Disusun Oleh:
Disusun Oleh
NUR ROYHANA ZULFA
(31201600876)
Disahkan pada
Tanggal,
Mengetahui
Penguji ....................................
Dosen Koordinator
Mata Kuliah Metodologi Riset
.................................... ....................................
Dr. Jamila Kautsary, S.T., M.T. Dr. Hj. Mila Karmilah, S.T., M.T.
Metodologi Riset | i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan metodologi riset dengan tepat
waktu sehingga dapat memenuhi tugas mata kuliah metodologi riset. Dengan selesainya
laporan metodologi riset ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak. Sehingga pada
kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah mmbantu dalam proses penyelesaian laporan ini, yaitu:
1. Ir. H. Rachmat Mudiyono, M.T., PhD selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Islam Sultan Agung.
2. Ir. Eppy Yuliani, M.T. selaku Ketua Program Studi Perencanaan wilayah Dan Kota,
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
3. Dr. Jamilah Kautsary, S.T., M.T. dan Dr. Mila Karmilah, S.T., M.T. selaku dosen
pengampu.
4. Boby Rahman, S.T., M.T. dan Ir. Mohammad Agung Ridlo, M.T. selaku dosen
pembimbing Metodologi Riset yang telah memberikan dukungan selama masa
asistensi dan sabar memberikan masukan, pengarahan serta bimbingannya;
5. Kepada Dosen-Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas
Teknik Unissula yang telam memberikan ilmu saat masa belajar mengajar.
6. BAP Fakultas Teknik UNISSULA yang sudah memberikan pelayanan administrasi
dengan baik
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan metodologi riset ini,
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
8. Last but not least, Kedua orang tua dan saudara-saudaraku, yang senantiasa
dirindukan, selalu memberikan dukungan, motivasi serta mencurahkan doanya untuk
penyusun.
Penyusun menyadari bahwa laporan metodologi riset ini jauh dari kesempurnaan.
maka dari itu, penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
Laporan Metodologi Riset ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak dan pembaca secara
umum dan secara khusus untu mahasiswa adek tingkat yang membutuhkan khususnya
mahasiswa Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Islam
Sultan Agung.
Peneliti
Metodologi Riset | ii
DAFTAR ISI
Metodologi Riset | iv
DAFTAR TABEL
Metodologi Riset | v
DAFTAR GAMBAR
Metodologi Riset | vi
DAFTAR PETA
Metodologi Riset | 2
semakin berkurangnya wilayah pertanian. Oleh karena itu pembangunan
perumahan menjadi kurang teratur dan membutuhkan penanganan yang serius
untuk dicarikan solusinya. Akibat pembangunan perumahan yang tidak teratur
Kecamatan Mranggen menjadi salah satu kecamatan yang terindikasi oleh
fenomena urban sprawl sehingga memunculkan beberapa macam pola
perembetan urban sprawl. Untuk usaha penata-gunaan pada kawasan perumahan
di Kecamatan Mranggen dengan pemahaman terkait aspek-aspek tata ruang,
lokasi pengembangan, dan persoalan-persoalan kebijakan serta perenacaan.
Melihat kondisi yang demikian peneliti perlu adanya kajian pola perembetan
urban sprawl berdasarkan pertumbuhan perumahan di wilayah peri urban
kecamatan mranggen.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang terdapat di Kecamatan Mranggen yang mana
merupakan wilayah pengembang perumahan yang menjadi bagian dari Wilayah
Peri Urban Kabupaten Demak.
1. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Mranggen sehingga
meningkatkan kebutuhan rumah yang kemudian terjadi pembangunan
perumahan di berbagai wilayahnya.
2. Pembangunan sektor perumahan sering kali mengesampingkan peruntukan
lahan sehingga terjadi perubahan fungsi di sektor lainnya seperti ahli fungsi
lahan dari lahan hijau menjadi lahan terbangun.
3. Perubahan fungsi ke sektor lain yang terjadi apabila tidak diseimbangkan
dengan kebijakan oleh pemerintah Kabupaten Demak dapat menimbulkan
ketidakteraturan pembangunan kawasan perumahan
Adapun pertanyaan penelitian yang dirumuskan berdasarkan permasalahan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimana pola perembetan urban sprawl berdasarkan pertumbuhan kawasan
perumahan di Wilayah Peri Urban Kecamatan Mranggen?”
1.3. Tujuan Dan Sasaran
1.3.1. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola
perembetan urban sprawl berdasarkan pertumbuhan kawasan perumahan di
wilayah peri urban yang mengambil lokasi di Kecamatan Mranggen.
Metodologi Riset | 3
1.3.2. Sasaran
Untuk mendukung agar tujuan diatas tercapai, maka penelitian ini
diarahkan pada sasaran sebagai berikut:
a. Menganalisis lokasi-lokasi perumahan yang terbangun di wilayah peri urban
b. Menganalisis pola perembetan urban sprawl pertumbuhan kawasan
perumahan
1.4. Mengidentifikasi Ruang Lingkup
1.4.1. Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup subtansi membatasi pada materi yang akan difokuskan
pada pembahasan tentang kajian pola perkembangan urban sprawl di Wilayah
Peri Urban Kecamatan Mranggen. Batasan materi dalam penelitian ini adalah:
a. Mengidentifkasi lokasi perumahan-perumahan yang terbangun di Wilayah
Peri Urban Kecamatan Mranggen
b. Membahas terkait pola perembetan urban sprawl pertumbuhan kawasan
perumahan melalui identifikasi karaktersik-karakteristik dari macam-macam
pola perembetan urban sprawl. Adapun pertumbuhan perumahan yang akan
dibahas yaitu terkait perumahan yang dibangun oleh pengembang (developer)
yang mana dalam pembahasannya melihat dari persebaran pertumbuhan
perumahan yang diulas baik berdaraskan observasi lapangan maupun melalui
data sekunder berupa peta dasar tahun 2010 dan peta tahun akhir 2019.
1.4.2. Ruang Lingkup Spasial
Ruang lingkup spasial membatasi pada lokasi yang akan digunakan dalam
pembahasan yaitu berada di wilayah Kecamatan Mranggen, yang merupakan
salah satu wilayah peri urban Kabupaten Demak yang berbatasan langsung
dengan Kota Semarang. Berikut ini merupakan gambar batasan dari peta deliniasi
yang akan dijadikan sebagai lokus dalam penelitian.
Metodologi Riset | 4
Sumber: RTRW Kota Semarang dan Kabupaten Demak Tahun 2011-2031 dan Citra Download
dari UMD
Peta I.1. Orentasi Wilayah Penelitian di Kecamatan Mranggen
1.5. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian diketahui untuk memberikan informasi dan perbedaan
penelitian-penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian terdahulu atau keaslian
penelitian bersumber dari jurnal, artikel, karya tulis ilmiah, dan skripsi.
Pembagian kealian penelitian menjadi 2 yaitu sesuai lokasi penelitian dan sesuai
fokus penelitian. Berikut ini penjelasan terkait keaslian penelitian berdasarkan
kesamaan lokasi (lokus penelitian) yang dilakukan.
Penelitian pertama sesuai dengan lokasi yang dilakukan oleh Mujiandari pada
tahun 2014. Judul penelitian adalah “Perkembangan Urban Sprawl Kota Semarag
Pada Wilayah Kabupaten Demak Tahun 2001-2012”. Penelitian berfokus pada
penjelasan perkembangan Urban Sprawl di Kabupaten Demak terutama pada
perkembangan dan faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya urban sprawl
tahun 2001-2012.
Penelitian kedua dilakukan oleh Putra dan Pradoto pada tahun 2016. Judul
penelitian adalah “Pola dan Faktor Perkembangan Pemanfaatan Lahan di
Metodologi Riset | 5
Kecamatan Maranggen, Kabupaten Demak”. Fokus pada penelitian ini terkait pola
dan faktor yang disebabkan adanya perkembangan pemanfaatan lahan terutama
pada lahan terbangun.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Ismanto, dkk pada tahun 2012. Judul
penelitian “Transformasi Masyarakat Petani Mranggen Menuju Masyarakat
Industri”. Fokus dari penelitian ini tentang bentuk transformasi masyarakat petani
mranggen yang kini berubah mengikuti perkembangan kota menjadi masyarakat
industri.
Penjelasan tersebut merupakan penelitian berdasarkan kesamaan lokasi yang
ada di Kabupaten Demak. Selanjutnya, penelitian berdasarkan kesamaan fokus
yang telah dilakukan penelitian. Berikut merupakan penjelasan penelitian
berdasarkan kesamaan fokus.
Penelitian pertama dilakukan oleh Hanief dan Dewi pada tahun 2014 di
Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Judul penelitian adalah “Pengaruh urban
sprawl terhadap Perubahan Bentuk Kota Semarang ditinjau dari perubahan
kondisi fisik Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang”. Fokus pada penelitian
ini yaitu menganalisis terkait pengaruh urban sprawl terhadap perubahan bentuk
Kota Semarang dimana dengan melihat dari perubahan morfologi Kelurahan
Meteseh.
Penelitian kedua dilakukan oleh Puji Hardat pada tahun 2011 di Kabupaten
Semarang. Judul penelitian adalah “Transformasi Wilayah Peri Urban (Kasus di
Kabupaten Semarang)”. Penelitian memiliki fokus pada faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya transformasi pada wilayah peri urban Kabupaten
Semarang.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Teguh Prihanto pada tahun 2010 di Kota
Semarang. Judul penelitian yaitu “Perubahan Spasial dan Sosial-Budaya sebagai
Dampak Megaurban di Daerah Pinggiran Kota Semarang”. Fokus dari penelitian
ini yaitu menentukan faktor-faktor penyebab terjadinya proses megaurban dan
mekanisme kerja berlangsungnya peri urban, serta dampak dari proses tersebut
terutama pada aspek ekonomi, kependudukan, dan aspek sosial-budaya.
Metodologi Riset | 6
Kesimpulan dari keaslian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan pada penelitian “Kajian Pola
Perembetan Urban Sprawl Berdasarkan Pertumbuhan Perumahan di Wilayah Peri Urban Kecamatan Mranggen” belum
pernah dilakukan. Berikut merupakan matriks hasil dari keaslian penelitian yang terkait
Metodologi Riset | 8
Volume,
Lokasi dan
Nomer, Metode
No Nama Peneliti Judul Penelitian Nama Jurnal Tahun Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
dan Hal Penelitian
Penelitian
Jurnal
megaurban terutama pada terjadi akulturasi budaya.
aspek ekonomi, c) Aspek fisik terjadi alih fungsi
kependudukan, dan sosial- lahan dari pertanian ke lahan
budaya. terbangun.
7. Vidya Faktor-Faktor Jurnal Teknik Vol 5, Kota Malang, Metode Perkembangan leapfrog. Terdapat tiga kriteria yang dapat
Trisandini yang No. 2 2016 Kuantitatif Penelitian ini bertujuan untuk digunakan untuk menjadi indikator
Azzizi, Putu Mempengaruhi mengidentifikasi kawasan- terjadinya leapfrog yakni
Gde Ariastita, Terbentuknya kawasan yang mengalami pola aksesibilitas, kepadatan penduduk,
ST. MT Pola Perumahan perkembangan leapfrog di dan campuran penggunaan lahan
Leapfrog di kawasan peri urban Kota (mix-used land) dan perumahan
Kawasan Peri Malang leapfrog di lokasi studi dibagi
Urban Kota menjadi perumahan swadaya, yakni
Malang perumahan di Jalan Atletik, Jalan
Bulu Tangkis, dan Jalan Ikan
Tombro Barat, serta perumahan
komersial yakni Green View
Regency. Diketahui bahwa ada
empat indikator yang berpengaruh,
yakni ketersediaan infrastruktur
pendukung, aksesibilitas, fasilitas
umum, serta daya beli masyarakat
8. Vina Indah Tipologi Tingkat Jurnal Teknik Vol 4, Kota Metode Mengklasifikasikan tingkat Menunjukkan hampir 50%
Apriani dan Urban Sprawl di PWK No. 3 Semarang Kuantitatif urban sprawl di Kota Semarang kelurahan di Kota Semarang bagian
Asnawi Kota Semarang bagian selatan, bagian selatan kedalam tiga selatan teridentifikasi sprawl. 7
Bagian Selatan 2015 tipologi kelurahan tergolong dalam tipologi
3 yang menunjukkan tingkat urban
sprawl tinggi dengan nilai 11-13, 6
kelurahan tergolong dalam tipologi
2 yang menunjukkan tingkat urban
sprawl sedang dengan nilai 9-10,
dan 6 kelurahan yang masuk dalam
tipologi 1 yang menunjukkan tingka
Metodologi Riset | 9
Volume,
Lokasi dan
Nomer, Metode
No Nama Peneliti Judul Penelitian Nama Jurnal Tahun Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
dan Hal Penelitian
Penelitian
Jurnal
urban sprawl rendah dengan nilai 6-
8.
