Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENGELOLAAN SAMPAH LINGKUNGAN


A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, sampah adalah sesuatu yang tidak asing lagi di telinga
masyarakat khususnya mahasiswa, di setiap sudut tempat tinggal di situ ada sampah. Namun
semua itu memang kenyataan yang tidak dapat dianggap remeh. Sampah merupakan kotoran
atau sesuatu yang tak terpakai dan dibuang, semua barang yang dibuang karena di anggap
tidak berguna lagi, berarti dapat disebut sampah. Sampah adalah barang bekas, barang
buangan, barang tidak berguna, barang kotor dan lain-lain. Seharusnya dimanfaatkan, diolah
dan dikelola sesuai dengan prosedur 3R. Reduce (mengurangi penggunaan barang yang
menghasilkan sampah), Reuse (menggunakan kembali barang yang biasa dibuang), dan
Recycle (mendaur ulang sampah).
Dalam kenyataannya, pengelolaan pengolahan sampah pada kehidupan sehari-hari
tidak seperti yang kita bayangkan. Sampah banyak dijumpai dimana-mana tanpa adanya
pengelolaan yang baik. Pengelolaan yang buruk mengakibatkan pencemaran baik
pencemaran udara, air di dalam dan atas permukaan, tanah, serta munculnya berbagai macam
penyakit yang mengancam kesehatan masyarakat. Sampah sering menjadi barang tidak
berarti bagi manusia, sehingga menyebabkan sikap kurang perduli terhadap keberadaan
sampah. Orang sering membuang sampah sembarangan karena merasa sampah bukanlah hal
yang besar yang dapat menimbulkan masalah. Padahal membuang sampah merupakan
perbuatan tidak menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan.
Pada kegiatan survey kami, kami mendapatkan lokasi survey yaitu Jurusan Teknik
Elektro Politeknik Negeri Bali. Kondisi di Gedung Jurusan Teknik Elektro masih tergolong
bersih karena pada saat kami melakukan survey kami tidak melihat sampah-sampah yang
berupa kertas (dokumen-dokumen yang sudah tidak terpakai). Ruang kelas Jurusan Teknik
Elektro tergolong bersih karena petugas kebersihan di jurusan tersebut membersihkan ruang
kelas dan sekitarnya setelah proses perkuliahan selesai. Sistem pengangkutan sampah pada
jurusan ini yaitu pertama-tama sampah dari masing-masing kelas dikumpulkan ke dalam satu
tempat sampah yang berukuran besar kemudian di angkut ke pembuangan sampah sementara.
Keadaan Workshop pada Jurusan Elektro ini juga masih tergolong bersih karena sudah
disediakannya tempat sampah disekeliling workshop tersebut. Namun ada beberapa material
seperti kabel belum tertata dengan rapi dan juga pipa-pipa sisa praktek dari mahasiswa masih
berserakan atau tidak langsung dibuang. Itulah beberapa keadaan di Jurusan Elekro ketika
kami melakukan kegiatan survey.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengelolaan sampah yang baik di Jurusan Teknik Elektro?
2. Bagaimana pola pengangkutan sampah di Jurusan Teknik Elektro?
3. Berapa timbulan sampah di Jurusan Teknik Elektro?
C. Tujuan dan Ruang Lingkup
 Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Membuka kesadaran masyarakat terkhusus mahasiswa akan pentingnya
kebersihan lingkungan

1
2. Menghimbau sekaligus menggerakan masyarakat terkhusus mahasiswa akan
pentingnya pengelolaan sampah.

 Ruang lingkup dari pembuatan makalah ini adalah:


Makalah yang kami buat ini berdasarkan survey yang dilakukan di Jurusan Teknik
Elektro Politeknik Negeri Bali. Jurusan Teknik Elektro memiliki empat bagian gedung yang
terdiri atas: gedung untuk ruang kelas, dan gedung workshop (praktek). Makalah ini dibuat
untuk menghimbau mahasiswa agar lebih memperhatikan sampah di lingkungan kampus dan
sekelilingnya. Selain untuk mahasiswa, kepedulian terhadap sampah juga sangat diperlukan
untuk semua orang termasuk dosen dan pegawai yang berada di lingkungan kampus.

