Anda di halaman 1dari 10

Pengembangan Ketahanan Ekonomi

1. Dewasa ini “ketahanan” tengah menjadi konsep sentral dalam memahami dan merespon berbagai
ketidakpastian global yang disebabkan oleh kegagalan sistem dan peristiwa besar yang bersifat
traumatis. Ditengah kondisi tersebut, konsep ketahanan sering diusulkan sebagai solusi untuk
serangkaian tantangan keamanan yang berbagai, termasuk, antara lain, bencana alam, kejahatan dunia
maya, terorisme, krisis keuangan, dan gangguan sosial. (Brassett, 2013).
2. Konsepsi mengenai ketahanan di Indonesia mulai dikenal sejak permulaan tahun 1960-an dengan
nama Ketahanan Nasional yang didefinisikan dalam lingkup pembahasan masalah pembinaan
Teritorial atau masalah Pertahanan-Keamanan pada umumnya. Ketahanan nasional dalam bahasa
asing sering disebut dengan national resilience dimana resilience berasal dari kata kerja “to resile”
yang berarti gerak sesuatu badan atau barang untuk kembali kepada keadaan atau kondisi semula.
3. Konsep mengenai ketahanan nasional tersebut terus berkembang semenjak berdirinya Lemhannas
pada tahun 1965. Konsep mengenai ketahanan nasional menurut hasil pengembangan dari Lemhannas
tersebut didefinisikan sebagai kondisi dinamika yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di dalam menghadapi dan mengatasi
segala tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam,
yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara atau menganggu usaha mengejar perjuangan nasional.
4. Menurut Lemhanas, ketahanan nasional merupakan suatu alat analisis terkait suatu permasalahan
kehidupan bangsa melalui pendekatan delapan aspek kehidupan nasional yang disebut sebagai
Astagatra. Astagatra sendiri terdiri dari dua bagian yaitu Trigatra yang meliputi aspek alamiah antara
lain geografi, demografi, dan sumber kekayaan alam serta Pancagatra yang meliputi aspek sosial antara
lain ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan aspek pertahanan keamanan.
5. Dalam rangka membentuk suatu ketahanan nasional yang kuat, maka ketahanan perlu dibangun secara
komprehensif dan tersinkronisasi dengan melibatkan berbagai bidang seperti ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, agama, militer, ilmu pengetahuan dan teknologi agar pada akhirnya dapat
membentuk kekuatan ketahanan yang menyeluruh dan mencapai tujuan nasional. Proses untuk
mewujudkan ketahanan nasional tersebut dilakukan melalui perhitungan yang matang mengenai
sumber daya yang dimiliki untuk dapat dialokasikan secara tepat di keseluhan bidang kehidupan dan
penghidupan negara. Tidak hanya sekedar bidang-bidang tersebut, esensi dari ketahanan nasional
sendiri perlu dibangun atas dasar partisipasi masyarakat berupa dukungan moril dalam proses
pemerintahan, pembangunan dan pertahanan. Karena pada dasarnya, apabila pertahanan nasional jika
digabungkan dengan rakyat yang memiliki kematangan akan memunculkan suatu kekuatan nasional.
6. Berdasarkan pada definisi tersebut, dapat ditarik inferensi yang lebih singkat bahwasanya konsep
ketahanan di Indonesia melibatkan berbagai bidang dan unsur penunjang yang terdiri dari semua segi-
segi hidup bangsa dan negara termasuk seluruh warga negara untuk dapat menciptakan kekuatan
nasional dalam rangka menghadapi segala jenis ancaman atau gangguan, baik dari dalam maupun dari
luar yang dapat mengganggu stabilitas negara serta memiliki kemampuan untuk kembali dalam
kondisi semula.
7. Salah satu bidang dan unsur yang membangun ketahanan nasional merupakan bidang ekonomi.
Pembangunan ekonomi sendiri merupakan sebagian penting dalam mengembalikan ketahanan
