1573 3291 1 SM PDF
1573 3291 1 SM PDF
Keterkaitan Pola Pangan Harapan (Pph) dengan Kejadian Stunting Pada Balita
Rr Dewi Ngaisyah
Program Studi S-1 Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
Abstrak
Dalam pemenuhan kebutuhan gizi balita, pola konsumsi makanan berperan penting sehingga pola
konsumsi makanan yang baik perlu diperhatikan. Data Dinkes Kab. Sleman tahun 2014 angka
kejadian stunting di Provinsi DIY sebesar 14,32%, Kab. Sleman sebesar 12,87%, dari 12,87%
tersebar di 3 Kecamatan yang memiliki prevalensi tinggi yaitu Kecamatan Minggir 1,67%,
Kecamatan Ngemplak 1,44%, dan Kecamatan Moyudan 1,43%. Tujuandari penelitian ini adalah
Mengetahui hubungan pola pangan harapan dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan
Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Jenis penelitian adalah observasional menggunakan desain cross
sectional. Penelitian ini menggunakan sampel berjumalah 39 balita. Instrumen yang digunakan
adalah form skor PPH dan form recall 24 jam untuk melihat keragaman, kejadian stunting diperoleh
dengan menggunakan indeks TB/U dari pengukuran antropometri TB. Hasil penelitian ini adalah
Terdapat 21 sampel dalam kategori beragam, dari 21 sampel tersebut terdapat 20 sampel normal dan
1 sampel stunting, sampel tidak beragam sebanyak 18 sampel, dari 18 sampel 8 sampel normal dan
10 sampel stunting. Dari analisis chi-square diperoleh nilai X2 = 12.349 dan nilai p = 0,000.
Sehingga dapat disimpulan bahwa ada hubungan antara Pola Pangan Harapan dengan kejadian
stunting pada balita di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.
Abstract
Fulfillment on nutritional needs, food consumption patterns play an important role so must be
concern on that. Data from departement of health Sleman in 2014 the prevalence of stunting in the
province amounted to 14.32%, Kab. Sleman amounted to 12.87%, from 12.87% spread across 3 sub-
district which has a high prevalence of 1.67%, Ngemplak 1.44%, and Moyudan 1.43%. To determine
relationship between Desirable Dietary Pattern with stunting incident on toddlers at Ngemplak,
Sleman, Yogyakarata. The study was observational using cross sectional design. This study was used
the sample of 39 toddlers. Desirable Dietary Pattern (DDP) Score form and recall 24 hours form was
used as an instrument to see the diversity, the incidence of stunting is obtained by using an index
TB/U. The samples were in diverse category as much as 21 samples, contained 20 samples were a
normal on nutritional status and 1 sample was stunting, the samples were in less diverse category as
much as 18 samples, 8 samples were a normal on nutritional status and 10 samples were a stunting.
Chi-square analysis values obtained X2 = 12 349 with p-value = 0.000. There is a relationship
between Desirable Dietary Pattern with stunting incident on toddlers at Ngemplak, Sleman,
Yogyakarata
Korespondensi: Rr Dewi Ngaisyah , Program Studi S-1 Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati
Yogyakarta, JL. Laksda Adisucipto KM 6.3 Depok Sleman Jogyakarta mobile 0274-488781, Email:
dewi.fikes@yahoo.co.id
Ngaisyah, Keterkaitan Pola Pangan Harapan (Pph) dengan Kejadian Stunting Pada Balita
73
Stunting adalah keadaan dimana tubuh yang Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
sangat pendek hingga melampaui defisit -2 Maret 2016. Sampel pada penelitian ini
standar deviasi (SD) dibawah median panjang berjumlah 39 balita. Balita belum bisa
atau tinggi yang menjadi referensi dilakukan wawancara atau recall 24 jam,
internasional. Ada beberapa faktor yang sehingga wawancara dilakukan pada ibu balita
mempengaruhi stunting pada balita yakni yang merupakan responden penelitian.
faktor langsung yaitu asupan makanan dan Variabel Independen dalam penelitian
penyakit infeksi serta faktor tidak langsung ini adalah pola pangan harapan dan Variabel
yakni pengetahuan tentang gizi, pendidiakan Dependennya adalah kejadian stunting. Cara
orang tua, pendapatan orang tua, distribusi pengumpulan data pada penelitian ini untuk
makanan, dan besar keluarga. Oleh karena itu, melihat keragaman konsumsi makanan yaitu
masalah stunting merupakan cerminan dari menggunakan form skor PPH, dimana untuk
keadaan sosial ekonomi masyarakat (Gibney, mendapatkan energi aktual dari bahan
2009). makanan menggunakan form recall 24 jam,
Data Riskesdas tahun 2013 yaitu teknik pengumpulan data dengan
menunjukkan prevalensi nasional balita mengingat kembali asupan makan 24 jam
pendek (stunted) dan anak balita sangat yang lalu yang diisi oleh peneliti dan asisten
pendek (severe stunted) adalah 37,2% (18,0% peneliti dengan mewawancarai ibu atau
sangat pendek dan 19,2% pendek) (Riskesdas, pengasuh balita. Peneliti dan asisten peneliti
2013). Berdasarkan Data Dinkes Kab. Sleman menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan
tahun 2014 dimana angka kejadian stunting di penelitian . Dalam penelitian ini asisten
Provinsi DIY sebesar 14,32% dan Kab. peneliti berjumlah 3 orang yang sebelumnya
Sleman pada tahun 2014 angka kejadian sudah dilakukan apersepsi .
