Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS EFEKTIVITAS PENDIDIKAN PENGEMBANGAN SPESIALISASI

INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


MENGGUNAKAN MODEL EVALUASI PELATIHAN KIRKPATRICK

Tedy Sopandi
Doctoral Degree Student of Police Science Studies Program
School of Police Sciences
tdspnd204@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini mengkaji efektivitas penyelenggaraan Pendidikan pengembangan spesialisasi
intelijen keamanan (Dikbangspes Intelkam) di Pusdik Intelkam Polri Tahun 2018
menggunakan model evaluasi pelatihan Kirkpatrick. Secara konseptual diklat menjadi hal
penting untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi dan
secara faktual SDM Intelkam Polri merupakan aset terpenting dan strategis serta komponen
terdepan dalam mendukung organisasi Polri terutama dalam menyajikan informasi yang terkait
dengan usaha penyelidikan, pengamanan dan penggalangan dalam mendukung tugas pokok
dan fungsi (Tupoksi) Polri di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mixed methods, diawali dengan pengumpulan dan
analisis data kuantitatif kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif.
Analisis menggunakan model evaluasi pelatihan Kirkpatrick, yaitu reaction, learning,
behavior, dan result. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa efektivitas Dikbangspes
Intelkam Polri menunjukkan tinggi, namun berdasarkan analisis kualitatif, implementasi
Dikbangspes Intelkam Polri Tahun 2018 menghadapi tiga masalah, yaitu: pencapaian tujuan
pendidikan belum optimal, sistem manajemen pelatihan yang disusun dalam jangka waktu
pertahun belum memiliki acuan yang kuat, dan evaluasi hasil pendidikan belum ada tindak
lanjut yang signifikan.

Kata Kunci: efektivitas, Dikbangspes Intelkam Polri, model evaluasi pelatihan Kirkpatrick.

PENDAHULUAN

Pentingnya dilakukan kajian mengenai evaluasi Dikbangspes Intelkam Polri dapat


diidentifikasi dari beberapa hal berikut ini. Pertama, personil Intelkam sebagai SDM Polri
merupakan aset terpenting dan strategis serta komponen terdepan dalam mendukung organisasi
Polri terutama dalam menyajikan informasi yang terkait dengan usaha penyelidikan,
pengamanan dan penggalangan dalam mendukung tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Polri di
bidang keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Kedua, Meyer dan Smith (2000)
dalam Elnaga (2013: 142), menegaskan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan personil sebuah organisasi agar dapat melakukan pekerjaan
dengan baik, diperlukan lembaga pendidikan dan pelatihan (lemdiklat) yang bermutu dan
profesional sehingga lembaga tersebut mampu menghasilkan SDM yang kompeten, bersikap
dan berperilaku positif, berkomitmen serta memiliki motivasi kerja yang tinggi. Ketiga,
Dikbangspes bagi setiap personil organisasi dapat meningkatkan kinerja personil organisasi
melalui peningkatan motivasi dan komitmen yang tinggi. Keempat, Dalam konteks ini,
organisasi mendidik dan mengembangkan SDM organisasi sehingga mereka dapat
meningkatkan efektivitas organisasi. Kelima, Pusdik Intelkam Polri merupakan salah satu
penyelenggara Pendidikan Pengembangan Spesialisasi (Dikbangspes) Intelkam dan Program

1
Pendidikan (Prodik) lainnya yang dibebankan oleh Lemdiklat Polri. Keenam, salah satu fungsi
kepolisian adalah Intelijen keamanan atau yang biasa disebut Intelkam. Ketujuh, menurut data
yang diperoleh dari Staf Sumber Daya Manusia (SSDM) Polri, dari 447.970 jumlah personil
Polri seluruh Indonesia, personil Intelkam Polri yang dibutuhkan berdasarkan Peraturan
Kapolri Nomor 21, 22, dan 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)
Satuan Organisasi pada Tingkat Markas Besar (Mabes) Polri, pada Tingkat Kepolisian Daerah
(Polda) dan pada Tingkat Kepolisian Resort (Polres) dan Kepolisian Sektor (Polsek), sesuai
Daftar Susunan Personil (DSP) berjumlah 45.895 personil. Namun baru bisa terpenuhi
sebanyak 27.447 personil.

Efektivitas Dikbangspes merupakan faktor penting dalam pengembangan sumber daya


manusia sebuah organisasi. Namun demikian, tidak cukup hanya memberikan pendidikan
pengembangan saja kepada personil organisasi, tetapi organisasi juga harus melakukan
evaluasi untuk mengetahui apakah pendidikan pengembangan yang diikuti personil telah
efektif memberikan hasil yang diharapkan organisasi atau belum.

Pertanyaan penelitian meliputi:


1. Bagaimana efektivitas pendidikan pengembangan spesialisasi dalam pengembangan
sumber daya manusia Intelijen keamanan Polri menurut model evaluasi pelatihan
Kirkpatrick (Reaktif, Learning, Behaviour, Results)?
2. Faktor-faktor dominan apakah yang berpengaruh terhadap efektivitas manajemen
pendidikan pengembangan spesialisasi Intelkam Polri?
3. Bagaimana model evaluasi pendidikan pengembangan spesialisasi yang efektif dalam
pengembangan sumber daya manusia Intelkam Polri?