nasional. Suksesnya pembangunan ekonomi yang sedang dikerjakan merupakan salah satu variabel
penggalangan ketahanan nasional. Jika dihubungkan dengan konsepsi dari ketahanan nasional itu
sendiri, maka ketahanan ekonomi adalah melakukan sinkronisasi dan integrasi berbagai unsur-unsur
perekonomian nasional untuk dapat menciptakan kekuatan perekonomian dalam rangka menghadapi
segala jenis ancaman atau gangguan yang dapat mengganggu stabilitas perekonomian.
8. Namun, untuk mewujudkan ketahanan tersebut masih dibutuhkan segala bentuk daya dan usaha untuk
menghadapi tantangan ketahanan di bidang ekonomi seperti masih belum optimalnya modal, skill,
serta teknologi yang mendukung pembangunan perekonomian. Selain itu, perkembangan ekonomi di
setiap daerah belum dapat berimbang dan serasi.
9. Tingkat ketahanan nasional Indonesia salah satunya dapat dilihat dari indeks ketahanan nasional milik
Lemhanas yang disusun berdasarkan empat ketahanan nasional Indonesia yaitu indeks ketahanan
politik, ekonomi, ideologi, dan sosial budaya. pengukuran indeks tersebut dengan menggunakan dua
pendekatan, yakni jenis pendekatan kualitatif yang asalnya dari data kebijakan (policy) dan data
kuantitatif dari data kinerja. Kedua data tersebut lalu disatukan kemudian menghasilkan indeks
komposit yang dapat menunjukkan ketahanan nasional Indonesia (Armawi dan Wahidin, 2018).
Lemhanas menemukan bahwa saat ini ketahanan Indonesia sebagian besar sudah cukup tangguh
dimana salah satunya meunjukkan bahwa ketahanan ekonomi Indoneisa di posisi yang cukup tangguh.
(Makdori, 2019).
10. Istilah ketahanan pada hakikatnya tidak hanya menjadi kepemilikan tunggal dari disiplin ekonomi.
Jauh sebelum itu, istilah ketahanan sendiri telah digunakan di berbagai disiplin seperti engineering,
psikologi, politik, bahkan sepakbola. Dari disiplin engineering misalnya, kata ketahanan merujuk pada
kemampuan material untuk kembali ke bentuk semula setelah terjadi guncangan eksternal (Bruijne,
Boin dan Eeten, 2010). Dalam dunia sepakbola istilah ketahanan diasosiasikan dengan 'bounceback-
ability' kondisi dimana sebuah tim yang hampir terdegradasi berakhir dengan menjuarai liga. Dari
pengertian-pengertian ini, pada dasarnya terdapat satu aspek yang bersifat tetap walaupun dilihat
melalui konteks dan nuansa yang berbeda, yakni ketahanan dipahami sebagai kemampuan untuk
kembali pada titik semula setelah mendapat pengaruh dari kondisi eksternal.
11. Dalam disiplin ekonomi sendiri, aspek kemampuan untuk kembali pada titik semula juga muncul.
Briguglio (2009) mendefinisikan ketahanan ekonomi sebagai kemampuan dari kebijakan ekonomi
untuk pulih dari atau menyesuaikan diri dengan dampak negatif dari guncangan eksternal yang
merugikan dan untuk memperoleh manfaat dari guncangan tersebut. Dari definisi Briguglio maka
dapat dikatakan bahwa ketahanan ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan sebuah perekonomian
untuk: [1] pulih dengan cepat dari guncangan; dan [2] kemampuan menahan efek guncangan.
12. Kemampuan suatu Ekonomi untuk pulih dari guncangan negatif memiliki keterkaitan dengan
fleksibilitas suatu ekonomi yang memungkinkannya untuk bangkit kembali setelah terpengaruh oleh
guncangan ekonomi. Kemampuan ini akan sangat terbatas jika, misalnya, ada kecenderungan defisit
fiskal yang besar. Di sisi lain, kemampuan ini akan meningkat ketika ekonomi memiliki instrumen
kebijakan yang dapat digunakan untuk menangkal dampak dari guncangan negatif, seperti posisi fiskal
yang kuat, sehingga pembuat kebijakan dapat memanfaatkan pemotongan pajak untuk melawan efek
guncangan negatif. Jenis ketahanan ini disebut sebagai “shock counteraction”. (Briguglio, 2009)
