Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TRAKSI PADA KASUS ORTHOPAEDI

Pembimbing:
Prof. Dr. Bambang Prijambodo, dr, Sp.B, Sp.OT(K)

PROGRAM STUDI ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
1. Pendahuluan
Traksi digunakan pertama kali oleh Hippocrates sebagai terapi dari fraktur
pada femur dan tungkai dengan tungkai dalam keadaan ekstensi. Pada zaman perang
saudara di Amerika traksi kulit serinng digunakan untuk fraktur femur. Traksi skeletal
menggunakan pin melalui tulang diperkenalkan pertama kali oleh Steinmann dan
Kirschner. Oleh Thomas, traksi kulit dimodifikasi menjadi Thomas splint sebagai
dasar aplikasi traksi tetap.
Traksi adalah pemberian gaya tarik pada bagian tubuh dengan tujuan utama
untuk mendapatkan dan mempertahankan alignment dari fragmen tulang yang patah
hingga terjadi union.[1]

2. Prinsip Traksi
Pemasangan traksi harus memperhatikan tiga prinsip [1]:
1. Peralatan traksi yang digunakan harus di dukung dan diregangkan ke arah yang
sesuai sehingga mampu mereposisi fragmen tulang dengan baik.
2. Traksi yang dilakukan tidak boleh diregangkan berlebihan (overstretched)
karena akan menimbulkan distraksi fragmen tulang yang berlebihan.
3. Kekuatan regangan harus tetap dipertahankan konstan baik besar kekuatan
maupun arah regangan hingga fragmen tulang menyambung.
Traksi dapat bersifat statis bila traksi yang dilakukan tidak membolehkan
pergerakan dari ekstremitas dan pergerakan akan merubah arah traksi atau bersifat
dinamis bila pergerakan dari ekstremitas tidak merubah arah traksi. Lamanya
penggunaan traksi dapat berupa continous traction yaitu traksi dipertahankan
sepanjang waktu, intermittent traction traksi dilakukan pada periode waktu tertentu
secara intermiten atau dilakukan pada waktu yang pendek. Traksi digunakan secara
running traction yaitu traksi diaplikasi dengan satu arah tarikan atau satu sumbu
anggota tubuh dan balance suspension traction yaitu traksi dibantu dengan peralatan
penyangga (suspension) yang akan menyokong bagian tubuh tanpa penarikan dan
tubuh pasien memberikan gaya countertraction. Pada balance suspension traction
segmen fraktur akan tetap tidak bergerak (immobile) meskipun pasien bergerak dan
bagian tubuh yang mengalami fraktur ditahan pada posisinya dengan pemberat yang
terpasang pada overhead bar [2].

2.1 Counter-traction
Gaya traksi dan counter traksi harus diberikan senyaman mungkin terhadap
pasien Dan pada saat yang sama, mobilisasi minimal harus dapat dilakukan oleh
pasien pada bed. Pada kebanyakan kasus, gaya ini didapatkan dengan menggunakan
berat badan pasien sendiri pada permukaa yang agak miring sehingga pasien akan
bergeser karena kemiringannya sehingga didapatkan counter traksi.[1]

2.2 Sistem Katrol Multipel


Penggunaan sistem katrol multipel bertujuan untuk mengurangi jumlah
pemberat yang dibutuhkan pada kebutuhan gaya traksi yang besar. Semakin banyak
sistem katrol yang digunakan maka semakin kecil pemberat yang diperlukan.
Sebagai contoh adalah: sebuah traksi membutuhkan beban 40 kg, maka bila dengan
sistem katrol multipel yang berjumlah 5 buah, pemberat yang dibutuhkan adalah
sebesar 40/5 = 8 kg. [3]

3. Tujuan Traksi
Tujuan dilakukannya traksi adalah [2] :
1. Untuk mereduksi fraktur dan melakukan reposisi pada fragmen fraktur
2. Untuk mempertahankan panjang dan posisi tulang
3. Untuk mengurangi spasme otot
4. Untuk menghindari terjadinya kontraktur
5. Untuk immobilisasi fraktur sehingga menghindari kerusakan jaringan lunak
lebih lanjut
6. Untuk mereduksi dan menangani dislokasi
7. Untuk mengistirahatkan sendi yang terlibat
8. Untuk menghindari deformitas