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah :
1. Pembaca dapat menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan.
2. Pembaca dapat menyadari akan pentingnya pengelolaan sampah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Sampah
Sampah adalah semua buangan padat yang dihasilkan dari seluruh kegiatan manusia
dan hewan yang tidak berguna atau tidak diinginkan (Tchobanoglous, Theissen dan Eliassen,
1993). Sampah adalah limbah padat yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola supaya tidak membahayakan bagi lingkungan
dan melindungi investasi pembangunan (Budi Utomo dan Sulastoro,1999). Pengelolaan dan
penanganan sampah kini menjadi masalah yang kian mendesak di kota-kota, sebab apabila
tidak dilakukan penanganan yang baik akan mengakibatkan terjadinya perubahan
keseimbangan lingkungan. Berdasarkan data (BPS Bandung, 2001), dari 384 kota yang
menimbulkan sampah sebesar 80.235,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut
ke TPA adalah sebesar 4,2%, yang dibakar sebesar 37,6%, yang dibuang ke sungai 4,9% dan
yang tidak tertangani 53,3% (Bappenas, 2002). Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah penanganan sampah di TPA yang masih konvensional dan semakin
pesatnya pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang telah menyebabkan timbulan
sampah pada perkotaan semakin tinggi. Besarnya timbulan sampah tersebut jika tidak
ditangani dengan tepat akan menyebabkan permasalahan baik langsung maupun tidak
langsung bagi penduduk kota. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan
pengelolaan dan penanganan terhadap sampah.
B.Sumber Sampah
Menurut Budi Utomo dan Sulastoro (1999). Sumber/asal sampah dapat dipilahkan
menjadi 7 macam, yaitu:
1. Daerah pemukiman/rumah tangga, umumnya merupakan sampah basah/organik.
2. Daerah komersial, meliputi sampah yang berasal dari pasar, pertokoan, restoran.
3. Daerah institusional, terdiri atas sampah yang berasal dari perkantoran, sekolah,
tempat ibadah dan lain-lain. Umumnya merupakan sampah kering.
4. Daerah terbuka, antara lain sampah yang berasal dari pembersihan jalan, trotoar,
taman dan lain-lain. Umumnya merupakan sampah organik dan debu.
5. Daerah industry, yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa kegiatan industri, sangat
tergantung kepada jenis industrinya.
6. Daerah pembangunan, pemugaran dan pembongkaran, semua bahan yang berasal dari
kegiatan tersebut, dapat berupa pecahan bata, kayu, besi, dan lain-lain.
7. Rumah sakit/poliklinik, sampah di lokasi ini dapat berasal dari sampah kantor,
sampah bekas operasi, pembalut, dan lain-lain.

C. Jenis-Jenis Sampah
Menurut Gelbert dkk (1996), jenis-jenis sampah dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan–bahan hayati yang dapat
didegradasi oleh mikroba. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses
alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk

3
sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa–sisa makanan, pembungkus (selain
kertas, karet dan plastik), tepung , sayuran, kulit buah, daun dan ranting.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan nonhayati, baik
berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang.
Sebagian besar sampah anorganik tidak dapat diurai oleh alam/mikroorganisme secara
keseluruhan dan sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama.
Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas
plastik, dan kaleng,
D. Komposisi Sampah
Data komposisi sampah rata-rata yang ada di kota-kota besar Indonesia
Komposisi Sampah Rata-rata yang Ada di Kota-kota Besar Indonesia.
1. Organik 73,98
2. Kertas 10,18
3. Kaca 1,75
4. Plastik 7,86
5. Logam 2,04
6. Kayu 0,98
7. Kain 1,57
8. Karet 0,55
9. Baterai 0,29
10. Lain-lain 0,86
Sumber : Studi Komposisi Dan Karakteristik BPPT,1994 dalam DKP Kota Bata, 2015.
Faktor yang mempengaruhi produksi sampah: (Alhamda dan Sriani, 2015)
1. Jumlah penduduk dan kepadatannya
Setiap pertambahan penduduk akan diikuti oleh kenaikan jumlah sampah, demikian
juga daerah perkotaan yang padat penduduknya memerlukan pengolahan sampah
yang baik.
2. Tingkat aktivitas
Semakin banyak kegiatan atau aktivitas, maka akan berpengaruh pada jumlah
sampah.
3. Pola hidup atau tingkat ekonomi
Banyak barang yang dikonsumsi manusia juga berpengaruh pada jumlah sampah.
4. Letak geografi
Daerah pegunungan, daerah pertanian akan menentukan jumlah-jumlah sampah.
5. Iklim
Iklim tropis, sub tropis juga ikut berperan mempengaruhi jumlah sampah.
6. Musim
Musim gugur, musim semi, musim buah-buahan juga mempengaruhi jumlah sampah.
7. Kemajuan teknologi
Pembungkus plastik, daun, perkembangan kemasan makanan juga mempengaruhi
banyaknya jumlah sampah.
E. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah
sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan

4
pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer
dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir (Kuncoro Sejati, 2009).
F. Penimbulan Sampah
Sampah pada dasarnya tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan. Timbulan sampah yang
dihasilkan untuk suatu kota sangat tergantung dari jumlah penduduk dan aktivitas masyarakat
yang ada di daerah tersebut. Untuk kota-kota di Indonesia, timbulan sampah rata-rata adalah
2,5-3,5 liter/orang/hari.
Menurut SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh
Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan, bila data pengamatan lapangan belum tersedia,
maka untuk menghitung besaran timbulan sampah dapat digunakan nilai timbulan sampah
sebagai berikut:
1. Satuan timbulan sampah kota besar = 2 – 2,5 liter/orang/hari, atau 0,4-0,5
kg/orang/hari.
2. Satuan timbulan sampah kota sedang atau kecil = 1,5 – 2 liter/orang/hari, atau 0,3 –
0,4 kg/orang/hari.
G. Penanganan di Tempat
Adapun yang dimaksud dengan penanganan sampah di tempat atau pada sumbernya
adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah ditempatkan di
lokasi tempat pembuangan. Suatu material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, sering
sekali masih memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah di tempat, dapat memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap-tahap selanjutnya dan
mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPA.
Peran serta masyarakat merupakan hal yang penting dalam pengelolaan sampah.
Dalam program jangka panjang setiap rumah tangga disarankan mengelola sendiri
sampahnya melalui prinsip 4R. Adapun prinsip 4R yang bisa diterapkan dalam keseharian
yaitu sebagai berikut (Kuncoro Sejati, 2009) :
1. Reduce (mengurangi)
Meminimalisasi barang atau material yang kita gunakan, seperti:
a. Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastic
pembungkus barang belanja.
b. Membeli kemasan isi ulang daripada membeli kemasan baru setiap habis
sekali pakai
c. Membeli susu, makanan kering, detergen dan lain-lain dalam paket yang besar
daripada membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama. Semakin
banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2. Reuse
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian
barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang
waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah.
3. Recycle (daur ulang)
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan
produk / material bekas pakai.Tidak semua barang bisa didaur ulang. Material yang
dapat didaur ulang antara lain adalah :

5
a. Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim kopi baik yang putih bening maupun
yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.
b. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecuali kertas
yang berlapis (minyak atau palstik).
c. Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen, ember dan lain-lain.
d. Sampah basah organik dapat diolah menjadi kompos.
4. Replace (mengganti)
Mengganti barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih
tahan lama dan ramah lingkungan. Misalnya mengganti kantong tas keresek dengan
keranjang dan mengurangi pemakaian styrofoam.
Karena kedua bahan ini (tas keresek dan styrofoam) tidak bisa terdegradasi secara
alami.