9. Indah Nur Fenomena Urban Jurnal Geografi Vol 6, Jakarta, 2018 Metode 1) Mengetahuni pola, proses, Hasil dari penelitian ini yaitu
Fitriani dan Sprawl No. 1 Kualitatif dan struktur keruangan a) Adanya perubahan lahan pada
Juhadi Ariyani Jabodetabek 2) Mengetahui kecenderungan wilayah Jabodetabek dengan
Indrayati lahan yang terbangun meningkatnya lahan sebesar 16%
3) Mengetahui kelayakan buku dalam kurun waktu 16 tahun,
nonteks “fenomena urban persebaran perkotaannya
sprawl Jabodetabek” mengikuti keberadaan jaringan
jalan, dengan begitu pola
lahannya masuk dalam tipe
ribbon development.
b) Kecenderungan perkembangan
lahan yang terbangun menuju ke
wilayah selatan yaitu Kota Bogor
c) Buku nonteks “fenomena urban
sprawl Jabodetabek” layak untuk
digunakan sebagai buku
pengayaan pengetahuan
10. Henra Abadi Analisis Jurnal Geografi Vol 6, Kecamatan Metode 1. Mengetahui pola dan tingkat Terdapat 3 faktor pendorong yang
Rangkuti, Erni Pertumbuhan No. 2 Banyumanik, Deskriptif pertumbuhan urban sprawl mempengaruhi percepatan
Suharini, dan Urban Sprawl di Kota Kuantitatif selama periode tahun 2005- pertumbuhan urban sprawl di
Rahma Hayati Kecamatan Semarang, 2015; Kecamatan Banyumanik; 1). Jalur
Banyumanik 2017 2. Mengetahui Faktor utama Semarang-
Tahun 2005-2015 pendorong dan pengaruhnya Yogyakarta/Semarang-Solo; 2).
terhadap pertumbuhan urban Adanya Kampus Undip; 3).
sprawl Maraknya pengembangan
perumahan- perumahan baru
11. Vikky Vidia Urban Sprawl di Jurnal Geografi - Kecamatan Metode 1) Mengidentifikasi Hasil penelitian ini menunjukkan
Anggitirawati, Kecamatan Banyuurip, Deskriptif transformasi spasial pada bahwa:
Inna Prihatini, Banyuurip Kabupaten Kualitatif proses urban sprawl di a) Tipe perembetan yang terdapat di
dan Moh. Kabupaten Purworejo Kecamatan Banyuurip Kecamatan Banyuurip yaitu tipe
Metodologi Riset | 10
Volume,
Lokasi dan
Nomer, Metode
No Nama Peneliti Judul Penelitian Nama Jurnal Tahun Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
dan Hal Penelitian
Penelitian
Jurnal
Gamal Purworejo Pada 2014 periode 2004-2014 meloncat atau leap frog
Rindarjono Tahun 2004-2014 2) Mengetahui perkembangan b) Peningkatan pembangunan
permukiman di Kecamatan permukiman di Kecamatan
Banyuurip tahun 2004-2014 Banyuurip sebesar 1,293% yang
3) Mengetahui pengaruh tergolong kecil peningkatannya.
transformasi spasial c) Pengaruh yang terjadi akibat
terhadap transformasi sosial transformasi spasial terhadap
yang terjadi di Kecamatan transformasi social yaitu
Banyuurip tahun 2004-2014 peningkatan kepadatan
pertumbuhan penduduk 9 desa,
peningkatan luas lahan
terbangun, serta fasilitas
penunjang kegiatan sosial
ekonomi.
12 Amel Dhea Sistem Jurnal Sistem - Kabupaten Metode Mengetahui bagaimana Hasil dari penelitian yaitu dapat
Saputri dan Pendukung Informasi Pringsewu, Kuantitatif menentukan lokasi perumahan dijabarkan sebagai berikut:
Oktafianto Keputusan untuk 2017 di Kabupaten Pringsewu dengan a) Adanya sistem pendukung
Menentukan menggunakan metode weight keputusan penentuan lokasi
Lokasi product. perumahan membantu investor
Perumahan di dalam membuka usaha
Kabupaten perumahan di Kabupaten
Pringsewu Pringsewu.
Menggunakan b) Sistem weight product ini
Metode Weighted dharapkan dapat membantu
Product. developer dalam mengetahui
lokasi perumahan di Kabupaten
Pringsewu
13 Agisti Amelia Faktor yang Jurnal Tata Kota Vol 10, Kota Padang, Metode Menjelaskan perkembangan Bahwa terlihat perkembangan
Putri, dkk Mempengaruhi dan Daerah No. 2 2018 Deduktif perumahan swasta di Kota perumahan yang signifikan pada
Perkembangan Kualitatif Padang dan menemukan yang tahun 2007-2016 tepatnya pada
Perumahan Rasionalitstik penyebab dari perkembangan wilayah bagian barat. Kemudian
Swasta DU Kota perumahan swasta di Kota faktor-faktor yang mempengaruhi
Metodologi Riset | 11
Volume,
Lokasi dan
Nomer, Metode
No Nama Peneliti Judul Penelitian Nama Jurnal Tahun Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
dan Hal Penelitian
Penelitian
Jurnal
Padang Padang perkembangan perumahan
diantaranya faktor keterbatasan
lahan, kemitraan, penduduk, dan
kebijakan.
14. Mustofa Karakteristik Jurnal Pendidikan Vol 3, Kecamatan Metode 1) Dapat mengetahui Hasil penelitian ini menunjukkan
Spasial Urban Sosial No. 1 Pontianak Kualitatif perubahan terhadap bahwa:
Sprawl Utara, 2016 penggunaan lahan a) Terlihat perubahan fungsi dari
Kecamatan 2) Dapat mengidentifikasi pola lahan pertanian menjadi
Pontianak Utara perkembangan permukiman kawasan idustri dan
pada tahun 2003, 2008, dan permukiman-permukiman baru
2013 di Kecamatan pada kurung 3 periode waktu
Pontianak 2003, 2008, dan 2013 yang
diakibatkan dari bentuk
transformasi spasial.
b) Terjadinya pola perembetan
memanjang atau ribbon
development yang diakibatkan
dari menjalarnya jarring-jaring
pada permukiman.
15. Fajar Januar Tri Analisis Dampak Jurnal Ekonomi Vol 1, Dusun Puncel, Metode Mengidentifikasi alihfungsi Melihat dari segi mata pencaharian
Hendrawan dan Alih Fungsi No. 1, 0- Kecamatan Deskriptif lahan pertanian menjadi ada berbagai macam pekerjaan
Retno Mustika Lahan Pertanian 216 Deket, kualitatif kawasan perumahan dilihat dari yang ditekuni oleh petani
Dewi Menjadi Kawasan Kabupaten kondisi perekonomian dan mata terdampak alih fungsi lahan
Perumahan Lamongan, pencaharian baru petani desa pertanian menjadi kawasan
Terhadap 2016 Deket Wetan Lamongan pasaca perumahan. Kemudian terkait
Pendapatan Petani terjainya alih fungsi lahan dengan pendapatan, dari 42
Dusun Puncel pertanian menjadi kawasan informan ada 38 informan atau 83,4
Desa Deket perumahan. % informan mengatakan kalau
Wetan Lamongan pendapatanya menurun sesudah
terjadi alih fungsi lahan.
Metodologi Riset | 12
Volume,
Lokasi dan
Nomer, Metode
No Nama Peneliti Judul Penelitian Nama Jurnal Tahun Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
dan Hal Penelitian
Penelitian
Jurnal
16. Puspita Tipologi Wilayah Jurnal PWK - Kabupaten Metode Mengetahui tipologi wilayah Bahwa dari 8 kecamatan yang
Hardiyanti, Ida Peri Urban Malang, 2018 Deskriptif peri urban Kabupaten Malang berbatasan langsung dengan Kota
Soewarni, Kabupaten Kuantitatif dengan mlihat beberapa aspek Malang terdapat 5 kecamatan yang
Annisa H. Malang meliputi: penggunaan lahan dan termasuk dalam wilayah peri urban.
Imaduddina kepadatan penduduk.
17. Indah Mutia Morfologi Jurnal INTEKNA No. 2, Kota Metode 1) Mengetahui pola persebaran Hasil dari penelitian ini bahwa
Perumahan 111-118 Banjarmasin, Kualitatif perumahan terencana di bentuk morfologi dari Kota
Terencana di 2011 wlayah pinggiran Kota Banjarmasin yaitu terbentuk dari
Pinggiran Kota Banjarmasin. beberapa tipe perumahan seperti
Banjarmasin 2) Mengetahui tipologi pola tipe sungai, terencana, biasa, dan
struktur kawasan, bangunan campuran. Selain itu juga terbentuk
skala mikro, dan layout dari tipe jaringan jalan. Terjadi
ruang. persamaam bentuk layout ruang dan
bangunan yang berupa kapling
tahan dan pola grid pada jalan yang
umumnya membentuk sistem
kuldesak.
18. Virgin Juliet Analisis Jurnal Spasial Vol 5, Kota Manado, Metode Tujuan dari penelitian ini yaitu Hasil penelitian ini menunjukkan
Bambulu, Karakteristik No. 3 2018 Kuantitatif untuk mengidentifikasi gejala bahwa:
Linda Urban Sprawl di dari urban sprawl dan a) Terdapat 2 kecamatan yang ada
Tondobala, dan Kota Manado melakukan analisis terhadap di Kota Manado yang
Esli D. karakteristik urban sprawl terindikasi gejala urban sprawl
Takumansang diantaranya Kecamatan
Bunaken dan Kecamatan
Mapanget.
b) Berdasarkan karakteristik dari
urban sprawl di Kota Manado
terdiri dari kepadatan
penduduk, kepadatan bangunan,
dan pola spasial
19 Uun Wantri, Faktor Penyebab Jurnal Pendidikan Vol 3, Kecamatan Metode Menentukan faktor-faktor Berdasarkan hasil penelitian dapat
dkk Pengembangan Geografi No.3, 36- Martapura Kuantitatif penyebab pengembang dalam dikethaui bahwa faktor penyebab
Metodologi Riset | 13
Volume,
Lokasi dan
Nomer, Metode
No Nama Peneliti Judul Penelitian Nama Jurnal Tahun Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
dan Hal Penelitian
Penelitian
Jurnal
Memilih Lokasi 45 Kota, memilih lokasi perumahan. pengembanh perumahan di
Perumahan di Kabupaten Kecamatan Martapura kota yang
Kecamatan Banjar 2016 sangat berpengaruh yaitu faktor
Martapura Kota sosisal dan faktor ekonomi.
Kabupaten Banjar
20. A. A. Alternatif Lokasi Jurnal Teknik Vol 5, Kecamatan Metode Tujuan dari penelitia ini yaitu Hasil dari penlitian ini adalah motif
Istikhomah dan Perumahan oleh PWK No. 4, Ngaliyan, Penelitian mengkaji gejala urban sprawl dari pengembang dalam
A. Manaf Pengembang 267-280 2016 Survei yang diakibatkan oleh membangun perumahan dengan
untuk Masyarakat pembangunan perumahan skala kecil dikarenakan memliki
Berpenghasilan pasar yang lebih banyak dan
Rendah di Sekitar membantu masyarakat yang
Kawasan Industri berpenghasilan rendah dalam
Ngaliyan memenuhi kebutuhan tempat
tinggal.
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2019
Metodologi Riset | 14
1.6. Kerangka Pemikiran
Studi ini dilakukan berdasarkan fenomena yang terjadi pada saat ini, antara lain
Metodologi Riset | 15
1.7. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam penyusunan laporan ini yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada BAB I berisikan latar belakang, alasan pemilihan judul, perumusan masalah,
tujuan dan sasaran, ruang lingkup baik ruang lingkup wilayah maupun ruang lingkup
materi, penggunaan metodologi, kerangka pemikiran, serta sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN TEORI TENTANG POLA PEREMBETAN URBAN SPRAWL
BERDASARKAN PERTUMBUHAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERI
URBAN KECAMATAN MRANGGEN
Membahas mengenai literature yang berisikan teori-teori yang berkaitan dengan
Urban Sprawl, Perumahan, Wilayah Peri Urban.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
Berisikan keadaan eksisting pada wilayah studi meliputi potensi dan masalah serta
kondisi Kawasan.
BAB IV PENDEKATAN DAN METODOLOGI STUDI
Membahas mengenai pendekatan dan metodologi studi yang meliputi pendekatan
studi, pengumpulan data, metode analisis dan penyusunan laporan.
BAB V RENCANA STUDI
Berisikan tahapan-tahapan pelaksanaan studi, outline untuk penyusunan Tugas Akhir
dan jadwal pelaksanaan studi.
DAFTAR PUSTAKA
Metodologi Riset | 16
BAB II
KAJIAN POLA PEREMBETAN URBAN SPRAWL BERDASARKAN
PERTUMBUHAN PERUMAHANDI WILAYAH PERI URBAN
KECAMATAN MRANGGEN
Metodologi Riset | 19
penduduk yang tertarik untuk pindah ke kota-kota tersebut. Hal ini mengakibatkan
pertumbuhan jumlah populasi penduduk yang sangat pesat dan tidak teratur.
Pertumbuhan jumlah populasi penduduk mengakibatkan terjadinya proses
pembangunan seperti perumahan, jaringan jalan, pertokoan, perdagangan jasa, yang
semakin banyak. Tingkat pembangunan yang semakin meningkat di kota-kota besar
Indonesia mengakibatkan tingkat pertumbuhan ekonomi juga semakin meningkat.
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi di kota-kota besar berarti juga
mempengaruhi kegiatan-kegiatan penduduk di perkotaan menjadi meningkat,
sehingga kebutuhan lahan juga semakin meningkat. Lahan permukiman di perkotaan
dari tahun ke tahun semakin tidak bisa menampung aktivitas penduduknya. Hal ini
dikarenakan batas administratif yang terbatas, sehingga menjadikan proses
berkembangnya kawasan perkotaan ke daerah pinggiran kota. Akibatnya akan terjadi
perubahan-perubahan fungsi perkotaan ke daerah pinggiran (urban fringe). Tingkat
permintaan lahan yang semakin tinggi di daerah perkotaan, mengakibatkan terjadinya
perkembangan daerah pinggiran kota (urban fringe) dan perkembangan daerah secara
acak (urban sprawl).
Terjadinya fenomena urban sprawl salah satunya dari masyarakat yang
berasumsi bahwa dengan memilih bermukim di pinggiran kota maka harga lahan jauh
lebih murah dibandingkan harga lahan di pusat kota. Selain itu, masyarakat juga
berasumsi bahwa di pinggiran kota udaranya masih sehat dan belum tercemar seperti
di pusat kota. Seiring berjalannya waktu, semakin tinggi pula pendapatan mereka
sehingga penduduk yang awalnya hanya mampu menyewa rumah di perkotaan
dengan alasan ingin dekat dengan tempat di mana mereka bekerja, mulai beralih
memilih tinggal di luar kota (pinggiran kota) dengan alasan supaya dapat memiliki
rumah sendiri walau dengan terpaksa menempati rumah yang sempit dan kumuh
asalkan tidak ada lagi biaya sewa rumah yang menjadi pengeluaran rutin mereka.