4. Jenis Traksi
4.1 Skin Traksi
Didapatkan dengan menempelkan macam-macam strip adesif pada area
ekstremitas yang luas dengan beban sekitar 4.6 kg, dan 4 minggu sebelum melorot.
Merupakan traksi dilakukan pada pasien anak-anak, traksi dilakukan sementara
(preoperatif) dan traksi kurang dari 5 kg. Kontraindikasi dilakukannya skin traction
adalah traksi lebih dari 5 kg dan ada kerusakan atau infeksi pada area kulit tempat
dilakukannya traksi [1]

Gambar 1: Contoh skin traction

4.2 Skeletal traksi


Dilakukan dengan memasukkan besi langsung melalui tulang, dapat
menahan beban yang berat dan merupakan cara paling dapat diandalkan untuk
traksi. Indikasi dilakukannya skeletal traction adalah traksi pada pasien dewasa,
traksi lebih dari 5 kg dan traksi dilakukan dalam waktu yang lama. Kontraindikasi
skeletal traction adalah traksi dilakukan pada pasien anak-anak karena pin traksi
skeletal dapat merusak lempeng epifiseal [1].

Gambar 2: Skema pemasangan skeletal traksi pada tibia

Gambar 3: Menunjukkan tempat pemasangan Steinmen pin pada distal tibia dan
calacaneus.
5. Traksi Menurut Letak Anatomis
5.1 Traksi Spinal
5.1.1. Head Halter Traction
Indikasi
Traksi ini digunakan pada pada manajemen konservatif pada nyeri leher baik
di rumah sakit dan pasien rawat jalan. Traksi ini pula digunakan pada kasus trauma
daerah leher sebagai splint sementara untuk memudahkan evaluasi pasien dan
stabilisasi posisi leher pasien [4].

Gambar 4: Gambar head halter traction

Resiko
Pemasangan traksi ini pada trauma leher harus dilakukan secara ekstra hati-
hati agar tidak terjadi manipulasi yang berlebihan yang dapat memperparah trauma
dan meningkatkan resiko defisit neurologis [4].

5.1.2. Skeletal Cervical Traction (Skull Tong)


Indikasi
Traksi skeletal servikal dapat digunakan pada kasus unstable spine baik oleh
karena fraktur maupun dislokasi vertebra servikalis. Gaya traksi diterapkan sepanjang
axis dari vertebra servikalis untuk mempertahankan alignment dan volume canalis
spinalis sehingga medula spinalis dapat terlindungi. Traksi ini dapat pula digunakan
untuk melakukan reduksi pada dislokasi facet vertebra servikalis. Jenis skull tong
yang sering digunakan adalah Crutchfield Tong dan Gardner-Wells Tong. [4]

Gambar 5: Gambar skull tong

Resiko
Manipulasi yang eksesif pada kepala dapat mencederai medula spinalis.
Pemasangan yang terlalu tinggi diatas telinga dapat mengakibatkan lepasnya
cengkeraman pada tulang dan melaserasi kulit kepala. Pemberat yang digunakan tidak
disarankan lebih dari 5 lbs pada upper cervical spine dan tidak lebih dari 20 lbs untuk
lower cervical spine. Perawatan pada pin harus dilakukan dengan baik untuk
menghindari terjadinya infeksi. Resiko ulcus decubitus dapat terjadi pada occipital [4].

5.1.3. Halo Ring Traction


Indikasi
Traksi ini digunakan sebagai alternative cara skull traction untuk cedera spinal
atau deformitas spinal. Keunggulan Halo Ring Traction dibandingkan dengan dengan
skull tong adalah arah gaya traksi dapat diatur dengan halo ring, tidak adanya
pergerakan antara tulang tengkorak dengan pin fiksasi dan pasien tidak harus
berbaring sementara traksi dipertahankan. Traks ini dapat lebih banyak digunakan
pada unstable thoracic spine fracture dan koreksi deformitas spinal [4].
Resiko
Infeksi dapat terjadi pada perawatan pin yang tidak baik. Pemasangan pin
dapat menembus seluruh lapisan tulang tengkorak dan menyebabkan kebocoran
cairan serebrospinal. Pemasangan yang tidak tepat dapat menyebabkan lepasnya
cengkeraman pin dan laserasi kulit kepala [4].

