CB Kewarganegaraan
Minggu 7
Ketahanan Nasional
Pendahuluan
Pengertian Ketahanan Nasional
Dimensi-Dimensi Ketahanan Nasional
Kesmpulan
A. Pendahuluan
Sebagai sebuah akhir dari satu periode sejarah, tanggal 17 Agustus 1945
merupakan hari, moment di mana Indonesia memproklamirkan diri sebagai
bangsa yang merdeka, sebuah bangsa yang memiliki identitas nasionalnya sendiri,
sebuah bangsa dan negara yang memiliki tunjuan nasionalnya sendiri. Identitas
dan tujuan nasional Indonesia tidak lagi ditentukan, didterminasi oleh bangsa-
bangsa lain yang lama sebelumnya menjajah Indonesia. Identitas dan tujuan
nasional Indonesia ditentukan, dirumuskan dan diciptakan oleh bangsa dan negara
Indonesia sendiri.
1. Ketahanan (resilience)
1
Community & Regional Resilience Institute, Definitions of Community Resilience: An
Analysis., lihat http://www.resilientus.org/wp-content/uploads/2013/08/definitions-of-
community-resilience.pdf
Tabel berkut ini adalah konsep resilience yang telah dirumuskan oleh
berbagai pakar dalam berbagai bidang2.
Scholars Definition
Norris et al.2008 We define resilience as: a process linking a set of adaptive capacities
to a positive trajectory of functiong and adaptation after a
disturbance...resilience emerges from a set of adaptive capacities
Fiksel 2006, p.21 The capacity system to survive, adapt and grow in the face of change
and uncertainty
Allenby and Fink Resiliency is defined as the capacity of a system to maintain its
,2005, p.1034 functions and structure in the face of internal and external change and
to degrade gracefully when it must
Holling, 1973 Resilience is the ability of system to absorb change....and still persist.
The White House, The term ‘resilience’ refers to the ability to adapt to changing conditions
2011 and withstand and rapidly recover from disruption due to emergencies.
DHS, 2010 The term restilience refers the ability of systems, infrastructures,
government, business, commumities, and individuals to resist, tolerate,
absorb, recover from prepare for, or adapt to and adverse occurrence
that causes harm, destruction, or loss
SDR, 2005 Resilience is the capacity of a system, community, or society
potentially exposed to hazards to adapt, by resisting or changing, in
order to reach anda maintain an acceptable level of functioning and
structure.
3
S.Sumarsono, et.,al (tim penyusun), (2004), Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
1. Modal Politik
Modal politik juga berkaitan dengan institusi demokrasi yang ada pada
sebuah negara seperti partai politiK. Dalam sebuah demokrasi, partai politik
memiliki peran yang sangat besar. Partai politik memiliki peran-peran seperti
sosialisasi politik, rekrutment politik, partisipasi politik, pemandu kepentingan,
pengendalian konflik dan kontrol politik.4
4
Rarmlan Surbekti (1999), Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
2. Modal Sosial
5
http://kepustakaan-
presiden.pnri.go.id/election/directory/election/?box=detail&id=29&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_
keyword=&activation_status=
6
Definisi-definisi Social Capital sangat beragam. Sebagian sebuah panduan dapat dilihat dalam
John Field (2010), Modal Sosial (edisi terjemahan), Bantul: Kreasi Wacana
Modal sosial sangat penting bagi kemajuan sebuah bangsa atau negara.
Bayangkan saja sebuah negara yang modal sosialnya rendah. Bila modal sosial
negara tersebut rendah, maka konflik sosial akan terjadi di mana-mana, gotong
royong menjadi mimpi yang absurd, tidak adanya kerja sama dan menurunkan
rasa saling percaya satu dengan yang lainnya. Bila kepercayaan antara satu warga
negara dengan warga negara yang lainnya, maka warga negara dalam negara
tersebut akan jatuh dalam apa yang disebut oleh Thomas Hobbes sebaga Homo
Homini Lupus, setiap warga negara akan memandang satu dengan yang lainnya
sebagai srigala yang menakutkan dan mengancam.
7
Robert M.Z. Lawang (2004), Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, Suatu Pengantar, Depok:
FISIP UI Press
4. Modal Budaya
Negara dan warga negara Indonesia tentu saja tidak hidup secara terisolasi
dari pergaulan dengan warga negara atau negara lainnya di dunia ini. Supaya
dapat hidup, bergaul, bersaing dengan warga negara atau negara lain, setiap warga
negara harus memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam pergaulan tersebut.
Kompetensi lahir dari usaha untuk terus mempelajari pengetahuan, kebiasaan,
ketrampilan yang dimiliki warga warga negara dari bangsa atau negara-negara
lain.
8
Conrand Philip Kotak (2008), Anthropology, Exploration of Human Diversity, New York:
McGraw Hill
Kedaulatan bangsa dan negara dalam konteks ini tidak hanya berbasis
pada teritori, tetapi juga berbasis pada setiap produk warga negara. Semakin
rendah produk kebudayaan sebuah negara, semakin rentan negara tersebut untuk
menjadi arena bagi penetrasi kebudayaan asing. Semakin banyak produk budaya
asing, semakin hilang juga identitas budaya bangsa Indonesia.
Lebih jauh lagi, salah satu tujuan dari berdirinya negara Indonesia
sebagaimana yang dituangkan dalam pembukaan UUD‟45 adalah “ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial”. Ketertiban dunia dalam konteks ini tidak hanya berbasis
pada aspek-aspek atau dimensi-dimensi yang bersfit militeristik, tetapi juga nilai-
nilai sosial dan moral yang berakar dalam kebudayaan Indonesia turut juga
menjadi bagian penting untuk menciptakan perdamaian dunia. Toleransi, gotong
royong, tenggang rasa yang menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia harus juga
menjadi elemen penting untuk menciptakan perdamaian dunia.
5. Modal Fisik
9
Op.Cit.,
Implikasi praksis dari pengertian modal fisik tersebut di atas adalah bahwa
produk-produk fisik yang diciptakan dan dimiliki oleh negara atau warga negara
harus memiliki nilai transformatif yang dapat memberikan keuntungan tambahan
bagi kehidupan warga negara atau negara. Ini berarti produk-produk yang
diciptakan atau dimiliki dengan menghabiskan anggaran yang besar, namun tidak
memiliki nilai transformatif tentu saja merupakan gejala yang dapat membawa
persoalan-persoalan tertentu.
John Field (2010), Modal Sosial (edisi terjemahan), Bantul: Kreasi Wacana
Robert M.Z. Lawang (2004), Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, Suatu
Pengantar, Depok: FISIP UI Press
http://kepustakaan-
presiden.pnri.go.id/election/directory/election/?box=detail&id=29&from_box=list
&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=