LANDASAN TEORI
Penelitian tentang pendidikan dan pengembangan (Dikbang) SDM, sebagai suatu model
pengukuran dimulai dengan menekankan kepada pentingnya “human capital” sebagai aset
organisasi di dalam menghadapi perubahan eksternal yang penuh dengan tekanan kompetisi
(Devi & Shaik, 2012: 722). Dikbang sangat kritikal bagi SDM, organisasi dan kredibilitas
organisasi. Organisasi telah lama menyadari bahwa aset yang paling berharga dalam organisasi
adalah modal manusia (human capital) dan berbagai organisasi berkeyakinan banyak investasi
yang telah ditanamkan untuk pelatihan dan HRD organisasi (Devi & Shaik, 2012: 722).
Penelitian tentang Dikbang SDM berkaitan dengan budaya organisasi ada dalam suatu lembaga
pelatihan, sebagaimana penelitian Kissack & Callahan (2009: 365) yang melihat adanya timbal
balik antara budaya organisasi dengan efektivitas pelatihan. Caro (2011: 367) juga menemukan
bahwa iklim dan budaya organisasi dapat mempengaruhi proses evaluasi.
Dikbang sangat mempengaruhi kualitas kerja karyawan (Alipour, 2009: 63), hasil yang
diinginkan dari organisasi (Kunche, et. al. 2011: 1), meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan teknis mereka untuk meningkatkan pelayanan (Maduka, 2014: 327). Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Borate, et.al. (2014: 2), bahwa pelatihan dan
pengembangan yang baik dapat meningkatkan profesionalitas dari peserta didik. Penelitian lain
dilakukan Mellahi (2000: 338), yaitu membuat pendidikan kurikulumnya relevan dengan
kebutuhan pasar tenaga kerja meningkatkan perluasan kesempatan kerja dan keterampilan
kerja. Hal lain dilakukan Prabawati, et. al. (2017: 1), mengembangkan Sumber daya manusia
dengan pelatihan berbasis kompetensi (CBT).

2
Evaluasi terhadap pelatihan telah banyak menjadi penelitian dalam pengembangan sumber
daya manusia (Devi & Shaik, 2012). Devi & Shaik (2012: 726), melakukan review literatur
berdasarkan berbagai artikel yang disajikan dalam berbagai pandangan peneliti yang berbeda,
salah satu dari 5 (lima) yang telah dipisahkan adalah Evaluasi Pelatihan. Selama beberapa
tahun, para peneliti telah mengembangkan prosedur yang sistematik untuk mengevaluasi
pelatihan yang antara lain adalah: (1) Kirkpatrick’s Four Level Model, (2) Hamblin’s Five
Level Model, (3) Warr’s Framework of Evaluation, (4) Virmani and Premila’s Model of
Evaluation, (5) Peter Bramely’s Model of Evaluation, dan (6) David Reay’s Approach to
Evaluation.
Diantara ke-enam model di atas, yang paling banyak diterima sebagai model efektivitas
pendidikan dan pelatihan adalah Model yang dikembangkan oleh Kirkpatrick yang
mengklasifikasikan evaluasi pelatihan ke dalam 4 (empat) kategori yaitu: (1) participans’
reactions to the training program; (2) changes in attitudes, knowledge or skill level; (3) changes
in work behaviors; (4) changes in organizationally desired outcomes (Leach, P. Mark & Liu,
H. Annie, 2003; dalam Devi & Shaik, 2012: 727).
Empat level metode model Kirkpatrick merepresentasikan sebuah sekuen dari setiap tahapan
untuk mengevaluasi program pelatihan (Meghe, et.al: 2013) dalam Ramadhon, (2016: 45).
Maksud dari sekuen adalah setiap level harus dilakukan secara bertahap. Hal tersebut karena
setiap level dalam model empat level adalah penting dan setiap level memberi dampak pada
level berikutnya (Abdulghani, et. Al: 2014) dalam Ramadhon, (2016: 45). Empat level tersebut
adalah: Level 1 - Reaksi (Reaction), Level 2 - Pembelajaran (Learning), Level 3 - Perilaku
(Behavior), dan Level 4 - Hasil (Result).
Mengevaluasi reaksi (Level 1) adalah sama halnya dengan mengukur tingkat kepuasan
konsumen (Kirkpatrick & Kirkpatrick, 2006: 21). Mengukur tingkat kepuasan peserta dalam
kegiatan pelatihan merupakan hal yang penting, karena menyangkut motivasi mereka dalam
belajar. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Holton, (1996: 5), bahwa
motivasi belajar berhubungan langsung dengan pembelajaran. Evaluasi di level 1 tidak
mengukur apa yang peserta telah pelajari, namun mengukur minat, motivasi, dan tingkat
perhatian dari peserta pelatihan (Smidt, et.al., 2009: 272).
Evaluasi pembelajaran (level-2) berhubungan dengan pengukuran peningkatan kompetensi
peserta, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan tujuan diadakannya
pelatihan. Pembelajaran didefinisikan sebagai sejauh mana peserta mengubah sikap,
meningkatkan pengetahuan, dan/atau meningkatkan keterampilan sebagai hasil dari
menghadiri program (Kirkpatrick & Kirkpatrick, 2006: 22). Tujuan pelaksanaan evaluasi
belajar di level-2 menurut Kennedy, et. al. (2013: 11), adalah untuk mengukur seberapa baik
peserta didik dalam mempelajari pengetahuan atau keterampilan yang disampaikan dalam
kegiatan pengajaran.
Perilaku (level-3) menurut Kirkpatrick & Kirkpatrick (2006: 22-23) mengidentifikasi sejauh
mana perubahan perilaku yang muncul karena peserta mengikuti program pelatihan. Evaluasi
level-3 dilakukan untuk mengindikasikan sejauh mana materi dalam pelatihan diaplikasikan
pada pekerjaan dan tempat kerja peserta (Steensma and Groeneveld, 2010: 13). Untuk dapat
mengaplikasikan perubahan perilaku tersebut, menurut Kirkpatrick & Kirkpatrick (2006: 23),
terdapat empat kondisi yang diperlukan, yaitu: seseorang harus mempunyai keinginan untuk
berubah; seseorang harus tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukan hal
tersebut; seseorang harus bekerja dalam lingkungan kerja yang tepat; serta seseorang harus
mendapatkan penghargaan karena dia berubah.