5.1.4. Cotrel Traction


Indikasi
Traksi ini pada mulanya dirancang oleh Cotrel untuk digunakan bersama
bracing pada skoliosis idiopatik. Traksi ini pada perkembangannya lebih banyak
digunakan pada manajemen konservatif pasien skoliosis usia tua dengan kurvatur
yang nyata dan low back pain [4]

Resiko
Penggunaan traksi ini dapat mengakibatkan nyeri pada sendi
temporomandibular. Pada penggunaan jangka waktu lama dpat mengakibatkan
gangguan orthodontic dan abnormalitas pada mandibula [4].
5.1.5. Halo Pelvic Traction
Indikasi
Traksi ini sering digunakan pada manajemen pasien dengan deformitas spinal
oleh karena tuberkulosisi atau polio [4].

Resiko
Pemasangan traksi ini dapat mengakibatkan cedera pada medula spinalis bila
traksi yang diberikan terlalu besar sehingga mengakibatkan tension pada medula
spinalis. Traksi ini dapat mengakibatkan perubahan degeneratif pada vertebra
servikalis dan penggunaan dalam waktu lama dapat mengakibatkan nekrosis aseptic
pada odontoid. Infeksi dapat terjadi pada pin yang dipasang pada iliac crest oleh
karena pada daerah ini banyak jaringan lemak sehingga terjadi drainage yang sangat
mudah terinfeksi [4].

5.1.6. Halo Suspension Traction


Indikasi
Traksi ini sering digunakan preoperative untuk mendapatkan koreksi bertahap
pada deformitas spinal atau untuk mempertahankan posisi paska osteotomi tahap
pertama. Traksi ini dipasang selama 1-3 minggu sebelum dilakukanm instrumentasi
definitive dan fusion. Pemasangan traksi ini memungkinkan pasien tidak perlu
dilakukan immobilisasi lama di atas tempat tidur [4].

5.1.7. Pelvic Belt Traction


Indikasi
Traksi ini digunakan dalam manajemen konservatif low back pain dan
evaluasi awal pada kasus suspected herniated disc [4].

Resiko
Pemasangan pemberat yang berlebihan dapat mengakibatkan laserasi kulit dan
ketidaknyamanan pada iliac crest. Traksi harus dilepas bila pemasangan traksi
memperberat nyeri punggung pasien [4].

5.2 Ekstremitas Atas


5.2.1. Simple Forearm Skin Traction
Indikasi
Traksi ini sangat berguna untuk elevasi ekstremitas atas pada berbagai cedera
terutama pada pasien koma, tidak kooperatif dan pada kondisi dimana ekstremitas atas
pasien tidak dapat menempel pada dada seperti pada kasus luka yang luas, luka bakar
dan terpasangnya selang dada. Traksi ini dapat secara baik digunakan pada fraktur
klavikula [4].

Resiko
Resiko utama dari penggunaan traksi ini adalah laserasi kulit bila traksi yang
digunakan lebaih dari 10 lbs. Traksi ini bila diposisikan pada abduksi yang berlebihan
dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah subklavia dan mengakibatka
rotator cuff antara lateral acromion dengan tuberositas mayor. Pemasangan traksi
yang terlalu ketat dapat mengakibatkan gangguan sirkulasi pada jari-jari dan dapat
semakin berat bila terjadi pembengkakan oleh karena cedera sebelumnya [4].

5.2.2. Double Skin Traction: Forearm & Upper arm


Indikasi
Traksi ini sangat berguna pada manajemen fraktur tuberositas mayor atau
proximal humerus shaft pada pasein cedera multiple. Traksi ini dapat pula digunakan
sebagai terapi konservatif pada fraktur klavikula serta memberikan rasa nyaman bagi
pasien karena posisi siku 900 fleksi [4].

