Anda di halaman 1dari 17

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TUGAS

ISLAM DISIPLIN ILMU APOTEKER


“KODE ETIK DAN PEDOMAN DISIPLIN ILMU APOTEKER”

NAMA : NURHIDAYA
STAMBUK : 15120190133
DOSEN : Hj. FARADIBA S.Si., M.Si., Ph.D., Apt

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
MAKASSAR
2019
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
MUKADIMAH
Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam
mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan
Tuhan Yang Maha Esa.

Apoteker didalam pengabdiannya serta dalam mengamalkan keahliannya selalu


berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.

Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman


pada satu ikatan moral yaitu:
Implementasi – Jabaran kode etik:
 Setiap apoteker dalam melakukan pengabdian dan pengamalan ilmunya harus
didasari oleh sebuah niat luhur untuk kepentingan makhluk lain sesuai dengan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa.
 Sumpah dan janji Apoteker adalah komitmen seorang apoteker yang harus
dijadikan landasan moral dalam pengabdian profesinya.
 Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip harus diikuti oleh apoteker
sebagai pedoman dan petunjuk serta strandar perilaku dalam bertindak dan
mengambil keputusan.
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Seorang apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan
sumpah / janji apoteker.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
Sumpah/ janji apoteker yang diucapkan seorang apoteker dapat diamalkan
dalam pengabdiannya, harus dihayati dengan baik dan dijadikan landasan moral
dalam setiap tindakan dan perilaku. Dalam sumpah apoteker ada beberapa poin
yang harus diperlihatkan, yaitu :
1. Melaksanakan asuhan kefarmasian
2. Merahasiakan kondisi pasien, resep dan medication record untuk pasien
3. Melaksanakan praktik profesi susuai landasan praktik profesi yaitu ilmu, hukum
dan etik
Pasal 2
Seorang apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan kode etik apoteker Indonesia.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
Kesungguhan dalam menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker Indonesia
dinilai dari : ada tidaknya laporan masyarakat, ada tidaknya laporan dari sejawat
apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain, serta tidak ada laporan dari sejawat
apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain. Serta tidak ada laporan dari dinas
kesehatan. Pengaturan pemberian sanksi ditetapkan dalam peraturan organisasi
(PO).

Pasal 3
Seorang apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
 setiap apoteker Indonesia harus mengerti, menghayati dan mengamalkan
kompetensi sesuai dengan standar kompetensi apoteker Indonesia.
Kompetensi yang dimaksud ialah : keterampilan, sikap dan perilaku yang
berdasarkan pada ilmu, hokum, etik
 ukuran kompetensi seorang apoteker dinilai lewat uji kompetensi
 kepentingan manusia harus menjadi pertimbangan utama dalam setiap tindakan
dan keputusan seorang apoteker Indonesia
 bilamana suatu saat seorang apoteker dihadapkan kepadda konflik tanggung
jawab professional, maka dari berbagai opsi yang ada, seorang apoteker harus
memilih resiko yang paling kecil dan paling tepat untuk kepentingan pasien serta
masyarakat
Pasal 4
Seorang apoteker harus selalu aktif mengukuti perkembangan dibidang
kesehatan pada umum nya dan dibidang farmasi pada khususnya.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
 seorang apoteker harus pengembangan pengetahuan dan keterampilan
profesionalnya secara terus menerus
 aktifitas seorang apoteker dalam mengikuti perkembangann di bidang kesehatan,
diakur dari nilai SKP yang diperoleh dari hasil uji kompetensi
 jumlah SKP minimal yang harus diperoleh apoteker ditetapkan dalam peraturan
organisasi

Pasal 5
Didalam menjalankan tugasnya seorang apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri ssemata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :


 seorang apoteker dalam tindakan profesionalnya harus menghindari diri dari
perbuatan yang akan merusak atau seseorang ataupun merugikan orang lain
 seorang apoteker dalam menjalankan tugasnya dapt memperoleh imbalan dari
pasien dan masyarakat atas jasa yang diberikannya dengan tetap memegang
teguh kepada prinsip mendahulukan kepentingan pasien
 besarnya jasa pelayanan ditetapkan dalam peraturan organisasi
Pasal 6
Seorang apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
 seorang apoteker harus menjaga keprcayaan masyarakat atas profesi yang
disandangkan dengan jujur dan penuh integritas
 seorang apoteker tidak akan menyalahgunakan kemampuan profesionalnya
kepada orang lain
 seorang apoteker harus menjaga perilakunya dihadapan publik
Pasal 7
Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
 seorang apoteker memberikan informasi kepada pasien / masyarakat harus
dengan cara yang mudah dimengerti ddan yakin bahwa informasi tersebut harus
sesuai, relevan, dan “up to date”
 sebelum memberikan informasi apoteker harus menggali informasi yang
dibutuhkan dari pasien ataupun orang yang dating menemui apoteker mengenai
pasien serta penyakitnya
 seorang apoteker harus mampu berbagi informasi yang dibutuhkan dari pasien
ataupun orang yang dating menemui apoteker mengenai pasien serta penyakitnya
 seorang apoteker harus mampu berbagi informasi mengenai pelayanan kepada
pasien dengan tenaga profesi kesehatan yang terlibat
 seorang apoteker harus senantiasa meningkatkan pemahaman masyaratakat
terhadap obat, dalam bentuk penyuluhan, memberikan informasi secara jelas,
melakukan monitoring penggunaan obat dan sebagainya
 kegiatan penyuluhan ini mendapt nilai SKP
Pasal 8
Seorang apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan dibidang kesehatan pada umumnya dan dibidang farmasi pada
khususnya.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
Tidak ada alasan bagi apoteker tidak tahu peraturan perundangan yang terkait
dengan kefarmasian. Untuk itu setiap apoteker harus selalu aktif mengikuti
pertimbangan peraturan, sehingga setiap apoteker dapt menjalankan profesinya
dengan tetap berada dalam koridor peraturan perundangan yang berlaku.
Apoteker harus membuat Standar Prosedur Operasional (SPO) sebaagai
peddoman kerja bagi seluruh personil diindustri, dan sarana peelayanan kefarmasian
susuai kewenangan atas dasar peraturan perundangan yang ada.

BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
Seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat. Menghormati hak asasi pasien dan melindungi makhluk
hidup insani.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
 kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang paling utama dari seorang
apoteker
 setiap tindakan dan keputusan professional dari apoteker harus berpihak kepada
kepentingan pasien dan masyarakat
 seorang apoteker harus mampu mendorong pasien untuk terlibat dalam
keputusan pengobatan mereka
 seorang apoteker harus mengambil langkah-langkah untuk untuk menjaga
kesehatan pasien khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang yang dalam
kondisi lemah
 seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien adalah
obat yang mnejamin mutu keamanan dan khasiat dan cara pakai obat yang tepat
 seorang apoteker harus menjaga kerahasian pasien rahasia kefarmasian dan
rahasia kedokteran yang baik
 seorang apoteker harus menghormati keputusan profesi yang telah ditetapkan
oleh dokter dalam bentuk penulisan resep dan sebagainya
 dalam hal seorang apoteker akan mengambil kebijakan yang berbeda dengan
permintaan seorang dokter, maka apoteker harus melakukan komunikasi dengan
dokter tersebut, kecuali peraturaan perundangan memproleh apoteker mengambil
keputusan demi kepentingan pasien
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10
Seorang apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
 setiap apoteker harus menghargai teman sejawatnya, termasuk rekan kerjanya
 bilamana seorang apoteker dihadapkan kepada suatu situasi problematic, baik
secara moral atau paraturan perundangan yang berlaku, tentang hibungannya
dengan sejawatnya, maka komunikasi antar sejawat harus dilakukan dengan baik
dan santun
 apoteker harus berkoordinasi dengan IAI ataupun majelis Pembina etik apoteker
dalam menyelesaikan permasalahan dengan teman sejawat
Pasal 11
Sesama apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati
untuk mematuhi ketentuan-ketentun kode etik.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
Bilamana seorang apoteker mengetahui sejawatnya melanggar kode etik dengan
cara yang santun dia harus nelakukan komunikasi dengan sejawatnya tersebut untuk
mengingatkan kekeliruan terebut. Bilamana ternyata yang bersangkutan sulit
menerima maka dia dapat menyampaikan kepada pengurus cabang atau MPEAD
secara berjenjang.
Pasal 12
Seorang apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
meningkatkan kerja sama yang baik sesama apoteker didalam memelihara
keluhuran martabat jabatan kefarmasian. Serta memprtebal rasa saling
mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
 seorang apoteker harus menjalin dan memelihara kerja sama dengan sejawat
apoteker lainnya
 seorang apoteker harus membantu teman sejawatnya salam menjalankan
pengabdian peofesinya
 seorang apotker harus saling mempercayai teman sejawatnya dalam menjalin
memelihara kerjasama
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT TENAGA KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Seorang apoteker harus mempergunakan setiap kesmpatan untuk mebangun
dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan
menghormati sejawat petugas kesehataan lain.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan tenaga
profesi kesehatan lainnya secara seimbang dan bermartabat.
Pasal 14
Seorang apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaaan masyarakaat
kepada sejawat petugas kesehatan lain.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
Bilamana seorang apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari pelayanan
profesi kesehatan lainnya, maka apoteker tersebut harus mampu
mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi tersebut, tanpa yang
bersangkutan harus merasa dipemalukan.
BAB V
PENUTUP
Pasal 13
Seorang apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode
etik apoteker Indonesia dalam menjaalankan tugas kefarmasiannya sehari-sehari.
Jika seorang apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau
tidak memenuhi kode etik apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan
menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang
menanganinya (IAI) dan dan memprtanggungjawabkannya kepada Tuahan Yang
Maha Esa.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
Apabila apoteker melakukan pelanggaran kode etik apoteker, yang
bersangkutan dikenakan sanksi organisasi. Sanksi dapat berupa pembinaan,
peringatan pencabutan keanggotaan semnetara, dan pencabutan keanggotaan
tetap. Kriteria pelanggaran kode etik diatur dalam peraturan organisasi dan
ditetapkan setelah melalui kajian yang mendalam dari MPEAD.
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN
Apoteker Indonesia merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang di
anugerahi bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian dibidang kefarmasian,
yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan
kesejahteraan rakyat dan pengembangan pribadi warga negara Republik Indonesia,
untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, berazaskan Pancasila dan
Undang-undang dasar 1945.
Disiplin Apoteker merupakan tampilan kesanggupan oleh seorang Apoteker untuk
menaati kewajiban dan menghindari larangan yang telah ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang undangan dan peraturan praktik yang apabila dilanggar dapat
dijatuhi hukuman disiplin.
Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan atau ketentuan
penerapan keilmuan, yang pada hakikatnya dapat dikelompokkan dalam tiga hal, yaitu:
1. Melaksanakan praktik Apoteker dengan tidak kompeten.
2. Tugas dan tanggung jawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan
baik.
3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan Apoteker.
Pelanggaran disiplin berupa setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan apoteker yang tidak
menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin Apoteker.

BAB II : KETENTUAN UMUM


1. Disiplin Apoteker adalah kesanggupan Apoteker untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
atau peraturan praktik yang apabila dilanggar akan dijatuhi hukuman disiplin.
2. Penegakan Disiplin adalah penegakan aturan-aturan dan/atau ketentuan
penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh
Apoteker.
3. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat MEDAI, adalah organ
organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas membina, mengawasi
dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh Anggota maupun
oleh Pengurus, dan menjaga, meningkatkan dan menegakkan disiplin apoteker
Indonesia.
4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
5. Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Tenaga kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang membantu
Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/
Asisten Apoteker;
8. Standar Pendidikan Apoteker Indonesia, yang selanjutnya disingkat SPAI adalah
pendidikan akademik dan pendidikan profesional yang diarahkan guna mencapai
kriteria minimal sistem pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Kode Etik adalah Kode Etik Apoteker Indonesia yang menjadi landasan etik
Apoteker Indonesia.
10. Kompetensi adalah seperangkat kemampuan profesional yang meliputi
penguasaan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai (knowledge, skill dan
attitude), dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
11. Standar Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan bertanggungjawab
yang dimiliki oleh seorang Apoteker sebagai syarat untuk dinyatakan mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan profesinya.
12. Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kompetensi seorang Apoteker untuk dapat menjalankan pekerjaan/praktik
profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
13. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta
diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktik profesinya.
14. Surat Tanda Registrasi Apoteker, yang selanjutnya disingkat STRA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi.
15. Praktik Apoteker adalah upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
16. Standar Praktik Apoteker adalah pedoman bagi Apoteker dalam menjalankan
praktiknya yang berisi prosedur-prosedur yang dilaksanakan apoteker dalam
upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
17. Surat Izin Praktik Apoteker, yang selanjutnya disingkat SIPA adalah surat
izin yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik
kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian.
18. Standar Prosedur Operasional, yang selanjutnya disingkat SPO adalah
serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan,
dimana dan oleh siapa dilakukan.
19. Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat izin
praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran.
20. Organisasi profesi adalah organisasi tempat berhimpun para Apoteker
diIndonesia.
BAB III : LANDASAN FORMAL
1. Undang-Undang Nomor 419 Tahun 1949 tentang Obat Keras.
2. Undang-Undang tentang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
3. Undang-Undang tentang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1962 tentang Sumpah Apoteker.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
9. Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan, dan peraturan
turunannya.
10. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia (IAI),
Kode Etik Apoteker Indonesia, serta peraturan-peraturan organisasi lainnya yang
dikeluarkan oleh IAI.

