Anda di halaman 1dari 23

BAB II

DASAR TEORI

A. Komponen Elektronika dari Monitoring dan Kontrol Cahaya Lampu


Menggunakan Labview Berbasis Arduino Uno

1. Transformator

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan


dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke
rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan
berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Transformator digunakan secara
luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan
transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan
yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan misalnya kebutuhan
akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh. Dalam
bidang elektronika, transformator digunakan antara lain sebagai gandengan
impedansi antara sumber dan beban, untuk memisahkan satu rangkain dari
rangkaian yang lain, dan untuk menghambat arus searah atau mengalirkan
arus bolak-balik. Adapun rumus untuk menghitung tegangan dan arus pada
masing-masing sisi primer dan sekunder yaitu :

dimana :
Np = Banyaknya lilitan primer
Ns = Banyaknya lilitan sekunder
Is = Arus pada sisi sekunder
Ip = Arus pada sisi primer
Vp = Tegangan pada sisi primer
Vs = Tegangan pada sisi sekunder

3
Trafo catu daya dibedakan menjadi dua, yaitu trafo non CT dan
trafo center tap (CT). Pada pembuatan realisasi ini yang digunakan adalah
Trafo non CT.

Gambar 1.1 Transformator

2. Resistor

Komponen ini memiliki bentuk kecil dan memiliki gelang warna


yang menunjukkan besar dan kecilnya suatu tahanan. Resistor memiliki 2
buah kaki pada ujungnya dan tidak memiliki kutub positif dan kutub negatif
sehingga pemasangannya boleh terbalik (tidak mempunyai polaritas),
asalkan nilainya sama dengan nilai yang tertera pada PCB atau skema.
Komponen ini terbuat dari bahan arang sehingga arus yang ada
dalam resistor tetap tidak dapat di ubah-ubah lagi. Apabila nilai ohmnya
tidak sesuai dengan arus yang masuk (lebih besar arus dari nilainya) maka
komponen ini akan terbakar dan tidak berfungsi lagi.

Gambar 1.2 Resistor

Selanjutnya untuk mengetahui besar tahanan resistor dapat


memalui gelang warna yang masing masing warnanya memiliki nilai. Di
bawah ini adalah tabel warna pada resistor:

4
1.3 Tabel nilai warna
gelang resistor

Gambar 1.3 Gelang Warna

Resistor sendiri didesain untuk menahan arus listrik dengan


memproduksi penurunan tegangan diantara kedua salurannya sesuai dengan
arus yang mengalirinya. berdasarkan hukum Ohm:

Gambar 1.4 Rumus Hambatan

3. Transistor

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai


penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi
tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat
berfungsi semacam kran listrik, di mana berdasarkan arus inputnya (BJT)

5
atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang
sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B),


Emitor (E) dan Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya
Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar
daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output
Kolektor.

Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia


elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam
amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber
listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-
rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi.
Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga
berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-rangkaian
lainnya.

Gambar 1.5 Transistor

4. Kapasitor

Kondensator atau sering disebut sebagai kapasitor adalah suatu alat


yang dapat menyimpan energi dalam bentuk medan listrik (muatan), dengan
cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik.
Umumnya kapasitor itu dibuat dengan dua buah lempeng logam yg

6
bersejajar antara satu dengan lainnya, kemudian diantara dua logam tersebut
ada bahan isolator yg disebut dengan dielektrik. Dielektrik adalah bahan
yang dapat mempengaruhi nilai dari kapasitansi fungsi kapasitor. Adapun
bahan dielektrik yang paling sering di gunakan adalah keramik, kertas,
udara, metal film, gelas, vakum dan lain-lain sebagainya. Kapasitas untuk
menyimpan kemampuan kapasitor dalam muatan listrik disebut Farad (F)
yang diambil dari nama penemu Michael Faraday sedangkan simbol dari
kapasitor adalah C (kapasitor).

Gambar 1.6 Kapasitor

Ada 2 jenis kapasitor:

1. Kapasitor polar/elektrolit diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua


kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan
biasanya berbentuk tabung.

2. Kapasitor non-polar dapat dipasang secara bolak-balik pada suatu


rangkaian elektronik tanpa memeperhatikan kutub-kutubnya. Biasanya
berbentuk tablet atau kancing.

