Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SEMINAR

DEPARTEMEN PEDODONSIA

EFEK REHABILITASI RONGGA MULUT KESELURUHAN


PADA KUALITAS HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN
KESEHATAN RONGGA MULUT PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun Oleh :
Ghinda Nevithya
(160112170502)

Pembimbing
Prof. Dr. drg. Yetty Herdiyati S., Sp.KGA.(K)
Priska Angelia Budiono, drg.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
Efek Rehabilitasi Rongga Mulut Keseluruhan pada Kualitas
Hidup yang Berkaitan dengan Kesehatan Rongga Mulut pada
Anak Berkebutuhan Khusus
Omar El-Meligy*/ Manal Maashi**/ Abdullah Al-Mushayt***/ Abeer Al-Nowaiser****/
Sultan Al- Mubark*****
*Professor of Pediatric Dentistry, Faculty of Dentistry, King Abdulaziz University, Saudi Arabia
and Professor of Pediatric Dentistry, Faculty of Dentistry, Alexandria University, Egypt.
**General Practitioner Dentist at Primary Health Care Administration, Jeddah Health Affairs,
Ministry of Health, Jeddah, Saudi Arabia.
***Professor and Consultant Pediatric Dentist, Faculty of Dentistry, King Abdulaziz University,
Jeddah, Saudi Arabia.
**** Associate Professor and Consul- tant Pediatric Dentist, Faculty of Dentistry, King Abdulaziz
University, Jeddah, Saudi Arabia.
*****Professor of Periodontology, King Abdulaziz City for Science and Technology, Riyadh, Saudi
Arabia.

ABSTRAK

Objektif: Perubahan pada kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan


rongga mulut (OHRQoL) pada 40 anak berkebutuhan khusus (ABK) usia 5-14
tahun sebelum dan sesudah rehabilitasi rongga mulut keseluruhan (FMR) selama
12 bulan di bawah anestesi umum pada dua rumah sakit di kota Jeddah diteliti.
Metode penelitian: Kuesioner diberikan pada orang tua atau pengasuh pada saat
pre-operasi dan follow-up pasca operasi 12 bulan. Riwayat medis dan gigi dan
temuan klinis dihubungkan. Hasil: Tingkat respon follow-up sebanyak 87,5% pada
35 anak yang menyelesaikan follow-up 12 bulan. Kisaran usia adalah 5-12 tahun
dengan rata-rata 7,3±2,4 tahun. Lebih dari setengah sampel penelitian adalah laki-
laki (63%) pada kelompok usia 5-8 tahun (69%). Dampak OHRQoL dilaporkan
negatif sebelum FMR di bawah anestesi umum, dengan skor keseluruhan berkisar
12-68 dan rata-rata 43,34±14,83. OHRQoL meningkat secara signifikan pada
seluruh aspek yang dievaluasi (P<0,05) mengikuti FMR di bawah anestesi umum
dengan skor keseluruhan berkisar 4-41 dan rata-rata 18,86±8,54. Kesimpulan:
Perawatan anak berkebutuhan khusus (ABK) di bawah anestesi umum, dengan
kunjungan recall 3 bulan untuk pasien, memiliki efek jangka panjang yang
signifikan pada OHRQoL hingga 12 bulan pasca operasi.

Key words: Rehabilitasi, kesehatan rongga mulut, kualitas hidup, anestesi, umum,
follow-up
PENDAHULUAN
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak-anak dengan kondisi kelemahan
atau keterbatasan fisik, perkembangan, mental, sensorik, perilaku, kognitif atau
emosi yang membutuhkan perawatan medis, intervensi perawatan kesehatan
dan/atau penggunaan program atau pelayanan khusus. Kondisi yang ada dapat
berkembang atau menetap dan dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan
aktivitas perawatan diri sehari-hari atau keterbatasan substansial dalam aktivitas
hidup yang besar. Perawatan kesehatan untuk ABK membutuhkan pengetahuan
khusus, peningkatan kesadaran dan perhatian, adaptasi dan tindakan akomodasi di
luar apa yang dianggap rutin.
Sedikit dokter gigi yang khusus menangani individu dengan kebutuhan
perawatan kesehatan khusus. Selain itu, perawat seringkali kesulitan memenuhi
kebutuhan kesehatan rongga mulut sehari-hari karena mereka bisa tidak kooperatif
dan menolak perawatan. Kebersihan rongga mulut pada individu tersebut juga dapat
terabaikan karena perawat kurang perhatian terhadap estetika gigi.
Dampak negatif dari penyakit rongga mulut, khususnya early childhood caries,
pada kualitas hidup telah diketahui selama bertahun-tahun. Perawatan anak kecil
dengan karies gigi yang parah biasanya menjadi tantangan untuk dokter gigi,
khususnya bila perawatan yang panjang dan kompleks dibutuhkan. Selain
manajemen perilaku dan teknik farmakologis yang ada, ada kasus ketika rehabilitasi
rongga mulut (FMR) di bawah anestesi umum dibutuhkan untuk memberikan
keamanan dan keefektifan perawatan gigi. Alasan utama untuk perawatan gigi di
bawah anestesi umum adalah perilaku yang tidak kooperatif, ekstraksi dalam
jumlah banyak, karies gigi yang meluas pada anak kecil dan perawatan gigi untuk
seluruh kelompok anak dengan kebutuhan perawatan kesehatan khusus. Malden
dan rekan-rekannya melaporkan bahwa sebanyak 3% anak telah mendapatkan
perawatan ketika usia mereka 5 tahun.
Banyak penelitian telah meneliti kualitas perawatan restorasi di bawah anestesi
umum. Namun, baru sedikit penelitian yang mengeksplor dampak perawatan gigi
di bawah anestesi umum pada kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan
rongga mulut (OHRQoL).
Kualitas hidup yang berkaitan dengan rongga mulut adalah konsep yang
mendeskripsikan dampak status kesehatan rongga mulut pada kesehatan umum dan
kehidupan sehari-hari. Mengukur OHRQoL anak memungkinkan evaluasi status
kesehatan rongga mulut anak dan efisiensi perawatan. Eksplorasi OHRQoL untuk
orang dewasa bukan merupakan bidang penelitian yang baru, namun penelitian
yang menilai hal ini pada anak-anak dengan perawatan gigi di bawah anestesi
umum jarang karena kurangnya pengukuran yang tervalidasi.
Jankauskiene dan Narbutaite melakukan penelitian tinjauan sistematik mengenai
efek perawatan gigi di bawah anestesi umum pada aspek berbeda dari kualitas hidup
untuk anak-anak. Semua penelitian menunjukkan hasil yang sama, bahwa pada
perawatan gigi di bawah anestesi umum memberikan peningkatan kualitas hidup
pada anak dalam semua aspek yang ditentukan. Tidak ada atau sedikit perubahan
hanya pada beberapa kasus. Orang tua menunjukkan kondisi fisik anak yang lebih
baik, tidur lebih baik, nafsu makan dan hilangnya sakit gigi. Kualitas hidup juga
meningkat dalam aspek psikologis dan sosial, dengan orang tua memerhatikan anak
lebih banyak tersenyum, nilai sekolah lebih baik dan peningkatan interaksi lebih
baik dengan orang lain. Seluruh penelitian ini menunjukkan hasil jangka pendek di
mana perubahan dalam kualitas hidup dinilai dalam waktu singkat (2-11 minggu)
setelah perawatan.
Tidak ada data ditemukan mengenai efek jangka panjang OHRQoL pada anak-
anak setelah perawatan gigi di bawah anestesi umum. Oleh karena itu, perlu untuk
menilai efek jangka panjang perawatan gigi di bawah anestesi umum pada kualitas
hidup pasien.
Berdasarkan data di atas, serta fakta bahwa penelitian mengenai hal ini masih
sedikit di Arab Saudi, penelitian ini dilakukan untuk menilai perubahan pada
OHRQoL pada anak berkebutuhan khusus sebelum dan 12 bulan setelah FMR di
bawah anestesi umum di kota Jeddah. Protokol perawatan yang disarankan
disesuaikan menurut riwayat medis dan gigi anak. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat membantu memilih pengukuran yang dibutuhkan untuk
mencegah/mengkontrol penyakit gigi dan komplikasinya untuk meningkatan
kualitas hidup anak-anak ini.

