Anda di halaman 1dari 9

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT

NOMOR : 297//Dir-SK/XII/2016
TENTANG
KEBIJAKAN TELAAH RESEP RUMAH SAKIT
DIREKTUR RUMAH SAKIT

MENIMBANG :
1. Bahwa yang dimaksud telaah resep adalah cara mengkaji resep
meliputi kejelasan tulisan resep, tepat obat, tepat dosis, tepat rute,
tepat waktu, duplikasi, alergi, interaksi obat, berat badan pasien
untuk pasien anak dan kontra indikasi lainnya.
2. Bahwa dalam pemberian pelayanan farmasi dibutuhkan suatu
proses pemberian peresepan obat yang tepat dan rasional.
3. Bahwa untuk mendukung tercapainya peresepan obat yang tepat
dan rasional dibutuhkan suatu proses yang baik.

MENGINGAT :
1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
2. Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1963 tentang Farmasi.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
ATU : Peresepan obat yang diberikan kepada pasien harus
diberikan secara baik dan rasional.

DUA : Sebelum obat diserahkan kepada pasien, petugas farmasi


(Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian) harus melakukan telaah
resep terlebih dahulu.

KETIGA : Tata cara telaah resep yang dilakukan


sebagai berikut :
1. Setiap resep yang masuk di Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus
dilakukan telaah resep terlebih dulu, sebelum obat diserahkan
kepada pasien.
2. Telaah resep yang dilakukan meliputi:
a. Persyaratan administrasi, meliputi:
- Nama, tgl lahir dan nomor rekam medis ( label identitas pasien )
- Tanggal resep
b. Persyaratan farmasis, meliputi:
- Kejelasan tulisan resep
- Tepat obat
- Tepat dosis
- Tepat rute
- Tepat waktu
- Duplikasi
c. Persyaratan klinis,meliputi
- Interaksi obat
- Alergi
- Berat badan untuk pasien anak
- Kontra indikasi
3. Telaah resep dilakukan oleh Apoteker.

4. Setiap pasien memiliki profil pengobatan untuk membantu proses


telaah resep atau pengobatan.

5. Telaah resep tidak perlu dilakukan pada keadaan darurat atau bila
dokter pemesan hadir untuk pemesanan, pemberian dan
monitoring pasien (misal di kamar bedah atau IGD) atau dalam
tindakan radiologi intervensional atau diagnostik imajing dimana
obat merupakan bagian dari prosedur.

6. Telaah resep tetap dilakukan ketika Apoteker tidak hadir, telaah


resep ketika apoteker tidak hadir dilakukan oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian yang ditunjuk ataupun yang sudah terlatih.

7. Jika resep yang tertulis tidak memenuhi persyaratan, maka harus


segera dilakukan klarifikasi kepada dokter penulis resep sebelum
diberikan kepada pasien.

8. Semua klarifikasi dan pertanyaan kepada dokter penulis resep


harus dilakukan pendokumentasian.

MPAT : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan


evaluasi minimal 1 tahun sekali.

IMA : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan,


maka akan dilakukakan perubahan dan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : Tangerang
Tanggal : 30
Desember 2016
RUMAH SAKIT
TANGERANG

Direktur

TEMBUSAN Yth :
1. Wadir Pelayanan Medis
2. Komite Medis
3. Seluruh Dokter di Rumah Sakit
4. Kepala Bagian Keperawatan
5. Seluruh Kepala Ruang Keperawatan
6. Instalasi Farmasi
7. Arsip
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR : 297//Dir-SK/XII/2016
TANGGAL : 30 Desember 2016

PENGECEKAN PEMBERIAN OBAT

PRINSIP 7 (TUJUH) BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT

1.Benar Pasien
 Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa
(papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau
ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non
verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika
pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan
mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain
seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2.Benar Obat
 Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat
dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar
namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu
hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau
kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label
pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali.
Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil
dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat
yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika
labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi.
 Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya
lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat
itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan
kerjanya.
3.Benar Dosis
 Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya.
Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang
menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun
tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting
!! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8
mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500
mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti.
4.Benar Cara/Rute Pemberian
 Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda.
Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan
oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual,
parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a. Oral
 Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak
dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat
dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau
bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral
 Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping,
enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau
tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset /
perinfus).
c. Topikal
 Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.
Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal
 Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau
supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian
rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti
konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang
tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal
memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat
dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat
disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi
 Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran
nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas,
dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal
pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent,
berotec untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya
terapi oksigen.
5.Benar Waktu
 Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya
tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar
darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum
makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus
diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian
antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena
susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat
diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya
asam mefenamat.
6.Benar Dokumentasi
 Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis,
rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien
menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat
diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

7. Benar Informasi
 Semua rencana tindakan/ pengobatan harus dikomunikasikan
pada pasien & atau keluarganya, termasuk pasien di ICU (hak
pasien!).
 Jelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar.
 Jelaskan efek samping yang mungkin timbul.
 Rencana lama terapi juga dikomunikasikan pada pasien.
 semua informasi yang telah diberikan pada pasien & keluarganya
ini ditulis dalam “Form Penjelasan & Pendidikan Dokter kepada
Pasien” yang ada di dalam paket rekam medik dan ditandatangani
oleh dokter dan pasien/ keluarga pasien.

BUKTI PENGECEKAN KEAKURASIAN OBAT


Nama Pasien :
No MR :
Alamat :
Usia :
No Jenis Pengecekan Ya Tidak
1. Tulisan dokter jelas
2. Benar nama pasien
3. Benar nama obat
4. Benar dosis obat
5. Benar waktu pemberian
6. Benar Cara Pemberian

Anda mungkin juga menyukai