H. Pengumpulan
Cara pengumpulan atau pengambilan sampah dilakukan dengan 2 cara yaitu (Kuncoro
Sejati, 2009):
1. Langsung : kendaraan pengangkut mengambil sampah dan langsung di bawa ke
tempat pengolahan.
2. Tidak langsung : sampah diangkut dari wadahnya dengan gerobak pengangkutan
sampah atau sejenisnya untuk terlebih dahulu dikumpulkan di TPS dan kemudian
diambil oleh kendaraan pengangkut dibawa ke TPA. Faktor yang perlu
diperhatikan adalah jarak antara tempat-tempat pengumpulan sementara.
I.Pengangkutan
Pengangkutan sampah adalah proses pemindahan dari suatu tempat atau berbagai
tempat ke suatu lokasi pengumpulan sampah tersebut. Jenis peralatan pengangkutan
adalah truk biasa, dump, truk, arm roll truk, multi loader truk (Kuncoro Sejati, 2009).
J. Pengolahan
Berbagai alternatif yang tersedia dalam proses pengolahan sampah diantaranya adalah
(Kuncoro Sejati, 2009) :
1. Transformasi fisik, meliputi pemisahan sampah dan pemadatan yang bertujuan
untuk mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.
2. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat
mengubah sampah menjadi abu, sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-
95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang
dianjurkan. Hal ini disebabkan karena memerlukan biaya yang sangat besar untuk
membangun tempat pembakaran sampah tersebut. Selain itu juga diperlukan
tempat yang jauh dari segala kegiatan untuk menghindari asap, bau dan
kemungkinan terjadinya kebakaran. Di samping itu teknik baru ini akan berfungsi
dengan baik bila kualitas sampah yang diolah memenuhi syarattertentu, seperti
tidak terlalu banyak mengandung sampah basah dan mempunyai niali kalor yang
cukup tinggi. Di Indonesia proses ini sulit diterapkan mengingat persentase
sampah adalah sampah organik atau sampah basah dengan kandungan air yang
tinggi sehingga diperlukan proses pengeringan terlebih dahulu untuk kemudian
bisa dibakar
3. Pembuatan kompos (composting), yaitu mengubah sampah melalui proses
mikrobiologi menjadi produk lain yang dapat dipergunakan. Hasil dari proses ini
adalah kompos dan biogas. Cara pengomposan merupakan cara sederhana dan
dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Pengomposan

6
merupakan pengolahan sampah dengan cara penguraian dan pemantapan bahan-
bahan organik secara biologis dalam suhu tinggi dengan hasil akhir berupa bahan
yang cukup bagus untuk diaplikasikan ke tanah. Teknologi pengomposan sampah
beragam, baik secara aerob maupun anaerob, dengan atau tanpa bahan tambahan.
Bahan tambahan yang biasanya digunakan adalah cacing dan mikroorganisme
dekomposer. Pengomposan secara aerob paling banyak digunakan, karena murah
dan mudah dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang sulit.
Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri
dengan bantuan udara. Sementara pengomposan secara anaerob memanfaatkan
mikroorganisme anaerob dalam mendegradasi bahan organik.
4. Energy recovery, yaitu transformasi sampah menjadi energi, baik energi panas
maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di negara maju.