Metode dan Bahan Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian prospektif (sebelum dan sesudah desain) yang
melibatkan upaya aktif untuk mengubah penentu penyakit (OHRQoL) melalui
perawatan (FMR di bawah anestesi umum) pada satu kelompok pasien (Anak
Berkebutuhan Khusus) di kota Jeddah selama periode waktu 12 bulan. Penelitian
dilakukan di bawah dua rumah sakit pemerintah (Rumah Sakit Universitas King
Abdulaziz) dan Rumah Sakit Umum King Fahad yang memberikan perawatan
FMR gratis di bawah anestesi umum untuk ABK. Rumah Sakit Universitas King
Abdulaziz menyediakan satu setengah hari (4 jam per minggu) sementara Rumah
Sakit Umum King Fahad menyediakan 2 hari penuh (16 jam per minggu) untuk
FMR di bawah anestesi umum oleh residen dokter gigi anak yang terkualifikasi di
bawah supervisi konsultannya.
Jumplah sampel yang ditentukan adalah 40 anak. Semua ABK yang dijadwalkan
untuk melakukan FMR di bawah anestesi umum, dari Januari 2009 sampai Februari
2010, pada Rumah Sakit Universitas King Abdulaziz dan Rumah Sakit Umum King
Fahad dan yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan setelah persetujuan orang
tua. Kriteria inklusi berupa:
1. Usia 5-14 tahun
2. Didiagnosis dengan disabilitas fisik, mental, atau sensorik (terpisah atau
kombinasi)
3. Memiliki minimal 12 gigi sulung atau permanen, atau campuran yang belum
pernah dirawat selama 12 bulan terakhir.

Kriteria eksklusi berupa:


1. Sedang berpartisipasi pada percobaan klinis lainnya
2. Adanya kondisi medis serius atau penyakit menular seperti penyakit
malignan, hepatitis, AIDS, dan lain-lain.
3. Anak yang orang tuanya tidak memiliki nomor telepon rumah atau telepon
genggam untuk dapat berkomunikasi pasca operasi
4. Anak yang hanya memiliki satu kali kunjungan pasca operasi

Anak dianggap memiliki disabilitas fisik, mental, atau sensorik jika mereka
memiliki satu atau lebih kriteria berikut, antara lain (a) suatu keterbatasan
substansial pada kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dasar seperti berjalan,
menaiki tangga, menjangkau, mengangkat, atau membawa; (b) kesulitan belajar,
mengingat, atau berkonsentrasi; (c) kebutaan, ketulian, atau kerusakan penglihatan
atau pendengaran yang parah. Penelitian dilakukan lebih dari 24 bulan. Pengukuran
klinis dan gigi dinilai pada baseline (pre-operasi), dan pada 3-, 6-, 9- dan 12 bulan
kunjungan pasca operasi.
Untuk memperoleh reabilitas intra-eksaminer dan inter-eksaminer yang baik,
eksaminer dikalibrasi menurut registrasi baseline. Sebanyak 10 anak diperiksa
karies gigi, plak gigi, dan status kebersihan mulut. Mereka diperiksa ulang
seminggu setelahnya dan tingkat persetujuan antara pembacaan koresponden dinilai
menggunakan metode kappa.
Partisipan yang dipilih untuk penelitian diberikan nomor pasien masing-masing.
Setiap nama, jenis kelamin, usia, alamat, dan kontak anak dicatat. Anak atau orang
tuanya diminta perannya untuk penelitian ini dan diminta informed consent. Tidak
ada partisipan yang diakui untuk penelitian sebelum formulir informed consent
ditandatangani oleh partisipan atau orang tuanya. Seluruh data yang ditampilkan
pada penelitian; namun, identitas partisipan tidak diperlihatkan.
Kuesioner riwayat disabilitas, kuesioner riwayat medis, dan kuesioner riwayat
gigi dilengkapi untuk menghasilkan informasi yang berkaitan dengan riwayat
disabilitas, medis, dan gigi partisipan.
Daftar evaluasi kebersihan rongga mulut personal didesain untuk mengevaluasi
tingkat kemampuan anak dalam menjaga perawatan rongga mulut yang baik. Orang
yang bekerja paling dekat dengan individu ditanya dan rekomendasi kebersihan
rongga mulut diberikan.
Rehabilitasi rongga mulut keseluruhan (FMR) di bawah anestesi umum
direncanakan dan dirancang pada kunjungan klinis pertama untuk seluruh pasien
(berdasarkan riwayat medis dan gigi). Jadwal kunjungan selanjutnya dibuat untuk
partisipan untuk 12 bulan pasca operasi. Perawatan gigi meliputi restorasi adhesif
konservatif, restorasi gigi berlubang, fissure sealing, terapi pulpa, stainless steel
crowns, dan ekstraksi gigi yang tidak bisa direstorasi. Seluruh anak menerima alat
kebersihan gigi yang meliputi sikat gigi elektrik, pasta gigi, sikat lidah, dan obat
kumur. Instruksi kebersihan mulut diberikan untuk semua anak pada seluruh
kunjungan follow-up.