Gambar 1.6 (a) Kapasitor Polar Gambar 1.6 (b) Kapasitor Non-Polar

Kapasitor juga mempunyai tegangan kerja, biasanya pada


rangkaian DC berkisar dari 3,3V sampai 25V. Jangan menggunakan

7
kapasitor yang tegangan kerjanya lebih rendah dari tegangan kerja yang
ditentukan. Lebih baik memilih kapasitor yang tegangan kerjanya 10 – 15
persen lebih besar dari tegangan rangkaian.

5. IC

Voltage Regulator atau Pengatur Tegangan adalah salah satu


rangkaian yang sering dipakai dalam peralatan Elektronika. Fungsi Voltage
Regulator adalah untuk mempertahankan atau memastikan tegangan pada
level tertentu secara otomatis. Artinya, Tegangan Output (Keluaran) DC
pada Voltage Regulator tidak dipengaruhi oleh perubahan Tegangan Input
(Masukan), Beban pada Output dan juga Suhu. Tegangan Stabil yang bebas
dari segala gangguan seperti noise ataupun fluktuasi (naik turun) sangat
dibutuhkan untuk mengoperasikan peralatan elektronika terutama pada
peralatan elektronika yang sifatnya digital seperti Mikro Controller ataupun
Mikro Prosesor.

Rangkaian Voltage Regulator ini banyak ditemukan pada Adaptor


yang bertugas untuk memberikan Tegangan DC untuk Laptop, Handphone,
Konsol Game dan lain sebagainya. Pada Peralatan Elektronika yang Power
Supply atau Catu Dayanya diintegrasi ke dalam unitnya seperti TV, DVD
Player dan Komputer Desktop, Rangkaian Voltage Regulator (Pengatur
Tegangan) juga merupakan suatu keharusan agar Tegangan yang diberikan
kepada Rangkaian lainnya Stabil dan bebas dari fluktuasi.

Terdapat berbagai jenis Voltage Regulator atau Pengatur Tegangan,


salah satunya adalah Voltage Regulator dengan Menggunakan IC Voltage
Regulator. Salah satu tipe IC Voltage Regulator yang paling sering
ditemukan adalah tipe 7805 yaitu IC Voltage Regulator yang mengatur
Tegangan Output stabil pada Tegangan 5 Volt DC. IC 7812 yaitu IC Voltage
Regulator yang mengatur tegangan output stabil pada tegangan 12Volt DC.

8
Gambar 1.7 IC Regulator dan Aplikasi Pemasangannya

6. Dioda

Dioda adalah jenis komponen pasif. Dioda memiliki dua


kaki/kutub yaitu kaki anoda dan kaki katoda. Dioda terbuat dari bahan semi
konduktor tipe P dan semi konduktor tipe N yang di sambungkan. Semi
konduktor tipe P berfungsi sebagai Anoda dan semi konduktor tipe N
berfungsi sebagai katoda. Pada daerah sambungan 2 jenis semi konduktor
yang berlawanan ini akan muncul daerah deplesi yang akan membentuk
gaya barier. Gaya barier ini dapat ditembus dengan tegangan + sebesar 0.7
volt yang dinamakan sebagai break down voltage, yaitu tegangan minimum
dimana dioda akan bersifat sebagai konduktor/penghantar arus listrik.

Prinsip Kerja Dioda pada umumnya adalah sebagai alat yang


terbentuk dari beberapa bahan semikonduktor dengan muatan Anode (P)
dan muatan Katode (N) yang biasanya terdiri dari geranium atau silikon
yang digabungkan, dan muatan yang bertipe N merupakan bahan dengan
kelebihan elektron, dan sebaliknya muatan bertipe P merupakan bahan
dengan kekurangan elektron yang dipisahkan oleh depletion layer yang
terjadi akibat keseimbangan kedua muatan tersebut, oleh karena itu dioda
tersebut menghasilkan suatu hole yang berfungsi sebagai pembawa
tegangan atau muatan sehingga terjadi perpindahan sekaligus pengaliran
arus yang terjadi di hole tersebut.

9
Gambar 1.8 (a) Dioda Gambar 1.8 (b) Simbol dioda

Dioda bersifat menghantarkan arus listrik hanya pada satu arah


saja, yaitu jika kutub anoda kita hubungkan pada tegangan + dan kutub
katoda kita hubungkan dengan tegangan – (kita beri bias maju dengan
tegangan yang lebih besar dari 0.7 volt) maka akan mengalir arus listrik dari
anoda ke katoda (bersifat konduktor). Jika polaritasnya kita balik (kita beri
bias mundur) maka arus yang mengalir hampir nol atau dioda akan bersifat
sebagai isolator.