Resiko
Pemberat yang melebihi 10 lbs pada komponen forearm dan melebihi 7 lbs
pada komponen upperarm dapat mengakibatkan laserasi kulit oleh karena tarikan
adhesive strip. Pemberat yang berlebihan dapat mengakibatkan slip pada keseluruhan
perban sehingga traksi akan menjadi torniket sepanjang area antecubital sehingga
dapat mengakibatkan edema dan insufisiensi vascular [4].

5.2.3. Dunlop’s Traction


Indikasi
Traksi ini digunakan untuk terapi konservatif pada fraktur supracondylar dan
transcondylar pada anak-anak. Traksi ini dipasang selama 10 hari kemudian lengan
dipasang long arm cast. Traksi ini dapat pula digunakan paska reduksi tertutup yang
sulit atau traumatic untuk immobilisasi paska reduksi dan memberikan akses yang
mudah untuk mengevaluasi sirkulasi [4].

Resiko
Pemasangan traksi yang terlalu ketat dapat meningkatkan tekanan
intrakompartemen dan beresiko terjadinya Volkmann’s kontraktur [4].

5.2.4. Olecranon Pin Traction (Overhead)


Indikasi
Traksi ini digunakan pada manajemen konservatif fraktur supracondylar.
Keunggulan dari traksi olecranon adalah traksi ini memberikan fiksasi skeletal yang
rigid dengan traksi yang lebih besar dari traksi kulit, dapat mengkoreksi rotasi dengan
menempatkan arm sling cepahalad atau caudad, dapat mengkoreksi angulasi dengan
merubah sudut K-wire atau menggerakkan tali traksi yang diikatkan pada K-wire
spreader bar, memberikan elevasi yang cukup pada ekstremitas tepat diatas jantung,
posisi lengan berada dalam area tempat tidur sehingga terlindungi bila dibandingkan
dengan Dunlop’s dan pasien dapat secara bertahap atau pasrial mengangkat kepalanya
setelah fraktur mulai sembuh [4].

Resiko
Pemasangan traksi ini dapat mengakibatkan iskemia atau obstruksi aliran vena
yang dapat berujung pada sindroma kompartemen sehingga perlu dilakukan latihan
yang konstan. Pemberat yang berlebihan dapat mengakibatkan distraksi fragmen
fraktur. Pemberat yang tidak cukup akan mengakibatkan angulasi fragmen fraktur.
Infeksi dapat terjadi pada pin skeleteal. Penempatan pin harus tepat masuk kedalam
olecranon karena bila penempatan pin pada subperiosteal maka pada saat traksi
dilakukan akan terjadi nyeri yang sangat akibat robekan periosteum dan tarikan pada
kulit [4].

5.2.5. Olecranon Pin Traction (Lateral)


Indikasi
Traksi ini dapat digunakan pada fraktur humerus. Posisi traksi lateral ini
sangat baik diterapkan pada pasien koma dan cedera multiple [4].

Resiko
Pemberat yang berlebihan akan mengakibatkan distraksi fragmen fraktur dan
beresiko menggangu struktur vaskuler pada forearm. Pemberat yang tidak cukup akan
mengakibatkan angulasi dan pemendekan fraktur. Penempatan pulley yang tidak tepat
akan mengakibatkan rotasi pada fraktur humerus dan meningkatkan resiko malunion
[4]
.
5.2.6. Metacarpal Pin Traction
Indikasi
Traksi ini digunakan untuk mendapatkan dan mempertahankan reduksi yang
sulit seperti pada fraktur kominutif dari radius distal. Traksi ini sangat berguna pada
humerus shaft fracture dan fraktur ulna & radius untuk mempertahankan traksi dari
forearm dengan kombinasi olecranon pin traction untuk mempertahankan aligment
dari fraktur humerus [4].

Resiko
Resiko yang harus diperhatikan adalah infeksi, loosening, dan penempatan pin
yang tidak tepat. Kekakuan (stiffness) dapat terjadi pada otot-otot intriksik setelah
pemasangan pin sehingga latihan dilakukan seawall mungkin untuk mempertahakan
range of motion [4].