stunting sebesar 12,87%, dari 12,87% tersebut Form recall 24 jam sebagai alat untuk
tersebar di 3 Kecamatan yang memiliki mengambil data asupan makan balita dengan
prevalensi tinggi yaitu Kec. Minggir 1,67%, cara wawancara, recall 24 jam ini dilakukan
Kec. Ngemplak 1,44%, dan Kec. Moyudan sebanyak 3 kali dengan pengambilan datanya
1,43% (Dinkes Kab. Sleman, 2014). selang 1 hari, setelah itu dari ketiga hasil
Berdasarkan uraian tersebut, menjadi recall 24 jam tadi dikategorikan terlebih
alasan pentingnya penelitian tentang dahulu yang tergolong jenis pangan padi-
keterkaiatan pola pangan harapan dengan padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak
kejadian stunting di Kecamatan Ngemplak, dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-
Sleman, Yogyakarta. kacangan, gula, sayur dan buah. Setelah itu,
dihitung kandungan energinya dengan
Metode menggunakan nutrisurvey kemudian dirata-
Jenis penelitian ini adalah penelitian ratakan. Nilai rata-rata energi perkategori jenis
observasional, desain yang digunakan adalah
pangan kemudian dimasukkan ke dalam tabel
cross sectional. Penelitian dilaksanankan di skor PPH dan dihitung berdasarkan skor PPH.
Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.
Ngaisyah, Keterkaitan Pola Pangan Harapan (Pph) dengan Kejadian Stunting Pada Balita
75
Ngaisyah, Keterkaitan Pola Pangan Harapan (Pph) dengan Kejadian Stunting Pada Balita
77
mempengaruhi status gizi anak. Menurut 4. Almatsier, S. (2005). Prinsip Dasar Ilmu
Depkes (2007) akibat tidak mengkonsumsi Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
anekaragam makanan akan mengakibatkan 5. Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu
gangguan pertumbuhan dan perkembangan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
pada balita. Berdasarkan penelitian Zahraini 6. Ari, I. (2012). Gizi Tera0pan. Bandung:
(2012) bahwa jumlah balita stunting yang Rosda.
mengkonsumsi makanan beragam lebih kecil 7. Azwar, S. (2012). Metode Penelitian.
dibandingkan dengan jumlah balita stunting Yogyakarta: Pustaka Belajar.
yang belum mengkonsumsi makanan beragam 8. Bappenas. (2014). Data Impor Pangan
yaitu (52.4%). Berdasarkan penelitian Indonesia.
Hermina (2011) bahwa konsumsi makanan 9. Dahlan, M.S. (2013). Statistik Untuk
anak yang pendek mempunyai skor PPH lebih Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
rendah dari skor PPH anak dengan status gizi Salemba Medika.
normal yaitu 96,6%. 10. Depkes. (2007). Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta.
Kesimpulan 11. Dinkes Kab. Sleman. (2014). Data
Ada hubungan antara pola pangan Prevalensi Kejadian Stunting Pada Balita.
harapan dengan kejadian stunting dengan nilai 12. Friedman, M. (2004). Keperawatan
p = 0.000. Ibu Balita disarankan meningkatkan Keluarga. Jakarta: EGC.
pengetahuan supaya praktik dalam 13. Hadi, H. (2005). Beban Ganda Masalah
memberikan makan kepada balitanya menjadi Gizi dan Implikasinya Terhadap
menjadi baik, yakni beragam supaya bisa Kebijakan Pembangunan Kesehatan
memenuhi gizi seimbang. Balita mendapatkan Nasional. Yogyakarta: FKUGM.
prioritas penyajian konsumsi makaan dalam 14. Handari, R.T., & Humaeroh, S. (2005).
keluarga sehingga terhindar dari masalah Perbedaan Status Gizi Siswa Sekolah
kurang gizi kronis (stunting). Dasar di Sekolah Berdasarkan Status
Sosial Ekonomi di Jakarta Selatan Tahun
Daftar Pustaka 2004. Jakarta: Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
1. Aditianti. (2010). Faktor 15. Hardiansyah. (2007). Inovasi Gizi dan
Determinan Stunting pada Anak Usia 24- Pengembangan Modal Sosial Bagi
59 Bulan di Indonesia. Tesis. Institut Peningkatan Kualitas Hidup Manusia dan
Pertanian Bogor. Pengentasan Kemiskinan. Bogor: IPB.
2. Adriani, M. (2012). Pengantar Gizi 16. Hariyadi, D., & Ekayanti, I. (2011).
Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada. Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga
3. Agung, A. (2005). Prinsip Dasar Ilmu Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi
Gizi. Jakarta: EGC. Kalimantan Barat. Jurnal Teknologi dan
Ngaisyah, Keterkaitan Pola Pangan Harapan (Pph) dengan Kejadian Stunting Pada Balita
79