3
Evaluasi hasil menurut Kirkpatrick & Kirkpatrick (2006: 25), dapat didefinisikan sebagai
sebuah hasil akhir yang terjadi sebagai akibat peserta mengikuti program pelatihan. Rafiq
(2015: 160) menyatakan bahwa evaluasi di level-4 bertujuan apakah program pelatihan
bermanfaat dalam mencapai tujuan organisasi. Hasil akhir dalam konteks evaluasi di level 4
mencakup hasil produksi yang meningkat, kepuasan pelanggan, peningkatan moral pegawai,
dan peningkatan keuntungan perusahaan (Arthur et al.2003a; Landy and Conte 2007) dalam
Praslova, (2010: 7).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode mixed methods dengan asumsi bahwa penggunaan kedua
metode kuantitatif dan kualitatif dapat memberikan pemahaman permasalahan penelitian dan
pertanyaan penelitian yang komprehensif terkait dengan masalah yang diteliti. Bilamana salah
satu bentuk penelitian (kualitatif atau kuantitatif), tidak cukup untuk mengkaji permasalahan
penelitian yang dirumuskan atau tidak cukup lengkap untuk menjawab pertanyaan penelitian,
maka diperlukan data, elaborasi dan penjelasan lebih lanjut (Creswell, 2012: 22). Desain
penelitian ini menggunakan “The Explanatory Sequential Design”. Peneliti mengumpulkan
data kuantitatif dan kualitatif secara sekuensial dalam dua tahap, yaitu bentuk pengumpulan
data kuantitatif terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pengumpulan data kualitatif.
Dikbangspes Intelkam Polri yang diteliti adalah pelaksanaan Dikbangspes Gelombang VII.
T.A 2018 di di Pusdik Intelkam Polri, Jalan Terusan Soreang - Cipatik No.79, Pamekaran,
Soreang, Gajahmekar, Kutawaringin, Bandung, Jawa Barat 40912 dan di Wilayah hukum
Polda Jawa barat.
Subjek penelitian terdiri dari responden dan informan. Responden merupakan populasi
(pendekatan kuantitatif) peserta Dikbangspes Intelkam Polri T.A 2018 dengan sampel
proporsional, yaitu Kaur Bin Ops (KBO) Intel 26 personil, Pama Pengamanan Intel 25 personil,
Unit Opsnal Penggalangan Intel 30 personil, terbagi dengan 5 Perwira dan 25 Bintara, dan
Bintara (Ba) Penyelidikan Keamanan 26 personil di Pusdik Intelkam Polri gelombang VII T.A
2018. Adapun Informan dari penelitian ini meliputi: (1) Peserta Didik Dikbangspes Intelkam
Polri, Gelombang VII, T.A 2018; (2) Personil Intelkam Polda Jabar yang telah mengikuti
Dikbangspes Intelkam Polri berjumlah 214 Personill; (3) Kepala Pusdik Intelkam Polri,
Pimpinan dan para pendidik, instruktur dan fasilitator yang ada di Pusdik Intelkam Polri. (4)
Kepala Biro SDM Polda Jabar, Dir Intelkam Polda Jabar, Kabag Dalpers Ro SDM Polda Jabar,
Kapolres dan Kasat Intelkam Polres/ta/tabes sejajaran Polda Jabar, sebagai atasan Personil
Intelkam dalam membina dan melaksanakan fungsi manajemen personil. (5) Pejabat Utama
Polda Jabar Direktorat fungsi operasional; (6) Kepala Satuan Fungsi diluar fungsi Intelkam
kewilayahan Polda Jabar; (7) Kepala Biro Pembinaan Pendidikan dan latihan, sebagai Unsur
pembantu pimpinan dan pelaksana staf di bawah Kalemdiklat Polri, sebagai penyelenggara
pembinaan Pendidikan dan Pelatihan di lingkungan Lemdiklat Polri.; (8) Kepala Biro
pengendalian personil SSDM Polri: Rodalpers SSDM Polri, merupakan unsur pelaksana utama
yang berada di bawah As SDM Kapolri, sebagai pembina fungsi menyelenggarakan seleksi
pendidikan pengembangan Polri; (9). Kepala Biro manajemen anggaran (Karojemengar); (10)
Kepala Biro Perencanaan administrasi (Karo Renmin); dan (11) masyarakat Jawa Barat,
sebagai masyarakat yang merasakan dampak dari Tupoksiran Intelkam Polda jabar.
Teknik pengumpulan data dalam pendekatan penelitian kuantitatif melalui kuesioner. Adapun
Teknik penggalian data kualitatif yang dilakukan meliputi observasi, wawancara dan studi
dokumen yang relevan dan sesuai dengan tujuan penelitian.

4
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN PENGEMBANGAN SPESIALISASI
Hasil penghitungan dimensi variabel reaksi (reaction) sebagai parameter tingkat kepuasan
peserta didik terhadap menyelenggaraan program Dikbangspes Intelkam Polri. Gel. VII T.A
2018. Dimensi variabel Reaksi (Reaction) ini meliputi kebutuhan Dikbangspes, materi
Dikbangspes, metode Dikbangspes, pelatih, media, sarana dan lingkungan Dikbangspes,
waktu, dan proses belajar mengajar.

