi) : dengan kontrol perdarahan
D defbrilation (terapi listrik) : status neurologis
E exposure / environmental control : buka baju penderita, tetapi
cegah hipotermia

Sumber : Advanced Trauma Life Support

15. Bagaimana cara melakukan secondary survey ?

Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah stabil


Bila sewaktu survei sekunder kondisi pasien memburuk maka kita
harus kembali
mengulangi PRIMARY SURVEY.
Semua prosedur yang dilakukan harus dicatat dengan baik.
Pemeriksaan dari kepala sampai ke jari kaki (head-to-toe
examination) dilakukan dengan
perhatian utama :
Pemeriksaan kepala
• Kelainan kulit kepala dan bola mata
• Telinga bagian luar dan membrana timpani
• Cedera jaringan lunak periorbital
Pemeriksaan leher
• Luka tembus leher
• Emfisema subkutan
• Deviasi trachea
• Vena leher yang mengembang
Pemeriksaan neurologis
• Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
• Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik
• Penilaian rasa raba / sensasi dan refleks
Pemeriksaan dada
• Clavicula dan semua tulang iga
• Suara napas dan jantung
• Pemantauan ECG (bila tersedia)
http://www.primarytraumacare.org/wp-
content/uploads/2011/09/PTC_INDO.pdf

16. Bagaimana menilai GCS ?


Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
1. Menilai respon membuka mata (E)
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya
menekan
kuku jari)
(2) : tidak ada respon

2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)


(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )
disorientasi tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas,
namun
tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
3. Menilai respon motorik (M)
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat
diberi
rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh
menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas
dada &
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi
tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : tidak ada respon

17. Apa saja macam sumbatan jalan nafas ?


Sumbatan jalan nafas total
- Tidak terdengar suara nafas atau tidak terasa adanya aliran
udara lewat hidung atau mulut
- Adanya retraksi pd daerah supraklavikula dan sela iga bila
penderita msh bs bernafas spontan dan dada tdk mengembang
pd wktu inspirasi
Sumbatan jalan nafas parsial
- Terdengar aliran udara yg berisik dan kadang2 disertai retraksi
- Bunyi lengking menandakan adanya laringospasme, bunyi seperti
org kumur menandakan adanya sumbatan oleh benda asing
(Penanganan Penderita Gawat Darurat,
Prof.DR.Dr.I.Riwanto,SpBD,FK UNDIP, 2000 )

Obstruksi yg trjdi dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Obstruksi total
Terjadi perubahan yg akut berupa hipoksemia yg menyebabkan
terjadinya kegagalan pernafasan secara cepat. Sementara kegagalan
pernafasan sendiri menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi
kardiovaskuler dan menyebabkan pula terjadinya kegagalan SSP
dimana penderita kehilangan kesadaran secara cepat diikuti dengan
kelemahan motorik bahkan mungkin pula terdapat renjatan
(seizure0. Kegagalan fungsi ginjal mengikuti kegagalan fungsi darah
dimana terdapat hipoksemia, hiperkapnia, dan lambat laun terjadi
asidosis respiratorik dan metabolik

b. Fenomena Check Valve


yaitu udara dapat masuk, tetapi tdk keluar. keadaan ini
menyebabkan terjadinya empisema paru, bahkan dapat terjadi
empisema mediastinum atau empisema subkutan

c. Udara dapat keluar masuk walaupun terjadi penyempitan saluran


nafas dari 3 bentuk keadaan ini, Obstruksi total adalah keadaan yg
terberat dan memerlukan tindakan yg cepat. dalam keadaan PCO2
tinggi dgn kecepatan pernafasan 30/menit dlm usaha kompensasi
maksimal. Di atas keadaan ini, pasien tidak dapat mentoleransi. Bila
terjadi hipoksemia, menandakan fase permulaan terjadinya
kegagalan pernafasan.
(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab)
18. Penyebab syok pada pasien ?

(Agus Purwadinanto dan Budi Sampurna. 2000. Kedaruratan Medik


Edisi Revisi Pedoman Penatalaksanaan Praktis. Jakarta : Binarupa
Aksara)
(Michael Jay Bresler dan George L. Sternbach. 2007. Manual Kedokteran
Darurat Edisi 6 Jakarta : EGC)

Anda mungkin juga menyukai