13. Kemudian, kemampuan untuk bertahan dari goncangan ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan
untuk “menyerap” guncangan, sehingga dampak dari guncangan tersebut dapat dinetralisir atau seolah
dapat diabaikan. Hal ini dapat terjadi apabila sebuah perekonomian memiliki mekanisme untuk
mengurangi efek guncangan, yang disebut sebagai shock absorption. Misalnya, keberadaan angkatan
kerja yang multi keterampilan bisa menjadi instrumen penyerapan kejutan apabila terjadi guncangan
di sektor ekonomi tertentu. Dengan demikian stabilitas ekonomi dapat secara relatif mudah dipenuhi
dengan mengalihkan sumber daya ke sektor lain.
14. Apabila definisi ketahanan yang telah disebutkan sebelumnya berfokus pada dua aspek utama yakni,
kemampuan untuk pulih dan kemampuan menahan efek guncangan, maka Kakderi (2017)
menambahkan satu aspek tambahan di dalam konsep ketahanan tersebut. Menurut Kakderi, konsep
ketahanan pada dasarnya bertujuan untuk menggambarkan stabilitas sistem terhadap interferensi
(MacKinnon & Derickson, 2013) tertentu seperti bencana alam, bencana yang disebabkan oleh
perubahan iklim, perang atau aksi teroris (Coaffee, 2009; Hutter, Kuhlicke, Glade, & Felgentreff,
2011; Stevens, Berke, & Song, 2010), konflik sosial atau guncangan ekonomi (Galaz, 2005). Konsep
multidimensi seperti itu menurut Karderi tidak hanya dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
bertahan atau pemulihan kembali pada titik keseimbangan awal. Lebih dari itu, konsep ketahanan juga
menganut gagasan reorientasi dan pembaruan (Martin, 2012), yang berarti kemampuan suatu sistem
untuk beradaptasi, mengatur ulang dirinya sendiri dan mengubah jalur pertumbuhannya. Ketahanan
sebagai konsep yang mencerminkan kemampuan transformasi sangat dekat dengan gagasan
Schumpeter tentang penghancuran kreatif, proses pengorganisasian diri dan restrukturisasi melalui
kebaruan dan inovasi (Bristow et al., 2013; Simmie & Martin, 2010). Tulisan ini akan menggunakan
konsep ketahanan yang mengandung tiga unsur pembentuk yakni kemampuan untuk pulih, menahan
efek guncangan, dan pembaruan ekonomi sebagai landasan konseptual dalam menjelaskan ketahanan
ekonomi Indonesia.
15. Beranjak dari definisi tersebut, maka hal yang patut ditanyakan berikutnya adalah apa indikator yang
dapat digunakan untuk mengukur ketahanan ekonomi? Menurut Kakderi belum ada ukuran pasti yang
dapat digunakan untuk mengukur konsep ketahanan ekonomi. Hal ini dikarenakan faktor ketahanan
dapat ditemukan dalam berbagai aspek sistem seperti struktur ekonomi, modal sosial, dan tata kelola
sistem. Temuan empiris dan teoritis pun belum memiliki kesepakatan bersama tentang ukuran dari
ketahanan ekonomi. Namun demikian, banyak diskusi yang berfokus pada kapasitas yang melekat dari
sistem untuk melakukan adaptasi dan pengorganisasian diri, seperti keterbukaan; pembelajaran sosial
dan memori sosial; modularitas dan konektivitas; kelembaman dan perubahan kelembagaan dan
organisasi; dan sistem pemerintahan yang adaptif (Folke, 2006; Simmie & Martin, 2010).
16. Apabila mengacu kepada Briguglio, Cordina, dkk (2006) maka ketahanan ekonomi dapat diukur
menurut empat area yakni, stabilitas makroekomi, efisiensi pasar mikroekonomi, good governance,
dan pembangunan sosial. Pemilihan empat area ini didasarkan kepada sifat dari variabel tersebut yang
sangat dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi dan juga dapat berfungsi untuk membangun ketahanan
ekonomi. Dibawah ini adalah gambar yang mengilustrasikan konsep ketahanan menurut Briguglio,
Cordina, dkk, beserta tabel yang merangkum empat area tersebut, beserta sub-area di dalamnya.