Prosedur Pencatatan Status Gigi dan Kondisi Kesehatan Rongga Mulut


Karies gigi. Kriteria WHO digunakan untuk diagnosis karies gigi. Karies
didiagnosis melalui visual setelah pengeringan dan pengangkatan debris dari gigi
dengan bantuan eksplorer dan kaca mulut. Karies gigi dinilai sekali pada baseline.
Radiografi tidak digunakan untuk mendeteksi karies.
Status kebersihan mulut. Status kebersihan mulut dicatat menggunakan indeks
plak khusus melalui evaluasi secara visual adanya plak pada permukaan buccal dan
lingual pada gigi insisif dan kaninus atas dan bawah. Gigi diklasifikasikan 'baik',
jika tidak ada plak terlihat, 'sedang', jika ada sedikit plak atau akumulasi makanan
yang baru dan 'buruk', jika ada plak cukup banyak atau akumulasi makanan yang
telah menumpuk lama. Status kebersihan mulut dicatat pada baseline dan
kunjungan 3-, 6-, 9-, dan 12 bulan pasca operasi.
Kebiasaan kebersihan mulut. Kebiasaan kebersihan mulut meliputi frekuensi
menyikat gigi dan adanya bantuan untuk menyikat gigi. Frekuensi menyikat gigi
diklasifikasikan 0 yaitu tidak ada/kurang dari satu kali sehari; 1 yaitu sekali sehari;
2 yaitu lebih dari sekali sehari, dan bantuan menyikat gigi diklasifikasikan 0 yaitu
tidak ada, anak menyikat gigi sendiri; 1 yaitu sedang, anak menerima sedikit
bantuan menyikat gigi; 2 yaitu ekstensif, orang tau atau perawat menyikatkan gigi
anak. Kebiasaan kebersihan mulut dicatat pada baseline dan pada kunjungan 12
bulan pasca operasi.
Maloklusi diidentifikasi menurut kriteria WHO dan dicatat sebagai 0 yaitu tidak
ada maloklusi, 1 yaitu sedikit maloklusi, dan 2 yaitu maloklusi parah. Dua level
anomali ditentukan yaitu maloklusi sedikit, seperti satu atau lebih gigi berotasi atau
berputar, berjejal atau berjarak, dan maloklusi parah yaitu anomali yang
menyebabkan efek tidak dapat diterima tampilan wajah, pengurangan fungsi
mastikasi yang signifikan, kerusakan cara bicara atau satu atau lebih kondisi dari 4
insisif anterior seperti moverjet maksila 9 mm, overjet mandibula sebanyak
kedalaman satu gigi, open bite, pergeseran midline 4 mm, berjejal atau jarak 4 mm.
Maloklusi dicatat pada baseline dan kunjungan 12 bulan pasca operasi.
Indeks Plak. Temuan plak dicatat seperti yang telah dideskripsikan oleh Silness
dan Loe. Semua gigi dinilai pada baseline dan kunjungan 3-, 6-, 9-, 12 bulan pasca
operasi. Sebuah kaca mulut dan eksplorer gigi digunakan setelah mengeringkan gigi
untuk menilai plak. Setiap 4 area gingiva gigi (distofasial, fasial, mesiofasial, dan
lingual) diberi skor 0-3, dengan kriteria sebagai berikut:

0 = Area gingiva permukaan gigi bebas plak. Probe ditelusur pada permukaan gigi
pada awal sulkus gingiva setelah permukaan gigi dikeringkan. Jika tidak ada benda
lunak yang menempel pada ujung probe, gigi termasuk bersih.
1 = Tidak ada plak terlihat in situ melalui mata, namun plak dapat terlihat pada
ujung probe setelah ditelusuri pada permukaan gigi pada awal sulkus gingiva.
Disclosing solution tidak digunakan namun dapat berguna untuk melihat lapisan
plak.
2 = Area gingiva dilapisi lapisan plak yang tipis hingga cukup tebal. Deposit terlihat
melalui mata.
3 = Akumulasi tebal benda lunak, ketebalan yang memenuhi niche yang diproduksi
margin gingiva dan permukaan gigi. Area interdental dipenuhi deposit lunak.

