Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN FASHION

TERHADAP GAYA BERPAKAIAN SISWI SISWI SMA


NEGERI 1 MMALANG TAHUN AJARAN 2019-2020

DISUSUN OLEH
Nama : SHERI PUSPA ANDINI
Kelas : 18 MIPA 7
No. Absen : 30
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan


yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya
tulis ini dapat diselesaikan. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih bagi
seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai
sumber yang telah penulis pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.
Penulis mengakui bahwa penulis adalah manusia yang mempunyai
keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat
diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang
telah penulis selesaikan. Tidak semua hal dapat penulis deskripsikan dengan
sempurna dalam karya tulis ini. Penulis melakukannya semaksimal mungkin
dengan kemampuan yang penulis miliki. Di mana penulis juga memiliki
keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa penulis memiliki
keterbatasan dan juga kekurangan, penulis bersedia menerima kritik dan saran dari
pembaca yang budiman. Penulis akan menerima semua kritik dan saran tersebut
sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis penulis di masa datang.
Semoga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil
yang lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul proposal: Analisis Pengaruh Perkembanagn Fashion terhadap Gaya


Berpakaian Siswa SMA Negeri 1 Malang Tahun 2019-2020
B. Latar Belakang Masalah
Fashion merupakan salah satu bagian dari kehidupan. Dunia
fashion mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan
perkembangan zaman. Setiap saat dunia fashion berubah style dan
menjadi trend fashion untuk beberapa waktu. Perkembangan dunia fashion
melalui trend fashion selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan mode.
Fashion sudah menjadi topik pembicaraan sehari-hari. Tampil
modis sepertinya sudah menjadi sebuah keharusan bagi sebagian orang.
Fashion sudah menjadi suatu kebutuhan karena fashion lebih dari sekedar
pakaian tetapi bisa menjadi cara untuk mengekspresikan individualitasnya
Melalui fashion seseorang dapat mengirimkan pesan tentang
dirinya. Pakaian adalah cara yang digunakan individu untuk membedakan
dirinya sebagai individu dan menyatakan keunikannya. Fashion yang
memadukan unsur estetika dan unsur kreatif juga bisa menentukan
penampilan yang dapat menunjukkan status ekonomi dan mendefinisikan
peran sosial yang dimiliki seseorang..
Fashion di kalangan remaja putri merupakan target pasar yang
potensial. Ada beberapa alasan kenapa remaja putri menjadi sasaran pasar
yang menarik. Pertama, remaja putri merupakan konsumen langsung.
Kedua, remaja putri merupakan pembujuk yang hebat di lingkungan
manapun. Ketiga, remaja putri adalah konsumen remaja masa depan.
Di kalangan remaja yang memiliki orangtua dengan kelas ekonomi
menengah ke atas, mall sudah menjadi rumah kedua bagi mereka. Mereka
ingin menunjukkan bahwa mereka mengikuti trend mode yang sedang
beredar. Padahal sebuah mode itu sendiri cenderung selalu berubah dari
waktu ke waktu. Sedangkan di kalangan remaja yang memiliki orangtua
dengan kelas menengah ke bawah, mereka berusaha untuk mengikuti trend
mode yang sedang beredar walaupun uang menjadi kendala utama bagi
mereka.
Lingkungan sekitar merupakan tempat sosialisasi setelah keluarga.
Pengaruh lingkungan terhadap kehidupan seseorang bisa lebih besar
pengaruhnya dari pada pengaruh dalam keluarga itu sendiri. demikian juga
dengan kehidupan remaja putri. Kehidupannya, dalam hal ini gaya
hidupnya banyak dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya. Cara
berdandan, cara berpakaian banyak dipengaruhi oleh lingkungan
pergaulannya. Hal ini disebabkan karena remaja putri sebagian besar
waktunya dihabiskan di luar rumah baik mengikuti bimbingan belajar,
sekolah, kursus, atau hanya sekedar berkumpul dengan teman-temannya di
pusat perbelanjaan atau mall. Oleh karena itu, faktor lingkungan juga
menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pola konsumsi produk fashion
di kalangan remaja putri.
Pakaian untuk remaja putri lebih beragam model. Jika remaja putra
lebih simpel dan mudah mengikuti model, namun tidak demikian dengan
remaja putri. Pakaian untuk remaja putra meskipun mengikuti trend pasti
hanya seputar celana jeans dengan berbagai bahan dan model, kaos, jaket.
Namun untuk pakaian remaja putri tentu lebih banyak dan berbagai model.
Mungkin alasan feminim dan suka dengan keindahan sehingga remaja
putri lebih suka mencoba dan mereka-reka penampilan yang seru.

C. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalh dari kajian proposal tersebut:
1. Bagaimana dampak yang ditimbulkan pada remaja dengan
adanya trend mode pada gaya berpakaian siswa?
2. Apa yang menyebabkan tren mode berkembang di kalangan
pelajar SMA?
3. Bagaimana cara mengatasi pemasalahan trend mode pada
pelajar?

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan pada remaja
dengan adanya trend mode pada gaya berpakaian siswa?
2. Untuk mengetahui penyebab trend mode berkembang di
kalangan pelajar SMA?
3. Untuk mengetahui cara mengatasi pemasalahan trend mode pada
pelajar?

E. Kontribsi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan :

1.Dapat menjadi pedoman dalam melakukan hal yang berkaitan


dengan fashion mode
2. Dengan berdasar pada dampak negatifnya, pembaca dapat
membatasi diri dengan mengetahui akibat-akibat dari trend mode
di kalangan pelajar
3. Menambah wawasan pembaca tentang trend mode pada remaja.
4. Memperoleh kepuasan intelektual;
5. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;

F. Definisi Operasional
Trend berasal dari bahasa inggris yang berarti mengikuti model mutakhir.
Sedangkan mode atau fashion secara etimologi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, mode merupakan bentuk nomina yang bermakna ragam
cara atau bentuk terbaru pada suatu waktu tertentu. Fashion adalah istilah
umum untuk gaya populer atau praktek, khususnya di pakaian, sepatu, atau
aksesori. Istilah yang lebih umum "kostum" sangat melekat di mata
masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Fashion
Aspek fashion semakin menyentuh di kehidupan sehari-hari setiap
remaja. Fashion mempengaruhi apa yang seseorang kenakan, bagaimana
seseorang hidup dan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri.
Fashion juga memicu pasar dunia untuk terus berkembang, produsen untuk
berproduksi, pemasaran untuk menjual dan konsumen untuk membeli.
Cara berpakaian yang mengikuti fashion juga memperlihatkan kepribadian
dan idealisme seseorang.
Fashion sendiri berasal dari bahasa Inggris, yang artinya suatu
cara, kebiasaan atau mode. Menurut Troxell dan Stone dalam bukunya
“Fashion Merchandising”, fashion didefinisikan sebagai gaya yang
diterima dan digunakan oleh mayoritas anggota sebuah kelompok dalam
satu waktu tertentu. Definisi ini berbeda dengan Solomon. Menurut
Solomon dalam bukunya “Consumer Behavior : European Perspective”,
fashion adalah proses penyebaran sosial (social-diffusion) dimana sebuah
gaya baru diadopsi oleh kelompok konsumen. Sedangkan menurut penulis
sendiri, fashion adalah busana yang menentukan penampilan seseorang
dalam suatu acara tertentu, sehingga terlihat berbeda dari sebelumnya.
Dari definisi-definisi diatas dapat terlihat bahwa fashion erat
kaitannya dengan gaya yang digemari, kepribadian seseorang, dan rentang
waktu. Maka bisa dimengerti mengapa sebuah gaya yang di gemari bulan
lalu ini bisa dikatakan ketinggalan jaman beberapa bulan kemudian.
Di kehidupan remaja putri fashion bisa dianggap sebagai kode atau
bahasa yang membantu mereka untuk saling berkomunikasi. Mereka
selalu mengikuti setiap trend mode terbaru. Mereka akan terlihat percaya
diri jika mengikuti trend mode yang sedang digandrungi kelompok
mereka. Hal tersebut tentunya akan sedikit menimbulkan rasa cemburu
terhadap remaja yang satu dengan remaja yang lainnya. Selain itu, tidak
semua remaja putri mempunyai pola konsumsi fashion yang sama. Remaja
putri sekarang ini penuh karakter. Hal tersebut dikarenakan perbedaan
gaya hidupnya masing-masing. Jadi tidak semua remaja putri mempunyai
pola konsumsi fashion yang sama antara satu dengan yang lainnya.
Pada dasarnya pola konsumsi fashion tidak hanya dipengaruhi oleh
status sosial ekonomi saja, tetapi juga dipengaruhi oleh adanya iklan.
Peran iklan dalam meningkatkan pola konsumsi sangat besar karena iklan
dapat menciptakan mode atau trend yang terbaru. Melalui iklan produk,
fashion menjadi semakin melekat dikalangan remaja putri yang
memperhatikan penampilannya.