K. Pembuangan Akhir
Pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan.
Mengingat pengelolaan persampahan, terutama di perkotaan bersifat terpusat. Metode yang
saat ini banyak digunakan di TPA adalah metode open dumping, yaitu sampah yang ada
hanya ditempatkan begitu saja tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan
membusuk menjadi sampah organik sehingga kapasitas TPA tidak lagi terpenuhi. Metode ini
bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan risiko seperti terjangkitnya penyakit menular,
timbulnya pencemaran, bau dan kotor. Adapun metode yang direkomendasikan adalah
sanitary landfill, yaitu pada lokasi TPA dilakukan kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan
sampah. Metode ini hampir sama dengan dengan penumpukan, tapi cekungan yang telah
terisi sampah kemudian ditutupi dengan tanah (Budi Utomo dan Sulastoro, 1999).
L. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Menurut Budi Utomo dan Sulastoro (1999), pemilihan lokasi TPA harus
mempertimbangkan beberapa hal, antara lain :
1. Kebutuhan lokasi
a. Luas.
b. Volume tampungan, dipengaruhi oleh jumlah penduduk, jenis penghasil
timbulan, tingkat pemadatan.
2. Pertimbangan hidrologi dan klimatologi
a. Curah hujan.
b. Karakteristik aliran air.
c. Evaporasi/ penguapan.
d. Gerakan air tanah.
e. Karakteristik angin.
3. Pertimbangan geologi
a. Bentang alam.
b. Jenis tanah dan batuan, mempengaruhi pemanfaatan sebagai tanah
penutup.
4. Pertimbangan lingkungan
Suatu TPA berdampak terhadap lingkungan sekitar, baik dampak positif maupun
dampak negatif. Yang harus diupayakan adalah mengurangi dampak negatif dan
meningkatkan dampak positif. Untuk keperluan perlindungan lingkungan, maka
TPA dengan volume tampungan tertentu wajib dilengkapi dengan studi AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Wajib AMDAL harus dilakukan untuk

7
penyesuaian terhadap luas kawasan TPA dengan daya tampung TPA dan
perubahan paradigma dari tempat pembuangan/penampungan akhir menjadi
tempat pengolahan akhir. Pengelolaan sampah di mana konsep 3R menjadi bagian
dri kegiatan AMDAL TPA. Untuk incinerator biasanya untuk kapasitas yang kecil
(<100 ton/hari) dan control dan sanitary landfill lebih besar sama dengan 10 ha.
5. Pertimbangan reklamasi Rencana pemanfaatan kembali TPA setelah habis masa
pakainya, misalnya sebagai taman, lapangan hijau, hutan kota, dan lain
sebagainya.
6. Pertimbangan umum lokasi yang ideal
a. Jarak lokasi TPA terhadap lokasi pemukiman dan sarananya harus cukup
aman untuk mencegah dampak negatif yaitu pencemaran udara dan air. Jarak
umum dari pemukiman sekitar 10 km.
b. Jarak TPA terhadap sumber timbunan sampah tidak jauh untuk menghemat
biaya transportasi.
c. Lokasi TPA pada daerah yang kondisi lapisannya kedap air.
d. Lokasi TPA harus terletak pada daerah yang bebas banjir.
e. Pemilihan TPA harus mempertimbangkan tata ruang kota pada masa yang
akan datang.
f. Volume yang ditampung sebaiknya mampu menampung sampai 5-10 tahun.

M. Lalat
Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari Subordo Cyclorrapha Ordo Diptera yang
pada umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil yangdigunakan
untuk menjaga stabilitas saat terbang (Wikipedia, 2012). Selain itu, lalat memiliki
kecenderungan untuk memilih warna alami batang (coklat), dan warna alami dari buah yaitu
warna hijau ( seperti : apel, mangga)

N. Pola Hidup Lalat


Pola hidup lalat terbagi menjadi beberapa bagian. Adapun pola hidup lalat adalah
sebagai berikut.
1. Tempat perindukan/berbiak
Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah, benda-benda organik, tinja,
sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang
menumpuk secara kumulatif (dikandang hewan) sangat disenangi oleh larva
lalat, sedangkan yang tercecer jarang dipakai sebagai tempat berbiak lalat.
(Depkes RI, 1991)
2. Jarak Terbang
Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia,
rata-rata 6-9 km, kadang-kadang dapat mencapai 19-20 km dari tempat
berbiak atau 7-12 mil dari tempat perkembangbiakannya. Selain itu lalat juga
mampu terbang 4 mil/jam
3. Kebiasaan Makan
Lalat memakan makanan yang dimakan oleh manusia sehari-hari, seperti gula,
susu dan makanan lainnya, kotoran manusia serta darah. Bentuk makanannya
cair atau makanan yang basah, sedang makanan yang kering dibasahi oleh
ludahnya terlebih dulu, baru diisap (Depkes, 1991). Lalat lebih menyukai