OHRQoL:
Peneliti mengembangkan kuesioner, yang dipenuhi dengan menanyakan orang
tua/perawat untuk menentukan frekuensi berbagai dampak kualitas hidup yang
berkaitan dengan kesehatan rongga mulut untuk anak berkebutuhan khusus usia 5-
14 tahun (Gambar 1). Kuesioner ini merupakan modifikasi Child Perception
Questionnaire untuk anak usia 11-14 tahun (CPQ11-14) yang aslinya dikembangkan
dan divalidasi di Toronto, Kanada. Modifikasi ini dibuat berdasarkan kompatibilats
dengan populasi Arab Saudi dan keterbatasan yang berkaitan dengan kelompok
target. Kuesioner diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab secara profesional, direvisi
dua kali dan diterjemahkan ke Bahasa Inggris untuk verifikasi. Validitas dan
reliabilitas kuesioner CPQ11-14 yang diterjemahan Bahasa Arab dan dimodifikasi
dilakukan sebelum operasi. Dua kelas umum reliabilitas dinilai untuk penelitian: 1-
reliabilitas inter-rater (inter-eksaminer): menilai derajat persetujuan antara dua atau
lebih penilai dalam penilainnya. Reliabilitas inter-eksaminer dilakukan dengan
metode Kappa dan memiliki nilai 0.90 untuk karies gigi dan 0.89 untuk status
kebersihan mulut, yang menunjukkan persetujuan yang baik. 1- Reliabilitas test-
retest (intra-eksaminer) yang menilai derajat nilai tes yang konsisten dari satu tes
ke tes selanjutnya. Ukuran yang diperoleh dari single rater yang menggunakan
metode atau instrumen yang sama dan kondisi tes yang sama. Reliabilitas intra-
eksaminer juga ditentukan dan diperoleh 0.95 untuk karies gigi, menunjukkan
persetujuan yang sangat baik. Mengenai validitas, konstruk validitas dinilai dimana
menunjukkan perluasan pada operasionalisasi suatu konstruk (misal, tes praktek
yang dikembangkan dari teori) benar-benar mengukur apa yang teori katakan
mereka lakukan. Sebagai indeks validitas konstruk, korelasi Pearson sangat tinggi
pada level 0.01. Kuesioner dikirimkan ke orang tua/perawat pada baseline dan pada
kunjungan follow-up 12 bulan pasca operasi. Kuesioner bersisi 24 kuesioner yang
terbagi menjadi 4 bagian kesehatan: gejala oral (n=7); keterbatasan fungsi (n=7);
kesehatan emosional (n=3); keadaan keluarga/tekanan orang tua (n=7). Kuesioner
ini dirancang untuk memperoleh lebih banyak informasi yang lebih detail mengenai
bagaimana frekuensi pada 12 bulan sebelumnya anak telah mengalami dampak
spesifik karena masalah dengan gigi, gingiva, atau mulut mereka. Setiap respon
dinilai sebagai berikut (0) tidak penah; (1) sekali/dua kali; (2) kadang-
kadang/sering; (3) setiap hari/hampir setiap hari; (4) tidak tahu. Jumlah dari nilai
kode respon untuk 24 pertanyaan memberikan evaluasi keseluruhan pada kondisi
rongga mulut anak yang memengaruhi kualitas hidupnya. Karena ada 24
pertanyaan, skor yang paling tinggi adalah 96 dan terendah adalah 0. Jumlah kode
respon pertanyaan untuk setiap subskala memberikan skor total untuk setiap bidang.

Pengunduran diri dan Pengeluaran


Partisipan bebas untuk mengundurkan diri dari penelitian kapan pun mereka
ingin. Partisipan dicatat sebagai dropout jika mereka absen atau tidak dapat
mengikuti perjanjian temu yang direncanakan. Alasan untuk setiap pengunduran
diri/pengeluaran dijelaskan pada formulir mereka.

Analisis Statistik
Seorang biostatistika dikonsultasikan selama tahap perencanaan dan setelah
pengumpulan data untuk analisis. Informasi dianalisis dengan Statistical Package
dor the Social Sciences Programme (SPSS) (versi 17.0, SPSS Inc., Chicago, IL).
Data dikelompokkan dan diperlihatkan secara numerik, grafik (grafik batang, grafik
garis, dan poligon ferkuensi) dan secara matematik. Hasil berupa informasi
deskriptif dan analitik. Statistika deskriptif ditampilkan sebagai frekuensi dan
persentasi untuk variable kualitatif atau sebagai rata-rata dan deviasi standar untuk
variabel kuantitatif. Data dianalisis dengan tes signifikan dan koefisien korelasi.
Berbagai metode statistik digunakan seperti t-test (one sampe t-test, paired-two
sample t-test, independent two sample t-test), one-way ANOVA, one-way repeated
measures ANOVA, Fisher's Least Significant Difference (LSD) test untuk
perbandingan dalam jumlah banyak, analisis multivariat, koefisien korelasi tes chi-
square, koefisien korelasi Pearson, dan tes binomial. Level signifikan diset pada
0.05 dengan interval kepercayaan 95% (P-value kurang dari 0.05 dipertimbangkan
signifikan secara statistik).

Pertimbangan Etik
Penelitian ini disetujui oleh Research Advisory and Research Ethics Committees
of King Abdulaziz City for Science and Technology (KACST), RSUKA, RSUKF.
Hasil
Reliabilitas inter-eksaminer ditentukan dengan metode Kappa dan ditemukan
0.90 untuk karies gigi dan 0.89 untuk status kebersihan mulut, yang menunjukkan
persetujuan baik. Reliabilitas intra-eksaminer juga ditentukan dan menghasilkan
0.95 untuk karies gigi, menunjukkan persetujuan sangat baik. Sebagai indeks
validitas konstruk, korelasi Pearson sangat signifikan pada level 0.01 untuk skala
total dan manifestasi rongga mulut (r=0.71), keterbatasan fungsional (r=0.86),
kesehatan emosional (r=0.73) dan keadaan keluarga (r=0.81). Subskala gejala
rongga mulut berkaitan secara signifikan hanya dengan subskala keterbatasan
fungsional (r=0.55). Subskala keadaan keluarga berkaitan secara signifikan hanya
dengan subskala keterbatasan fungsional (r=0.59) dan dengan kesehatan emosional
(r=0.69). Berbeda dengan keterbatasan fungsional yang berkaitan secara signifikan
dengan semua subskala. Alpha cronbach sebesar 0.87 untuk skala total dan berkisar
dari 0.65 untuk keterbatasan fungsional hingga 0.78 untuk subskala keadaan
keluarga, mengindikasikan konsistensi internal yang dapat diterima.