B. Definisi Remaja
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis
dan sangat rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya dengan
kegagalannya, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam
perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja
itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan
berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan
kehidupan selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan
kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa remaja
menjadi kunci sukses dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya.
Masa remaja dimulai dari saat sebelum baligh dan berakhir pada
usia baligh. Oleh sebagian ahli psikologi, masa remaja berada dalam
kisaran usia antara 11-19 tahun. Adapula yang mengatakan antara usia 11-
24 tahun. Selain itu, masa remaja merupakan masa transisi (masa
peralihan) dari masa anak-anak menuju masa dewasa, yaitu saat manusia
tidak mau lagi diperlakukan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat
sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisik, perkembangan
psikis (kejiwaan), dan mentalnya belum menjukkan tanda-tanda dewasa.
Pada masa ini (masa remaja), manusia banyak mengalami perubahan yang
sangat fundamental dalam kehidupan baik perubahan fisik dan psikis
(kejiwaan dan mental).
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik (Hurlock, 1992).Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang
jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan
dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks,
dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi
atau peralihan karena belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak.
Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari, remaja adalah peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua
aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung
antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun
sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat,
remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.
Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka
bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada
diungkapkan oleh Santrock (2003: 26)
bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi
antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional.

C. Definisi Gaya Hidup Dalam Berpakaian


Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang
mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral orang
tersebut dalam masyarakat disekitarnya. Adapun pengertian lain, gaya
hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Gaya hidup
juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi.
Semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi,
maka semakin berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat
memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang menjalankannya.
Dewasa ini, gaya hidup sering disalahgunakan oleh sebagian besar
remaja. Apalagi para remaja yang berada dalam kota Metropolitan.
Mereka cenderung bergaya hidup dengan mengikuti mode masa kini.
Tentu saja, mode yang mereka tiru adalah mode dari orang barat. Jika
mereka dapat memfilter dengan baik dan tepat, maka pengaruhnya juga
akan positif. Namun sebaliknya, jika tidak pintar dalam memflter mode
dari orang barat tersebut, maka akan berpengaruh negatif bagi mereka
sendiri. Salah satu contoh gaya hidup para remaja yang mengikuti mode
orang barat dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah berpakaian.
Masalah berpakaian para remaja masa kini selalu dikaitkan dengan
perkembangan zaman dan teknologi. Karena, sebagian remaja Indonesia
khususnya, dalam berpakaian selalu mengkuti mode yang berlaku. Bahkan
yang lebih menyedihkan, di stasiun-stasiun TV banyak ditampilkan contoh
gaya hidup dalam berpakaian para remaja yang mengikuti mode orang
barat. Otomatis bukan hanya remaja Metropolitan saja yang mengikuti
mode tersebut, tetapi juga orang-orang yang berada dalam perkampungan
atau pedalaman.

