Anda di halaman 1dari 2

Remaja merupakan salah satu individu yang suka bersosialisasi, seperti berkumpul dengan teman

sebayanya. Mereka sering merencanakan kegiatan untuk berkumpul mengerjakan tugas bersama
ataupun hanya bermain saja. Pastinya mereka membutuhkan outfit yang ons point. Namun sering kali
mereka kebingungan mengenai outfit apa yang akan mereka akan pakai, sementara itu dirumahnya
sudah banyak sekali pakaian yang terpajang atau terlipat di lemari rumah mereka. Mereka selalu
menggunakan outfit berbeda di setiap pertemuannya karena mereka ingin mendapatkan kesan baik dari
temannya dan juga karena zaman sudah modern sekarang sudah banyak aplikasi media sosial yang
berguna untuk mengunggah foto kita sendiri dengan tujuan mendapatkan citra diri yang baik sesuai
dengan penampilannya di media sosial.

di samping citra diri, penampilan merupakan hal terpenting bagi anak - anak remaja yang sering
berkumpul dengan teman temannya atau bahkan ketika ada acara yang penting. Penampilan pun bisa
menunjukkan citra dirinya atau identitas dirinya. Citra diri dapat dilihat melalui bagaimana remaja
tersebut menggunakan outfitnya. Citra diri atau identitas diri terbentuk dari perjalanan pengalaman
masa lalu, keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana orang lain telah
menilainya secara objektif. (Maxwell Maltz, 1996). Citra diri membentuk gaya hidup individu. Gaya hidup
di kalangan remaja merupakan sebuah refleksi atau cerminan diri dari seseorang yang memunculkan
identitasnya. Gaya hidup dari setiap subjek dapat bersangkutan dengan pola berbelanja dan pola
pergaulan, hal tersebut merupakan faktor yang memengaruhi individu tersebut yang tercermin dari
kebiasaan sehari-hari, interaksi dengan orang lain, serta kesukaan dalam suatu hal. (Dwiyantoro, 2014,
hal.6)

Pentingnya citra diri, membuat remaja makin memikirkan outfit apa yang sekiranya cocok dengan
kepribadiannya dan juga bisa membuat orang terpukau dengan penampilannya. Dibalik dari pentingnya
citra diri bagi remaja, perkembangan industri fashion menjadi topik hangat masyarakat luas untuk selalu
update dengan trend-trend saat ini. Banyaknya brand luar negeri yang bermunculan dengan harga
mahal yang tidak menyurutkan para pecinta fashion untuk berlomba-lomba tampil lebih baik dari yang
lain. Kebanyakan dari mereka rela menyisihkan uang untuk memenuhi kebutuhan bergaya sesuai trend
yang sedang hangat di era saat ini, khususnya di kalangan remaja. Tetapi, tidak semuanya mampu untuk
memenuhi trend yang selalu berubah-ubah. Oleh karena itu, sebagian orang selalu mencari cara untuk
tampil keren dan modis, namun dengan modal yang minim. Secara sadar dan tidak sadar, orang orang
terlalu terpaku dengan outfit yang ons point dan berlomba lomba untuk berpenampilan dengan sebagus
mungkin. Sehingga, orang orang tersebut lebih tepatnya remaja ini akan menjadi konsumtif ataupun
boros. Setelah mereka menghabiskan uang tersebut untuk membeli outfit yang mereka mau dan
menggunakannya sekali, kebanyakan dari mereka langsung meninggalkan saja outfit tersebut dan
disimpan dilemari mereka. Maka dari itu, banyak dari mereka yang secara tidak sadar mengumpulkan
baju baju yang baru sekali mereka pakai.

Kebanyakan remaja menjadi boros atau konsumtif karena, mereka ingin tampil menarik. Namun, dibalik
mereka yang ingin sekali menjadi pusat perhatian, mereka menumpuk baju mereka yang hanya dipakai
sekali saja. Sehingga, membuat yang namanya Fast Fashion atau bisa dibilang Sampah Fashion. Secara
materi Fast Fashion adalah istilah yang digunakan oleh industri tekstil yang memiliki berbagai model
fashion yang silih berganti dalam waktu yang sangat singkat, serta menggunakan bahan baku yang
berkualitas buruk, sehingga tidak tahan lama. Secara di kalangan remaja makna fast fashion ini
berartikan bahwa fashion mereka hanya digunakan secara singkat dan tidak bertahan lama. Fast fashion
ini juga diasosiasikan dengan polusi, limbah, penyebaran mentalitas "sekali pakai", upah rendah, dan
tempat kerja yang tidak aman. Fast fashion juga bisa berdampak bagi lingkungan di sekitar kita, seperti
apa yang dikatakan di atas bahwa fast fashion salah satunya itu fast fashion biasanya menggunakan
pewarna tekstil yang murah dan berbahaya, sehingga dapat menyebabkan pencemaran air dan beresiko
terhadap kesehatan manusia.

Solusi dari fast fashion yaitu salah satunya dengan adanya thrifting. Thrifting merupakan kegiatan
membeli barang bekas pakai, dengan catatan bukan berarti kualitas barang yang dijual tidak begitu
bagus. Sebaliknya, barang yang dijual di toko thrift biasanya masih dalam keadaan baik dan berkualitas.
Lalu, barang-barang yang dijual di toko thrift lebih sering disebut dengan istilah preloved. Salah satu
keuntungan dari thrifting adalah busana yang lebih awet dan tidak mudah rusak dikarenakan sudah
terbukti oleh pemilik sebelumnya. Pembeli juga dapat menemukan barang-barang langka yang jarang
dijumpai. Bahkan pembeli mungkin saja mendapatkan barang limited edition yang sudah tidak
diproduksi. Namun, jika hanya cara thrifting saja yang diandalkan, hasilnya akan kurang optimal. Karena,
yang tadinya tujuan utama thrifting yaitu hanya untuk masyarakat yang kurang mampu, namun makin
ke sini masyarakat menengah ke atas menjadi ikut membeli. Sehingga, harga baju di thrifting menjadi
naik dan yang tadinya ditujukan ke masyarakat kurang mampu menjadi pasar global. Masyarakat yang
kurang mampu itu akan merasa harga yang dijual akan mahal sekali,jadi akibatnya masyarakat kurang
mampu tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka lagi. Selain dari alasan mengapa thrifting
kurang optimal di kalangan sosial, thrifting juga dapat membahayakan kesehatan orang karena produk
pakaian bekasnya kebanyakan mengandung bakteri yang bisa membahayakan kesehatan(Widodo,2015).

Anda mungkin juga menyukai