7. MOC/Optocoupler

Optocoupl er biasanya saya pribadi di fungsikan untuk


mengendalikan motor Relay dan Motor AC. Driver Optocoupler ini di
controller oleh Arduino dan Atmega32/16. Jadi dengan tegangan dengan
sinyal kecil mampu mengendalikan beban Motor AC atau beban Lampu AC
dengan daya yang besar.

Gambar 1.9 Optocoupler

8. LED

Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah


komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik
ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang

10
terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan
oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang
dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang
tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote
Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.

Sedangkan LED RGB adalah Led yang berisikan tiga


warna Led yang terintegrasi menjadi satu lampu Led. Led
RGB mengandung warna RED (merah), GREEN (hijau), dan BLUE (biru).
Dengan tiga warna ini, bisa membuat berbagai macam kombinasi warna.

Gambar 2.0 Bentuk dan simbol Led

Kegunaan utama model warna RGB adalah untuk menampilkan


citra / gambar dalam perangkat elektronik, seperti televisi dan komputer,
walaupun juga telah digunakan dalam fotografi biasa. Sebelum era
elektronik, model warna RGB telah memiliki landasan yang kuat
berdasarkan pemahaman manusia terhadap teori trikromatik.

RGB merupakan model warna yang bergantung kepada peranti:


peranti yang berbeda akan mengenali atau menghasilkan nilai RGB yang
berbeda, karena elemen warna (seperti fosfor atau pewarna) bervariasi dari
satu pabrik ke pabrik, bahkan pada satu peranti setelah waktu yang lama.

9. Heatsink

Heatsink adalah logam dengan design khusus yang terbuat dari


alumuniun atau tembaga (bisa merupakan kombinasi kedua material

11
tersebut) yang berfungsi untuk memperluas transfer panas dari sebuah
prosesor. Sebuah komponen cpu yang dipakai untuk menyerap panas.

Gambar 2.1 heatsink

11. Arduino UNO

Gambar 2.2 Arduino UNO

Microcontroller ATmega328

Operating Voltage 5V

Input Voltage 7-12V

12
(recommended)

Input Voltage (limits) 6-20V

Digital I/O Pins 14 (of which 6 provide PWM output)

Analog Input Pins 6

DC Current per I/O Pin 40 mA

DC Current for 3.3V Pin 50 mA

Flash Memory 32 KB (ATmega328) of which 0.5 KB


used by bootloader

SRAM 2 KB (ATmega328)

EEPROM 1 KB (ATmega328)

Clock Speed 16 MHz

Length 68.6 mm

Width 53.4 mm

Weight 25 g

Arduino Uno adalah papan sirkuit berbasis mikrokontroler


ATmega328. IC (integrated circuit) ini memiliki 14 input/output digital (6
output untuk PWM), 6 analog input, resonator kristal keramik 16 MHz,
Koneksi USB, soket adaptor, pin header ICSP, dan tombol reset. Hal inilah
yang dibutuhkan untuk mensupport mikrokontrol secara mudah terhubung
dengan kabel power USB atau kabel power supply adaptor AC ke DC atau
juga battery.

 Power
Arduino Uno dapat disupply langsung ke USB atau power supply
tambahan yang pilihan power secara otomatis berfungsi tanpa saklar.

13
Kabel external (non-USB) seperti menggunakan adaptor AC ke DC atau
baterai dengan konektor plug ukuran 2,1mm polaritas positif di tengah ke
jack power di board. Jika menggunak baterai dapat disematkan pada pin
GND dan Vin di bagian Power konektor.

Papan Arduino ini dapat disupplai tegangan kerja antara 6 sampai


20 volt, jika catu daya di bawah tengan standart 5V board akan tidak
stabil, jika dipaksakan ke tegangan regulator 12 Volt mungkin board
arduino cepat panas (overheat) dan merusak board. Sangat
direkomendasikan tegangannya 7-12 volt.