8
makanan yang bersuhu tinggi daripada lingkungan sekitarnya (Widyati &
Yuliarsih, 2002)
4. Tempat Istirahat
Dalam memilih tempat istirahat (resting place), lalat lebih menyukai tempat
yang tidak berangin, tetapi sejuk, dan kalau malam hari sering hinggap di
semak-semak di luar tempat tinggal.
5. Lama Hidup
Pada musim panas, usia lalat berkisar antara 2-4 minggu, sedang pada musim
dingin bisa mencapai 70 hari (Depkes, 1991). Widyati dan Yuliarsih (2002)
menyatakan bahwa: “ Tanpa air lalat tidak dapat hidup lebih dari 46 jam”.
Sehingga lama hidup lalat pada umumnya berkisar antara 2-70 hari.
6. Tempeatur dan Kelembapan
Lalat mulai terbang pada temperatur 150C dan aktifitas optimumnya pada
temperatur 210C. Pada temperatur di bawah 7,50C tidak aktif dan di atas 450C
terjadi kematian pada lalat. Sedangkan Kelembaban erat hubungannya dengan
temperatur setempat (Depkes, 1991).

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Cara Pengelolaan Sampah di Jurusan Elektro


Lingkungan Kampus merupakan pembentuk kalangan intelektual yang menjadi
harapan bangsa di masa depan. Sebagai kumpulan kalangan intelektual berpendidikan sudah
seharusnya kampus memberikan kontribusi yang penting dalam pengelolaan persampahan.
Menurut berita-berita dari berbagai koran lokal dan nasional sampah sudah menjadi masalah
secara umum yang terjadi di kota-kota di Indonesia. Mulai dari pembuangan sampah yang
tidak pada tempatnya, permasalahan pengangkutan, hingga masalah di tempat pembuangan
akhir (TPA).
Kampus merupakan salah satu penyumbang sampah terbesar dalam suatu kota.
Dengan penduduk tetap yang selalu berada di kampus yang memiliki aktivitas rutin, bahkan
di hari libur, tentu saja menghasilkan berbagai jenis sampah setiap harinya. Sampah yang
dihasilkan dapat dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan tujuan pengolahan akhirnya, yaitu
sampah organik, sampah yang dapat didaur ulang, dan sampah tidak dapat didaur ulang.
Sampah-sampah ini dapat diperoleh oleh mahasiswa baik dari dalam maupun luar kampus.
Namun, dibuang di dalam kampus. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makanan atau
jajanan para mahasiswa atau pun sisa-sisa masakan dari kantin atau warung makan serta
sampah rumput dan tanaman dari taman yang berada lingkungan kampus. Sampah yang dapat
didaur ulang merupakan berbagai jenis sampah yang terdiri dari plastik, kertas, kaleng,
kardus, dan jenis-jenis sampah lain yang dapat dimanfaatkan kembali atau didaur ulang.
Sampah yang tidak dapat didaur ulang merupakan sampah lainnya di luar sampah makanan
dan sampah yang dapat didaur ulang.
Pada Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali pengelolaan sampah dilakukan
dengan cara membedakan tempat sampah organik dan anorganik yang diletakkan di setiap
gedungnya. Selain itu disetiap kelas diberikan satu tempat sampah berukuran kecil. Pada
Workshop juga terdapat tempat sampah yang berukuran besar untuk menampung sampah sisa
material dari praktek di Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali.