Hal selanjutnya yang menjadi persoalan yaitu masalah jarak antara tempat
tinggal dengan lokasi dimana mereka bekerja. Permasalahan lokasi tempat mereka
bekerja yang jauh dari tempat tinggal mengakibatkan masyarakat perkotaan di
pinggiran kota lebih memilih memakai kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan
Metodologi Riset | 20
mobil pribadi yang digunakan sebagai moda untuk menuju tempat mereka
beraktivitas yang umumnya terletak di pusat kota. Sementara itu, jumlah angkutan
umum bermotor seperti bus, oplet dan taxi dapat menandakan terjadinya fenomena
urban sprawl ini yang salah satu alasannya adalah tingkat pelayanan fasilitas
masyarakat pinggiran kota kurang memadai, misalnya angkutan umum. Tingkat
pelayanan fasilitas masyarakat pinggiran kota yang kurang memadai untuk menuju
pusat kota seperti pelayanan transportasi umum jika dibandingkan dengan di pusat
kota, mengakibatkan munculnya argumen bahwa angkutan umum seolah-olah
difasilitaskan hanya untuk masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi
(captive people).
Selain tentang kepemilikan tanah dan transportasi, peran pemerintah juga ikut
menjadi bagian dalam munculnya fenomena Urban sprawl. Keberadaan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) serta peraturan-peraturan lainnya dianggap masih
belum bisa menyelesaikan masalah tata ruang. Rencana awal yang disusun belum
dapat diimplementasikan ke dalam bentuk nyata, sehingga perembetan kota ke daerah
pinggiran menjadi tidak terstruktur dan tidak sesuai dengan rencana yang telah
disusun (Rahmi, 2012).
Menurut Whyne-Hammond (1981:82) dalam Hermawan (2010) terdapat
alasan-alasan tentang tumbuhnya daerah pinggiran kota, yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatnya sarana transportasi perkotaan yang menyebabkan orang-orang
yang bertempat tinggal jauh dari kota menjadi lebih mudah untuk melakukan
aktivitas.
2. Penduduk di perkotaan lebih memilih menempati daerah pinggiran, serta
penduduk desa yang mulai berdatangan ke daerah pinggiran.
3. Kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat.
4. Dukungan pemerintah kepada masyarakat untuk mendirikan bangunan di luar
kota melalui kerjasama dengan bank yang ditunjuk.
Proses perluasan areal kekotaan oleh Yunus (2008) dalam Putri, dkk (2018),
dikelompokkan menjadi 3 macam proses perluasan areal kekotaan (urban sprawl),
diantaranya sebagai berikut:
Metodologi Riset | 21
1. Perembetan konsentris (Concentric development/low density continous
development).
Low density continous development oleh Harvey Clark (1971) dan concentric
development oleh Wallace (1980) digambarkan sebagai perluasan areal perkotaan
yang merata ke semua bagian-bagian luar kenampakan fisik kota yang telah ada
serta jenis perluasan yang bersifat lamban. Tahap berikutnya akan membentuk
suatu kenampakan morfologi kota yang relatif kompak. Pada tipe ini, peran
transportasi terhadap perembetannya tidak terlalu signifikan.
2. Perembetan memanjang (ribbon development/lineair development/axial
development).
Perembetan memanjang digambarkan sebagai perluasan kota yang
berkembang berdasarkan jaringan transportasi yang ada khususnya yang menjari
(radial) dari pusat kota sehingga fungsi jaringan transportasi mempunyai peran
yang sangat penting dalam proses perembetan kota jenis ini.
Daerah di sepanjang rute trasnportasi utama merupakan daerah yang paling
rumit dari perkembangan. Tingginya harga lahan pada kawasan ini
mengakibatkan pemilik lahan pertanian pada posisi yang sangat sulit. Banyaknya
konversi lahan pertanian ke lahan non-agraris, banyaknya penduduk, banyaknya
kegiatan non-agraris telah mempengaruhi kegiatan pertanian khususnya
mengurangi potensi lahan untuk berproduksi secara maksimal.
3. Perembetan yang meloncat (leap frog development/checker-board development).
Perembetan yang meloncat (leap frog development/checker-board
development) digambarkan sebagai perluasan kota yang tidak teratur atau
meloncat dari kota induk. Perkembangan lahan kekotaannya berpencar tidak
teratur dan tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian. Tipe ini banyak dianggap
oleh pakar lingkungan sebagai tipe yang paling merugikan, karena tidak efisien
dalam arti ekonomi, tidak memiliki nilai estetika dan juga tidak menarik.
Keadaan yang seperti ini sangat menyulitkan pemerintah kota dalam
pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh masyarakat.
Pembiayaan pembangunan sarana dan prasarana tidak sebanding dengan jumlah
Metodologi Riset | 22
penduduk yang menjadi sasarannya. Tipe perembetan jenis ini merupakan
perembetan kota yang tidak efektif dan efisien.
a. b. c.
Keterangan:
a. Tipe Konsentris
b. Tipe Memanjang (radial)
c. Tipe Meloncat
Sumber: Yunus (1999)
Gambar II.1. Pola Perembetan Kenampakan Fisik Kota Ke Arah Luar (Urban Sprawl)
Metodologi Riset | 23
b. Sentripetal
Sentripetal yaitu proses bertambahnya bangunan-bangunan kekotaan di bagian
dalam kota, seperti di lahan kosong maupun di ruang terbuka kota. Proses
Perkembangan Spasial Fisikal Kota Secara Vertikal
2. Proses perkembangan spasial fisikal kota secara vertikal yaitu proses
bertambahnya ruang kota dengan cara menambah jumlah lantai suatu bangunan.
Proses ini ditandai dengan perkembangan ke arah atas.
Pemekaran kota (perembetan kenampakan kota / urban sprawl) memiliki
ekspresi yang beragam. Keragaman ekspresi keruangan disebabkan karena proses-
proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik maupun faktor non-fisik.
Ekspresi keruangan yang di pengaruhi faktor fisik antara lain keadaan topografi
struktur geologi, geomorfologi, perairan dan tanah. Sedangkan ekspresi keruangan
yang dipengaruhi faktor non-fisik yaitu yang berkaitan dengan aktivitas penduduk
(politik, sosial budaya, teknologi) urbanisasi, peningkatan kebutuhan ruang,
peningkatan jumlah penduduk, perencanaan tata ruang, perencanaan tata kota,
peraturan-peraturan pemerintah tentang bangunan dan lain sebagainya.
Metodologi Riset | 24
2.1.4. Karakteristik Pola Perembetan Urban Sprawl
Berdasarkan pendapat dari beberapa peneliti sehingga dapat disimpulkan point-point terkait karakteristik atau ciri-
ciri dari pola perkembangan urban sprawl sebagai berikut.
Tabel II.1. Karakteristik Pola Perembetan Urban Sprawl Menurut Beberapa Ahli
Pola Karakteristik Pola Urban Sprawl
No Perkembangan Anggitirawati, Yunus (2000) dalam Azzizi dan Yunus dalam Hanief
Mustofa (2016)
Urban Sprawl dkk (2014) Mutia (2011) Ariastita (2016) dan Dwi (2014)
1. Consentrict - - a. Kenampakan morfologi - a. Merata ke semua bagian
Development kota yang kompak perkotaan yang sudah
b. Keberadaan transportasi ada
tidak berpengaruh besar b. Perkembangan yang
terhadap perembetan bersifat lambat
2. Ribbon a. Arah pertumbuhan - a. Perembetan sangat cepat - a. Berkembang mengikuti
Development (sprawl) di sepanjang jalur jaringan transportasi
membentuk jejaring transportasi
garis struktur b. Bersifat menjari (radial)
b. Pola mengikuti
segmen-segmen
jaringan jalan
c. Menjalar
membentuk jaring-
jaring permukiman
3. Leapfrog a. Munculnya a. Keberadaan a. Berpencar secara a. Pengembangan a. Perembetan tidak
Development perumahan- perumahan- sporadis bangunan secara teratur atau meloncat
perumahan baru perumahan di b. Bangunan tumbuh di melompat-lompat dari kota induk
yang memiliki tengah areal tengah-tengah lahan b. Tidak berpola b. Termasuk perembetan
karakteristik unik persawahan pertanian c. Tidak memiliki yang tidak efektif dan
b. Pola memencar hubungan dengan efisen
menjauh dari lahan yang sudah
jaringan jalan secara terbangun
sporadis sebelumnya
Sumber: Peneliti, 2019
Metodologi Riset | 25
2.1.5. Faktor-Faktor Terjadinya Urban Sprawl
Proses meningkatnya pembangunan ruang kekotaan ke arah luar akibat
banyak daerah yang dibangun di kota, mengakibatkan masyarakat memilih daerah
pinggiran untuk ditempati sehingga memicu meningkatnya luas lahan daerah
kekotaan. Keruangan dan lingkungan yang bervariasi menyebabkan keselarasan
perkembangan pola kehidupan masyarakat pada daerah pinggiran. Daya tarik
masyarakat yang semakin kuat untuk menempati daerah pinggiran menyebabkan
meningkatnya jumlah ruang kekotaan.
Lee (1979) dalam Yunus (2005), berpendapat bahwa terdapat 6 faktor
yang mempengaruhi urban sprawling dan macam-macam intensitas
perkembangan ruang pada daerah pinggiran kota, diantaranya sebagai berikut:
1. Faktor Aksesibilitas
Faktor ini memiliki peranan yang kuat terhadap perubahan fungsi
lahan di daerah pinggiran yang awalnya merupakakan lahan pertanian menjadi
lahan non pertanian. Aksesibilitas dapat dijabarkan menjadi bermacam-
macam, namun aksesibilitas yang akan dibahas kali ini yaitu aksesibilitas
fisikal. Aksesibilitas fisikal dapat diartikan seberapa besar tingkat kemudahan
suatu lokasi yang dapat dijangkau lokasi lainnya menggunakan pengukuran
sarana dan prasarana transportasi yang ada. Semakin besar nilai pergerakan
fisikal maka semakin besar pula daya tarik penduduk untuk menempati
wilayah tersebut. Daerah pinggiran yang didominasi oleh lahan pertanian
namun memiliki tingkat aksesibilas fisikal tinggi akan terjadi konversi lahan
lebih cepat menjadi lahan non pertanian akibatnya penduduk lebih memilih
meuju ke daerah dimana yang memiliki nilai aksesibilitas yang tinggi.
2. Faktor Pelayanan Umum
Daya tarik penduduk dan fungsi-fungsi kekotaan untuk menempati
suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor pelayanan umum. Pusat pelayanan
umum terdiri dari berbagai macam diantaranya kampus pendidikan, kompleks
perkantoran, industri, pusat perbelanjaan dll. Peranan dari pusat pelayanan
dapat dicontohkan pada pembangunan kampus pendidikan akan diikuti juga
dengan banyak pendatang baru baik dari mahasiswa maupun pegawai institusi
yang berkaitan. Kehadiran kampus di suatu wilayah akan mendorong
Metodologi Riset | 26
penduduk asli wilayah tersebut untuk mendirikan bangunan sebagai tempat
kost dan juga usaha jasa seperti warung internet, fotocopy dan percetakan
lainnya. Sehingga hal tersebut menyebabkan padat kawasan dan membuat
pembangungan menjadi tidak teratur dan muncul tumbuhnya urban sprawl
pada wilayah tersebut.
3. Faktor Karakteristik Lahan
Lahan yang memiliki kondisi topografi yang relatif rendah atau
tergolong datar, kondisi drainase yang baik, bebas polusi air, udara, maupun
tanah, serta menjadi lahan yang tidak rawan akan bencana merupakan lahan
yang banyak dicari untuk proses pembangunan. Daerah yang terdapat lahan
seperti yang dicirikan diatas banyak diminati penduduk untuk membangun
rumah yang mereka inginkan. Semakin banyak penduduk yang menginginkan
rumah pada lahan tersebut biasanya akan tumbuh perumahan yang semakin
padat dan membuat pembangunan menjadi tidak teratur.
4. Faktor Karakteristik Pemilik Lahan
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pemilik lahan dengan
ekonomi yang lemah memiliki keinginan yang kuat untuk menjual lahanya
dibandingkan mereka yang tergolong memiliki ekonomi yang kuat. Harga
lahan yang semakin tinggi diakibatkan dari pemilik lahan yang berekonomi
lemah berasosiasi dengan pemilik lahan yan sempit dengan upaya pengilahan
lahan tidak menguntungkan. Pemilik lahan dengan ekonomi kuat lebih
mempertahankan lahannya dan tidak berkeinginan untuk menjual dikarenakan
tidak didesak dengan kebutuhan ekonomi. Maka dari itu pemilik lahan dapat
menjadi dasar spasial perkembangan daerah pinggiran, mayoritas yang
menempati daerah pinggiran yaitu pemilik lahan dengan status ekonomi
rendah.
5. Faktor Keberadaan Peraturan yang Mengatur Tata Ruang
Menjadi faktor yang kuat dalam membawa pengaruh besar terhadap
tingkat perkembangan spasial di daerah pinggiran kota apabila peraturan
dilaksanakan dengan konsisten dan menerima konsekuensi yang terjadi.
Indonesia memiliki beberapa kota yang memiliki konsep yang bagus dalam
pengembangannya, namun akibat tidak melaksanakan keputusan sesuai
Metodologi Riset | 27
peraturan yang ada sehingga menyebabkan dampak-dampak negative dalam
perencanaan menjadi sulit dipecahkan.
6. Faktor Prakarsa Pengembang
Faktor prakarsa pengembang memiliki peranan yang kuat untuk
mengarahkan pengembang dalam memanfaatkan ruang yang cukup luas untuk
pembangunan namun hal tersebut justru memiliki dampak yang besar terhadap
lingkungan disekitarnya. Sebelumnya, lahan yang memiliki nilai ekonomis
yang rendah belum memiliki daya tarik kuat untuk pembangunan permukiman
namun setelah pengembang membeli dan menfaatkan lahan tersebut. Sehingga
terbangun permukiman elit dengan kelengkapan infrastruktur serta sarana
permukiman yang bagus menjadi daya tarik tersendiri untuk pemukim yang
ingin mendirikan rumah sekaligus terbentuk kegiatan ekonomi di daerah
tersebut. Artinya bahwa daerah yang sudah dijamah oleh pengembang justru
memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan spasial.