Data Demografi
Tingkat respon follow-up sebesar 87,5% dengan 35 partisipan telah
menyelesaikan follow-up 12 bulan (2 partisipan menolak untuk mengambil bagian
dalam penelitian, 2 partisipan tidak dapat dihubungi selama periode studi dan 1
partisipan meninggal selama periode studi akibat serangan asma parah). Usia anak
berkisar 5-12 tahun dengan rata-rata 7,3±2,4 tahun. Lebih dari setengah sampel
penelitian merupakan laki-laki (63%) yang termasuk ke dalam kelompok usia 5-8
tahun (69%). Tidak ada kegagalan perawatan gigi yang dilaporkan selama periode
penelitian. Distribusi frekuensi sampel penelitian berdasarkan usia dan jenis
kelamin pada rumah sakit yang berbeda ditampilkan pada Tabel 1.

Tidak Sekali Kadang- Setiap Tidak


pernah /dua kali kadang/ hari tahu
Sering
Manifestasi Rongga Mulut
1. Sakit pada gigi, bibir, rahang atau mulut?
2. Gusi berdarah?
3. Rasa nyeri pada mulut?
4. Bau mulut?
5. Makanan menempel pada langit-langit mulut?
6. Makanan terselip di antara gigi?
7. Kesulitan menggigit atau mengunyah makanan seperti apel,
jagung dari bongkahannya atau daging keras?
Keterbatasan fungsi
1. Bernapas lewat mulut?
2. Kesulitan tidur?
3. Kesulitan mengucapkan kata?
4. Makan lebih lama daripada orang lain?
5. Kesulit minum atau makan makanan panas atau dingin?
6. Kesulit makan makanan yang dia ingin makan?
7. Memiliki pola makan makanan tertentu? (contohnya:
makanan lunak).
Kesehatan emosional
1. Terganggu?
2. Pemarah atau frustasi?
3. Gelisah atau penakut?
Keadaan Keluarga/Kesulitan Orang tua
1. Terganggu?
2. Mengalami gangguan tidur?
3. Merasa bersalah?
4. Mengambil waktu kerja (contoh: sakit, janji temu, operasi?
5. Kurang waktu untuk diri sendiri atau keluarga?
6. Khawatir jika anak memiliki kesempatan hidup lebih
sedikit?
7. Tidak nyaman di tempat umum (contoh: toko, restoran)
dengan anak anda?
Gambar 1. Kuesioner CPQ11-14 modifikasi yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 1. Distribusi frekuensi sampel penelitian menurut usia dan jenis kelamin pada rumah
sakit yang berbeda.
Total Rumah Sakit
Variabel Demografi
RSUKA‡ RSUKF§
N* = 35 N* = 22 N* = 13
n† (%) n† (%) n† (%)
Kelompok Usia
5-8 tahun 24 (68.6) 14 (63.6) 10 (76.9)
9-12 tahun 11 (31.4) 8 (36.4) 3 (23.1)

Jenis Kelamin
Laki-laki 22 (62.9) 12 (54.5) 10 (76.9)
Perempuan 13 (37.1) 10 (45.5) 3 (23.1)
*N = jumlah total sampel penelitian †n = jumlah anak
‡Rumah Sakit Universitas King Abdulaziz §Rumah Sakit Universitas King Fahad

OHRQoL:
Data skala total dan skor subskala OHRQoL untuk sampel penelitian pada
baseline dan kunjungan follow-up 12 bulan ditampilkan pada Tabel 2. Skor untuk
skala total pada sampel peneliltian berkisar 12-68 pada baseline, dengan rata-rata
43,3±14,8 dan kunjungan follow-up 4-41, dengan rata-rata 18.9±8.5. Ada
perbedaan signifikan secara statistik (P<0.05) pada skor rata-rata untuk skala
keseluruhan dan subskala sebleum dan setelah 12 bulan rehabilitasi gigi di bawah
anestesi umum. Sebanyak seratus persen (100%) anak dilaporkan mengalami
manifestasi rongga mulut dan keterbatasan fungsi karena FMR di bawah anestesi
umum, dengan mayoritas anak juga dilaporkan terkena dampak emosional (94.3%).
Orang tua/perawat telah melaporkan kesulitan memengaruhi kehidupan sehari-hari
karena keterbatasan anaknya (97.1%). Ada sedikit penurunan yang signifikan
(P<0.05) dalam persentasi anak yang dilaporkan memiliki manifestasi rongga mulut
(97.1%), juga pada persentasi orang tua/perawat dengan kesulitan emosional
(94.3%) pada follow-up 12 bulan. Di sisi lain, ada penurunan signifikan yang tinggi
(P<0.05) pada persentasi anak dengan dampak emosional (45.7%).
Hubungan OHRQoL dengan Variabel Demografi, Riwayat Medis, Gigi,
dan Keterbatasan. Ketika efek variabel demografi dianalisa dengan koefisien
korelasi tes chi-square, usia tidak berhubungan secara signifikan dengan skor
OHRQoL keseluruhan (r=0.926, P=0.314), atau dengan jenis kelamin (r=0.883,
P=0.449). Koefisien korelasi Pearson menunjukkan korelasi yang lemah dan tidak
signifikan untuk hubungan antara skala OHRQoL keseluruhan dan riwayat medik
dan gigi. Kecuali, korelasi negatif yang signifikan secara statistik untuk hubungan
antara skala keseluruhan dan kemampuan untuk berkumur ditemukan (r=-0.341,
P=0.045). Sementara, mengenai hubungan OHRQoL dan riwayat keterbatasan
sedang namun signifikan secara statistik antara skala keseluruhan dan derajat
disabilitas ditemukan (r=0.393, P=0.20). Selain itu, korelasi positif yang signifikan
secara statistik terlihat antara skala keseluruhan dan kebutuhan bantuan dalam
kehidupan sehari-hari (r=0.351, P=0.039).
Hubungan OHRQoL pada Status Gigi dan Kondisi Kesehatan Rongga
Mulut. Koefisien korelasi Pearson menunjukkan korelasi yang lemah namun
signifikan secara statistik antara indeks DMFS dan skala keseluruhan (r=0.37,
P=0.027), skor subskala keterbatasan fungsi (r=0.12, P=0.042), kesehatan
emosional (r=0.15, P=0.034), dan keadaan keluarga (r=0.16, P=0.037) pada
OHRQoL setelah perawatan gigi, menunjukkan bahwa OHRQoL (yang diwakili
dengan skor skala keseluruhan yang lebih tinggi) dengan peningkatan skor indeks
DMFS.
Hubungan antara status kebersihan mulut, indeks plak dan OHRQoL pada
baseline, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan pasca operasi ditampilkan pada
Gambar 2. Penilaian hubungan antara OHRQoL dan status kebersihan mulut
menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan secara statistik kecuali
hubungan antara status kebersihan mulut dan skala keseluruhan (r=-0.37, P=0.030)
dan skor subskala gejala rongga mulut (r=-0.46, P=0.007) pada 9 bulan pasca
operasi. Status kebersihan mulut individu dipengaruhi secara signifikan oleh derajat
keterbatasan fungsi pada OHRQoL sebelum operasi (r=-0.34, p=0.048).
Rehabilitasi rongga mulut keseluruhan (FMR) menunjukkan efek yang signidikan
pada hubungan antara skor OHRQoL dan PI, menunjukkan bahwa semakin rendah
skor indeks plak semakin baik OHRQoL berhubungan dengan komplain gejala oral
yang lebih sedikit dilaporkan setelah 3 bulan (r=0,36, p=0.023) dan 9 bulan (r=0.40,
P=0.036) pasca operasi.
Hubungan antara kebiasaan kebersihan mulut, maloklusi, dan OHRQoL pada
baseline dan 12 bulan pasca operasi ditampilkan pada Gambar 3. Tidak ada
huungan yang signifikan secara statistik antara skala keseluruhan dan skor subskala
OHRQoL dan kebiasaan kebersihan mulut dan maloklusi setelah rehabilitasi gigi.