D. Gaya Berpakaian Remaja


Salah satu pakar psikologi perkembangan Elizabeth B.
Hurlock (1980) menyatakan bahwa masa remaja ini dimulai pada saat
anak mulai matang secara seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia
dewasa secara hukum. Masa remaja terbagi menjadi dua yaitu masa remaja
awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal dimulai pada saat anak-
anak mulai matang secara seksual yaitu pada usia 13 sampai dengan 17
tahun, sedangkan masa remaja akhir meliputi periode setelahnya sampai
dengan 18 tahun.
Erik Erikson mengungkapkan krisis pada masa remaja yakni
identity vs identity diffusion. Pada masa remaja, individu berupaya
mengeksplorasi diri dan lingkungannya untuk kemudian membentuk jati
dirinya yang sesungguhnya (who they are, what they are all about, and
where they are going in life) yang akan terus melekat sepanjang
kehidupannya. Pengenalan dan eksplorasi terhadap diri dan lingkungan ini
ditujukan untuk mengetahui respon-respon lingkungan terhadap dirinya
pada saat remaja menampilkan perilaku dan peran-peran tertentu. Respon-
respon ini yang pada akhirnya membentuk suatu pemahaman pada remaja
mengenai hal yang diharapkan lingkungan pada dirinya dan hal yang tidak
diharapkan. Karenanya, untuk mengetahui berbagai respon dari
sekelilingnya, remaja seringkali menampilkan berbagai macam perilaku
dalam waktu yang cenderung berdekatan. Kemauan dan pilihannya
terhadap hobi, bidang tertentu, permainan, seni, berbusana, grup musik,
dan lainnya dengan mudah dapat berubah-ubah.
Yang perlu diperhatikan adalah eksplorasi perilaku dan peran yang
dilakukan oleh remaja berkaitan dengan peran seperti apa yang diharapkan
dari diri mereka, karena mereka memahami bahwa mereka bukan lagi
kanak-kanak namun belum pula dapat disebut sebagai orang dewasa yang
utuh. Karenanya, peran-peran yang diharapkan oleh lingkungan adalah
peran orang dewasa yang dipelajari oleh remaja secara bertahap, dan
mereka diharapkan mulai meninggalkan perilaku yang biasa
ditampilkannya di masa kanak-kanak.
Di sisi lain, kegagalan dalam membentuk jati diri akan membuat
individu tidak memiliki identitas yang pasti/jelas, yang muncul dalam
ketidakmampuan merumuskan ‘saya adalah…’, yakni individu tidak
mengenali kekhasan dirinya, kelebihan dan kekurangannya, kebutuhannya,
dan ciri lain dari dirinya sendiri. Kegagalan ini diawali dengan
ketidakmampuan individu remaja memahami harapan-harapan lingkungan
dari dirinya sendiri dan ketidakmampuannya memainkan berbagai peran
yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya.
Gaya berbusana remaja akan berkaitan dengan penerimaan dirinya
akan perubahan kondisi fisik yang dialami, kemampuan menyesuaikan
penampilan agar relevan dengan yang diharapkan orang dewasa, dan
kemampuan mengenali nilai dan perilaku yang bertanggung jawab yang
diharapkan oleh orang dewasa.
Social cognition atau dapat kita sebut sebagai kognisi sosial
mengacu kepada cara individu mengkonseptualkan dan menalar dunia
sosial mereka. Hal ini diantaranya mencakup bagaimana individu berpikir
mengenai cara mereka berelasi dengan orang lain, bagaimana orang-orang
bertingkah laku, interaksi antar orang, interaksi individu dengan orang
lain, dan partisipasi mereka dalam sebuah kelompok. Menurut kajian