Penjelasan Power PIN:

 VIN – Input voltase board saat anda menggunakan sumber catu


daya luar (adaptor USB 5 Volt atau adaptor yang lainnya 7-12
volt), Anda bisa menghubungkannya dengan pin VIN ini atau
langsung ke jack power 5V. DC power jack (7-12V), Kabel
konektor USB (5V) atau catu daya lainnya (7-12V).
Menghubungkan secara langsung power supply luar (7-12V) ke
pin 5V atau pin 3.3V dapat merusak rangkaian Arduino.

 3V3 – Pin tegangan 3.3 volt catu daya umum langsung ke board.
Maksimal arus yang diperbolehkan adalah 50 mA.

 GND – Pin Ground.

 IOREF – Pin ini penyedia referensi tengangan agar


mikrokontrol beroperasi dengan baik. Memilih sumber daya
yang tepat atau mengaktifkan penerjemah tegangan pada output
untuk bekerja dengan 5V atau 3.3V.

 Input and Output


Masing-masing dari 14 pin UNO dapat digunakan sebagai input
atau output, menggunakan perintah fungsi pinMode(), digitalWrite(), dan
digitalRead() yang menggunakan tegangan operasi 5 volt. Tiap pin dapat

14
menerima arus maksimal hingga 40mA dan resistor internal pull-up
antara 20-50kohm, beberapa pin memiliki fungsi kekhususan antara lain:

 Serial: 0 (RX) dan 1 (TX). Sebagai penerima (RX) dan


pemancar (TX) TTL serial data. Pin ini terkoneksi untuk pin
korespondensi chip ATmega8U2 USB-toTTL Serial.

 External Interrupts: 2 dan 3. Pin ini berfungsi sebagai


konfigurasi trigger saat interupsi value low, naik, dan tepi, atau
nilai value yang berubah-ubah.

 PWM: 3, 5, 6, 9, 10, dan 11.

Melayani output 8-bit PWM dengan fungsi analogWrite().

 SPI: 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin yang


support komunikasi SPI menggunakan SPI library.

 LED: 13. Terdapat LED indikator bawaan (built-in)


dihubungkan ke digital pin 13, ketika nilai value HIGH led akan
ON, saat value LOW led akan OFF.

 Uno memiliki 6 analog input tertulis di label A0 hingga A5,


masing-masingnya memberikan 10 bit resolusi (1024). Secara
asal input analog tersebut terukuru dari 0 (ground) sampai 5
volt, itupun memungkinkan perubahan teratas dari jarak yang
digunakan oleh pin AREF dengan fungsi analog Reference().

Sebagai tambahan, beberapa pin ini juga memeliki kekhususan fungsi


antara lain:

- TWI: pin A4 atau pin SDA dan and A5 atau pin SCL. Support TWI
communication menggunakan Wire library. Inilah pin sepasang
lainnya di board UNO.
- AREF. Tegangan referensi untuk input analog. digunakan fungsi
analog Reference.

15
- Reset. Meneka jalur LOW untuk mereset mikrokontroler, terdapat
tambahan tombol reset untuk melindungi salah satu blok.
-
B. Rangkaian Elektronika Daya
1. Catu Daya
Prinsip kerja catu daya (power supply) dapat dipelajari sesuai
bagiannya masing-masing. Pada dasarnya perangkat elektronika mestinya
disuplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja
dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling
baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar,
sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah
sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik.
Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus
AC menjadi DC. Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu daya
(power supply) linier mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana
sampai pada catu daya yang ter-regulasi.

Gambar 2.3 Diagram Blok Power Supply DC

Prinsip Kerja DC Power Supply

Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang prinsip kerja DC


Power Supply (Adaptor) pada masing-masing blok berdasarkan Diagram
blok diatas.

 Transformator (Trafo)

16
Transformator (Transformer) atau disingkat dengan Trafo yang
digunakan untuk DC Power supply adalah Transformer jenis Step-
down yang berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik sesuai
dengan kebutuhan komponen Elektronika yang terdapat pada
rangkaian adaptor (DC Power Supply). Transformator bekerja
berdasarkan prinsip Induksi elektromagnetik yang terdiri dari 2 bagian
utama yang berbentuk lilitan yaitu lilitan Primer dan lilitan Sekunder.
Lilitan Primer merupakan Input dari pada Transformator sedangkan
Output-nya adalah pada lilitan sekunder. Meskipun tegangan telah
diturunkan, Output dari Transformator masih berbentuk arus bolak-
balik (arus AC) yang harus diproses selanjutnya.