Tabel 2. Skor keseluruhan dan subskala OHRQoL pada sampel penelitian pada baseline
dan kunjungan 12 bulan pasca operasi.
Baseline 12-bulan P value
Mean ± SD No. (%) Mean ± SD No. (%) Paired Sample T-test
Skala total 43.3 ± 14.8 18.7 ± 8.5 0.000*

Subskala
Manifestasi oral 15.6 ± 5.3 35 (100) 3.9 ± 2.3 34 (97.1) 0.000*
Keterbatasan fungsi 11.9 ± 5.3 35 (100) 7.3 ± 4.4 35 (100) 0.000*
Kesehatan emosional 4.9 ± 2.9 33 (94.3) 1.0 ± 1.5 16 (45.7) 0.000*
Keadaan keluarga 10.9 ± 5.4 34 (97.1) 6.7 ± 3.4 33 (94.3) 0.000*
*Signifikan secara statistik pada level 0.05 karena (P≥0.05)

Gambar 2. Hubungan antara status kebersihan mulut, indeks plak dan OHRQoL pada
baseline (BL), 3 bulan (3 M), 6 bulan (6 M), 9 bulan (9 M) dan 12 bulan (12 M) pasca
operasi (koefisien korelasi Pearson): Grafik garis ini menunjukkan korelasi negatif antara
skor status kebersihan mulut dan OHRQoL. Skor kebersihan mulut yang lebih tinggi
(kebersihan mulut yang baik) berhubungan dengan skore OHRQoL yang lebih rendah
(kualitas hidup yang baik).* Hubungan ini berkorelasi secara signifikan (P=0.03) pada 9
bulan kunjungan follow-up pasca operasi. Di sisi lain, korelasi positif ditemukan antara
skor indeks plak dan OHRQoL. Skor indeks plak yang lebih tinggi (deposit plak yang berat)
berhubungan dengan skor OHRQoL yang lebih tinggi (kualitas hidp yang buruk).
Gambar 3. Hubungan antara kebiasaan kebersihan mulut, maloklusi dan OHRQoL pada
baseline (BL) dan 12 bulan (12 M) pasca operasi: Grafik garis ini menunjukkan korelasi
negatif antara frekuensi menyikat gigi dan OHRQoL, bahwa frekuensi menyikat gigi yang
lebih sering berhubungan dengan skor OHRQoL yang lebih rendah (kualitas hidup yang
baik). Di sisi lain, korelasi positif antara kebutuhan bantuan saat menyikat gigi dan
OHRQoL, bahwa semakin mandiri saat menyikat gigi berhubungan dengan skor OHRQoL
yang lebih rendah (kualitas hidup yang baik). Hubungan antara maloklusi dan OHRQoL
berubah dari negatif pre-operasi menjadi positif pasca operasi.