Gambar 2.2 Konsep Ketahanan Ekonomi Menurut Briguglio

Sumber: Lino Briguglio , Gordon Cordina , Nadia Farrugia & Stephanie Vella,
“Economic Vulnerability and Resilience: Concepts and Measurements.” Oxford Development Studies,
(2009):232.

Tabel 2.1 Faktor Determinan Ketahanan Ekonomi Menurut Lino Briguglio, Gordon Cordina, dkk.
Area Utama Pengertian Sub-area
Stabilitas Kestabilan makroekonomi berhubungan  Defisit fiskal terhadap rasio GDP
makroekonomi dengan interaksi antara permintaan agregat dan  Tingkat pengangguran dan inflasi
penawaran agregat sebuah perekonomian.  Hutang luar negeri terhadap rasio GDP

Efisiensi pasar Area ini mengacu kepada mekanisme  Ukuran pemerintahan


mikroekonomi pembentukan harga di pasar. Apabila pasar  Perdagangan bebas
dapat menemukan titik keseimbangan baru,  (sumber: Economic Freedom of The
maka guncangan ekonomi bisa dinegasikan, World Index)
vice versa.
Good governance Hal ini berkaitan dengan aturan hukum dan  independensi peradilan,
hak milik.  imparsialitas pengadilan,
 perlindungan hak kekayaan intelektual,
 campur tangan militer dalam supremasi
hukum; dan
 sistem politik dan integritas sistem hukum.
(sumber: Economic Freedom of The
World Index)
Pembangunan Area ini berbicara mengenai kohesivitas sosial.  Pendidikan
sosial  Kesehatan
Sumber: Lino Briguglio, Gordon Cordina, dkk. “Conceptualizing and Measuring Economic Resilience.”
(2006)

17. Martin dan Sunley (2015) berpandangan bahwa ketahanan ekonomi merupakan sebuah prosesterdiri
dari t, bukan sebuah proses singular dan statis. Konsep ketahanan terdiri empat langkah sekuensial
yakni: kerentanan dari industri, pekerja, perusahaan dan institusi terhadap guncangan, [2] daya tahan
terhadap guncangan, [3] kemampuan industri, pekerja, persusahaan dan institusi dalam mempengaruhi
guncangan, [4] terakhir adalah kemampuan industri, pekerja, perusahaan dan institusi untuk
melakukan penyesuaian dan adaptasi yang diperlukan untuk memperbaiki perekonomian. Lebih lanjut
lagi, Martin dan Sunley menyampaikan bahwa aspek sekuensial dari proses ketahanan ini bergantung
kepada sifat, kedalaman, dan durasi dari guncangan ekonomi terhadap jalur pertumbuhan dan faktor
determinan dari jalur pertumbuhan tersebut (struktur ekonomi, sumber daya, kapabilitas dan
kompetensi, dukungan institusi negara). Faktor determinan inilah yang membentuk risiko dan daya
tahan sebuah perekonomian saat terjadinya guncangan ekonomi. Dibawah ini adalah gambar yang
mengilustrasikan konsep ketahanan ekonomi menurut Martin dan Sunley dan indikator-indikator yang
mempengaruhi ketahanan ekonomi.

Gambar 2.3 Konsep Ketahanan Ekonomi Menurut Briguglio


Sumber: Ron Martin, Peter Sunley, Ben Gardiner & Peter Tyler. “How Regions
React to Recessions: Resilience and the Role of Economic Structure.” (2016):565.
Gambar 2.4 Faktor Determinan Mempengaruhi Ketahanan Ekonomi
Sumber: Ron Martin, Peter Sunley, Ben Gardiner & Peter Tyler. “How Regions
React to Recessions: Resilience and the Role of Economic Structure.” (2016):570.

18. Berdasarkan paparan di atas terkait ketahanan ekonomi dan faktor determinannya, dapat ditarik sebuah
inferensi bahwa ketahanan ekonomi merupakan sebuah konsep yang menjelaskan tentang kemampuan
perekonomian untuk bertahan dari gangguan eksternal, kemampuan untuk memulihkan diri pasca
guncangan ekonomi, dan kemampuan sebuah perekonomian untuk melakukan reorientasi dan
pembaharuan. Faktor yang mempengaruhi ketahanan ekonomi sangat berbagai, mulai dari stabilitas
makroekonomi sampai dengan pengaturan kelembagaan sosial dan politik di sebuah negara.

Gambar 2.5 Grafik Area yang Tercakup oleh Indikator Kerentanan


Sumber: Oliver Rohn, Aida Caldera-Sanchez, Alain de Serres, Filippo Gori, dan Mikkel Hermansen.
“Strengthening Economic Resilience Insights from The Post-1970 Record of Severe Recessions and
Financial Crises.” (2015)
19. Roehn et al. (2015) dalam penelitiannya menyusun beberapa indikator yang diperoleh dari berbagai
sumber data publik yang mencakup 34 Negara OECD, The BRIICS (Brazil, Russia, Indonesia, India,
China, South Africa), Colombia, Costa Rica, dan Latvia yang perlu diperhatikan untuk mendeteksi
kerentanan yang dapat mengganggu ketahanan ekonomi serta menilai resiko suatu negara terhadap
krisis. Indikator-indikator tersebut dibagi menjadi 5 sektor pada sisi domestic yaitu: financial sector,
non-financial sector, asset market, public sector, dan eksternal sector. Pada sisi internasional, berbagai
risiko global dapat menimbulkan kerentanan melalui 3 channel utama yaitu financial channel, trade
channel, dan confidence channel.
20. Beranjak dari berbagai pemahaman yang sudah disebutkan di atas, selanjutnya akan dibahas mengenai
ketahanan ekonomi dalam konteks Indonesia. Paradigma apa yang sudah dikembangkan dan langkah
strategis apa yang diambil oleh Indonesia dalam menghadapi dinamika geopolitik maupun
geoekonomi.
21. Pandangan dan langkah strategis mengenai ketahanan ekonomi Indonesia termaktub di dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) IV 2020-2024. Sasaran dari RPJMN IV 2020-
2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui
percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbagunnya struktur perekonomian
yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
22. Dalam RPJMN IV tersebut memiliki 7 (tujuh) agenda pembangunan nasional yang salah satunya
berhubungan dengan ketahanan ekonomi. Dalam 7 (tujuh) agenda tersebut, pemerintah Indonesia
menunjukkan telah serius melakukan pembangunan nasional dalam rangka menjaga stabilitas nasional
di era yang penuh dengan ketidakpastian global serta berbagai pergolakan geopolitik di berbagai
regional.
23. Poin-poin dari 7 (tujuh) Agenda Pembangunan RPJMN IV tahun 2020-2024 tersebut antara lain:
a. Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas
b. Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan
c. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing
d. Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa
e. Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar
f. Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklam
g. Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik
24. Melihat poin-poin agenda tersebut, secara garis besar menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia
memiliki agenda untuk melakukan reformasi antara lain dibidang perekonomian, sumber daya
manusia, infrastruktur, dan pelayanan publik. Bidang-bidang tersebut merupakan bidang yang akan
menjadi kunci utama Indonesia untuk dapat menghadapi berbagai tantangan perekonomian global dan
geopolitik seperti munculnya ketidakpastian dari dampak kebijakan proteksionisme perdagangan dan
normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan tekanan
peralihan normalisasi kebijakan moneter dari Amerika Serikat ke Eropa.
25. Dalam penjabaran RPJMN IV 2020-2024 secara lebih mendalam disampaikan pula beberapa
tantangan perekonomian tahun 2020-2024 antara lain:
i. Ketidakpastian Global
Pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia dipandang cenderung stagnan dengan tren yang
melambat serta disisi lain harga komoditas ekspor utama Indonesia seperti batu bara dan minyak
kelapa sawit diperkirakan juga cenderung menurun akibat dari dampak peralihan permintaan dunia
ke produk lain.
ii. Pertumbuhan Ekonomi yang Stagnan
Setelah melewati hantaman Asian Crisis tahun 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung
stagnan di kisaran 5% per tahun. Hal tersebut sedikit banyak disebabkan oleh beberapa faktor
seperti regulasi dan birokrasi yang menghambat, penerimaan pajak yang belum memadai,
rendahnya kualitas infrastruktur, masih rendahnya kualitas SDM dan produktivitas tenaga kerja,
intermediasi sektor keuangan rendah dan pasar keuangan yang dangkal, rendahnya tingkat inovasi,
serta keterkaitan hulu hingga hilir yang masih lemah.
iii. Defisit Transaksi Berjalan yang Meningkat
Salah satu faktor yang masih membebani defisit transaksi berjalan merupakan pembiayaan jasa