3.2 Pola pengangkutan sampah di Jurusan Teknik Elektro


Pengangkutan sampah dimaksudkan sebagai kegiatan operasi dimulai dari titik
pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampah ke TPA atau TPST pada
pengumpulan dengan pola individual langsung atau dari tempat peminadhan (Transfer Depo,
transfer station), penampungan sementara (TPS< LPS, TPS 3R) atau tempat penampungan
komunal sampai ke tempat pengolahan / pembuangan akhir (TPA/TPST).
Pengangkutan pada Jurusan Teknik Elektro termasuk Pengumpulan dengan Pola
Individual Langsung. Pengangkutan sampah untuk pengumpulan yang digunakan pola
Individual Langsung, kendaraan yang digunakan untuk pengumpulan juga langsung
digunakan untuk pengangkutan ke TPA. Dari pool, kendaraan langsung menuju ke titik – titik
pengumpulan (sumber sampah ) dan setelah penuh dari titik pengumpulan terakhir (dalam
suatu rit atau trip). Setelah menurunkan sampah di TPA, kemudian kembali ke titik
pengumpulan pertama untuk rit atau trip berikutnya, setelah penuh dari titik pengumpulan

10
terakhir pada rit tersebut langsung menuju ke TPA demikian seterusnya dan akhirnya dari
TPA langsung kembali ke pool.
3.3 Timbulan sampah di Jurusan Teknik Elektro
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis
sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu. Timbulan sampah sangat diperlukan
untuk menentukan dan mendesain peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah,
fasilitas recovery material, dan fasilitas Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) sampah.
• Satuan berat : kilogram per orang per hari (kg/o/h), kilogram per meter-persegi bangunan
per hari (kg/m2/h) atau kilogram per tempat tidur per hari (kg/bed/h).
• Satuan volume : liter per orang per hari (l/o/h), liter per meter-persegi bangunan per hari
(l/m2/h) atau liter per tempat tidur per hari (kg/bed/h).
Timbulan Sampah di Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali
Berat Organik Berat Anorganik Berat Total
Hari (kg) (kg) (kg)

1 0.9 7.3 7.8


2 0.8 5.7 6.5
3 0.8 4.9 5.7
4 0.6 3.8 4.4
5 0.7 4.5 5.2
6 0.8 4.8 5.6
7 0.6 4.2 4.8
8 0.7 4.2 4.9

Chart Title
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8

Berat Organik (kg) Berat Anorganik (kg) Berat Total (kg)

11
DATA SURVEY PER HARI

hari 1 hari 2

11% Berat Organik 12% Berat Organik


(kg) (kg)
Berat Berat Anorganik
89% Anorganik (kg) 88% (kg)

hari 3 hari 4
Berat Organik Berat Organik
14% 14%
(kg) (kg)
Berat Berat Anorganik
86% Anorganik (kg) 86% (kg)

hari 5 hari 6

13% Berat Organik 14% Berat Organik


(kg) (kg)
Berat Berat Anorganik
87% Anorganik (kg) 86% (kg)

hari 7 hari 8

12% Berat Organik 14% Berat Organik


(kg) (kg)
Berat Anorganik Berat Anorganik
88% (kg) 86% (kg)

12
DATA SURVEY TOTAL

Berat Total

1 2
11% 17%
11% 3 4
14%
12% 5 6
12% 13%
10%
7 8

Keterangan :
Kelompok kami melakukan survey selama 8 hari di Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Bali. Survey tersebut dilakukan pada:
1. Selasa, 15 Oktober 2019
2. Rabu, 16 Oktober 2019
3. Kamis, 17 Oktober 2019
4. Jumat, 18 Oktober 2019
5. Senin, 21 Oktober 2019
6. Selasa, 22 Oktober 2019
7. Rabu, 23 Oktober 2019
8. Kamis, 24 Oktober 2019

Selama survey kami menemukan sampah yang terdapat di lingkungan tersebut tidak
selalu sama jumlahnya. Pada hari atau waktu tertentu sampah di jurusan tersebut kami jumpai
dalam jumlah banyak dan pada hari lainnya jumlah sampah lebih sedikit.
- Sampah pada survey pertama paling berat dibandingkan dengan hari yang lainnya, ini
dikarenakan pada hari itu diadakan event di Jurusan Elektro.
- Pada survey ke-empat sampah yang kita dapatkan paling sedikit karena ketika kita
survey sampah sudah banyak diangkut ke pembuangan akhir