DISKUSI

Anak berkebutuhan khusus membutuhkan perawatan kesehatan gigi yang


khusus. Bimbingan perilaku untuk ABK dapat menjadi tantangan. Perilaku banyak
tuntutan dan penolakan dapat terlihat pada anak dengan keterbelakangan mental
dan bahkan pada anak dengan keterbatasan fisik dan fungsi mental yang normal.
Perilaku ini dapat mengganggu pemberian perawatan gigi yang aman. Oleh karena
itu, keamanan pasien dan praktisi, juga kebutuhan untuk mendiagnosis dan
merawat, membenarkan penggunaan anestesi umum. Anestesi umum merupakan
metode yang cepat, aman, nyaman, dan mudah untuk pasien dan dokter gigi.
Pada penelitian ini, perawatan gigi diberikan untuk setiap partisipan dinilai
sebagai bagian perawatan gigi yang komprehensif dalam bentuk rehabilitasi rongga
mulut keseluruhan di bawah anestesi umum. Tujuan penelitian ini tidak termasuk
menilai jenis perawatan yang diberikan seperti restorasi, ekstraksi, terapi pulpa, dan
lain-lain. Kesuksesan dan kegagalan perawatan yang diberikan hanya menjadi
pertimbangan. Tidak ada kegagalan perawatan yang dilaporkan.
Dampak positif rehabilitasi gigi yang tepat dan efektif di bawah anestesi umum
untuk anak pada kualitas hidup telah diketahui selama bertahun-tahun. Penilaian
kualitas hidup anak sering kali disertai survey orang tua, meskipun kuesioner
khusus untu anak dalam kelompok usia tertentu telah dikembangkan. Siapa yang
sebaiknya disurvey untuk menentukan kualitas hidup anak: anak atau orang tua?
Jika kuesioner diisi oleh orang tua hasilnya sangat bergantung pada kemampuan
orang tua untuk memberi penilaian yang objektif mengenai keadaan fisik dan
mental anak dan keadaan sosialnya.
Berdasarkan fakta bahwa kuesioner diisi dengan menanyakan orang tua/perawat
bukan anak itu sendiri, orang tua/perawat memberikan jawaban (tidak tahu)
mengenai dampak terkait kesehatan rongga mulut tertentu pada OHRQoL anak-
anaknya dengan kebutuhan perawatan kesehatan khusus diperbolehkan dan diberi
skor 4, diikuti dengan pilihan yang dibuat penulis. Pilihan ini dibuat berdasarkan
asumsi semakin buruk kualitas hidup jika orang tua tidak menyadari kualitas hidup
yang berkaitan dengan masalah kesehatan rongga mulut anaknya. Jumlah respon
(tidak tahu) untuk orang tua/perawat yang memiliki setidaknya satu respon (tidak
tahun) adalah sedang pada baseline (20%) dan kunjungan pasca operasi 12 bulan
(8,6%). Namun, eksklusi respon (tidak tahu) menyebabkan hilangnya data yang
penting. Skor yang disesuaikan menunjukkan validitas konstruk yang baik. Penulis
menyarankan jawaban (tidak tahu) bisa diakomodasi menjadi kategori skor 4 tanpa
memengaruhi kinerja kuesioner. Faktanya, manajemen respon (tidak tahu)
menghasilkan konsistensi internal yang optimal pada skala modifikasi ini.
Laporan ini adalah laporan pertama mengenai penelitian klinis yang meneliti
efek jangka panjang potensial (48 minggu) dari rehabilitasi rongga mulut
keseluruhan pada OHRQoL untuk ABK dan keliarganya pada dua rumah sakit
pemerintah di kota Jeddah. Dari apa yang kami ketahui, semua penelitian
sebelumnya menunjukkan hasil jangka pendek perubahan kualitas hidup (2-11
minggu) yang dinilai tidak lama setelah penelitian.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil OHRQoL yang meningkat
setelah perawatan gigi di bawah anestesi umum dalam semua aspek yang
dipertimbangkan konsisten dengan penelitian ini. Malden dan rekannya pada 2008
menyimpulkan bahwa kebutuhan perawatan gigi di bawah anestesi umum untuk
anak dengan karies gigi yang parah berhubungan dengan peningkatan signifikan
yang tinggi dan substansial pada OHRQoL mereka dan dampak pada keluarganya.
Selain itu, Jankauskiene dan Narbutaite pada 2010 mendapatkan hasil dari
systematic review mereka bahwa rehabilitasi rongga mulut di bawah anestesi umum
menghasilkan peningkatan cepat pada kesehatan rongga mulut dan kualitas hidup
dalam fisik, emosional, dan sosial anak. Metode ini juga memiliki dampak positif
pada keluarga. Sementara itu, hasil dua penelitian yang dilakukan oleh Klaassen et
al. pada 2008 dan 2009 menunjukkan bahwa OHRQoL anak meningkat setelah
perawatan di bawah anestesi umum menurut orang tua mereka.
Pada penelitian ini, hubungan antara jenis kelamin dan OHRQoL bervariasi.
Perempuan dilaporkan memiliki OHRQoL lebih buruk (skor total=44,48) daripada
laki-laki (skor total=42,25). Hal ini dapat disebabkan fisiologis dan sifat rentan
yang alamiah pada perempuan membuatnya lebih sensitif pada rasa sakit dan
menyebabkan mereka lebih mengekspresikan dampak yang berkaitan dengan
kesehatan rongga mulut. Ketika efek variabel demografi dianalisa dengan koefisien
korelasi tes chi-square, jenis kelamin tidak berhubungan secara signifikan dengan
skor total OHRQoL keseluruhan (r = 0.883, P = 0.449). Kurangnya spesifisitas yang
berkaitan dengan jenis kelamin pada OHRQoL dapat menjadi penjelasan untuk hal
tersebut.
Dampak masalah kesehatan rongga mulut tidak sejalan dengan peningkatan usia.
Pada penelitian ini, anak paling muda, kelompok usia 5-8 tahun, dilaporkan
memiliki masalah yang berkaitan dengan OHRQoL lebih banyak (skor total =
43,79) daripada anak yang lebih tua, 9-12 tahun (skor total = 44,84). Namun, usia
tidak berhubungan secara signifikan dengan skor total keseluruhan OHRQoL (r =
0,926, P = 0,314). Penulis mempertimbangkan efek kompleks keterbatasan
berperan penting pada individu pada usia berbeda. Hal ini mengindikasi bahwa
kesehatan rongga mulut merupakan masalah kondisi klinis sama seperti keadaan
sosial, kultural, dan perilaku.
Menariknya, penelitian ini menunjukkan hubungan negatif yang signifikan
secara statistifik antara skala keseluruhan dan kemampuan untuk berkumur. Hasil
ini terlihat masuk akal, dari perspektif 2 poin, poin pertama yang berkaitan dengan
peran berkumur yang diketahui dalam protokol prosedur kebersihan mulut dan
pengaruhnya pada kesehatan rongga mulut. Kedua, hasil ini sejalan dengan hasil
lain yang diperoleh dari penelitian ini mengenai hubungan antara OHRQoL dan
keterbatasan. Hubungan biasa namun signifikan secara statistik antara skala