Gambar 2.4 Trafo Step Down

 Rectifier (Penyearah Gelombang)

Rectifier atau penyearah gelombang adalah rangkaian


Elektronika dalam Power Supply (catu daya) yang berfungsi untuk
mengubah gelombang AC menjadi gelombang DC setelah
tegangannya diturunkan oleh Transformator Step down. Rangkaian
Rectifier biasanya terdiri dari komponen Dioda. Terdapat 2 jenis
rangkaian Rectifier dalam Power Supply yaitu “Half Wave Rectifier”
yang hanya terdiri dari 1 komponen Dioda dan “Full Wave Rectifier”
yang terdiri dari 2 atau 4 komponen dioda.

17
Gambar 2.5 Rectifier

 Filter (Penyaring)

Dalam rangkaian Power supply (Adaptor), Filter digunakan untuk


meratakan sinyal arus yang keluar dari Rectifier. Filter ini biasanya
terdiri dari komponen Kapasitor (Kondensator) yang berjenis Elektrolit
atau ELCO (Electrolyte Capacitor).

Gambar 2.6 Kapasitor untuk filter

18
Bentuk gelombang setelah filter kapasitor :

Gambar 2.7 Gelombang DC setelah melewati kapasitor

 Voltage Regulator (Pengatur Tegangan)

Untuk menghasilkan Tegangan dan Arus DC (arus searah) yang


tetap dan stabil, diperlukan Voltage Regulator yang berfungsi untuk
mengatur tegangan sehingga tegangan Output tidak dipengaruhi oleh
suhu, arus beban dan juga tegangan input yang berasal Output
Filter. Voltage Regulator pada umumnya terdiri dari Dioda
Zener, Transistor atau IC (Integrated Circuit).

Pada DC Power Supply yang canggih, biasanya Voltage Regulator


juga dilengkapi dengan Short Circuit Protection (perlindungan atas
hubung singkat), Current Limiting (Pembatas Arus) ataupun Over
Voltage Protection (perlindungan atas kelebihan tegangan). Pada IC
Regulator yang dipakai pada rangkaian catu daya kali ini adalah IC
7812 karna rangkaian kami membutuhkan tegangan DC sebesar
12volt.

Gambar 2.8 Rangkaian IC Regulator

19
Rangkaian keseluruhan catu daya yang di pakai:

Gambar 2.9 Schematic Rangkaian Catu Daya 12V

2. Rangkaian SSR

Solid state relay adalah relay yang elektronik, yaitu relay yang
tidak menggunakan kontaktor mekanik. Solid state relay menggunakan
kontaktor berupa komponen aktif seperti TRIAC, sehingga solid state
relay dapat dikendalikan dengan tegangan rendah dan dan dapat digunakan
untuk mengendalikan tegangan AC dengan voltase besar. Baik relay
kontaktor biasa maupun solid state relay (SSR) mempunyai keuntungan dan
kerugian. Baik keuntungan maupun kerugian tersebut merupakan ‘trade-off’
yang harus dipilih bagi disainer sistem kontrol.

Gambar 3.0 rangkaian input SSR

20
Penyearah jembatan mengubah tegangan sinusoidal menjadi pulsa
gelombang penuh pada frekuensi input dua kali. Masalahnya di sini adalah
bahwa pulsa tegangan ini mulai dan berakhir dari nol volt yang berarti
bahwa mereka akan jatuh di bawah persyaratan tegangan nyala minimum
ambang batas input SSR yang menyebabkan output bergerak "on" dan "off"
setiap setengah siklus.

Untuk mengatasi penembakan output yang tidak menentu ini, kita


dapat memuluskan riak yang diperbaiki dengan menggunakan kapasitor
smoothing, (C1) pada output penyearah jembatan. Efek pengisian dan
pemakaian kapasitor akan menaikkan komponen DC dari sinyal yang
diperbaiki di atas nilai tegangan nyala maksimum dari input solid state relay.
Kemudian meskipun bentuk gelombang tegangan sinusoidal yang terus
berubah digunakan, input SSR melihat adalah tegangan DC konstan.

Nilai-nilai menjatuhkan tegangan resistor, R1 dan kapasitor


smoothing, C1 yang dipilih sesuai dengan tegangan supply, 120 volt AC
atau 240 volt AC serta impedansi input dari solid state relay. Tetapi sesuatu
sekitar 40kΩ dan 10uF akan dilakukan.