BAB IV : BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER


1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten, maksudnya Melakukan
Praktek kefarmasian tidak sesuai dengan standar.
2. Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian yang menjadi tanggung
jawabnya, tanpa kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker penggantI atau Apoteker
pendamping yang sah.
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu atau tenaga kerja
lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
4. Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak kepada kepentingan pasien
ataupun masyarakat.
5. Tidak memberikan informasi yang sesuai dan memberikan penjelasan yang tidak
mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat, sehingga berpotensi menimbulkan
kerusakan atau kerugian pasien.
6. Tidak membuat atau tidak melaksanakan Standar Prosedur Operasional
7. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin dari segi mutu‟, ‟keamanan‟, dan
‟khasiat/manfaat‟ kepada pasien.
8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat dan/atau bahan
baku obat, tanpa prosedur yang berlaku, sehingga berpotensi menimbulkan tidak
terjaminnya mutu, khasiat obat.
9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian kepada pasien.
10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar, sehingga
berpotensi menimbulkan penurunan kualitas obat.
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi kesehatan fisik yang tidak stabil
ataupun mental yang sedang terganggu sehingga dapat merugikan kualitas
pelayanan profesi.
12. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya tidak
dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai tanggung
jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga dapat
membahayakan pasien.
13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swa-
medikasi yang tidak sesuai denga peraturan pelayanan kefarmasian.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur dan tidak etis, kepada pasien atau
masyarakat yang membutuhkan.
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa
alasan tepat.
16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
17. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya atau profesinya
18. Membuat catatan atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan tidak benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) atau
Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau
sertifikat kompetensi yang tidak sah.
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan
MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.
21. Mempromosikan kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan,
yang tidak benar atau menyesatkan.
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan yang
diketahuinya secara benar.

BAB V : SANKSI DISIPLIN


Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku yaitu :
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan atau pencabutan Surat Tanda Registrasi Apoteker,
atau Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker.
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker.
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang dimaksud
dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Prakti
sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap
atau selamanya;
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker yang
dimaksud dapat berupa:
1. Pendidikan formal; atau
2. Pelatihan dalam pengetahuan dan atau ketrampilan, magang di institusi
pendidikan atau sarana pelayanan kesehatan atau sarana pelayanan kesehatan
yang ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama satu tahun.

BAB VI PENUTUP
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA disusun untuk menjadi pedoman
bagi Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI) dalam menetapkan ada/atau
tidak adanya pelanggaran disiplin oleh para praktisi dibidang farmasi, serta menjadi
rambu-rambu yang tidak boleh di langgar oleh para praktisi tersebut agar dapat
menjalankan praktik kefarmasian secara professional.
Dengan ditegakkannya disiplin kefarmasian diharapkan pasien akan terlindungi
dari pelayanan kefarmasian yang kurang bermutu; dan meningkatnya mutu pelayanan
apoteker; serta terpeliharanya martabat dan kehormatan profesi kefarmasian.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Apoteker Indonesia, 2009 Kode Etik Apoteker Indonesia dan Implementasi-
Jabaran kode etik.
Ikatan Apoteker Indonesia, 2014, Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia, Majelis Etik dan
Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI).

Anda mungkin juga menyukai