Urban Sprawl menurut Yeates dan Garner (1980) dalam Mujiandri (2014)
terbentuk akibat pertambahan kebutuhan ruang pada suatu wilayah, terjadi
perubahan kemampuan sistem transportasi, pembangunan lokasi perumahan, serta
keberadaan infrastruktur wilayah. Keempat faktor penyebab terjadinya urban
sprawl diatas dapat dijelaskan pada pembahasan berikut ini:
1. Pertambahan Kebutuhan Ruang
Seiring pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat setiap
tahunnya, menjadi suatu tujuan awal dalam menambah fasilitas penunjang
kehidupan. Fasilitas tersebut menjadi kebutuhan masyarakat dalam bentuk
ruang. Kebutuhan ruang yang semakin bertambah merupakan faktor dari
permintaan penduduk untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
2. Perubahan Kemampuan Sistem Transportasi
Kepemilikan kendaraan pribadi yang banyak dilakukan oleh
masyarakat kelas menengah disebabkan karena harga kendaraan yang semakin
rendah, sehingga dapat mengurangi ketergantungan penduduk untuk
menggunakan transportasi umum serta mempermudah penduduk melakukan
perjalanan dengan jarak tempuh yang maksimal. Keadaan tersebut dipermudah
dengan ketersediaan prasarana berupa jalan sehingga dapat membantu proses
Metodologi Riset | 28
pergerakan ke berbagai kawasan yang terdapat di perkotaan. Hal ini dapat
mendorong timbulnya proses percepatan suburbanisasi yang kemudian
membawa proses perluasan atau ekspansi dan penyebaran kawasan
permukiman ke area pinggiran atau yang memiliki tingkat kepadatan rendah.
3. Pembangunan Perumahan
Kebutuhan akan rumah yang semakin meningkat dengan tidak
diimbangi luas lahan yang besar dapat menyebabkan pembangunan menjadi
tidak teratur. Pembangunan perumahan yang tersebar di berbagai wilayah
yang tergolong tidak teratur, dan tidak terintegrasi satu sama lain terutama
pada kawasan pinggiran dapat menimbulkan munculnya ruang-ruang kosong
baik antar kawasan perumahan maupun antara kawasan perumahan dengan
pusat kota. Kondisi tersebut dapat memicu pembangunan perumahan yang
menyebar dan tidak teratur atau disebut juga dengan tumbuhnya Urban
Sprawl.
4. Keberadaan Infrastruktur Wilayah
Ketersediaan lahan yang terbatas dengan dipengaruhi persaingan
penggunaan lahan di pusat kota menyebabkan pergeseran penggunaan lahan
dari pusat kota ke kawasan pinggiran perkotaan. Dampak yang ditimbulkan
dengan adanya permukiman yang tumbuh dan tersebar pada kawasan
pinggiran dengan pola tidak teratur yaitu dapat memunculkan ruang-ruang
kosong. Terdapatnya ruang antara kawasan perumahan maupun antara
kawasan perumahan dan pusat kota menyebabkan tidak efesiensi penyediaan
infrastruktur wilayah yang dikarenakan biaya pengadaan yang mahal tidak
setara dengan jumlah pemakainnya. Kondisi tersebut dapat dapat ditarik
kesimpulan bahwa keberadaan infrastruktur berperan penting munculnya
pertumbuhan kawasan permukiman yang tidak teratur.
2.2. Teori Perumahan
2.2.1. Definisi Perumahan
Berdasarkan pasal 1 Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 2011 tentang
perumahan dan kawasan permukiman Mengartikan perumahan sebagai
kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun
perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum
Metodologi Riset | 29
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan
permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih
dari satu satuan perumahanyang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum,
serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan.
Shaputri dan Oktafianto (2017) mendefinisikan perumahan adalah
kumpulan dari beberapa rumah yang dibangun dengan fungsi yang berbeda-beda
bagi pemiliknya dan didukung oleh kelengkapan infrastruktur sesuai dengan
keinginan pemiliknya. Selain itu, dari buku perencanaan kawasan permukiman
Agus Sadana (2014) mengatakan, perumahan berbeda dengan permukiman.
Permukiman lebih cenderung kepada tempat tinggal namun juga sebagai
pendukung perikehidupan dan penghidupan penghuni. Sedangkan perumahan lebh
cenderung kepada kelompok atau kumpulan beberapa rumah. Sehingga
perumahan merupakan bagan dari permukiman yang mana fungsi permukiman
lebih kompleks.
2.2.2. Jenis Perumahan
Pengembangan kawasan perumahan memiliki 2 jenis dalam
pembangunannya, yaitu secara organik (alami) dan secara terencana. Menurut
Alexander (1987) dalam Miranda (2009) berpendapat perkembangan secara
organik dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
Perkembangan secara lambat dan sedikit demi sedikit.
Permulaan perkembangan sulit diketahui
Proses perkembangan secara menyeluruh, tidak per segmen
Perubahan yang terjadi memiliki ikatan emosional penduduk setempat
Metodologi Riset | 32
Berdasarkan pandangan American Institute Of Real Estate Appraisal (2001)
dalam Intan Sari (2010) resindential property atau properti perumahan terbagi
menjadi “single family resindential” dan “multifamily residential”. Sedangkan
menurut Abd. Rahman (1992: 170) dalam Intan Sari (2010) properti perumahan
terdapat dua macam, yaitu:
1. Rumah tinggal, (rumah elit, rumah menengah, rumah sederhana dan rumah
sangat sederhana). Biasanya disebut landed house.
2. Flat, (rumah susun, apartemen, dan kondominium).
Metodologi Riset | 34
2. Urbanisasi (Urbanization)
Penyebab lain dari pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat
kota yaitu terjadinya arus migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat
kota merupakan penyebab dari adanya daya tarik pusat kota. Alasan memilih
bertempat tinggal di permukiman sekitar pusat kota (down tow) dikarenakan
kaum urbanis sedang bekerja di pusat kota atau masyarakat ada yang
membuka usaha di pusat kota.
Koestoer (2004:23) dalam Wantri, dkk (2016) mengemukakan
pendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
kawasan perumahan meliputi:
1. Faktor fisik yaitu akibat dari keberadaan rumah dan perumahan yang
menjadi satu kesatuan dengan kondisi lahan yang di tempatinya dapat
berupa keadaan air, keadaan sumber daya alam, dan keadaan tanah dimana
dari beberapa faktor tersebut membentuk pola perluasan perumahan dan
bentuk dari perumahan sehingan dapat mempengaruhi perkembangan
perumahan.
2. Faktor ekonomi yaitu dapat dilihat dari kemampuan penduduk dalam
memenentukan harga tanah sehingga dapat memiliki tempat tinggal, baik
dari kemampuan daya beli penduduk, komunikasi, pekerjaan, maupun
transportasi setempat.
3. Faktor politik yaitu berawal dari hakikat keamanan dan situasi
menguntungkan untuk membangun yang diciptakan dari peraturan dan
kebijaksanaan pemerintah sehingg membuat keadaan pemerintah dan
kenegaraan menjadi stabil dengan segala peraturan didalamnya. Oleh
karena ini kondisi politik suatu negara dapat mempengaruhi pertumbuhan
perumahan.
4. Faktor sosial yaitu beranjak dari sifat kebersamaan yang dimiliki oleh
penduduk perdesaan cukup tinggi sehingga karakter dan kondisi sosial
penduduk dapat mempengaruhi lingkungan sekitar. Faktor yang
mempengaruhi berupa struktur dan organisasi sosial, relasi sosial antar
pennduduk, dan karakter kependudukan.
Metodologi Riset | 35
5. Faktor budaya yaitu meliputi faktor daya seni, kemampuan ilmu
pengetahuan terkait pemanfaatan sumberdaya setempat serta tradisi
setempat, sehingga pada saat menjaga kesehatan lingkungan dan
kebersihan menjadi kebiasaan di kampung-kampung yang masih terbawa
lingkungan hidup kota.
Selanjutnya, menurut penjabaran dari Yudohusodo (1991:1) dalam
bukunya tercantum bahwa terdapat beberapa faktor yang memiliki pengaruh
dalam pembangunan perumahan sehingga meningkatkan pertumbuhan di
pertokaan dimana terdiri dari:
1. Laju pertumbuhan penduduk dan penyebarannya
2. Tingkat penghasilan dan daya beli masyarakat
3. Ketersediaan lahan
2.3. Teori Wilayah peri-urban
2.3.1. Definisi Wilayah peri-urban
Wilayah peri urban menurut Doudlas (2006) dalam Hardiyanti, dkk (2018)
memiliki definisi sebagai suatu wilayah dimana aktivitas perkotaan dan perdesaan
yang saling berdekatan namun dibatasi oleh suatu zona yang disebut dengan zona
transisi. Yunus (2008) memberikan arti peri-urban yaitu pinggiran kota, kata peri-
urban merupakan kata yang juga merupakan arti dari urban fringe atau peri-
urban. Kata peri-urban merupakan kata dari Bahasa Inggris dan cukup sesuai
dengan padanan kata dalam indonesia. Kata peri diartikan sebagai pinggiran yang
merupakan kata sifat. Sementara urban juga merupakan kata sifat yang berarti
sifat ke-kotaan. Kata Peri-urban merupakan kata sifat/Adjective yang mana
kalimat ini memberi sifat sebuah benda sehingga kata peri-urban tidak sesuai jika
kata ini berdiri sendiri. Maka dalam konteks ini, kata benda yang dipakai adalah
wilayah atau kawasan yang kemudian mempunyai sifat peri-urban. Sehingga
paduan kata wilayah peri urban memiliki arti yaitu sebuah wilayah yang berada di
sekitaran (luar) perkotaan. Maka paduan kata ini selalu merujuk kepada pengaruh
kota. Karena tanpa adanya kota, tidak akan ada wilayah peri urban. Sehingga
keterkaitan antara aspek kehidupan kota dan desa begitu besar.
Kata peri-urban juga dapat diartikan sebagai batasan kawasan perkotaan,
karena wilayah ini merupakan perbatasan antara wilayah perkotaan dan wilayah
Metodologi Riset | 36
pedesaan. Sehigga di wilayah peri urban memiliki multi dimensional antara sifat
kekotaan dan sifat pedesaan. Perpaduan sifat yang cukup bertolak belakang
namun menyatu secara gradual. Kenampakan-kenampakan wilayah ini cukup unik
dan merupakan wilayah yang paling dinamis dari pada wilayah lain. Karena
wilayah ini merupakan wilayah potensial untuk perkembangan perkotaan. Namun
juga wilayah II-26 potensial pertanian untuk pedesaan. Sehingga sering terjadi
alih fungsi lahan yang cukup besar. Selain kenampakan fisikal seperti alih fungsi
lahan, juga terdapat kenampakan non-fisikal seperti perekonomian dan sosial
penduduk yang bertransformasi.
Batasan-batasan Wilayah peri urban ini dari segi fisikal morfologi,
wilayah peri urban dapat dikenali dari batas terluar lahan terbangun suatu kota
yang kompak dengan lahan kekotaan utama dan ditandai oleh 100% kenampakan
kekotaan/bentu pemanfaatan lahan non-agraris sampai ke wilayah yang 100%
ditandai oleh bentuk pemanfaatan lahan agraris. Beberapa diantara batasan
tersebut terdapat percmpuran bentuk pemanfaatan lahan non-agraris dan agraris,
atau dengan kata lain adalah sebuah penjalaran lahan kekotaan ke arah luar dan
makin dekat jarak ke lahan kekotaan terbangun utama.
Penjalaran kenampakan fisikal morfologi kekotaan juga terus terjadi
sejalan dengan pertambahan penduduk kota dan kegiatannya. Pertumbuhan
penduduk diikuti dengan pertumbuhan tuntutan akan ruang untuk mengakomodasi
kegiatannya. Karena ruang yang tersedia di tengah kota tidak banyak, maka
penjalaran tuntutan ruang terjadi di pinggiran perkotaan, baik untuk permukiman
dan fungsi lainnya. Sehingga perambatan perkotaan ini terjadi dengan adanya
pembangunan di lahan terbuka yang biasanya berupa lahan pertanian. Inilah yang
biasanya disebut urban sparwl, proses ini mengakibatkan bertambahnya luas
kekotaan terbangun, dan disini pada umumnya wilayah peri urban dikenal.
Dickinson (1967) dalam Yunus (2008) juga berpendapat bahwa batasan wilayah
peri urban ini merupakan wilayah kedesaan yang didalamnya telah terjadi
pembangunan-pembangunan permukiman, industri, perkantoran, dan lainnya yang
bersifat kekotan.Walaupun wilayah pedesaan yang terbangun karena perembetan
kota ini sebenarnya belum siap atau belum masanya untuk diubah dari lahan
pertanian menjadi lahan terbangun, namun karena suatu keadaan yang terpaksa
Metodologi Riset | 37
atau hal lain, maka lahan tersebut terpaksa berubah menjadi lahan perkotaan baru
(Wehrwein, 1942 dalam Yunus, 2008).
2.3.2. Karakteristik Kawasan Peri Urban
Karakteristik dalam menentukan suatu daerah dapat dikatakan sebagai peri
urban (urban fringe) dibagi menjadi 4 karakteristik dengan penjabaran sebagai
berikut (Besly dan Russwurrnm, 1986 dalam Hardati, 2011):
1. Pada kurun waktu sebelunya, daerah ini didominasi oleh komunitas
masyarakat pedesaan dengan mayoritas penggunaan lahan pertanian atau
masih disebut daerah pedesaan.
2. Daerah ini banyak dimanfaatkan pengembang (developer) dalam ajang
spekulasi tanah guna mendukung perkembangan kota.