5.2.7. Finger Trap Traction


Indikasi
Traksi ini digunakan untuk mempertahankan elevasi tangan pasien serta
membantu reduksi dari fraktur Colles dan fraktur distal forearm lainnya. Traksi ini
juga digunakan untuk mempertahankan posisi tangan pasien pada saat pemasangan
long arm cast atau posterior splint [4].
Resiko
Pemasangan traksi ini dalam waktu lebih dari 20 menit akan mengakibatkan
rusaknya kulit pada sisi jari-jari atau nekrosis dari ujung jari. Bila pemberat yang
digunakan lebih dari 5 lbs data merusak kulit dan laserasi kulit dibawah kawat (wire)
dari finger trap [4].

5.3 Pelvis & Acetabulum


5.3.1. Pelvic Sling
Indikasi
Pemasangan pelvic sling pada Bradford frame dilakukan pada manajemen
displaced pelvic fracture yang membutuhkan sedikit gaya kompresi untuk
mempertahankan reduksi [4]

Resiko
Pemasangan pelvic sling dapat mengganggu vesica urinaria, urethra dan
displacement dari frakture sehingga pemasangan harus sesuai (fit) [4].

5.3.2. Upper Femoral Skeletal Traction for Acetabular Fracture


Indikasi
Traksi ini digunakan pada fraktur acetabulum dengan displacement yang
signifikan atau pada fraktur acetabulum kominutif dengan instabilitas yang
membutuhkan kekuatan traksi yang besar [4].

Resiko
Bila pin traksi tidak dirawat dengan baik maka infeksi dari jaringan lunak
disekitar pin dapat menyebar ke femur proksimal, sendi panggul (hip joint) dan
fraktur pelvis. Immobilisasi yang lama akan mengakibatkan thromboplebitis dan
pressure sore pada sacrum [4].

5.4 Ekstremitas Bawah


5.4.1. Buck’s Extension Traction
Indikasi
Traksi ini digunakan untuk immobiliasi parsial dengan gaya traksi yang ringan
pada punggung bawah, panggul, femur dan lutut untuk kasusu low back pain,
nondisplaced acetabular fracture, paska reduksi dari hip dislocation, paska hip
arthroplasty, pre & paska open reduction internal fixation pada berbagai level fraktur
femur, untuk melindungi lutut yang cedera dan untuk melawan kontraktur fleksi
ringan pada hip atau lutut [4].
Resiko
Pemasangan traksi ini dapat mengakibatkan edema distal, obstruksi vascular,
peroneal nerve palsy, nekrosi kulit pada tonjolan tulang dan pada tendon Achilles [4].

5.4.2. Splint Russel Traction (Buck’s with sling)


Indikasi
Traksi ini sama efektif dengan Buck’s extention dengan tambahan sling yang
dapat ditempatkan dibelakang lutut, cruris atau tungkai atas untuk memberikan fleksi
pada lutut atau hip dengan lebih baik. Traksi ini digunakan untuk reduksi dan
immobilisasi fraktur sepertiga tengah dan sepertiga distal pada anak-anak [4].
Resiko
Pemasangan sling dapat bergeser sehingga mengakibatkan angulasi fraktur.
Sling yang dipasangi cenderung mengakibatkan valgus malaligment pada shaft femur
fracture jika pasien berbaring pada posisi tungkai eksternal rotasi[4]].
5.4.3. Bryant’s Traction
Indikasi
Traksi ini sangat berguna pada fraktur shaft femur pada balita dan anak-anak
[4]
.

Resiko
Traksi ini dapat mengakibatkan gangguan sirkulasi yang berujung pada
kontraktur Volkmann pada telapak kaki dan tungkai bawah [4].