13
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa sampah ialah material yang
sudah tidak diinginkan lagi. Sampah juga bermacam-macam jenisnya mulai dari
sumbernya,bentuknya maupun sifatnya. Sampah memiliki banyak dampak negatif bagi
kehidupan. Misalnya saja bagi kesehatan, sampah dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit dan kematian. Selain itu, sampah juga memberikan dampak negatif terhadap
keadaan sosial seperti pengolahan sampah yang tidak baik akan menimbulkan kondisi
lingkungan yang kurang nyaman dan ekonomi masyarakat seperti tingginya biaya yang
diperlukan untuk memelihara infrastruktur untuk mengolah sampah. Sampah pada Jurusan
Teknik Elektro dapat dikategorikan dalam 2 jenis yaitu sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah di Jurusan tersebut juga tidak memiliki jumlah atau berat tetap karena di
lingkungan kampus, mahasiswa sering mengadakan event yang terkait dengan program kerja
dari masing-masing Organisasi Mahasiswa. Pengelolaan sampah yang dilakukan juga sangat
umum yaitu dengan membedakan tempat sampah organik dan anorganik. Setelah itu
pengangkutan sampah dilakukan dengan cara mengumpulkan dari masing-masing kelas
kemuadian dibuang di tempat sampah utama Politeknik Negeri Bali.
Jadi kesimpulan dari rumusan masalah di atas adalah :
3.1 Cara Pengelolaan Sampah di Jurusan Elektro

Pada Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali pengelolaan sampah dilakukan
dengan cara membedakan tempat sampah organik dan anorganik yang diletakkan di
setiap gedungnya. Selain itu disetiap kelas diberikan satu tempat sampah berukuran kecil.
Pada Workshop juga terdapat tempat sampah yang berukuran besar untuk menampung
sampah sisa material dari praktek di Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali.
3.2 Pola pengangkutan sampah di Jurusan Teknik Elektro
Pengangkutan pada Jurusan Teknik Elektro termasuk Pengumpulan dengan Pola
Individual Langsung.
3.3 Timbulan sampah di Jurusan Teknik Elektro
Selama survey kami menemukan sampah yang terdapat di lingkungan tersebut tidak
selalu sama jumlahnya. Pada hari atau waktu tertentu sampah di jurusan tersebut kami jumpai
dalam jumlah banyak dan pada hari lainnya jumlah sampah lebih sedikit.
- Sampah pada survey pertama paling berat dibandingkan dengan hari yang lainnya, ini
dikarenakan pada hari itu diadakan event di Jurusan Elektro.
- Pada survey ke-empat sampah yang kita dapatkan paling sedikit karena ketika kita
survey sampah sudah banyak diangkut ke pembuangan akhir

14
B.Saran
Melihat dampak negatif sampah yang ternyata sangat banyak dan berbahaya, kita
sebagai masyarakat kampus yang baik dapat mengantisipasinya dengan cara membuang
sampah di tempatnya, memilah-milah sampah organik dan anorganik saat membuangnya atau
dengan disediakannya 2 jenis tempat sampah yaitu organik dan anorganik dan memanfaatkan
sampah yang masih layak pakai untuk kita jadikan barang yang berguna.

15
LAMPIRAN

16
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/mobile/metrosanita/persyaratan-teknis-pengumpulan-
pemindahan-dan-pengangkutan-sampah
http://ayuwidiastutidina.blogspot.com/2014/03/makalah-sampah-dsan-cara-
penanggulangan.html?m=1
https://www.google.co.id/search?q=contoh+kesimpulan+dan+saran+tentang+sampah+d
ikampus&ie=UTF-8&oe=UTF-8&hl=id-id&client=safari
http://www.sanitasi.net/pengangkutan-sampah.html

18

Anda mungkin juga menyukai