3. Banyak penduduk perkotaan dengan sifat sosial perkotaan yang sedang
melakukan invansi pada daerah ini.
4. Terjadi kemunculan beberapa masalah atau konflik antara penududuk asli
dengan penduduk pendatang, penduduk desa dengan kota serta antara
pengembang (developer) dengan petani.
Selain itu, menurut pandangan dari Kurtz dan Eicher dalam Yunus (1987)
menyebutkan bahwa terdapat enam definisi yang menjadi karakteristik
perkembangan wilayah peri urban yaitu meliputi:
1. Pada periferi kota modern terjadi pertemuan dan desakan antara tata guna
lahan rural dan urban.
2. Bidang non pertanian melibatkan angkatan kerja dengan triage rural urban
yang mencakup pinggiran kota, kota satelit, dan teritorium yang berlokasi di
luar kota.
3. Kawasan yang masih dalam jarak melaju (commuting distance), dimana
berada di luar perbatasan kota secara resmi.
4. Kebiasaan penduduk di kawasan luar kota yang masih mengarah pada sifat
kekotaan (urban oriented residents).
5. Orang-orang yang bekerja di dalam kota namun masih berdomisili di suatu
kawasan pedesaan.
6. Kebutuhan penghidupan di kota dan di desa dimana dialami oleh suatu daerah
yang menjadi tempat pertemuan antar orang-orang yang sedang membutuhan.
Metodologi Riset | 38
Secara keruangan atau batasan fisik, bahwa daerah pinggiran kota
mencakup radius sekitar 50 Km terhadap suatu kota. Pembatasan ini dapat
dibedakan dalam tahan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahapan pertama yaitu masih terlihat batas-batas perluasan fisik kota yang
berada pada “inner fringe” atau wilayah bagian dalam mencakup daerah yang
memiliki radius sekitar 10-15 Km.
2. Tahapan kedua yaitu pengaruh dari kota sudah relatif berkurang dimana pada
“outer fringe” atau wilayah bagian luar mencakup daerah yang memiliki
perluasan antara 20-50 Km.
Kesimpulan dari kedua pernyataan diatas bahwa daerah urban fringe
secara “murni” pada suatu kota berada di radius sekitar 15-25 Km.
Bar-Gal dalam Koestoer (1997:4) mengemukakan pendapat bahwa definisi
dari desa-kota yaitu suatu daerah yang mendapat pengaruh dari kota atau disebut
dengan daerah urban fringe, dimana daerah ini ditandai oleh beberapa
karakteristik diantaranya sebagai berikut:
1. Meningkatnya harga tanah secara drastis
2. Terjadi perubahan fisik pengunan tanah dari pertanian ke non-pertanian
3. Terjadi perubahan komposisi penduduk dan tenaga kerja
Kisi-Kisi Teori
Berdasarkan tabel diatas bahwa kajian pola perembetan urban sprawl
berdasarkan pertumbuhan perumahan di Wilayah Peri Urban Kecamatan
Mranggen dapat didefinisikan sebagai hasil mengkaji dari model atau bentuk
sebuah penjalaran fisik yang terjadi pada suatu proses kegiatan yang
menyebabkan perluasan wilayah perkotaan dengan dibarengi aktivitas dari
pembangunan perumahan yang semankin meningkat yang mengarah ke daerah
pinggiran dan memunculkan pusat kegiatan baru tepatnya di Kecamatan
Mranggen dengan melihat beberapa karakteristik dari tiap modelnya. Karakteristik
pada setiap model dapat dilihat sebagai berikut.
a. Perembetan Konsentris (Consentrict Development)
- Berkembang secara merata ke semua bagian (kompak)
- Perkembangan bersifat lambat
- Keberadaan jalur transportasi tidak memiliki pengaruh terhadap
perkembangan
b. Perembetan Memanjang (Ribbon Development)
- Pola perkembangan mengikuti segmen-segmen jalan
- Perkembangan bersifat menjari (radial) membentuk jaring-jaring permukiman
- Keberadaan jalur transportasi berpengaruh besar terhadap perkembangan
c. Perembetan Meloncat (Leapfrog Development)
- Perkembangan bersifat memencar secara sporadis
- Bangunan tumbuh di tengah-tengah areal pertanian
Perkembangan bangunan menjauh dari jaringan jalan
Metodologi Riset | 43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode atau disebut dengan “method” secara harfiah memiliki arti “cara”.
Kemudian menurut bahasa Greeka metode atau metodik dari kata “metha” yang
berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Sehingga
secara garis besar metode memiliki pengertian sebagai pencapaian tujuan tertentu
dengan melalui suatu jalan atau cara.
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu jawaban dari masalah yang diteliti
dengan menggunakan langkah-langkah secara sistematis. Selanjutnya, kata
sistematis pada kalimat sebelumnya dapat digaris bawahi yang menjadi kuncu
utama yang memiliki keterkaitan dengan metode ilmiah artinya pada prosedur
yang ditandai dengan adanya ketuntasan dan keteraturan (Tuckman 1978:1 dalam
Sarwono 2006:15).
3.2. Metode Pendekatan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan dalam mengkaji pola perembetan urban
sprawl pertumbuhan kawasan perumahan di Wilayah Peri Urban Kecamatan
Mranggen, menggunakan metode pendekatan penelitian berupa metode deduktif
melalui pendekatan kualitatif rasionalistik yang bersifat deskriptif. Penelitian yang
menggunakan metode deduktif artinya bahwa metode ini berdasar kepada sebuah
teori yang dijadikan sebagai alat penelitian dari awal yang kemudian diujikan
kekakus di lapangan lalu dicocokan kembali ke teori sehingga dapat membangun
hipotesis sampai analisis data.
Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif berarti penelitian yang
dimaksudkan untuk menelaah suatu fenomena secara holistik dengan cara
mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata serta bahasa dalam konteks alamiah juga
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah terkait pengalaman dari subjek
peneilitian, seperti presepsi, motivasi, perilaku dan sebagainya (Moleong, 2013).
Proses awal dalam penelitian yang menggunakan metode deduktif kualitatif
rasionalistik yaitu dari menentukan Grand Theory berupa teori urban sprawl dan
wilayah peri urban. Grand Theory menjadi inti pada suatu penelitian yang
kemudian digunakan untuk mengeluarkan suatu konsep serta parameter sebagai
Metodologi Riset | 44
acuan pengukuran dalam penelitian. Selanjutnya, parameter yang sudah
ditentukan lalu dianalisis bersama dengan memakai data-data pendukung pada
penelitian. Berdasarkan penelitian yang berjudul “Kajian Pola Perembetan Urban
Sprawl Berdasarkan Pertumbuhan Perumahan di Wilayah Peri Urban Kecamatan
Mranggen” dengan menggunakan metode penelitian deduktif kualitatif
rasionalistik dimana prosses metode penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut.
Metodologi Riset | 45
3.3. Metode Pelaksanaan Studi
3.3.1. Tahap Persiapan
Tahapan persiapan ini menjadi kegiatan awal yang dilakukan dalam
sebuah penelitian, dimana segala kebutuhan dipersiapkan terlebih dahulu.
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini yaitu dimulai dari mengidentifikasi
masalah, menentukan lokasi studi, menyusun perizinan, dan melakukan kajian
teori atau literature yang akan dipakai dalam mendukung penyusunan awal suatu
penelitian. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan
persiapan yang diharapkan dapat mempermudah tahapan proses penelitian
selanjutnya meliputi:
1. Penyusunan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan sasaran penelitian.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu berdasarkan isu-isu yang
berkaitan dengan peningkatan jumlah hunian di Wilayah Peri Urban
Kecamatan Mranggen sehingga menyebabkan munculnya berbagai pola
perkembangan urban sprawl. Selanjutnya, tujuan dan sasaran yang
dirumuskan pada penelitian ini berfungsi untuk menjawab permasalah yang
diangkat dalam penelitian ini.
2. Penentuan lokasi penelitian
Pada saat menentukan lokasi penelitian didasari oleh beberapa faktor yaitu
berdasarkan keterjangkauan lokasi dari peneliti, permasalahan yang diangkat,
serta ketersediaan referensi berbagai literature. Penelitian ini berlokasi pada
wilayah yang mengalami atau terindikasi fenomena urban sprawl tepatnya di
Wilayah Peri Urban Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.
3. Kajian teori serta literature
Kajian teori yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu kajian teori urban
sprawl dan wilayah peri urban. Sedangkan, kajian literature membahas
penelitian terdahulu baik dari lokus maupun fokus penelitian yang sama serta
metode analisis yang dipakai pada penelitian serta hal lain sebagainya yang
mendukung dalam penelitian ini. Oleh karena itu, dalam mengkaji pustaka
peneliti diharuskan untuk memperlajari bulu-buku referensi, jurnal,
maupunmpenelitian sebelumnya.
Metodologi Riset | 46
4. Pengumpulan data penelitian
Data yang dibutuhkan dalam studi kali ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer berasal dari hasil observasi lapangan atau pengamatan
secara langsung dengan melakukan wawancara melalui daftar pertanyaan
yang sudah di list terlebih dahulu. Kemudian, untuk data sekunder diperoleh
dari studi literature, ataupun data yang diberikan oleh instansi/dinas yang
berkaitan dengan penelitian dan bisa juga dari peraturan perundang-undangan
yang terkait,
5. Tahapan persiapan akhir berupa tahap penyusunan teknis, survey ke
lapangan, penyajian data, dan obsesrvasi.
3.3.2. Teknik Pengumpulan Data dan Informasi
Data adalah informasi penting yang dibutuhkan dalam melakukan
penelitian, dengan adanya data maka analisis selanjutnya dapat dilaksanaka, data
menjadi sangat penting jika sesuai dengan kebutuhan penelitian. Tahapan
pengumpulan data merupakan suatu tahapan yang disesuaikan dengan tujuan dan
sasaran studi pada proses selanjutnya sehingga menjadi tahapan yang
dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang seoptimal mungkin.
Langkah berikutnya yaitu teknik pengumpulan data yang berguna dalan
mendukung proses analisis penelitian, sehingga data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian yang berjudul “Kajian Pola Perembetan Urban Sprawl Berdasarkan
Pertumbuhan Perumahan di Wilayah Peri Urban Kecamatan Mranggen” membutuhkan
data primer dan data sekunder.
3.3.2.1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti langsung dari survei hasil
lapangan, dimana data ini bersumber dari wawancara dengan narasumber,
observasi lapangan, dokumentasi lapangan, dan studi literature. Penegasan bahwa
data primer diperoleh setelah informasi pada data sekunder tidak lengkap bahkan
tidak dapat diperoleh. Selanjutnya untuk penjabaran beberapa teknik
pengumpulan data primer yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pegumpulan data primer yang
dilakukan oleh peneliti untuk memperdalam hasil survei lapangan. Wawancara
Metodologi Riset | 47
yang dilakukan peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik
dengan membatasi responden yang akan diwawancarai. Responden yang
dimaksud hanya terbatas dari pelaku pembangunan yaitu pemerintah BAPPEDA
Kabupaten Demak (Kepala Bidang Perencanaan Wilayah), Dinas Perumahan dan
Permukiman Kabupaten Demak, dan beberapa pengembang perumahan yang
berjumlah 25 orang. Tujuan dari wawancara ini yaitu untuk mengetahui seberapa
jauh pemahaman dan peran mereka dalam pelaksanaan tata ruang dari masing-
masing pengembang perumahan dan pemeritah Kota Semarang.
2. Observasi
Observasi menurut Yusuf (2014) yaitu suatu teknik yang digunakan dalam
mengidentifikasi atau mengetahui perilaku secara nonverbal, kunci dari
keberhasilan dalam melakukan teknik observasi adalah dengan mengumpulkan
data sebanyak mungkin baik dari mencium, melihat, mendengarkan objek dari
penelitian yang hasilnya yaitu dengan membuat kesimpulan dari apa yang telah
diamati oleh peneliti. Pada penelitian ini menggunakan teknik observasi
partisipatif dengan kategori sebagai pengamat atau (complete observer) yang
dimaksud yaitu peneliti tidak memiliki peran langsung dalam keikutsertaan pada
pelaksanaan suatu kegiatan, namun dalam kegiatan ini peneliti hanya sebagai
pengamat yang secara diam-diam mengamati program yang sedang berlangsung.
Teknik observasi yang digunakan yaitu ntuk mengidentifikasi perubahan dari
fenomena perkembangan kawasan yang terindikasi urban sprawl khususnya pada
perumahan yang selanjutnya dilaksanakan penilaian atas perubahan yang terjadi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi bertujuan untuk menjadi gambaran umum dan membuktikan
suatu kejadian. Pada saat dokumentasi, cara yang harus dilakukan yaitu merekam
serta mendokumentasikan segala kejadian yang ada dilapangan. Hal tersebut
bertujuan untuk membuktikan kebenaran yang ada di lokasi penelitian.
3.3.2.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari memahami berbagai
dokumen melalui instansi/dinas yang berkaitan dengan judul penelitian. Teknik
yang dilakukan berguna untuk mendapatkan data-data sekunder yang berupa
dokumen, dokomune tersebut berkaitan dengan pertumbuhan perumahan di
Metodologi Riset | 48
Wilayah Peri Urban Kecamatan Mranggen yang didapatkan dari peta-peta serta
Kecamatan Mranggen dalam Angka yang berfungsi untuk memahami kondisi dari
kependudukan/ demografi penduduk, sarpras serta potensi dari wilayah
Kecamatan Mranggen. Selain itu juga memperoleh dokumen berupa produk
dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Demak yang
berfungsi untuk menelaah lebih jauh terkait kebijakan yang berhubungan dengan
keruangan suatu kawasan.
Metodologi Riset | 51
peneliti lain. Berdasarkan pendapat Creswell (2014) menjabarkan beberapa
langkah atau prosedur reabilitas yang meliputi:
1. Langkah pertama yaitu melakukan check hasil dari transkripsi yang bertujuan
memastikan agar tidak terdapatnya kesalahan selama proses transkripsi
dibuat.