Kemudian dengan penyearah jembatan ini dan rangkaian kapasitor


smoothing ditambahkan, solid state relay DC standar dapat dikontrol
menggunakan supply AC atau non-terpolarisasi DC. Tentu saja, produsen
memproduksi dan menjual solid state relay input AC (biasanya 90 hingga
280 volt AC).

21
Gambar 3.1 rangkaian output SSR

Aplikasi solid state relay yang paling umum adalah dalam


peralihan beban AC, baik itu untuk mengontrol daya AC untuk pergantian
ON/OFF, peredupan cahaya, kontrol kecepatan motor atau aplikasi lain yang
memerlukan kontrol daya, beban AC ini dapat dengan mudah dikontrol
dengan tegangan DC arus rendah menggunakan solid state relay yang
memberikan umur panjang dan kecepatan switching yang tinggi.

Salah satu keuntungan terbesar dari solid state relay atas relay
elektromekanis adalah kemampuannya untuk mengalihkan "OFF" beban AC
pada titik arus beban nol, dengan demikian sepenuhnya menghilangkan
lengkungan, kebisingan listrik dan pantulan kontak yang terkait dengan
relay mekanis konvensional dan beban induktif.

Ini karena AC solid state relay menggunakan Thyristor SCR dan


TRIAC sebagai perangkat output switching mereka yang terus berjalan,
setelah sinyal input dihapus, sampai arus AC yang mengalir melalui
perangkat turun di bawah ambang batas atau memegang nilai arus. Maka
output dari SSR tidak pernah bisa OFF di tengah-tengah puncak gelombang
sinus.

Turn-off arus nol adalah keuntungan utama untuk menggunakan


solid state relay karena mengurangi reduksi listrik dan ggl-balik yang terkait
dengan peralihan beban induktif seperti yang terlihat oleh kontak relay
elektro-mekanis. Pertimbangkan diagram bentuk gelombang output di
bawah ini dari solid state relay AC yang ideal.

C. Labview

Program LabVIEW adalah sebuah software pemrograman yang


diproduksi oleh National Instruments dengan konsep yang berbeda. Seperti
bahasa pemrograman lainnya yaitu C++, matlab atau Visual Basic,
LabVIEW juga mempunyai fungsi dan peranan yang sama, perbedaannya
bahwa labVIEW menggunakan bahasa pemrograman berbasis grafis atau

22
block diagram sementara bahasa pemrograman lainnya menggunakan basis
text. Program labVIEW dikenal dengan sebutan Vi atau Virtual
Instruments karena penampilan dan operasinya dapat meniru
sebuah instrument. Pada labVIEW, user pertama-tama membuat
user interface atau front panel dengan menggunakan kontrol dan indikator,
yang dimaksud dengan kontrol adalah knobs, push button, dials dan
peralatan input lainnya sedangkan yang dimaksud dengan indikator adalah
graphs, LEDs, dan peralatan display lainnya. Setelah menyusun user
interface, lalu user menyusun block diagram yang berisi kode-kode Vis
untuk mengontrol front panel. NI (2005) menyebutkan Software LabVIEW
terdiri dari tiga komponen utama yaitu:

1. Front Panel

Gambar 3.2 Front Panel

Front panel adalah begian window yang berlatar belakang abu-


abu serta mengandung kontrol dan indikator. Front panel digunakan
untuk membangun sebuah VI, menjalankan program dan
mendebug program.

2. Block Diagram dari Vi

23
Gambar 3.3 Block Diagram dari Vi

Blok diagram adalah bagian window yang berlatar belakang


putih berisi source code yang dibuat dan berfungsi sebagai instruksi
untuk front panel.

3. Control dan Fungsi Pallete


 Control pallete

Control pallete merupakan tempat beberapa kontrol dan


indikator pada front panel, control pallete hanya tersedia di front panel,
untuk menampilkan control pallete dapat dilakukan dengan
mengklik windows >> show control pallete atau klik kanan front
panel.

24
Gambar 3.4 Control Pallete

 Function pallete

Function pallete digunakan untuk membangun sebuah block


diagram, function pallete hanya tersedia pada blok diagram, untuk
menampilkannya dapat dilakukan dengan mengklik windows >> show
control pallete atau klik kanan pada lembar kerja block diagram.

Gambar 3.5 Function Pallete

25

Anda mungkin juga menyukai