transportasi asing dalam praktik ekspor. Ketatnya kondisi keuangan global mengakibatkan
peningkatan defisit transaksi berjalan yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi.
iv. Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital
Dalam era revolusi industri 4.0, dunia ini diprediksi akan penuh dengan digitalisasi, otomatisasi
dan meluasnya penggunaan artificial intelligence dalam berbagai aktivitas perekonomian sebagai
salah satu alternatif solusi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Era revolusi industri 4.0
tidak semata-mata hanya membawa berbagai peluang namun tetap membawa tantangan bagi
Indonesia. Salah satunya adalah tantangan transformasi dari manusia menjadi mesin serta belum
optimalnya regulasi atas pengawasan kepatuhan pajak dari proses-proses perekonomian digital.
26. Pembangunan ekonomi dalam lima tahun kedepan dalam tujuan untuk mengatasi berbagai tantangan
tersebut akan berfokus pada 7 (tujuh) agenda RPJMN IV 2020-2024. Namun, salah satu yang menjadi
perhatian adalah poin pertama dari agenda tersebut yaitu memperkuat ketahanan ekonomi untuk
pertumbuhan yang berkualitas. Dalam rangka mencapai ketahanan ekonomi tersebut, pemerintah
berencana meningkatkan kemampuan dalam mengelola sumber daya ekonomi dan menggunakan
sumber daya tersebut untuk memproduksi barang dan jasa dengan nilai tambah yang tinggi untuk
memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan daya saing dalam negeri maupun pasar ekspor.
27. Pada bagian awal dijelaskan bahwa ketahanan ekonomi sendiri merupakan sebuah konsep yang
menjelaskan tentang kemampuan perekonomian untuk bertahan dari gangguan eksternal, kemampuan
untuk memulihkan diri pasca guncangan ekonomi, dan kemampuan sebuah perekonomian untuk
melakukan reorientasi dan pembaruan. Pembentukan suatu ketahanan nasional perlu didukung oleh
berbagai faktor yang saling terkait dan terintegrasi satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan
pembentukan ketahanan ekonomi. Dibutuhkan integrasi antar sektor, baik dari sektor perdagangan
maupun sektor finansial untuk dapat menciptakan iklim perekonomian yang sehat untuk mendukung
ketahanan ekonomi.
28. Saat ini dapat dikatakan bahwa memiliki ketahanan ekonomi merupakan sesuatu yang begitu penting
bagi sebuah negara sebagai alat untuk menjaga stabilitas perekonomian. Menurut Aiginger (2009),
ketahanan ekonomi dapat ditingkatkan dan dicapai melalui 5 (lima) area kebijakan yaitu [1] Penguatan
struktur ekonomi, [2] Peningkatan pertumbuhan ekonomi, [3] Penekanan pada tujuan jangka panjang,
[4] Menghindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan krisis ekonomi, [5] Kestabilan
lembaga/perusahaan pendukung yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi.
29. Pada setiap elemen area kebijakan tersebut diperlukan beberapa strategi dalam penerapannya untuk
menunjang kebijakan-kebijakan terkait ketahanan ekonomi tersebut (Aiginger,2009). Dari sisi sektor
perdagangan dapat dilakukan perbaikan struktur industri pada sektor-sektor yang tidak terlalu terpapar
akan volatilitas dan siklus bisnis, melakukan diversifikasi ekspor ke berbagai wilayah, serta
memperkuat persediaan barang dengan diikuti diversifikasi berbagai aspek bisnis (supplier, produk
dan pembeli potensial). Dari sisi finansial, investasi terhadap tujuan jangka panjang perusahaan seperti
investasi terhadap sumber daya manusia, riset maupun inovasi juga akan mendukung peningkatkan
kinerja industri agar dapat bersaing di pasar internasional.
30. Strategi dari kedua sektor tersebut masih perlu dioptimalkan dengan perbaikan koordinasi secara
internal antar lembaga terkait serta melakukan koordinasi dan kerjasama eksternal dengan memperkuat
kerjasama hubungan antarnegara di regional maupun continental. Pentingnya penguatan koordinasi
tersebut merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan mengingat isu koordinasi masih menjadi
permasalahan utama dalam menyebabkan konflik terutama di dalam lingkup internal. Berbagai
perbedaan egoisme politik dan kepentingan baik antar pribadi maupun antar lembaga perlu untuk
ditekan agar dapat membangun sinergi penguatan ketahanan nasional dalam rangka mencapai tujuan
nasional yang sama. Di sisi lain, penguatan koordinasi eksternal bertujuan untuk mengantisipasi
berbagai dampak dari permasalahan geopolitik serta membangun kekuatan kerjasama antarnegara
yang memiliki common interest yang sama.

Anda mungkin juga menyukai