Tabel 1.
Statistik Deskriptif Variabel Reaksi (Reaction) dan Dimensi

Rata- Standar
Variabel dan Dimensi N Minimal Maksimal Skor Kategori
rata deviasi
Reaksi (Reaction) 107 77 200 155.30 22.91 77.65 Tinggi
Kebutuhan Dikbangspes 107 9 25 19.63 2.75 78.50 Tinggi
Materi Dikbangspes 107 8 20 15.14 2.38 75.70 Tinggi
Metode Dikbangspes 107 6 20 15.69 2.63 78.46 Tinggi
Pelatih 107 23 60 46.74 7.45 77.90 Tinggi
Media 107 2 5 3.85 0.70 77.01 Tinggi
Sarana dan Lingkungan
107 15 40 31.14 4.93 77.85 Tinggi
Dikbangspes
Waktu 107 8 20 15.48 2.31 77.38 Tinggi
Proses Belajar Mengajar 107 4 10 7.64 1.46 76.36 Tinggi

Berdasarkan tabel 1. di atas diketahui bahwa Variabel Reaksi memiliki nilai minimal
sebesar 77 dan nilai maksimal sebesar 200 dengan nilai rata-rata sebesar 155,30 dengan
perbedaan variasi persepsi sebesar standar deviasi 22,91. Nilai skor Variabel Reaksi cenderung
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa Dikbangspes Intelkam tahun 2018 dipersepsi oleh
responden sudah diselenggarakan secara efektif dengan kategori tinggi.
Evaluasi level 2 mengenai peningkatan kompetensi peserta didik baik dari segi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2.
Statistik Deskriptif Variabel Pembelajaran (Learning)

Rata- Standar
Variabel N Minimal Maksimal Skor Kategori
rata deviasi
Pembelajaran
107 3 34 19.83 6.64 58.33 Cukup
(Learning)
Pre-test 107 40 78 54.24 6.84 69.54 Tinggi
Post-test 107 66 88 74.08 5.82 84.19 Sangat tinggi

Variabel Pembelajaran memiliki nilai minimal sebesar 3 dan nilai maksimal sebesar 34 dengan
nilai rata-rata sebesar 19,83 dengan perbedaan variasi persepsi sebesar standar deviasi 6,64.
Nilai skor Variabel Pembelajaran cenderung cukup. Untuk nilai Pre-test memiliki nilai minimal
sebesar 40 dan nilai maksimal sebesar 78. Dengan rata-rata persepsi responden terhadap nilai
Pre-test sebesar 54,24, serta memiliki standar deviasi sebesar 6,84. Nilai skor nilai Pre-test
cenderung tinggi. Untuk nilai Post-test memiliki nilai minimal sebesar 66 dan nilai maksimal

5
sebesar 88. Dengan rata-rata persepsi responden terhadap nilai Post-test sebesar 74,08, serta
memiliki standar deviasi sebesar 5,82. Nilai skor nilai Post-test cenderung sangat tinggi.

Evaluasi Dikbangspes Intelkam Polri berdasarkan Variabel Perilaku (Behavior) dari penilaian
atasan terhadap peserta didik Dikbangspes Intelkam Polri. Gel. VII T.A 2018 dengan Dimensi
variabel Perilaku (Behavior) yang meliputi keberadaan, pengembangan, dan pelayanan dapat
dilihat pada table 3 di bawah ini.

Tabel 3.
Statistik Deskriptif Variabel Perilaku (Behavior) dan Dimensi

Rata- Standar
Variabel N Minimal Maksimal Skor Kategori
rata deviasi
Perilaku Sangat
107 13 48 38.87 6.19 80.98
(Behavior) tinggi
Keberadaan 107 3 15 11.69 2.03 77.94 Tinggi
Sangat
Pengembangan 107 3 15 12.18 2.20 81.18
tinggi
Pelayanan 107 6 19 15.00 2.55 78.95 Tinggi

Hasil penghitungan kuesioner pada Variabel Perilaku (Behavior) memiliki nilai minimal
sebesar 13 dan nilai maksimal sebesar 48 dengan nilai rata-rata sebesar 38,87 dengan
perbedaan variasi persepsi sebesar standar deviasi 6,19. Nilai skor variabel Perilaku (Behavior)
cenderung sangat tinggi.

Evaluasi level-4 Variabel Hasil (Result) Model Kirkpatrick menggunakan parameter kinerja
personil Intelkam sebagai dampak dari hasil Dikbangspes Intelkam Polri. Tabel 4 di bawah ini
menyajikan statistik deskriptif Variabel Hasil (Result) yang diperoleh dari penilaian atasan
terhadap personil Intelkam sebangai dampak dari Hasil Dikbangspes Intelkam Polri. Gel. VII
T.A 2018, dengan Dimensi variabel Hasil (Result) meliputi hasil produk Intelijen, kepuasan
pengguna, dan Displin.

Tabel 4.
Statistik Deskriptif Variabel Hasil (Result) dan Dimensi

Rata- Standar
Variabel dan Dimensi N Minimal Maksimal Skor Kategori
rata deviasi
Hasil (Result) 107 16 48 37.79 5.38 78.72 Tinggi
Hasil Produk Intelijen 107 5 14 11.05 2.02 78.91 Tinggi
Kepuasan Pengguna 107 7 20 15.35 2.45 76.73 Tinggi
Disiplin 107 4 15 11.39 1.81 75.95 Tinggi

Hasil akhir dalam konteks evaluasi level 4 meliputi hasil kerja yang meningkat, kepuasan
pelanggan, peningkatan moral pegawai, dan peningkatan keuntungan perusahaan (Arthur
dalam Praslova, 2010). Variabel Hasil (Result) memiliki nilai minimal sebesar 16 dan nilai
maksimal sebesar 48 dengan nilai rata-rata sebesar 37,79 dengan perbedaan variasi persepsi
sebesar standar deviasi 5,38. Nilai skor Variabel Hasil (Result) cenderung tinggi.