2. Memastikan selama proses coding tidak terdapat makna atau definisi yang
meragukan terkait kode-kode. Proses ini dilakukan dengan menulis catatan
terkait kode serta definisi dengan menggunakan perbandingan.
3. Pada pertemuan rutin atau sharing analysis beberapa peneliti yang
membentuk tim melakukan diskusi bersama terkait kode bersama partner satu
tim.
4. Perbandingan hasil yang didapatkan secara individu kemudian dikembangkan
oleh peneliti dengan melakukan pengulangan dalam mengecek kode kembali.
Berdasarkan bukti dari penelitian yang telah dikemukakan mendapat hasil
secara konsisten, bukti terseut dimasukkan oleh penulis proposal sesuai
dengan prosedur.
Selain itu, dibawah ini akan dibahas uraian tentang validitas data pada
penelitian kualitatif. Menurut sudut pandang peneliti atau partisipan maupun
pembaca secara umum bahwa validitas ini berdasarkan keakuratan hasil dari
penelitian yang dilakukan (Creswell, 2014). Berikut merupakan penjabaran dari 7
strategi validasi yang digunakan pada penelitian kualitatif meliputi:
1. Melakukan pemeriksaan bukti-bukti dari sumber yang terkait serta memakai
secara koheren dalam membangun justifikasi pada tema-tema menjadi kunci
utama dalam membandingkan beberapa sumber data yang memiliki
perbedaan tiap sumbernya. Apabila ingin menambah validitas penelitian,
perlu membangun tema-tema yang didasarkan pada sejumlah sumber data
atau pandangan (prespektif) dari partisipan.
2. Melakukan penerapan member checking: apabila ingiin mengetahui tingkat
akurasi dari laporan penelitian atau hasil dari penelitian yaitu dengan
memberikan pertanyaan secara lisan atau tertulis kepada satu atau lebih
partisipan.
Metodologi Riset | 52
3. Menulis deskripsi secara kaya dan padat (rich and thick description) terkait
hasil pada penelitian. Seharusnya dalam deskripsi ini perlu menghasilkan
gambaran ranah (setting) penelitian serta melakukan pembahasan pada salah
satu bagian/elemen berdasar pada pengalaman-pengalaman oleh partisipan.
4. Melakukan klarifikasi yaitu kemungkinan timbulnya kesalahan pada
penelitian sehingga perlu melakukan refleksi diri. Pembaca akan merasakan
sikap dari peneliti yang mampu dalam penyusunan narasi secara terbuka dan
jujur.
5. Melakukan perlawanan pada tema-tema tertentu yang diberikan dari
penyajian informasi “yang berbeda” atau “negatif (negative or discrepant
information). Perlunya mengkaji informasi yang berbeda kemungkinan dapat
menambah kredibilitas pada hasil penelitian dikarenakan adanya berbagai
pandangan dari perspektif yang berbeda-beda maka akan tercipta kehidupan
yang nyata, sehingga peneliti dapat membahas bukti suatu tema dengan
mengan melakukan hal tersebut.
6. Waktu yang relatif lama dapat dimanfaatkan di lokasi penelitian, harapannya
agar peneliti dapat memahami lokasi serta fenomena yang sedang diteliti
dengan lebih dalam dan informasi dapat tersampaikan secara detailserta
kredibilias hasil naratif turut dibangun oleh orang-orang.
7. Perlunya peningkatan keakuratan hasil penelitian maka dilakukan tanya
jawab kepada sesame rekan penelitan (peer debriefing) serta mereview
seluruh hasil penelitian dengan mengajak seorang auditor (external auditor).
3.4. Teknik Analisis Data
Pengertian analisis data menurut Bogdan dan Biklen (1982:145) dalam Yusuf
(2013) merupakan suatu kemungkinan penemuan dalam penelitisn yang dapat
dipaparkan serta berihatuhkan kepada orang lain melalui proses pencarian secara
sistematis dan pengaturan transkrip wawancara, catatan lapangan, observasi, foto,
dokumen serta material lainnya yang berguna dalam peningkatan pemahaman data
yang dikumpulkan oleh peneliti. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
“kajian pola perembetan urban sprawl berdasarkan pertumbuhan
perumahan di wilayah peri urban Kecamatan Mranggen” yaitu teknik
Analisis Deskriptif Kualitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif menurut
Metodologi Riset | 53
Kusmayadi dan Sugiarto (2009) merupakan proses menyusun dan menyajikan
data dengan lebih mudah dipahami dari pengolahan data mentah sehingga
informasi yang diperoleh dapat tersampaikan dengan lebih jelas.
4.4.1. Proses Analisis Data
Creswell (2014) mengemukakan pendapat terkait beberapa proses analisis
data dimana penjabarannya dapat dilihat sebagai berikut.
1. Analisis data yaitu keberlanjutan suatu proses terhadap data secara terus
menerus, membuat dan mengajukan beberapa pertanyaan secara analitis, serta
menuliskan caatatan secara singkat selama penelitian berlangsung.
2. Analisis data memasukkan data yang terkumpul secara terbuka, dengan
berdasar pada pertanyaan-pertanyaan umum, serta analisis bentuk informasi
dari narasumber atau partisipan.
3. Analisis data kualitatif sering kali menjadi model analisis yang secara umum
digunakan dalam pelaporan yang tercantum pada artikel-artikel jurnal dan
buku-buku ilmiah, model ini didasarkan pada perspektif-perspektif atau tema-
tema tertentu.
Berdasarkan proses analisis yang akan dilakukan pada penelitan ini maka
teknik analisisnya meliputi analisis aktivitas penduduk pergerakan dan analisis
pertumbuhan perumahan.
4.4.2. Tahapan Analisis Data
Creswell (2014) berpendapat bahwa terdapat langkah-langkah atau
tahapan dalam menganalisis data diantaranya sebagai berikut.
1. Melakukan intrepretasi dan pengolahan pada data: tahapan awal ini dimulai
dengan menscaning materi, memasukkan transkip wawancara, mengetahui
data lapangan atau memilah-milah serta menyusun data tersebut sesuai
sumber informasi ke dalam jenis-jenis yang berbeda;
2. Membaca semua data: pada langkah ini perlu mencatat gagasan penting
terkait data yang didapatkan;
3. Melakukan pengkodingan data: arti dari koding yaitu segmen-segmen tulisan
sebelum dimaknai yang dibentuk dari suatu proses pengolahan materi atau
informasi;
Metodologi Riset | 54
4. Memunculkan tema-tema: langkah kali ini adalah langkah yang hasil datanya
nanti dapat dipakai sebagai judul penelitian, ini merupakan langkah lanjutan
dari koding.
5. Mendeskripsikan hasil dari analisis data: melakukan penyajian data dalam
bentuk narasi.
6. Analisis dan intrepretasi data.
Berdasarkan tahapan analisis yang telah dijabarkan diatas bahwa tahapan
yang dilakukan berdasarkan dengan metode yang sudah ditentukan berguna untuk
menjabarkan peningkatan kebutuhan lahan dan dinamika pertumbuhan
perumahan, kecenderungan pola ruang kawasan perumahan, dan faktor pendorong
pertumbuhan perumahan.
Metodologi Riset | 55
Tabel III.3. Matriks Analisis
No Sasaran Teori Parameter Indikator Output
1 Menganalisis lokasi- Wilayah Peri Krakteristik Didominasi oleh kelompok masyarakat pedesaan yang bekerja di Menganalisis
lokasi pertumbuhan Urban Wilayah Peri dalam kota pertumbuhan perumahan
perumahan yang Urban Mayoritas penggunaan lahan yaitu pertanian, namun mengalami terbangun yang dibangun
terbangun di perubahan dari lahan pertanian ke non-pertanian oleh pengembang
wilayah peri urban Kawasan yang berada di luar perbatasan kota secara resmi dan masih (developer) untuk
dalam jarak melaju (commuting distance). mengetahui pola
Secara “murni” berada pada radius sekitar 15-25 Km terhadap suatu perembetan urban sprawl
kota.
di Wilayah Peri Urban
Adanya perubahan komposisi penduduk dan tenaga kerja
Kecamatan Mranggen
Banyak dimanfaatkan pengembang (developer) dalam ajang
spekulasi tanah terutama pembangunan beberapa hunian.
2. Menganalisis pola Urban Karakteristik Karakteristik pola perembetan urban sprawl ditinjau dari Lanjutan menganalisis
perembetan urban Sprawl Pola Perembetan pertumbuhan perumahan dari pertumbuhan
sprawl pertumbuhan Urban Sprawl Perembetan Konsentris perumahan untuk
kawasan perumahan Berkembang secara kompak/ merata mengetahui pola
Sifat perkembangan lambat perembetan urban sprawl
Jalur transportasi tidak mempengaruhi perkembangan di Kecamatan Mranggen
Perembetan Memanjang
Mengikuti segmen-segmen jalan
Bersifat menjari membentuk jaring-jaring permukiman
Jalur transportasi memiliki pengaruh besar
Perembetan Meloncat
Bersifat memencar secara sporadis
Bangunan tumbuh di tengah areal pertanian
Bangunan menjauh dari jaringan jalan
Sumber: Peneliti, 2019
Metodologi Riset | 56
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Karakteristik Fisik Wilayah Penelitian
Pada dasarnya dalam menggambarkan bentuk fisik suatu wilayah yaitu
dengan melakukan pengamatan secara visual terhadap kondisi dasar sehingga
dapat menjelaskan karakteristik fisik wilayah.
4.1.1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif Wilayah Penelitian
Kecamatan Mranggen adalah salah satu kecamatan yang menjadi bagian
dari Kabupaten Demak. Kecamatan Mranggen dengan luas wilayah sebesar 72,22
Km2 terletak pada wilayah bagian selatan dari Kabupaten Demak. Kecamatan
Mranggen berada pada koordinat 7°1’41’’ Garis Lintang Utara dan 110°30’55’’
Garis Bujur Timur yang memiliki desa dengan total 19 desa dengan mayoritas
penduduk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dari hasil pertanian.
Kecamatan Mranggen memiliki jarak terjauh dari ibukota Kabupaten Demak yaitu
dengan jarak sebesar 29 Km. Berikut ini merupakan batasan-batasan wilayah
Kecamatan Mranggen yang dapat dilihat sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Sayung
Sebelah Timur : Kecamatan Karangawen
Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
Sebelah Barat : Kota Semarang
Berdasarkan wilayah administratif Kecamatan Mijen terdiri dari 19 desa
yang mana dijabarkan pada tabel dibawah ini.
Tabel IV.1. Luas Wilayah Lokasi Penelitian
No Desa Luas Wilayah (Km2) Presentase
1 Banyumeneng 6,69 9,64
2 Sumberejo 8,89 12,31
3 Kebonbatur 4,77 6,60
4 Batursari 6,57 9,10
5 Kangkung 5,15 7,13
6 Kalitengah 3,39 4,69
7 Kembangarum 3,80 5,26
8 Mranggen 2,60 3,60
9 Bandungrejo 2,05 2,84
10 Brumbung 1,68 2,33
11 Ngemplak 2,05 2,84
12 Karangsono 2,13 2,95
13 Tamansari 2,53 3,50
14 Menur 3,37 4,67
Metodologi Riset | 57
No Desa Luas Wilayah (Km2) Presentase
15 Jamus 2,80 3.88
16 Wringinjajar 3,29 4,56
17 Waru 2,40 3,32
18 Tegalarum 4,21 5,83
19 Candisari 3,58 4,96
Jumlah 72,22 100
Sumber: Kecamatan Mranggen dalam Angka Tahun 2019
Metodologi Riset | 58
4.1.2. Penggunaan Lahan Wilayah Penelitian
Pembagian penggunaan lahan yang didasarkan dari total luas keseluruhan
Kecamatan Mranggen sebesar 72,22 Km 2 yaitu terdiri dari lahan sawah dan lahan
kering. Berdasarkan penggunaannya, lahan sawah terbagi menjadi lahan sawah
teknis, ½ teknis, sederhana, dan tadah hujan. Sedangkan lahan kering terdiri dari
tegal/kebun, hutan negara, bangunan/pekarangan, selebihnya yaitu untuk lainnya
(berupa jalan, sungai, dan sebagainya). Berdasarkan uraian diatas berikut ini
merupakan gambaran presentase penggunaan lahan di Kecamatan Mranggen.
Tabel IV.2. Presentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Mranggen
No Penggunaan Lahan Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan Presentase
1. Sawah Teknis 35,6 1%
1/2 Teknis 244,35 3%
Sederhana 41,2 1%
Tadah Hujan 986,55 14%
2. Lahan Kering Tegalan/Kebun 3154,4 44%
Hutan Negara 100 1%
Bangunan/Pekarangan 2226,9 30%
Sungai, Jalan, dll 433 6%
Total 7222 100%
Sumber: Kecamatan Mranggen dalam Angka Tahun 2019
1% 1%
6% 3%
Teknis
14%
1/2 Teknis
Sederhana
30%
Tadah Hujan
Tegalan/Kebun
Hutan Negara
Bangunan/Pekarangan
44% Sungai, Jalan, dll
1%
Metodologi Riset | 59
Kesimpulan dari diagram diatas bahwa presentase luasan lahan sawah di
Kecamatan Mranggen 19% dari luas lahan keseluruhan dengan total luasan lahan sawah
sebenarnya sebesar 1.307,7 ha. Sedangkan untuk luasan lahan kering sebesar 5.914,3 ha
dengan presentase 81% dari total luas wilayah keseluruhan. Berdasarkan data diatas yang
mendominasi lahan sawah yaitu jenis penggunaan lahan sawah tadah hujan dengan
presentase sebesar 14% dari total luas wilayah, namun untuk lahan kering didominasi
oleh lahan tegalan/kebun dengan presentase sebesar 44% dari total luas wilayah
keseluruha. Selain itu luas jenis penggunaan lahan berupa bangunan/pekarangan memiliki
presentase masing-masing sebesar 30% dari total luas wilayah Kecamatan Mranggen.