keseluruhan dan tingkat keterbatasan ditemukan, mengindikasi bahwa tingkat
OHRQoL individu mengikuti alamiah dan jenis keterbatasan dengan derajat
keterbatasan yang kurang rumit sejalan dengan kinerja prosedur kebersihan rongga
mulut yang lebih baik termasuk berkumur. Di sisi lain, pada penelitian ini, perilaku
kesehatan gigi, penggunaan floss dan tusuk gigi dan berkumur tidak berhubungan
dengan masalah yang dialami yang berkaitan dengan OHRQoL.
Hubungan positif yang signifikan secara statistik juga terlihat antara skala
keseluruhan dan kebutuhan bantuan pada kehidupan sehari-hari. Penelitian ini
menunjukkan OHRQoL bergantung pada reliabilitas keluarga pasien dalam
membantu mereka menjadai kebersihan rongga mulut.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan antara karies gigi dan
OHRQoL. Salah satu penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara jumlah
karies gigi (indeks dmft + DMFT) dan tingkat fungsi berkaitan dengan OHRQoL.
Korelasi yang kuat terlihat pada pasien pedodontik Kanada antara jumlah
permukaan gigi yang karies dan skor skala keseluruhan OHRQoL. Penelitian lain
yang dilakukan di Amerika Serikat dan penelitian tidak menemukan hubungan
antara DMFT dan skor CPQ11-14. Di sisi lain, Brown dan Al-Khayal pada 2006
meneliti tentang hubungan DMFT dan OHRQoL pada semua anak dan hubungan
hanya dapat terlihat antara DMFT dan subskala gejala rongga mulut. Pada
penelitian ini, ada korelasi yang lemah namun signifikan antara DMFS dan skala
keseluruhan, subskala keterbatasan fungsi, kesehatan emosional dan keadaan
keluarga. Evaluasi kualitas hidup berkaitan sangat kuat dengan kepribadian dan
standar referensi. Oleh karena itu, korelasi yang buruk antara tingkat klinis dan skor
OHRQoL biasanya tidak terjadi.
Penelitian ini menunjukkan hubungan negatif signifikan antara kebersihan
mulut dan skala keseluruhan dan subskala manifestasi oral pada kunjungan 9 bulan
pasca operasi. Temuan ini dapat menjelaskan dampak waktu yang dibutuhkan untuk
membuat perubahan signifikan pada OHRQoL setelah rehabilitasi gigi di bawah
anestesi umum akibat peningkatan status kebersihan mulut.
Di sisi lain, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan
antara skala keseluruhan dan skor subskala OHRQoL dan maloklusi setelah
rehabilitasi gigi. Temuan ini sesuai dengan dua penelitian lainnya.
Hubungan antara skor keseluruhan dan subskala OHRQoL dengan status
kebersihan mulut dan PI pada kunjungan follow-up berbeda kebanyakan tidak
signifikan tetapi hal ini tidak berarti ada pengurangan pada PI selama periode
penelitian.
Temuan penelitian ini bergantung pada beberapa keterbatasan yang
berhubungan dengan sifat dasar penelitian. Pertama, pemeriksaan rongga mulut
tidak menyertakan radiografi untuk mendeteksi karies interproksimal; oleh karena
itu, tingkat karies yang dilaporkan hampir pasti mengabaikan prevalensi
sebenarnya. Keterbatasan ini tidak membuat hasil menjadi bias karena diterapkan
pada seluruh anak yang diperiksa. Kedua, kesulitan dalam menangani anak
berkebutuhan khusus selama pencatatan status gigi dan kondisi kebersihan mulut
membutuhkan alat kedokteran gigi lebih untuk menangani ketidakakuratan
pencatatan data. Keterbatasan ini telah ditangani dengan memperpanjang waktu
agar dapat dikerjakan sebaik mungkin. Meski pada penelitian ini tedapat kesulitan
dan keterbatasan, penelitian ini memperlihatkan arah baru dalam bidang kesehatan
mulut untuk anak dengan keterbatasan. Temuan yang berkaitan dengan status gigi
dan kondisi kebersihan mulut mengindikasi bahwa anak-anak ini memiliki
kebutuhan perncegahan dan perawatan gigi yang belum dipenuhi.
Karena adanya pemahaman mengenai kebutuhan gigi yang belum dipenuhi,
berkaitan dengan temuan dalam penelitian ini, rekomendasi berikut disarankan:
1. Pelatihan dokter gigi dan perawat dalam perawatan kesehatan mulut untuk
anak berkebutuhan khusus sebaiknya dipertimbangkan.
2. Usaha koordinasi yang lebih besar harus dilakukan oleh pelayan kesehatan
gigi, medis, dan sosial untuk memberikan kebutuhan perawatan gigi.
3. Memberikan pelatihan untuk guru, staf institusi, dan orang tua untuk
mempromosikan kesehatan mulut yang baik pada anak dengan
keterbatasan.
4. Penilaian kesehatan mulut yang komprehensif yang berhubungan dengan
instruksi kebersihan mulut sebaiknya dilakukan setiap 3 bulan setelah
perawatan gigi.
5. Penilaian efek jangka panjang FMR di bawah anestesi umum pada status
gigi dan kondisi kebersihan mulut perlu dilanjutkan dengan jumlah sampel
lebih banyak untuk mengkonfirmasi temuan ini dan mengimplementasikan
pengukuran yang efektif untuk mengurangi masalah kesehatan gigi pada
anak berkebutuhan khusus.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kesehatan mulut yang buruk dapat berefek negatif pada OHRQoL pada
anak berkebutuhan khusus.
2. Kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan rongga mulut meningkat
secara signifikan pada seluruh aspek yang dipertimbangkan setelah FMR di
bawah anestesi umum untuk anak berkebutuhan khusus dan keluarganya.
3. Rehabilitasi mulut keseluruhan di bawah anestesi umum, dengan kunjungan
recall 3 bulan untuk pasien dalam penelitian ini, memiliki efek jangka
panjang klinis yang positif pada OHRQoL hingga 12 bulan.
4. Kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan rongga mulut bergantung
pada kealamian dan tingkat keterbatasan, dengan tingkat keterbatasan yang
lebih tidak rumit berhubungan dengan OHRQoL yang lebih baik.

PENGAKUAN
Penelitian ini didukung oleh Grant AT-28-176 dari Kota King Abdulaziz Bidang
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Riyadh, Arab Saudi. Kami berterima kasih
kepada Dr. Fawzi Al-Ghamdi dan Prof. Ahmed El Nassry dari RSUKF , Jeddah,
Kerajaan Arab Saudi, Pak Alwin Robert dari KACST, Riyadh, Arab Saudi untuk
kontribusinya yang berharga dalam mensukseskan penelitian ini. Peneliti
mendeklarasikan tidak ada konflik kepentingan. Dokumen ini diedit secara
profesional oleh International Science Editing, Ireland.

Anda mungkin juga menyukai