6
Hasil uji regresi sederhana terhadap berbagai aspek program pendidikan dan pelatihan dapat
dilihat pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5.
Hasil Uji Regresi Sederhana (Coefficientsa)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) 15.153 2.822 5.370 .000
Reaksi
.146 .018 .620 8.107 .000
(Reaction)
a. Dependent Variable: Hasil (Result)

Hasil analisis yang tertera pada tabel di atas menujukkan bahwa Variabel Reaksi (Reaction)
mempunyai hubungan yang kuat (r= 0.620; p< 0.000) dan sangat signifikan terhadap Hasil
(Result) peserta Dikbangspes Intelkam Polri Gel. VII TA. 2018, sehingga dapat dimaknai
bahwa makin tinggi atau makin positif Reaksi (Reaction) peserta Dikbangspes Intelkam Polri
Gel. VII, T.A 2018, maka makin tinggi Hasil (Result) peserta Dikbangspes Intelkam Polri Gel.
VII TA. 2018.

Tabel 6.
Hasil Uji F (ANOVAa)

Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 1181.887 1 1181.887 65.724 .000b
Residual 1888.170 105 17.983
Total 3070.056 106
a. Dependent Variable: Hasil (Result)
b. Predictors: (Constant), Reaksi (Reaction)
Sumber: Hasil Penelitian, 2019 (Data diolah)

Hasil penghitungan uji Anova untuk signifikansi Variabel Reaksi (Reaction) terhadap Hasil
(Result) Nilai signifikansi pada kolom terakhir tabel di bawah ini menunjukkan bahwa model
regresi sederhana dengan satu Variabel Reaksi (Reaction) saja sangat signifikan yang dapat
dimaknai bahwa model regresi tersebut baik. Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung
sebesar 65.724 dengan nilai sign 0.000 menunjukkan model regresi sederhana tersebut telah
sesuai untuk memprediksi kontribusi Variabel Reaksi (Reaction) terhadap kinerja peserta
Dikbangspes Intelkam Polri Gel. VII TA. 2018.

Hasil analisis regresi sederhana yang menujukkan tingkat hubungan antara variabel
Pembelajaran (Learning) dan Hasil (Result) dapat dilihat pada table 7.

7
Tabel 7.
Hasil Uji Regresi Sederhana (Coefficientsa)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 28.600 1.357 21.082 .000
Pembelajaran
.463 .065 .572 7.137 .000
(Learning)
a. Dependent Variable: kinerja
Sumber: Hasil Penelitian, 2019 (Data diolah)

Tabel di atas menunjukkan tingkat kekuatan hubungan antara variabel Pembelajaran


(Learning) dan Hasil (Result) peserta Dikbangspes Intelkam Polri Gel. VII TA. 2018 yang
ditunjukkan dengan angka standard coefficients (r= 0.572; p< 0.000) yang dapat
diinterpretasikan bahwa variabel Pembelajaran (Learning) mempunyai hubungan yang cukup
dan sangat signifikan terhadap Hasil (Result) peserta Dikbangspes Intelkam Polri Gel. VII, TA.
2018. Nilai signifikansi angka t tes menunjukkan signifikan hubungan antara variabel
Pembelajaran (Learning) terhadap Hasil (Result) peserta Dikbangspes Intelkam Polri Gel. VII,
TA. 2018, sesuai dengan model regresi sederhana dalam penelitian ini. Sehingga dapat
dimaknai bahwa makin tinggi Pembelajaran (Learning) peserta Dikbangspes Intelkam Polri
Gel. VII TA. 2018, maka makin tinggi pula Hasil (Result) peserta Dikbangspes Intelkam Polri
Gel. VII TA. 2018.
Hasil Uji F dalam tabel Anova di bawah ini ditujukan untuk melihat apakah model regresi
sederhana yang menganalisis hubungan dan pengaruh variabel Pembelajaran (Learning)
terhadap Hasil (Result) merupakan model regresi sederhana yang baik dan signifikan. Dengan
demikian tabel Hasil uji F dalam analisis regresi memberikan konfirmasi secara kuantitatif
bahwa model regresi yang dikembangkan cukup mempunyai makna dan signifikan. Hasil
analisis uji F tes dalam tabel berikut ini menunjukkan bahwa nilai F tes (0.000 < 0.05) sehingga
dapat dikatakan bahwa model regresi sederhana yang menguji hubungan dan pengaruh variabel
Pembelajaran (Learning) terhadap Hasil (Result) merupakan model regresi sederhana yang
baik dan sangat signifikan.
Hasil Uji F dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel Anova di bawah ini.

Tabel 8.
Hasil Uji F (ANOVAa)

Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 1002.742 1 1002.742 50.930 .000b
Residual 2067.314 105 19.689
Total 3070.056 106
a. Dependent Variable: Hasil (Result)
b. Predictors: (Constant), Pembelajaran (Learning)
Sumber: Hasil Penelitian, 2019 (Data diolah)

8
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung yang diolah dengan menggunakan SPSS adalah
sebesar 50.930 dengan nilai sign 0.000. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa nilai
signifikansi < 0.05 yang artinya sekali lagi bahwa model regresi telah sesuai.

Faktor-faktor Dominan yang Mempengaruhi Efektivitas Manajemen Dikbangspes di


Pusdik Intelkam Polri
Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi efektivitas manajemen Dikbangspes di Pusdik
Intelkam Polri peneliti akan mengikuti pandangan Kirkpatrick (2006: 1) tentang 10 langkah
manajemen pelatihan yang dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing faktor
dengan hati-hati ketika merencanakan dan menerapkan program Diklat yang efektif. Faktor-
faktor yang dimaksud meliputi: (1) Menentukan kebutuhan, (2) Menetapkan tujuan, (3)
Menentukan konten subjek, (4) Memilih peserta, (5) Menentukan jadwal terbaik, (6) Memilih
fasilitas yang sesuai, (7) Memilih instruktur yang sesuai, (8) Memilih dan menyiapkan alat
bantu audiovisual, (9) Mengkoordinasikan program, dan (10) Mengevaluasi program. Hasil
penelitian mengungkapkan:
1. Analisis kebutuhan Dikbangspes dilakukan oleh Badan Intelkam Polri bekerjasama dengan
instansi-instansi terkait. Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi: Faktor Substansial
(Misi Polri, kebutuhan personil polri dalam menjalankan tupoksi), dan faktor anggaran.
2. Tujuan Dikbangspes secara umum ditetapkan oleh pimpinan Polri melalui Perkap Nomor
20 tahun 2007, kemudian dijabarkan menjadi tujuan Dikbangspes Intelkam Polri melalui
surat keputusan Kapolri tahun 2018. Rumusan tujuan Dikbangspes Intelkam Polri tahun
2018 belum komprehensif karena belum mencakup penguatan moral peserta.
3. Konten subjek Dikbangspes Intelkam Polri mengikuti kurikulum bahan ajar yang telah
ditetapkan oleh Lemdiklat Polri. Konten subjek masih bersifat konkrit pada kemampuan
yang nampak secara langsung, sedangkan pada karakter/moral, masih belum ada.
4. Pemilihan peserta menggunakan pendekatan bottom-up dan dalam pelaksanaannya banyak
menyalahi peraturan yang ada, karena banyak persyaratan peserta yang tidak dipenuhi
ketika Polda memilih personilnya untuk mengikuti Dikbangspes Intelkam Polri.
5. Jadwal atau Kalender Pendidikan disusun oleh Lemdiklat Polri dan ditetapkan dengan
Keputusan Kapolri. Berdasarkan struktur dan urusan-urusan yang dikelola untuk
terlaksananya Dikbangspes di Pusdik Intelkam Polri, pengorganisasian didesain melalui
bagian Diklat, Gadik, dan Binsis.
6. Secara umum sarana Dikbangspes sudah dapat dipenuhi oleh Pusdik Intelkam Polri tetapi
yang masih menjadi kendala adalah ketersediaan buku, modul, dan air.
7. Instruktur terdiri dari tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Belum semua gadik dan
gadikan memiliki sertifikat sebagai gadik dan gadikan. Walaupun dari sisi jumlah sudah
memadai tetapi dari sisi kualitas belum mencukupi.

9
Tabel 9.
Kondisi Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Pusdik Intelkam Polri

8. Pemenuhan sarana dan prasarana belum semuanya terpenuhi, khususnya air, buku, dan
modul. Tiga hal ini merupakan masalah pokok sarana dan prasarana Pusdiklat.
9. Koordinasi dalam proses manajemen masih tumpang tindih terhadap pelaksanaan Dikbang
dan mengalami birokrasi yang tidak efektif. Sistem Pengawasan dan pengendalian pada
pelaksanaan Dikbangspes Intelkam Polri di Pusat Pendidikan Intelkam Polri sudah berjalan
bersifat rutinitas.
10. Hasil evaluasi secara kuantitatif dari perbandingan pre-test dan post-test menunjukkan hasil
ujian dengan nilai yang tinggi dari setiap Dikbangspes. Namun, dari hasil data kualitatif
menunjukkan kualitas hasil pelatihan masih banyak yang tidak sesuai dengan tujuan Pusdik
Intelkam Polri yang memiliki moral pengabdian, berwawasan, cerdik dan cekatan.

Model (Hipotetik) Evaluasi Dikbangspes Intelkam Polri Menggunakan Integrasi


Kirkpatrick dan Countenance Stake
Peningkatan mutu penyelenggaraan Dikbangspes Intelkam Polri merupakan hal penting untuk
mewujudkan pembinaan dan pencegahan keamanan wilayah dan nasional. Namun demikian,
berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya kendala dalam berbagai komponen
manajemen pelatihan. Untuk mengatasi berbagai masalah Dikbangspes ke depan, peneliti
mencoba membuat model evaluasi Dikbangspes Intelkam Polri supaya peningkatan mutu dapat
dilakukan secara menyeluruh, tepat, dan sesuai dengan kebutuhan didasarkan pada hasil
evaluasi terhadap penyelenggaraan Dikbangspes Intelkam Polri, sebagai berikut:

10
Gambar. 1.
Model (Hipotetik) Integrasi Evaluasi Dikbangspes model Kirkpatrick dan model
Countenance Stake

Model Hipotetik

Gambar 1. di atas memberikan makna bahwa manajemen program Diklat dilakukan melalui
proses 10 langkah manajemen pelatihan model Kirkpatrick, yaitu 1) menentukan kebutuhan,
2) menetapkan tujuan, 3) menentukan konten subjek, 4) memilih peserta, 5) menentukan jadwal
terbaik, 6) memilih fasilitas yang sesuai, 7) memilih instruktur yang sesuai, 8) memilih dan
menyiapkan alat bantu audiovisual, 9) mengkoordinasikan program, dan 10) mengevaluasi
program. Adapun pada tahap evaluasi program, tahapan ini dilakukan melalui tujuh komponen
evaluasi, yaitu konteks Diklat, Reaksi, Pembelajaran, Proses, Perilaku, Hasil, dan Dampak.
Ketujuh komponen evaluasi tersebut merupakan integrasi model Kirkpatrick dan Coutenance
Stake. Evaluasi konteks menganalisis tiga hal, yaitu alasan mengapa Diklat diperlukan, analisis
kebutuhan Diklat, dan Rekrutmen peserta didik. Evaluasi Reaksi menganalisis kepuasan
peserta didik terhadap penyelenggaraan Diklat yang dialaminya. Evaluasi Pembelajaran
menganalisis perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Evaluasi Proses
menganalisis efektivitas pengaruh lingkungan Diklat terhadap peserta didik. Evaluasi Perilaku
menganalisis tingkat perubahan perilaku alumni Dikbangspes terhadap keberadaan Intelkam
Polri, perubahan perilaku alumni Dikbangspes terhadap pengembangan Intelkam Polri, dan
perubahan perilaku alumni Dikbangspes terhadap pelayanan Intelkam Polri setelah kembali

11
dari pelatihan. Evaluasi Hasil/Dampak menganalisis peningkatan moral, disiplin, produktivitas
organisasi dan kepuasan pengguna, dimana peserta didik bekerja setelah melaksanakan Diklat.
Dari sisi waktu dan tempat, pelaksanaan evaluasi konteks dilaksanakan, terutama pembuatan
kebijakan Diklat dan analisis kebutuhan Dikbangspes Intelkam Polri dilakukan sebelum Diklat
dilaksanakan di Lemdikpol dan Pusdik Intelkam Polri. Evaluasi Reaksi, Pembelajaran, dan
Proses dilakukan oleh dan bertempat di Pusdik Intelkam Polri. Adapun Evaluasi Perilaku dan
Hasil/Dampak dilaksanakan pasca Diklat bertempat di lokasi kerja masing-masing alumni
Diklat.
Model Evaluasi pendidikan pengembangan spesialisasi Intelkam Polri Menggunakan Integrasi
Kirkpatrick dan Countenance Stake adalah sebuah bentuk evaluasi penyelenggaran pendidikan
pengembangan spesialisasi Intelkam Polri yang dilakukan dengan cara mengintegrasikan
model evaluasi pelatihan empat tingkat dari Kirkpatrick dan Countinance Stake model.
Integrasi model Kirkpatrick dan model Countinance Stake menjadi model yang diajukan
peneliti karena berdasarkan pengalaman penelitian ini, dimana peneliti menggunakan model
evaluasi empat tingkat dari Kirkpatrik, banyak informasi yang belum bisa didapatkan oleh
evaluator, khususnya terkait dengan konteks (pra pelatihan), proses Diklat, dan dampak Diklat.
Integrasi dilakukan dengan menambahkan 1) evaluasi konteks, yaitu bagaimana evaluasi
terhadap proses rekrutmen peserta Dikbangspes Intelkam Polri harus dilakukan, dan 2)
bagaimana evaluasi proses Diklat Dikbangspes Intelkam. Adapun untuk komponen hasil
(result) pada evaluasi Kirkpatrik dijadikan sama dengan tahapan dampak (outcome) dari
countenance stake model. Tujuan pengembangan Model Evaluasi Dikbangspes Intelkam Polri
Menggunakan Integrasi Kirkpatrick dan Countenance Stake adalah untuk (1) Mendapatkan
informasi yang komprehensif, tepat, dan terkini mengenai penyelenggaraan Dikbangspes
Intelkam Polri, (2) Memberikan masukan kepada penyelenggara Diklat dan berbagai pihak
terkait mengenai efektivitas Dikbangspes Intelkam Polri dan bagaimana meningkatkan
kualitasnya secara sistematik dan berkelanjutan, dan (3) Memandu tim penilai Diklat Polri
untuk membuat juklak dan juknis evaluasi sesuai dengan kebutuhan.

KESIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan tiga hal berikut: 1) Evaluasi empat tahap Kirkpatrick terhadap
Dikbangspes Intelkam Polri Gelombang VII Tahun Ajaran 2018 melalui pendekatan
kuantitatif menunjukkan tingkat efektivitas Diklat yang tinggi; 2) Efektivitas Dikbangspes
Intelkam Polri Gelombang VII Tahun Ajaran 2018 dianalisis dengan proses Model
manajemen pelatihan 10 tahap yangg dikembangkan oleh Kirkpatrick, yaitu Menentukan
kebutuhan, Menetapkan tujuan, Menentukan konten subjek, Memilih peserta, Menentukan
jadwal terbaik, Memilih fasilitas yang sesuai, Memilih instruktur yang sesuai, Memilih dan
menyiapkan alat bantu audiovisual, Mengkoordinasikan program, dan Mengevaluasi program.
Melalui pendekatan kualitatif menunjukkan ada beberapa permasalahan yang dihadapi, yaitu:
a) Pencapaian tujuan pendidikan belum optimal, b) Sistem manajemen pelatihan yang disusun
dalam jangka waktu pertahun belum memiliki acuan yang kuat, dan c) Evaluasi hasil
pendidikan belum ada tindak lanjut yang signifikan, dan 3) Berdasarkan temuan penelitian,
didapatkan suatu pemahaman bahwa Evaluasi program pelatihan Model Kirkpatrick (2006)
belum mengakomodasi Evaluasi terhadap konteks dan proses. Diperlukan sebuah model baru
dalam mengevauasi program pelatihan yang efektif, khususnya Dikbangspes Intelkam Polri,
yang menyeluruh, tepat, dan sesuai dengan kebututan. Model yang dimaksud adalah Model
(Hipotetik) Evaluasi Diklat Polri dengan Mengintegrasikan Evaluasi program pelatihan model
empat tahap Kirkpatrick (reaksi, belajar, perilaku, dan hasil) dengan Countenance Stake Model

12
(anteseden, transaksi, dan Dampak). Model ini dikembangkan berdasarkan penelitian pada
peserta Dikbangspes Intelkam Polri Gel VII T.A 2018.

SARAN
1) Model manajemen yang efektif melalui 10 tahap dari Kirkpatrick perlu untuk
dirumuskan secara operasional sebagai sebuah model yang dapat menganalisa keterkaitan
antara komponen Diklat; 2) Model hipotetik evaluasi Diklat yang dikembangkan oleh peneliti
memerlukan uji coba dan pembuatan kebutuhan instrument penelitian, dan 3) Pengembangan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berbasis online/internet perlu dikembangkan baik
dalam layanan pelatihan maupun evaluasi diklat.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulghani, M., H., Shaik, A., S., Khamis, N., Al-dress, A., A., Irshad, M., Khalil, S., M.,
Alhaqwi, I., A., & Isnani, A. (2014). Research Metodology Workshop Evaluation
Using the Kirkpatrick’s Model: Translating Theory Into Practice. Informa UK ltd,
Doi: 10.3109/0142159X.2014.8860 12.

Alipour, M., Salehi, M., & Shahnavaz, A. (2009). A study of on the job training effectiveness:
Empirical evidence of Iran. International Journal of Business and
Management, 4(11), 63-68.
Borate, N., Gopalkrishna, D., Shiva Prasad, H. C., & Borate, S. (2014). A case study approach
for evaluation of Employee Training effectiveness and Development program. The
International Journal of Business & Management, 2(6).
Caro, C. A. (2011). Predicting state police officer performance in the field training officer
program: What can we learn from the cadet’s performance in the training
academy?. American Journal of Criminal Justice, 36(4), 357-370.
Creswell, J. W. (2012). Research design Pendekatan kualitatif, Kuantitatif dan Mixed; Edisi
Ketiga. Cetakan II. Diterjemahkan oleh: Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Devi, Rama. V., & Shaik, N. (2012). Evaluating training & development effectiveness-A
measurement model. Asian Journal Of Management Research, 2 (1), 722-735.
Elnaga, A., & Imran, A. (2013). The effect of training on employee performance. European
Journal of Business and Management, 5(4), 137-147.
Holton, F., Elwood. (1996). The Flawed Four-Level Evaluation Model. Human Resource
Development Quarterly; Spring 1996; 7,1 : ProQuest Health Management. Hlm.5.
Kirkpatrick DL (1978), Evaluating in-house training programs. Training and Development
Journal, 38, pp 32-37.
Kirkpatrick, D. L., Kirkpatrick. J. D. (2001). An Excerpt from Evaluating Training Programs:
the Four Levels. Berrett-Koehler Publishers.
Kirkpatrick, D. L., & Kirkpatrick, J. D. (2006). Evaluating training programs: The four levels.
Berrett-Koehler Publishers.
Kissack, H. C., & Callahan, J. L. (2009). The reciprocal influence of organizational culture
and training and development programs: Building the case for a culture analysis
within program planning. Journal of European Industrial Training, 34(4), 365-380.
Komariah, A., & Triatna, C. (2005). Visionary leadership menuju sekolah efektif. Jakarta:
Bumi Aksara.

13
Kunche, A., Puli, R. K., Guniganti, S., & Puli, D. (2011). Analysis and evaluation of training
effectiveness. Human Resource Management Research, 1(1), 1-7.
Maduka, C. E. (2014). The Impact of Training in the Nigerian Police Force: A Study of Zone
9 Umuahia. The International Journal of Social Sciences and Humanities
Invention, 1(5), 326-343.
Mellahi, K. (2000). Human resource development through vocational education in Gulf
Cooperation Countries: The case of Saudi Arabia. Journal of Vocational Education
and Training, 52(2), 329-344.
Prabawati, I., & AOktariyanda, T. (2018, January). Competency-based training model for
human resource management and development in public sector. In Journal of Physics:
Conference Series (Vol. 953, No. 1, p. 012157). IOP Publishing, 1-7.
Praslova, L. (2010). Adaptation of Kirkpatrick’s four level model of training criteria to
assessment of learning outcomes and program evaluation in higher education.
Educational Assessment, Evaluation and Accountability, 22(3), 215-225.
Rafiq, M. (2015). Training Evaluation in an Organization Using Kirkpatrick Model: a Case
Study of PIA. J Entrepen Organiz Manag 4:151. Doi: 10.4172/2169-026x.1000151.
Ramadhon, S. (2016). Penerapan Model Empat Level Kirkpatrick Dalam Evaluasi Program
Pendidikan Dan Pelatihan Aparatur Di Pusdiklat Migas. Swara Patra, 6(1).
Smidt, A., Balandin, S., Sigafoos, J., & Reed, V., A. (2009). The Kirkpatrick Model: A Useful
tool for evaluating training outcomes. Journal of Intellectual & Developmental
Disability, September 2009; 34(3): 266-274. DOI: 10.1080/13668250903093125.hal.
272
Steensma, H., & Groeneveld, K. (2010). Evaluating a training using the “four levels model”.
Journal of Workplace Learning, 22(5), 319-331.

14

Anda mungkin juga menyukai