Berdasarkan uraian diatas berikut ini merupakan tabel penjabaran luasan
penggunaan lahan di Kecamatan Mranggen.
Metodologi Riset | 60
Tabel IV.3. Luas Penggunaan Lahan di Wilayah Penelitian Kecamatan Mranggen Tahun 2018
Lahan Sawah (Ha) Lahan Kering (Ha)
Sungai,
No Kelurahan 1/2 Tadah Jumlah Tegalan/ Pekarangan/ Hutan Jumlah
Teknis Sederhana Jalan,
Teknis Hujan Kebun Bangunan Negara
dll
1 Banyumeneng 0 148,21 0 16,79 165 321,6 144,82 50 14,58 531
2 Sumberejo 0 45,61 27 145,39 218 492,4 113,83 50 14,77 671
3 Kebonbatur 0 0 0 39,9 39,9 192,9 215,8 0 28,4 437,1
4 Batursari 15,6 0 0 16,3 31,9 174,5 395,69 0 54,91 625,1
5 Kangkung 0 0 0 121,1 121,1 268,1 65,59 0 60,21 393,9
6 Kalitengah 0 0 0 36,7 36,7 211,8 74,12 0 16,38 302,3
7 Kembangarum 0 0 0 61,3 61,3 160 131,91 0 26,79 318,7
8 Mranggen 0 0 0 0 0 29,4 212,05 0 18,55 260
9 Bandungrejo 0 0 0 10,7 10,7 91,6 79,13 0 23,57 194,3
10 Brumbung 0 0 0 15 15 85,5 46,96 0 20,54 153
11 Ngemplak 0 0 7,7 30 37,7 103,4 51,4 0 12,5 167,3
12 Karangsono 0 0 0 29 29 102,2 71,67 0 10,13 184
13 Tamansari 0 0 0 37 37 147,8 49,66 0 18,54 216
14 Menur 0 15,01 0 96,99 112 101,8 107,58 0 15,62 225
15 Jamus 20 35,52 0 28,88 84,4 76,9 100,24 0 18,46 195,6
16 Wringinjajar 0 0 0 40 40 151 126,26 0 11,74 289
17 Waru 0 0 6,5 30,8 37,3 107 81,41 0 14,29 202,7
18 Tegalarum 0 0 0 84,8 84,8 235,1 86,99 0 14,11 336,2
19 Candisari 0 0 0 145,9 145,9 101,4 71,79 0 38,91 212,1
Jumlah 35,6 244,35 41,2 986,55 1307,7 3.154,40 2.226,90 100 433 5914,3
Sumber: Kecamatan Mranggen dalam Angka Tahun 2019
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hampir semua kelurahan terdapat lahan sawah, hanya saja lahan sawah
paling banyak terdapat di Desa Sumberejo dengan total luas lahan sawah sebesar 218 Ha. Desa yang tidak terdapat lahan sawah yaitu
Desa Mranggen. Sedangkan untuk lahan kering, penggunaan untuk bangunan/pekarangan paling banyak berada di Desa Batursari
sebesar 395,69 Ha.
Metodologi Riset | 61
Peta IV.2. Pengguanan Lahan Wilayah Penelitian Kecamatan Mranggen
Metodologi Riset | 62
Selanjutnya, peruntukan lahan pada wilayah studi menitikberatkan pada fungsi
kawasan dengan tinjauan jumlah, jenis, dan pola persebaran aktifitas masyarakat dalam
menggunakan ruang pada kawasan serta dampaknya terhadap pergerakan penduduk
yang menghubungkan antar titik-titik kegiatan. Terdapat fungsi kawasan di Kecamatan
Mranggen yaitu sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan budidaya
dapat dibagi menjadi budidaya pertanian dan non pertanian dimana non pertanian ini
termasuk kawasan perumahan dan permukiman.
Tabel IV.4. Peruntukan Lahan di Kecamatan Mranggen
No Peruntukan Lahan Luasan (Ha) Cakupan Wilayah
Kawasan Lindung
1 Kawasan Lindung Fisiografis 133,82 Desa Banyumeneng dan Desa
Sumberrejo
2 Wilayah Aliran Sungai 184,59 Desa Kebonbatur dan Desa
Banyumeneng
Kawasan Budidaya
1 Hutan Produksi 800,76 Desa Sumberrejo dan Desa
Banyumeneng
2 Hutan Produksi Terbatas 1,53 Desa Sumberrejo
3 Industri 3,48 Desa Karangsono
4 Kawasan Pertanian Semusim 2.022,68 Semua Desa kecuali Desa
Lahan Basah Mranggen, Desa Brumbung, dan
Desa Batursari
5 Kawasan Pertanian Semusim 426,51 Desa Kebonbatur dan Desa
Lahan Kering Banyumeneng
6 Kawasan Perdesaan 1.660,63 Semua Desa kecuali Desa
Brumbung dan Desa Batursari
7 Kawasan Perkotaan 1.988 Desa Brumbung dan Desa
Batursari
Sumber: RTRW Kabupaten Demak Tahun 2011-2031
Kesimpulan dari tabel diatas bahwa sebagian besar peruntukan lahan di
Kecamatan mranggen yang termasuk kawasan budidaya dengan jenis kawasan pertanian
semusim lahan basah dengan total luas lahan sebesar 2.022,68 dimana peruntukannya
hampir semua desa kecuali Desa Mranggen, Desa Brumbung, dan Desa Batursari,
sedangkan untuk kawasan lindung dengan peruntukan lahan berupa wilayah aliran
sungai dan kawasan lindung fisiografis atau disebut dengan kawasan lindung yang
dikelola masyarakat merupakan kawasan lindung di luar kawasan hutan lindung yang
memiliki kriteria fisiografi seperti hutan lindung kawasan,
Metodologi Riset | 63
Peta IV.3. Peruntukan Lahan Wilayah Penelitian Kecamatan Mranggen
Metodologi Riset | 64
4.2. Karakteristik Demografi Penduduk Lokasi Penelitian
4.2.1. Jumlah Penduduk Lokasi Penelitian
Kecamatan Mranggen menjadi salah satu kawasan pinggiran yang memiliki luas
lahan sebesar 72,22 Km2 dan terdiri dari 19 desa. Menurut Kecamatan Mranggen dalam
Angka tahun 2019 untuk jumlah penduduk kecamatan ini pada tahun 2018 yaitu sebesar
194.188 jiwa. Namun pada lokasi penelitian diambil dari perumahan yang menjadi
lokus sehingga berikut ini merupakan penjabaran jumlah penduduk pada perumahan
yang menjadi lokus penelitian di beberapa desa di Kecamatan Mranggen.
Tabel IV.5. Jumlah Penduduk Lokasi Penelitian Tahun 2018
Penduduk
No Desa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Banyumeneng 3.547 3.432 6.797
2 Sumberejo 2.908 3.116 6.024
3 Kebonbatur 9.713 9.981 19.694
4 Batursari 17.866 18.786 36.652
5 Kangkung 2.940 3.018 5.958
6 Kalitengah 1.748 1.838 3.586
7 Kembangarum 4.044 4.187 8.231
8 Mranggen 5.630 5.891 11.521
9 Bandungrejo 3.338 3.852 7.190
10 Brumbung 2.076 2.550 4.326
11 Ngemplak 1.503 1.488 2.991
12 Karangsono 2.220 2.322 4.542
13 Tamansari 1.552 1.638 3.190
14 Menur 1.646 1.717 3.363
15 Jamus 1.560 1.647 3.207
16 Wringinjajar 6.350 3.215 6.350
17 Waru 1.671 1.670 3.341
18 Tegalarum 2.054 2.064 4.118
19 Candisari 1.688 1.804 3.492
Sumber: Kecamatan Mranggen dalam Angka Tahun 2019
Metodologi Riset | 65
4.2.2. Kepadatan Penduduk Lokasi Penelitian
Pada saat menentukan kepadatan penduduk suatu wilayah dapat diperoleh dari
hasil pembagian dari jumlah penduduk dengan luas wilayah yang ada, dalam konteks ini
maka jumlah penduduk kecamatan dibagi dengan luas wilayah kecamatan ataupun lebih
tepatnya mengambil jumlah penduduk desa dibagi dengan luas wilayah desa. Berikut ini
merupakan tabel perincian kepadatan penduduk di Kecamatan Mranggen.
Tabel IV.6. Kepadatan Penduduk Lokasi Penelitian Tahun 2018
Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan Penduduk
No Kelurahan
(Jiwa) (Km2) (Jiwa/Km2)
1 Banyumeneng 9.366 6,96 1.345,69
2 Sumberejo 8.078 8,88 908,66
3 Kebonbatur 26.421 4,77 5.538,99
4 Batursari 49.167 6,57 7.483,56
5 Kangkung 7.995 5,15 1.552,43
6 Kalitengah 4.811 3,39 1.419,17
7 Kembangarum 11.043 3,80 2.906,05
8 Mranggen 15.453 2,60 5.943,46
9 Bandungrejo 9.639 2,05 4.701,95
10 Brumbung 5.802 1,68 3.453,57
11 Ngemplak 4.016 2,05 1.959,02
12 Karangsono 6.092 2,13 2.860,09
13 Tamansari 4.279 2,53 1.691,30
14 Menur 4.510 2,37 1.338,28
15 Jamus 4.302 2,80 1.536,43
16 Wringinjajar 8.520 3,29 2.589,67
17 Waru 4.483 2,40 1.867,92
18 Tegalarum 5.526 4,21 1.312.59
19 Candisari 4.685 3,58 1.308,66
Jumlah 194.188 72,22 2.688,84
Sumber: Kecamatan Mranggen dalam Angka Tahun 2019
Berdasarkan tabel diatas desa dengan kepadatan penduduk yang paling tinggi
yaitu Desa Batursari dengan kepadatan sebesar 7.483,56 Jiwa/Km 2, yang merupakan 3
kali lipat dari rata-rata kepadatan desa lainnya, yaitu sebesar 2.652,89 Jiwa/Km 2. Desa
Batursari memang terdapat kawasan permukiman yang cukup besar dan mungkin hal ini
yang menyebabkan kepadatan yang cukup tinggi.
4.2.3. Banyaknya Penduduk yang Lahir, Mati, dan Migrasi Lokasi Penelitian
Terjadinya fluktuatif terhadap jumlah penduduk di suatu wilayah diakibatkan
beberapa faktor dianataranya faktor kelahiran, kematian serta migrasi penduduk baik
Metodologi Riset | 66
datang atau pindah. Apabila jumlah penduduk semakin meningkat sehingga dapat
mempengaruhi tingginya kepadatan penduduk dan memunculkan gejala urbanisasi pada
suatu wilayah. Hal tersebut terjadi di wilayah pinggiran kota seperti pada lokasi
penelitian. Berikut merupakan penjabaran yang lebih lebih rinci.
Tabel IV.7. Jumlah Angka Kelahiran, Kematian, dan Migrasi di Lokasi Penelitian Tahun
2018
No Kelurahan Kelahiran Meninggal Datang Pindah
1 Banyumeneng 136 41 97 65
2 Sumberejo 128 45 65 63
3 Kebonbatur 247 81 254 119
4 Batursari 497 136 626 551
5 Kangkung 136 44 122 62
6 Kalitengah 79 29 29 20
7 Kembangarum 183 58 66 87
8 Mranggen 206 65 189 240
9 Bandungrejo 137 50 141 106
10 Brumbung 91 26 39 56
11 Ngemplak 67 15 57 30
12 Karangsono 118 41 24 30
13 Tamansari 68 17 26 27
14 Menur 94 22 54 37
15 Jamus 88 16 31 26
16 Wringinjajar 167 32 58 34
17 Waru 72 11 23 15
18 Tegalarum 97 16 28 23
19 Candisari 94 24 20 43
Jumlah 2.705 769 1.949 1.634
Sumber: Kecamatan Mranggen dalam Angka Tahun 2019
Sementara itu, laju pertumbuhan penduduk di wilayah penelitian salah satunya
dapat dilihat dari pengaruh oleh angka kelahiran yang cukup tinggi apabila
dibandingkan dengan jumlah kematian, tercatat bahwa total angka kelahiran pada
wilayah peneitian tahun 2018 yaitu sebesar 2.705 jiwa namun untuk jumlah angka
kematian tercatat sebesar 769 jiwa. Selain itu, pertambahan jumlah penduduk juga
dipengaruhi oleh banyaknya penduduk datang lebih banyak dibandingkan dengan
penduduk pindah atau pergi yaitu dengan jumlah penduduk datang sebesar 1.949 jiwa,
sedangkan penduduk yang pindah sebesar 1.634.
4.3. Kondisi Perumahan Lokasi Penelitian
Kecamatan Mranggen termasuk dalam wilyah peri urban yang terdapat di
Kabupaten Demak yang memiliki potensi atau daya tarik dalam pengembangan
perumahan yang semakin menjamur di wilayah tersebut. Hal tersebut menjadi salah satu
faktor dalam memunculkan gejala urban sprawl dikarenakan dari perubahan kehidupan
Metodologi Riset | 67
masyarakat yang semula berifat kedesaan namun saat ini berubah ke sifat kekotaan.
Perilaku yang berubah dilihat dari aspek ekonmi sosial, politik, budaya, maupun
teknologi. Berdasarkan aspek ekonomi dapat terlihat dari perubahan mata pencaharian
penduduk yang awalnnya agraris menjadi non agraris. Pertumbuhan perumahan yang
semakin meningkat mengakibatkan luas perumahan di wilayah peri urban semakin
meluas. Perumahan-perumahan ini berada jauh ke selatan dari jalan kolektor yaitu Jalan
Raya Semarang-Purwodadi, dimana dari kondisi tersebut menjadi perumahan yang tidak
dilalui oelh angkutan umum sehingga menyebabkan timbulnya ketergantungan
penduduk terhadap pemakaian kendaraan pribadi dan mengarah pada peningkatan
kepadatan jalan yang terjadi setiap hari masuk kerja serta pulang kerja.
4.3.1. Sebaran Titik Lokasi Perumahan Berdasarkan Lokasi Penelitian
Pertumbuhan perumahan di lokasi penelitian terutama wilayah peri urban
Kecamatan Mranggen pada tahun 2010 hingga tahun 2019 mulai terlihat. Pada wilayah
ini memiliki kriteria yang cukup unik dimana terdapat kawasan perumahan modern dan
kekotaan di wilayah kedesaan. Perumahan yang tumbuh kebanyakan berada di sekitar
lahan pertanian. Cakupan dari wilayah penelitian yang mana hanya memilih wilayah
peri urban Kecamatan Mranggen sebagai lokus penelitian yaitu mencakup 6 desa yang
meliputi Kelurahan Wringinjajar, Kelurahan Jamus, Kelurahan Batursari, Kelurahan
Bandungrejo, Kelurahan Kebonbatur, dan Kelurahan Banyumeneng. Berdasarkan
sebaran titik perumahan tahun 2019 kelurahan yang paling banyak terdapat perumahan
yaitu di Kelurahan Batursari dengan total perumahan sebesar 15 unit. Sedangkan,
jumlah perumahan yang paling sedikit berada di Kelurahan Jamus dengan jumlah hanya
1 unit perumahan. Rincian sebaran titik perumahan di wilayah peri urban Kecamatan
Mranggen berdasarkan lokasi tiap desa dapat dilihat pada peta dibawah ini.
Metodologi Riset | 68
Peta IV.4. Sebaran Titik Perumahan Tiap Kelurahan Lokasi Penelitian Tahun 2019
Metodologi Riset | 69
4.3.2. Sebaran Titik Lokasi Perumahan Berdasarkan Time Series
Kondisi sebaran titik perumahan dibagi berdasarkan rentang waktu selama 10
tahun dengan pembagian waktu selama 2 kali dengan jangka 5 tahun yaitu dari tahun
2010-2016 dan 2016-2019. Beberapa perumahan mulai terlihat pertumbuhannya, dalam
mengidentifikasi pertumbuhan perumahan ini peneliti menggunakan teknik analisis
menggunakan google earth. Terlihatt bahwa pada rentang tahnun 2010-2016 sudah
terdapat pertumbuhan perumahan dengan total 13 unti perumahan dengan perumahan
terbanyak yaitu terdapat di Kelurahan Batursari. Kemudian untuk rentang tahun 2016-
2016 mengalami pertumbuhan yang signifikan yaitu sejumlah 12 unit perumahan
dengan pertumbuhan terbanyak yaitu berada di Kelurahan Kebonbatur. Kelurahan
Kebon batur yang semula pada rentang tahun 2010-2016 hanya terdapat 1 perumahan
kemudian muncul sebanyak 6 perumahan pada rentang tahun 2016-2019. Beberapa
kondisi dari pertumbuhan perumahan yang tumbuh pada rentang tahun 2010-2019 dapat
dilihat perubahaannya dengan secara signifikan pada peta mapping dibawah ini, dimana
dengan gambar yang dicantumkan dapat memperjelas bentuk perubahan dari sebelum
dan sesudah dibangun. Berdasarkan rincian dari penjabaran diatas maka dapat diperjelas
pada peta berikut ini
Metodologi Riset | 70
Peta IV.5. Sebaran Titik Perumahan Lokasi Penelitian Tahun 2010-2016
Metodologi Riset | 71
Peta IV.6. Sebaran Titik Perumahan Lokasi Penelitian Tahun 2016-2019
Metodologi Riset | 72
Peta IV.7. Mapping A Kondisi Sebaran Titik Perumahan Tahun 2010-2019
Metodologi Riset | 73
Peta IV.8. Mapping B Kondisi Sebaran Titik Perumahan Tahun 2010-2019
Metodologi Riset | 74
Peta IV.9. Mapping C Kondisi Sebaran Titik Perumahan Tahun 2010-2019
Metodologi Riset | 75
Peta IV.10. Mapping D Kondisi Sebaran Titik Perumahan Tahun 2010-2019
Metodologi Riset | 76
Peta IV.11. Mapping E Kondisi Sebaran Titik Perumahan Tahun 2010-2019
Metodologi Riset | 77
Peta IV.12. Mapping F Kondisi Sebaran Titik Perumahan Tahun 2010-2019
Metodologi Riset | 78
BAB V
RENCANA STUDI
5.1. Tahapan Pelaksanaan Studi
Pada saat melakukan perancangan studi dengan menyusunan laporan penelitian ini
maka terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam mendukung penelitian
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Tahapan Persiapan
Tahapan paling awal yang harus dilakukan yaitu tahapan persiapan dimana dalam
tahapan ini perlu melakukan beberapa persiapan untuk tahapan berikutnya berupa
pencarian data. Membuat surat izin terlebih dahulu untuk melakukan survey dan
pengambilan data kemudian baru melakukan pencarian data. Surat izin yang dibutuhkan
tersebut dikeluarkan oleh instansi Kota Semarang. Pada saat pembuatan surat izin ini
diperlukan terlebih dahulu surat dari fakultas dan proposal penelitian yang kemudian
dapat diajukan ke instansi yang dituju. Setelah surat izin didapatkan baru dapat meminta
data ke instansi baik instansi pemerintah maupun instansi swasta yang bersangkutan.
2. Tahapan Pengumpulan Data
Pada tahapan selanjutnya yaitu melakukan pencarian data baik primer dan sekunder
dengan melampirkan surat izin yang sudah didapatkan sebelumnya. Data primer
diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara di lokasi penelitian yang telah
ditentukan. Sedangkan untuk mendapatkan data sekunder yaitu dengan mendatangi
kantor instansi yang dituju lalu memasukkan surat izin sesuai bidangnya yang kemudian
perlu menunggu disposisi. Setelah disposisi keluar baru peneliti dapat meminta data
yang dibutuhkan untuk penelitian sesuai dengan bidang yang berkaitan dengan
kebutuhan data dari peneliti.
3. Tahapan Analisis
Data primer dan data sekunder yang telah diperoleh, kemudian dilanjutkan dengan
menganalisis data yang telah didapat tersebut menggunakan metode yang telah
ditentukan sebelumnya dan dilanjutkan ke tahap berikutnya.
4. Tahapan Penyusunan Laporan
Tahapan penyusunana laporan ini merupakan tahap dalam pembuatan penyusunana
laporan dari hasil temuan studi yang kemudian diambil kesimpulan akhir serta
rekomendasi sehingga dapat memberikan manfaat untuk studi berikutnya.
Metodologi Riset | 79
Tabel V.1. Jadwal Pelaksanaan Studi
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4
1. Mempersiapkan Proposal
2. Survei Data Primer
3. Survei Data Sekunder
4. Kompilasi Data
5. Penyusunan BAB I
6. Penyusunan BAB II
7. Penyusunan BAB III
8. Penyusunan BAB IV
9. Penyusunan BAB V
10. Penyusunan Draft TA
11. Sidang Pembahasan
12. Sidang Ujian
13. Final Tugas Akhir
Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2019
Metodologi Riset | 80
3.1. Rancangan Daftar Isi
Hal yang perlu dilakukan dalam membuat penelitian tugas akhir yaitu dengan
merancang bentuk awal berupa pembuatan daftar isi yang dijabarkan sebagai
berikut.
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Alasan Pemilihan Studi
1.3. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1.4. Tujuan Dan Sasaran
1.4.1. Tujuan
1.4.2. Sasaran
1.5. Ruang Lingkup
1.5.1. Ruang Lingkup Materi
1.5.2. Ruang Lingkup Wilayah
1.6. Kerangka Pemikiran
1.7. Metodologi Penelitian
1.8. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN LITERATUR TENTANG PEREMBETAN URBAN SPRAWL
BERDASARKAN PERTUMBUHAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERI-
URBAN KECAMATAN MRANGGEN
2.1. Teori Urban Sprawl
2.1.1. Pengertian Urban Sprawl
2.1.2. Karakteristik Urban Sprawl
2.1.3. Proses Terjadinya Urban Sprawl
2.1.4. Faktor-Faktor Terjadinya Urban Sprawl
2.2. Teori Perumahan
2.2.1. Definisi Perumahan
2.2.2. Jenis Perumahan
2.2.3. Karakteristik Perumahan
2.2.4. Pemilihan Lokasi Perumahan
2.3. Teori Wilayah Peri-Urban
2.3.1. Definisi Wilayah Peri-Urban
2.3.2. Karakteristik Wilayah Peri-Urban
2.3.3. Aktivitas Masyarakat di Wilayah Peri-Urban
BAB III KONDISI EKSISTING WILAYAH PENELITIAN
Metodologi Riset | 81
3.1. Hasil Survey Sekunder
3.1.1. Karakteristik Fisik Wilayah Penelitian
3.1.1.1. Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah
Penelitian
3.1.1.2. Pola Penggunaan Lahan Wilayah Penelitian
3.1.2. Karakteristik Demografi Penduduk Lokasi Penelitian
3.1.2.1. Jumlah Penduduk Lokasi Penelitian
3.1.2.2. Kepadatan Penduduk Lokasi Penelitian
3.1.2.3. Banyaknya Penduduk yang Lahir, Mati, dan Migrasi Lokasi
Penelitian
3.1.3. Kondisi Perumahan Lokasi Penelitian
3.1.3.1. Jumlah Unit Hunian dalam Perumahan
3.1.3.2. Luas Lahan Tiap Perumahan
3.2. Hasil Survey Primer
3.2.1. Kondisi Perumahan
3.2.2. Kondisi Aktivitas Penduduk
3.2.2.1. Aktivitas Matapencaharian Penduduk
3.2.2.2. Pandangan/Perspektif Mobilitas Penduduk
BAB IV ANALISIS KAJIAN PEREMBETAN URBAN SPRAWL
BERDASARKAN PERTIMBUHAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERI
URBAN KECAMATAN MRANGGEN
4.1. Analisis Pola Perembetan Konsentris (Concentric Development/Low Density
Continous Development)
4.2. Analisis Pola Perembetan Memanjang (Ribbon Development/Lineair
Development/Axial development)
4.3. Analisis Pola Perembetan Yang Meloncat (Leap Frog Development/Checker-
Board Development)
4.4. Sintesis Data
4.5. Temuan Studi
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
5.3. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT
LAMPIRAN
Metodologi Riset | 82
DAFTAR PUSTAKA
PEDOMAN
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Kecamatan Mranggen Dalam Angka 2014
Kecamatan Mranggen Dalam Angka 2019
BUKU
Creswell, John. 2014. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Koestoer, Raldi Hendri. 1997. Perspektif Lingkungan Desa-Kota Teori dan
Kasus. Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sadana, Agus. 2014. Perencanaan Kawasan Permukiman. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sastra M, S., & Marlina, E. (2006). Perencanaan dan Pengembangan
Perumahan. Yogyakarta: ANDI.
Yudohusodo, Siswono. 1991. Rumah untuk Seluruh Rakyat. Jakarta:
INKOPPOL.
Yunus , Hadi Sabari. 1987. Konsep Perkembangan dan Pengembangan Daerah
Perkotaan. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM.
Yunus, H. S. 2005. Manajemen Kota Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Yunus, Hadi Sabari. 2008. Dinamika Wilayah peri urban. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian
Gabungan. Padang: Kencana.
Metodologi Riset | 83
JURNAL
Metodologi Riset | 84
Mujiandari, Reni. (2014). Perkembangan Urban Sprawl Kota Semarang pada
Wilayah Kabupaten Demak Tahun 2001-2012. Jurnal Wilayah dan
Lingkungan 2(2).
Mustofa. (2016). Karakteristik Spasial Urban Sprawl Kecamatan Pontianak.
Jurnal Pendidikan Sosial. 3(1).
Mutia, Indah. (2011). Morfologi Perumahan Terencana di Pinggiran Kota
Banjarmasin. Jurnal INTEKNA. (2).
Nugroho, Wahyu. Penanganan Permukiman Kumuh dengan Peningkatan Kualitas
Sarana dan Prasarana di Pancuran Kota Salatiga.
Prihanto, Teguh. 2010. Perubahan Spasial dan Sosial-Budaya sebagai Dampak
Megaurban di Daerah Pinggiran Kota Semarang. Jurnal Teknik Sipil &
Perencanaan. 12(1), 131-140.
Putra, Dewa Raditya. Pradoto, Wisnu. (2016). Pola dan Faktor Perkembangan
Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Jurnal
Pengembangan Kota. 4(1), 67-75.
Putri, Agisti Amelia, dkk. 2018. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Perumahan Swasta DU Kota Padang. Jurnal Tata Kota dan Daerah.
10(2).
Rangkuti, Henra Abadi, dkk. (2017). Analisis Pertumbuhan Urban Sprawl di
Kecamatan Banyumanik Tahun 2005-2015. Jurnal Unnes
Saputri, Amel Dhea. Oktafianto 2017. Sistem Pendukung Keputusan untuk
Menentukan Lokasi Perumahan di Kabupaten Pringsewu Menggunakan
Metode Weighted Product. Jurnal Sistem Informasi.
Wantri, Uun, dkk. 2016. Faktor Penyebab Pengembangan Memilih Lokasi
Perumahan di Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar. Jurnal
Pendidikan Geografi. 3(3), 36-45.
SKRIPSI, TESIS, DAN DESERTASI
Metodologi Riset | 85
Rahma, Intan Sari Zaitun. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Perumahan Tipe Cluster (Studi Kasus Perumahan Taman
Sari di Kota Semarang). Skripsi. Universitas Diponegoro
Miranda, Indriani Indra. 2009. Pengembangan Pasar Baru, Jakarta. Tesis.
Universitas Indonesia.
WEBSITE
Metodologi Riset | 86
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Jl. Raya Kaligawe KM. 4 PO.BOX 1054 Telp. 085747801841 Pas. 510 Fax.6582455 Semarang 50012
LAMPIRAN
FORM WAWANCARA
Metodologi Riset | 87
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Jl. Raya Kaligawe KM. 4 PO.BOX 1054 Telp. 085747801841 Pas. 510 Fax.6582455 Semarang 50012
Metodologi Riset | 88