5.4.4. Bohler-Braun Traction


Traksi ini digunakan untuk fraktur proksimal femur. Pada traksi ini bias
diberikan beban seberat 3,2 – 4,5 kg. Prinsip dari traksi ini adalah sudut antara femur
dengan tempat tidur yang datar adalah 45o dan arah gaya (beban) searah dengan
sumbu femur.
Komplikasi yang bias timbul dari traksi ini adalah Bowing.
5.5.5. Hamilton Russel Traksi
Traksi jenis ini digunakan pada fraktur femur, paska arthroplasty. Prinsipnya
adalah Resulatan dua gaya yang bekerja pada sumbu femur. Traksi ini dapat
digunakan pada anak umur 1 – 2 tahun. Sedangkan pemakaian pada dewasa dapat
digunakan beban 3,kg.

5.5.6. Ninety-90 Degrees Traction Through Distal Femur


Indikasi
Traksi ini digunakan terutama pada manajemen konservatif subtrochanter dan
sepertiga proximal femur pada usia 5-15 tahun dan fraktur sepertiga tengah pada anak
usia 10 tahun. Traksi ini jarang diindikasikan pada dewasa muda oleh karena pada
usia ini penggunaan traksi dapat mengakibatkan kontraktur fleksi hip atau kekakuan
lutut [4].
Resiko
Penggunaan traksi ini dapat mengakibatkan kekakuan sendi, kontratur fleksi
pada hip terutama pada pasien dewasa. Penempatan pin yang salah dapat
mengakibatkan kontaminasi pada sendi lutut, cedera pada epiphyseal growth plate
dan cedera neurovaskular. Infeksi dapat erjadi pada pin skeletal. Traksi yang
berlebihan dapat mengakibatkan angulasi, valgus atau distraksi pada tempat fraktur.
Angulasi valgus sering terjadi bila sangat traksi terlalu besar sehingga pantat
terangkat dari tempat tidur [4].

5.5.7. Distal Femoral Traction in Extension


Indikasi
Traksi ini bermanfaat dengan baik pada paska reseksi dari caput femur atau
pengangkatan endoprosthesis dan dapat menjadi alternatif traksi pada femoral shaft
fracture bila ditemukan adanya patologi pada lutut, cedera ligamen atau fraktur
proximal metaphysis tibia yang tidak memungkian dilakukan traksi skeletal pada
tibia. Traksi ini dapat pula digunakan pada fraktur pelvis atau acetabulum dengan
displacement cephalad. Prinsip traksi ini adalah menerapkan traksi pada distal femur
dengan aligment dari gaya traksi adalah pada axis longitudinal tungkai bawah dengan
hip dan lutut difleksikan secara minimal.[4]
Resiko
Resiko terpenting dari traksi ini adalah infeksi pada pin. Kekakuan sendi lutut
dapat terjadi akibat inflamasi dan scarring jaringan lunak pada betis distal dari lokasi
pemasangan pin. [4]
5.5.8. Proximal Tibial Traction In Extension
Indikasi
Traksi ini sering digunakan dalam manajemen konservatif pada fraktur
duapertiga distal femur pada anak diatas 10 tahun dan dewasa. Traksi ini memiliki
keunggulan dibandingkan distal femoral traction yaitu lebih mudah menghindari
sendi lutut, epiphyseal plate dan jaringan lunak yang terlibat dalam pergerakan sendi
lutut. Traksi ini kontraindikasi pada ruptur ligamen atau gaya traksi yang dibutuhkan
sangat besar karena pada gaya traksi yang diterapkan akan melintasi sendi lutut. [4]

Resiko
Infeksi dapat terjadi dari jaringan lunak disekitar lokasi pemasangan pin[4].

5.5.9. Proximal Tibial Traction with Balanced Suspension Traction using Traction
Splint and Pearson Attachment
Indikasi
Traksi ini digunakan untuk mendapatkan atau mempertahanakn panjang
tungkai pada fraktur femur duapertiga distal pada anak diatas 12 tahun dan dewasa.
Traksi ini sangat baik digunakan pada frakur dengan severe displacement, instablity
atau comminution. Pasien masih dapat menggerakkan tungkainya tanpa mengganggu
traksi[4].
Resiko
Resiko terpenting adalaha terjadinya foot drop yang merupakan akibat dari
penekanan dari nervus peroneus dibelakang caput fibula. Penekanan ini terjadi apabila
splint atau Pearson attachment mengalami displacement kearah distal. Infeksi dapat
terjadi pada lokasi pin [4].