psikologi sosial, kognisi sosial dapat diartikan sebagai pemahaman
mengenai diri di lingkungan, pemahaman mengenai lingkungan sosial
yang ada di sekitar individu. Dalam kaitannya dengan pemahaman
terhadap lingkungan sosial, individu diharapkan dapat
menampilkan/memainkan peran yang sesuai dengan harapan lingkungan
sosialnya. Peran individu tersebut dapat berbeda-beda dalam 1 seting
sosial tertentu; dapat pula kompleks, dalam saat bersamaan bisa jadi
berbagai peran menempel pada diri individu. Peran menuntut pemahaman,
penguasaan diri dan lingkungan, rencana mengenai sikap dan perilaku
yang hendak ditampilkan.
Khusus pada remaja, pembahasan mengenai kognisi sosial
biasanya dikaitkan dengan dua hal yakni adolescent
egocentrismdan perspective taking. Perspective taking adalah kemampuan
untuk memperkirakan perspektif orang lain (terhadap sesuatu hal) dan
memahami pikiran dan perasaan orang lain (Lapsley&Murphy, 1985).
Dengan tingginya perspective taking pada diri individu, artinya ia dapat
memahami pikiran dan perasaan orang lain pada konteks tertentu, dan
dengan pemahaman itu individu menyusun/merencanakan perilaku yang
tepat sebagai respon terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku orang lain
yang ada di sekitarnya. Karenanya, dikaitkan dengan kognisi sosial
sebagai pemahaman terhadap dunia sosial dan interaksi individu dengan
lingkungannya, maka, individu yang memiliki pemahaman yang baik
mengenai dunia sosialnya sudah pasti memiliki pemahaman yang baik
mengenai pikiran dan perasaan orang lain di sekitarnya. Dengan
pemahaman yang baik, ia dapat menampilkan respon perilaku yang tepat
sesuai dengan yang diharapkan lingkungan.
David Elkind (1976) menjelaskan bahwa dalam kaitannya
dengan social thinking, ada 2 pembagian egosentrisme remaja,
yakni imagery audience dan personal fable. Remaja merasa ia selalu
menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitarnya, dimanapun ia berada,
bahwa orang-orang selalu memperhatikan segala perilakunya; mereka
merasa bahwa dirinya adalah aktor/aktris di panggung, dan orang-orang
lain adalah penonton/audiensnya. Inilah yang dikenal dengan imagery
audience. Konsep personal fable mengacu pada keyakinan remaja akan
keunikan diri mereka (personal uniqeness) yang membuat mereka merasa
tidak ada yang dapat memahami diri mereka, perasaan, dan pikiran
mereka, selain diri mereka sendiri atau teman-teman sebaya yang
cenderung memiliki pengalaman yang sama dengan mereka.
Keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekolah adalah 3
lingkungan Utama yang sangat mempengaruhi remaja dalam bertingkah
laku. Ketiga lingkungan ini merupakan tempat remaja belajar mengenai
aturan dan norma yang berlaku di masyarakat, belajar mengenai perilaku
yang dapat diterima dan perilaku yang tidak dapat diterima oleh
lingkungan sosial. Ketiga lingkungan ini pula yang akan mengajarkan
kepada remaja bahwa ketika ia berperilaku A, lingkungan menyukai
dirinya dan perilaku B tidak diharapkan oleh lingkungan. Dengan
perilaku-perilaku itu kemudian remaja membentuk jati dirinya yang
sesungguhnya.
Pada fenomena berbusana atau gaya berpakaian, remaja lebih
banyak mengeksplorasi dirinya. Ia mencoba berbagai gaya busana untuk
kemudian menunggu respon yang ditampilkan oleh lingkungan. Kuatnya
dorongan dalam diri remaja bahwa ia menarik dan layak diperhatikan oleh
lingkungannya, menjadi indikasi bahwa perlu usaha untuk
menyeimbangkan antara kebutuhan diperhatikan dengan perlunya
memahami harapan lingkungan. Di sini, orang tua dan lingkungan
keluarga, sebagai tempat anak mengenal, memahami, menerapkan nilai-
nilai kehidupan memegang peranan penting. Sedianya, orangtua
memberikan umpan balik terhadap gaya berbusana remaja dengan
mengaitkannya terhadap harapan-harapan dari lingkungan sosial. Orangtua
perlu terlebih dahulu mengenalkan arti berpakaian, peran yang dimiliki
remaja (sebagai dirinya, sebagai anak, sebagai generasi muda, pelajar, dll),
dan penilaian lingkungan terhadap dirinya dan gaya berpakaiannya, serta
arti atau makna berada di tempat umum bersama orang lain. Orangtua
perlu untuk mendengarkan gaya berbusana yang nyaman bagi sang remaja,
arti model pakaian tertentu bagi dirinya dan kelompoknya, lalu berdiskusi
bersama mengenai gaya berbusana yang tepat di berbagai seting atau
tempat pertemuan. Remaja perlu dikenalkan dengan tugas-tugas
perkembangannya dan diberikan contoh-contoh perilaku yang dapat dia
tampilkan guna memenuhi tugas perkembangannya tersebut. Pendidikan
dan relasi yang tepat antara orangtua dan anak adalah relasi yang
menghargai satu sama lain, mencoba memahami kemauan, pikiran,
perasaan remaja, relasi yang mau mendengarkan, relasi yang tidak banyak
mengkritik dan menghakimi remaja, relasi dengan komunikasi yang
terbuka, relasi yang membebaskan remaja untuk berpendapat dan
berargumentasi.
E. Dampak Positif & Negatif Fahion Style Bagi Remaja
Selama bertahun-tahun, fashion memiliki pengaruh yang sangat
besar bagi wanita karena wanita lebih cenderung untuk mengikuti mode
terbaru daripada pria. Bagi wanita, fashion merupakan sebuah pernyataan
yang menentukan kepribadian wanita itu sendiri dengan tampil beda
dengan yang lainnya. Pengertian yang sesungguhnya, fashion haruslah
unik atau berbeda dengan yang lainnya, namun kini fashion telah
mencetak generasi yang ingin meniru orang menjadi “supermodel”.
Berkembangnya fashion yang begitu pesat ini membawa pengaruh
yang negatif dan positif. Berikut adalah dampak positif dan dampak
negatif yang muncul sebagai akibat berkembangnya fashion.
1. Dampak Negatif
a. Identitas
Ketika seseorang mencoba untuk mengikuti fashion
yang sedang berkembang sekarang ini, identitas seseorang
tersebut juga akan terpengaruh dengan gaya busana yang
sedang menjadi trend sekarang ini. Industri fashion
menciptakan supermodel yang cantik hanya dari segi
fisiknya saja. Sebagian besar wanita bekerja keras untuk
membuat dirinya menjadi supermodel, karena
kesalahpahaman mereka sendiri mengenai kata “cantik” itu
sendiri. Mereka berfikir bahwa kata-kata cantik itu
merupakan indah secara fisik. Jadi, bagi mereka ada
kelebihan lemak sedikit saja itu akan membuat mereka
menjadi tampak tidak indah.
b. Di lihat dari segi keuangan
Seringkali wanita membuang uangnya hanya untuk
mengikuti trend dengan membeli pakaian-pakaian bermerk
yang sangat mahal. Tidak sedikit dari mereka yang setiap
bulannya berbelanja pakaian terbaru yang akan
membuatnya tetap tampil cantik dan gaul. Padahal jika
dipahami lebih dalam, semua hal yang dilakukannya
tersebut hanya akan membuatnya menjadi seorang pribadi
yang konsumtif dan boros

c. Tekanan tersendiri bagi remaja


Fashion styles memberikan dampak yang sangat besar bagi
perkembangan remaja. Jika remaja putri tidak mengenakan
pakaian terbaru yang bermerk mahal dan terkenal, mereka
akan dianggap sebagai remaja yang tidak “up to date” alias
ketinggalan zaman. Selain itu, mereka mungkin saja akan di
jauhi bahkan ditinggalkan. Hal tersebut akan
mengakibatkan remaja menjadi rendah diri dan bahkan
depresi.
2. Dampak Positif
a. Identitas
Jika diambil sisi positif dari perkembangan fashion
styles sekarang ini, gaya-gaya terbaru akan membuat
seseorang menjadi lebih kreatif dan unik untuk
menciptakan seorang pribadi yang unik dan berbeda dari
yang lainnya, yang tentu saja sesuai dengan keprbadian
dirinya sendiri.
b. Sisihkan uang untuk tabungan
Seseorang tidak perlu membeli pakaian bermerk
terkenal dan mahal, karena ia punya gaya tersendiri untuk
menjadi sosok yang unik. Ia dapat mencampur dan
mencocokkan pakaian-pakaian yang ia miliki. Cukup
dengan menambahkan sedikit aksesoris, lama kelamaan
akan menciptakan sesuatu yang baru dan trendi. Ia juga
tidak perlu mengeluarkan uang ekstra untuk bisa “IN”
dalam mengikuti fashion terbaru. Hanya butuh kreatifitas
untuk menciptakan sesuatu yang baru.

3. Be confident
Menurut designer papan atas, fashion styles bukan berarti
seseorang memakai pakaian dari designer terkenal dan merk
bagus, tapi bagaimana seseorang bisa mengembangkan
kreatifitasnya sendiri untuk tetap bisa merubah sesuatu yang
sederhana menjadi trend baru. Cantik tak selamanya dilihat dari
fisik, pribadi yang positif akan terlihat lebih cantik daripada
supermodel yang terkenal hanya karena fisiknya saja.
Metode Penulisan

1. Penulis menulis makalah tersebut diatas menggunakan metode studi


literarur yaitu dengan membaca buku- buku yang terkait dengan
Pengaruh Perkembangan Fashion terhadap Gaya Berpakaian Siswi
2. Penulis menggunakan metode wawancara, yaitu dengan
mewawancarai
a. Nama : Ivan Gunawan
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Desainer
b. Nama : Drs. F. A. Nurseno, M.Pd
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Kepala Sekolah
3. Penulis menggunakan metode observasi, yaitu mengadakan kunjungan
ke objek penelitian di “Inka Boutique” Jalan Kenari No. 153 Surabaya
pada hari Sabtu tanggal 18 Mei 2013 pukul 10.00 WIB
F. Penelitian yang Relevan
Untuk menyusun Karya Tulis ini, penulis mengambil referensi dari
penelitian yang telah dilakukan oleh berbagai pihak yang memang
memiliki kecintaan terhadap Fashion, terutama dalam topik ini adalah para
pemerhati Dunia Fashion.
Sebagai pemicu untuk memulai penelitian, ada beberapa
pertanyaan yang harus dicari jawabannya dalam penelitian yang akan
dilakukan. Berikut ini adalah pertanyaan kunci yang melandasi penelitian
tersebut:
1. Apa itu Fashion?
2. Apa yang melandasi perkembangan Fashion tersebut?
3. Apa yang menyebabkan para wanita menjadi pengikut dan
sangat bergantung pada Fashion?
4. Apa dampak yang ditimbulkan Fashion?
5. Bagaimanakah Fashion yang tepat kta gunakan?

Beberapa informasi yang telah penulis dapatkan dari beberapa


pihak maupun media akan dijelaskan di bawah ini:
1. Fashion berawal dari Benua Eropa yang dimulai dari pakaian
para Ratu dan Putri di Inggris yang anggun dan menawan
sehingga para warganya juga ingin mengenakannya dan
menganggap itu adalah tren Fashion.
2. Pada abad ke-8 di Moor Spanyol seorang musisi
terkenal Ziryab memperkenalkan pakaian berdasarkan timing
musiman dan harian dari asli nya Baghdad dan inspirasi sendiri
untuk Córdoba di Al-Andalus
3. Ditemukan bukti bahwa similar perubahan mode terjadi di
Timur Tengah dari abad ke-11, setelah kedatangan Turki, yang
memperkenalkan gaya pakaian dari Asia Tengah danTimur
Jauh
4. Pada abad ke-14 , yang termasuk sejarawan James
Laver dan Fernand Braudel tanggal awal Barat dalam mode
pakaian
5. Pada tahun 1780-an dengan penerbitan peningkatan ukiran
Perancis yang menunjukkan gaya terbaru Paris, meskipun telah
ada pembagian boneka dari Perancis berpakaian sebagai pola
sejak abad 16, dan Abraham Bosse telah menghasilkan ukiran
mode dari 1620. Pada 1800, semua orang Eropa Barat yang
berpakaian sama (atau pikir mereka): variasi lokal pertama
menjadi tanda provinsi budaya, dan kemudian lencana dari
petani konservatif
6. Pada tahun 1858 diambil sebagai tanggal sejarah desain
fashion, ketika Inggris lahir Charles Frederick
Worth membuka haute couture di Paris. Sejak saat itu desainer
profesional telah menjadi tokoh semakin lebih dominan,
meskipun asal-usul mode banyak street fashion.
7. Untuk wanita flapper gaya tahun 1920-an ditandai perubahan
yang paling utama dalam gaya yang selama beberapa abad,
dengan pemendekan drastis dari panjang rok, dan jauh lebih
longgar pas pakaian, dengan kebangunan rohani sesekali rok
panjang bentuk panjang pendek tetap dominan sejak
8. Saat ini diketahui 4 ibukota Fashion atau yang biasa disebut
Jantung Fashion adalahNew York City, Milan, Paris ,
dan London . Minggu Mode diadakan di kota-kota, di mana
desainer memamerkan koleksi pakaian baru mereka untuk
penonton, dan yang semuanya markas ke perusahaan mode
terbesar dan terkenal dengan pengaruh besar mereka pada
mode global
9. Perkembangan Fashion di Indonesia diawali pada saat
Indonesia masih dijajah oleh Belanda dan Inggris. Mode
pakaian para putri Inggris dan Noni Belanda menjadi awal tren
pakaian. Kemudian dilanjut dengan berkembangnya
Globalisasi di Indonesia yang membuat kita dapat mengetahui
perkembangan Fashion Negara Lain melalui akses Internet dan
majalah.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Fashion mempengaruhi apa yang seseorang kenakan, bagaimana
seseorang hidup dan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri
2. Remaja cenderung bergaya hidup dengan mengikuti mode masa kini

3. Beraneka ragam model pakaian remaja yang berkembang saat ini


memang tidak harus diikuti
4. Gaya berpakaian remaja berkaitan dengan penerimaan dirinya akan
perubahan kondisi fisik yang dialami
5. Seseorang yang sangat fashionable secara tidak langsung
mengkontruksi dirinya sebagai seseorang dengan gaya hidup modern
dan selalu mengikuti trend yang ada
6. Perkembangan fashion membawa dampak positif dan negatif

B. Saran
Bereksperimenlah dengan fashion. Temukan fashion Anda sendiri.
Tidak ada fashion yang ketinggalan jaman, karena fashion adalah ciri
seseorang yang ingin berekspresi.

C. Daftar Pustaka
Letitia, Shara. 2012. About Fashion. Jakarta: Gramedia
Zaneta, Askila Eleanor, 2007. Fashionable. Bandung: Gramedia
http://our-life-is-fashion.blogspot.com/2013/04/seputar-dunia-
fashion.html#.UZjoqKKxV7Z
http://sahabatconseling.blogspot.com/2012/05/dampak-gaya-berpakaian-
remaja-masa-kini.html
http://natashaaquilaputri.blogspot.com/2012/02/contoh-karya-tulis-
penelitian-terhadap.html
http://amiraanisa.blogspot.com/2012/02/fashion-di-kalangan-remaja.html

Anda mungkin juga menyukai