5.5.10. Balanced Suspension With Double Slings


Indikasi
Traksi ini merupakan alternatif dari Proximal Tibial Traction with Balanced
Suspension Traction using Traction Splint and Pearson Attachment pada manajemen
konservatif fraktur femur duapertiga distal pada anak diatas 12 tahun dan dewasa.
Traksi ini disarankan pada fraktur diaphysis femur bilateral. Traksi ini merupakan
metode yang mudah untuk melakukan stabilisasi fraktur dan mempertahankan
panjang tungkai sambil menunggu dilakukannya open reduction internal fixation [4].

Resiko
Traksi ini sangat rentan terjadi sling displacement pada pasien yang gelisah
dan tidak kooperatif. Kulit tempat pemasangan pin dapat terinfeksi. Kulit disekitar
caput fibula dan diatas tendon Achilles harus dimonitor terhadap tekanan yang
berlebihan oleh support sling [4].

5.5.11. Balanced Suspension In Long Leg Cast or Cast Brace (Neufeld)


Indikasi
Traksi ini digunakan secara kombinasi dengan traksi proksimal tibia yang
sangat bermanfaat dalam manajemen konservatif pada fraktur femur duapertiga distal.
Traksi ini toleran terhadap pergerakan pasien [4].
Resiko
Pada traksi ini dapat terjadi malposisi dari pin traksi dan infeksi pada pin.
Pemasangan cast braces sering mengakibatkan pembengkakan jaringan lunak pada
lutut [4].

5.5.12. Distal Tibial Skeletal Traction


Indikasi
Traksi ini sangat berguna pada manajemen konservatif untuk fraktur tibial
plateau namun bila fragmen fraktur lebih sedikit dan besar maka open reduction
internal fixation dengan early mobilisasi lebih ideal dan traksi dapat diterapkan paska
operasi. Jika fragmen terlalu kecil dan dalam jumlah banyak maka traksi ini sangat
membantu sebelum memasang casting. Sistem traksi ini memungkinkan pergerakan
pasien sementara gaya traksi tetap dipertahankan [4].

Resiko
Infeksi dapat terjadi pada kulit disekitar pin dan menyebar ke pin skeletal.
Tekanan berlebihan dapat terjadi pada proximal fibula dan diatas tendon Achilles dan
malleolus lateralis. Traksi ini dapat mengakibatkan kompresi vaskular dan
menyebabkan tibial compartement pressure syndrome. [4]

5.5.13. Calcaneal Traction


Indikasi
Traksi ini sangat berguna dalam manajemen terapi pada hilangnya tuber joint
angle (Bohler’s). Traksi ini pula dapat menjadi alternatif traksi temporer pada fraktur
tibial shaft untuk mengembalikan atau mempertahankan panjang tungkai sebelum
dilakukan terapi definitif dengan tenik lain [4].

Resiko
Traksi ini sering mengakibatkan pembengkakan dan nyeri pada fraktur
calcaneus. Resiko kontaminasi dan infeksi sekunder dapat terjadi pada hematoma
fraktur kalkaneus yang berasal dari pin skeletal [4].

5.5.14. Transmetatarsal Suspension


Indikasi
Traksi ini dikombinasikan dengan traksi skeletal proximal tibia untuk suspensi
tungkai dengan luka barah yang parah atau cedera jaringan lunak lainnya. Traksi ini
dapat pula digunakan untuk melawan (resist) kontraktur plantar fleksi [4].
Resiko
Traksi ini beresiko mengalami infeksi pada pin yang dipasang [4].
Daftar Pustaka

1. Schmesisser, Gerhard, 1963. Clinical Manual of Orthopaedic Traction Techniques. W.B


Saunders.
2. Schoen, Delores C, 2000. Adult Orthopaedic Nursing. Care of Patient in traction.
Lippincolt Williams & Wilkins.
3. University Stellenbosch, 2008. Principles of Traction Methods. Department of
Orthopaedic Surgery University Stellenbosch South Africa.
4. Brooker AF, Schmeisser G, 1980. Orthopaedic Traction Manual. Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai