Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini perkembangan dunia fashion mengalami perkembangan yang

sangat pesat, tanpa terkecuali di Indonesia, terutama perkembangan baju bermerek

tiruan. Hal ini merupakan dampak adanya kebutuhan serta kondisi masyarakat

yang meliputi berbagai hal, seperti gaya hidup, social, ekonomi, politik dan

buadaya yang mempengaruhi munculnya tren baru. Perubahan tren yang terjadi

saat ini sangat cepat, hanya dalam waktu satu tahun beberapa tren telah

bermunculan, hal ini dampak dari perkembangan teknologi yang dimanfaatkan

oleh produsen dalam membuat tren baru menyebar dengan cepat di masyarakat.

Dengan perubahan tren yang sangat cepat ini, para konsumen didorong untuk

mengikuti dan menyesuaikan diri dengan tren yang ada agar tidak ketinggalan

tren.

Baju merupakan hal yang paling diperhatikan oleh setiap orang, hal ini

membuat semakin banyaknya merek-merek baju terkenal yang bisa kita temui di

pasar, seperti Supreme, Quicksilver, Greenlight, Billabong, Dahui, Volcom dan

masih banyak lainnya. Merek-merek terkenal ini sengaja dipasarkan untuk

memenuhi kebutuhan para konsumen dengan harga ratusan ribu hingga jutaan

rupiah. Baju bermerek dapat menunjang penampilan serta citra dari si

penggunanya. Hal ini dikarenakan harga dari baju bermerek yang original

memiliki harga yang mahal bagi sebagian banyak orang sehingga tidak semua
orang bisa memilikinya, akibatnya mereka yang mampu membeli serta memiliki

baju bermerek ini akan membuat mereka lebih bergengsi di antara yang lainnya.

Meski begitu tidak semua orang mampu untuk membeli baju bermerek yang

mereka sukai yang memiliki harga mahal. Disinilah muncul baju-baju bermerek

tiruan yang mampu menarik perhatian dari kalangan orang yang tidak memiliki

cukup uang untuk membeli baju bermerek tersebut. Dengan demikian banyak

orang yang lebih memilih membeli baju bermerek tiruan yang memiliki harga

yang lebih murah.

Citra merek adalah persepsi dan keyakinan yang dipegang oleh konsumen,

seperti yang dicerminkan asosiasi yang tertanam dalam ingatan konsumen (Kotler

dan Keller, 2009:403).Brand image (citra merek) merupakan gambaran atau kesan

yang ditimbulkan oleh suatu merek dalam benak pelanggan. Ketika sebuah merek

memiliki citra yang kuat dan positif di benak konsumen maka merek tersebut akan

selalu diingat dan kemungkinan konsumen untuk membeli merek yang

bersangkutan sangat besar.

Adalah Supreme yang merupakan brand fashion yang ternama dari

Amerika Serikat.Brand fashion untuk streetwear ini didirikan pada tahun 1994

silaM. Mereka mendapatkan insfirasi produk mereka dari gaya berpakaian kaum

muda urban. Merek ini sedang hits di banyak Negara dan juga di Indonesia. Gaya

busana yang diusung sedang banyak diminati sehingga banyak yang melirik

merek ini.

Supreme memilki banyak kelebihan pada produknya.Salah satunya adalah

bahan yang dipakai untuk produknya selalu berkualitas.Dari segi bahan kaos
hingga bahan sablonnya nyaman dipakai. Namun semua kualitas tersebut

memiliki harga yang sangat mahal yaitu sekitar 30-1000 US$ atau Rp 400rb – 13

juataan.

Saat ini banyak ditemukan baju merek supreme di pasar-pasar tradisional

dan toko pakaian yang ada dimataram dengan harga yang jauh lebih murah dari

baju merek aslinya. Tidak heran melihat banyaknya beredar baju merek Supreme

tiruan yang laris manis dibeli oleh pembeli khususnya kaum muda. Yang

dikarenakan merek ini sudah terkenal didunia fashion dan juga di Indonesia.

Harga yang tidak bisa dijangkau bagi sebagian banyak orang menjadi

alasan utama munculnya baju dengan merek tiruan. Perhimpunan masyarakat Hak

Kekayaan Intelektual (HaKI) Indonesia mencatat sekitar 1.500 merek

internasional yang telah didaftar ditiru oleh perusahaan- perusahaan lokal

(Santoso, 2011). Brand tiruan merupakan produk yang dibuat dengan merek serta

menyerupai produk asli yang tetunya tidak dibuat oleh desainer aslinya.Baju

dengan brand tiruan inilah yang menjadi salah satu solusi saat saat ini dalam

memnuhi kebutuhan untuk mengikuti tren yang berlaku, karena harganya jauh

lebih murah.

Bagi mereka yang tidak bisa menjangkau brand original saat ini banyak

bermunculan merek kualitas tiruan. Merek tiruan adalah baju-baju keluaran

produsen ternama dari luar negri yang produknya secara fisik mirip dengan brand

original. Ada beberapa tingkatan dari merek tiruan, yaitu mulai dari yang murah

hingga tiruan super yang mahal. Harga yang ditawarkan oleh produsen pemalsu

jauh lebih rendah dari brand original. Sebagai contoh ada brand baju merek
Supreme yang harga originalnya mencapai Rp. 2juta. Sedangkan untuk merek

baju Supreme tiruan hanya dibandrol dengan harga Rp. 100-500 ribuan saja.

Konsep gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya

hidup terkait dengan bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan

uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka. Kepribadian

menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif interal, yang memperlihatkan

karakteristik pola berfikir, perasaan dan presepsi mereka terhadap sesuatu. Gaya

hidup yang diinginkan oleh seseorang mempengaruhi perilaku pembelian yang

ada dalam dirinya, dan selanjutnya akan mempengaruhi atau bahkan mengubah

gaya hidup individu tersebut. Gaya hidup berhubungan erat dengan adanya

perkembangan zaman maupun teknologi. Gaya hidup menjadiupaya untuk dapat

membuat diri yang akan menjadi eksis dengan cara tertentu dan berbeda dari

kelompok lainya.

Masyarakat Indonesia senang memperhatikan tren busananya. Gaya hidup

seperti ini berakibat pada tingginya permintaan terhadap produk fashion. Keadaan

tersebut mendorong para pengusaha retail harus benar-benar memahami apa yang

diinginkan konsumen, kini mencoba mengembangkan bisnisnya secara massal.

Perilaku masyarakat Indonesia yang mudah menyerap tren busana terbaru ini

merupakan peluang lebar bagi para pelaku bisnis fashion. kemudian melahirkan

produk-produk penunjang aktivitas tersebut untuk komunitasnya sendiri, yang

kemudian memunculkan berkembangnya suatu usaha yang bergerak bergerak

dalam bidang fashion.


Khususnya dimataram yang merupakan kota dari provensi Nusa Tenggara

Barat. Yang merupakan kota berkembang yang banyak terdapat remaja-remaja

mengagumi merek terkenal seperti Supreme. Nanun dari remaja tersebut tidak

banyak yang memili uang utuk membeli baju bermerek yang harganya sangat

mahal. Yang membuat para remaja dimataram mengambil alternatif yaitu

membeli baju bermerek tiruan yang memiliki harga cukup murah. Phenomena ini

sering terlihat dimana baju yang digunakan remaja dimataram merupakan baju

bermerek tiruan. Manun tentu saja tidak semua remaja memakai baju bermerek

tiruan, ada sebagian yang mampu membeli baju bermerek asli. Yang dalam hal ini

diketahui dari beberapa orang yang ditanyai mengenai baju bermerek yang dia

pakai.

Adapun peryataanya adalah, seprti baju yang bermerek harganya beli

sangat mahal dan dibeli dari toko baju yang menjual pakaian-pakaian asli sperti

Royal surf. Sedangkan baju yang bermerek tiruan pasti harganya jauh lebih murah

jika dibandingkan dengan harga baju bermerek asli dan dibeli ditoko-toko pakaian

yang harga baju bermerek ditoko tersebut tidak sesuai dengan harga baju aslinya,

dan banyak terdapat baju bermerek tiruan dipasar-pasar tradisional

Adapun pengertian tentang produk original dan barang tiruan adalah

sebagai berikut: produk original adalah produk yang merupakan barang resmi dari

pihak pembuatnya. Barang ini murni diproduksi, di seleksi, di standarisasi oleh

sang produsen sendiri sehingga kualitas barang benar-benar terjaga dan tidak

mengecewakan pembelinya. Sedangkan barang tiruan adalah suatu barang yang

diproduksi sebagai replica, atau imitasi dari suatu produk lain.


Perbedaan antara baju merek asli dan baju tiruan. Yang paling

membedaakan baju palsu dengan yang asli adalah biasanya baju tiruan akan lebih

mudah longgar jika ditarik. Baju merek tiruan juga biasanya warnanya lebih cepat

pudar dan kusam.

Perilaku konsumen merupakan salah satu tren perhatian para pelaku bisnis

modern dan menjadi bagian starategi pemasaran yang perlu dikembangkan agar

produsen memiliki ruang untuk tetap service.Perilaku konsumen terhadap produk

dihasilkan memang perlu dan harus dipahami oleh pelaku bisnis karena produk

yang diciptakan harus diterima oleh konsumen dipasar sehingga tercipta

keputusan pembelian terhadap produk.Menurut Kotler (2005:202) keputusan

seorang dalam memilih sesuatu tergantung dari berbagai hal. Faktor pribadi yang

dimaksud ialah usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya

hidup, serta kepribadian dan konsep-diri pembeli. Gaya hidup adalah pola hidup

seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya, sedangkan

kepribadian merupakan karakteristik individu yang berbeda yang mempengaruhi

perilaku pembeliannya.Ketika seseorang telah memperoleh penghasilan sendiri,

seseorang dapat dengan leluasa membelanjakan apa yang telah dihasilkannya.

Seperti membeli keperluan untuk menunjang kebutuhan penampilannya.

Berdasarkan dari uraian diatas maka peneliti memberikan judul “PENGARUH

CITRA MEREK DAN GAYA HIDUP TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN BAJU BERMEREK TIRUAN.

(STUDI KASUS PADA BAJU MEREK SUPREME TIRUAN

DIMATARAM)
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian baju bermerek

tiruan.

2. Apakah gaya hidup berpengaruh terhadap keputusan pembelian baju bermerek

tiruan.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh citra merek terhadap keputusan

pembelian baju bermerek tiruan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya hidup terhadap keputusan

pembelian baju bermerek tiruan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis

Penelitian ini digunakan untuk memenuhi salah satu tugas akhir studi

dalam rangka memnuhi sayarat untuk mencapai kebulatan studi pada program

Strata Studi (S1) pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Mataram

2. Secara teoristis

Untuk mengetahui peran citra merek dan gaya hidup dalam pemasaran.

3. Secara praktis

Penelitian ini dapat dijadikan referensi penelitian sejenis ataupun untuk

pengembangan penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Kepustakaan

2.1.1 Citra merek

2.1.1.1 Pengertian citra merek

Citra merek adalah persepsi dan keyakinan yang dipegang oleh konsumen,

seperti yang dicerminkan asosiasi yang tertanam dalam ingatan konsumen (Kotler

dan Keller, 2009:403).Brand image (citra merek) merupakan gambaran atau kesan

yang ditimbulkan oleh suatu merek dalam benak pelanggan. Ketika sebuah merek

memiliki citra yang kuat dan positif di benak konsumen maka merek tersebut akan

selalu diingat dan kemungkinan konsumen untuk membeli merek yang

bersangkutan sangat besar.

Menurut Kertajaya (2010:63),merek disebut sebagai value indicator karena

brand mampu menciptakan dan menambahkan value kepada produk, perusahaan,

orang atau bahkan Negara, oleh karena itu brand menjadi indicator value yang

ditawarkan kepada pelanggan internal, eksternal, dan investor. Selain itu merek

mengindikasikan value dari produk, sehingga akan membuat perusahaan mampu

menghindar dari jebakan komoditas.

Menurut Tjiptono (2008:104) merek merupakan nama, istilah, tanda,

simbol/lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi aribut-atribut produk

lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap

produk pesaing. Susanto & Wijanarko (2004:79) mendefinifsikan merek sebagai


sebuah nama, logo, dan simbol yang membedakan sebuah produk atau layanan

dari para pesaingnya berdasarkan kriteria tertentu. Sedangkan menurut Kotler

(2005 :82), merek adalah suatu simbol rumit yang dapat menyampaikan hingga

enam tingkat pengertian, yaitu :

1. Atribut : Merek mengingatkan atribut-artibut.

2. Manfaat : Atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan

emosional.

3. Nilai : Merek tersebut juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya.

4. Budaya : Merek tersebut juga mungkin melambangkan budaya tertentu.

5. Kepribadian : Merek tersebut dapat mencerminkan kepribadian

tertentu.Pemakai : Merek tersebut menyiratkan jenis konsumen yang membeli

atau menggunakan produk tersebut.

Tujuan digunakannya merek menurut Tjiptono (2008:104) yaitu :

1. Sebagai identitas, yang bermanfaat dalam diferensiasi atau membedakan

produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya. Iniakan memudahkan

konsumen untuk mengenalinya saat berbelanja dan saat melakukan pembelian

ulang.

2. Alat promosi, yaitu sebagai daya tarik produk.

3. Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan kualitas,

serta prestise tertentu kepada konsumen.

4. Untuk mengendalikan pasar.


Menurut Tjiptono (2008:106), agar suatu merek dapat mencerminkan

makna-makna yang ingin disampaikan, maka ada beberapa persyaratan yang

harus diperhatikan, yaitu :

1. Merek harus khas atau unik.

2. Merek harus menggambarkan sesuatu mengenai manfaat produk dan

pemakaiannya.

3. Merek harus menggambarkan kualitas produk.

5. Merek harus mudah diucapkan, dikenali, dan diingat.

6. Merek tidak boleh mengandung arti yang buruk di negara dan dalam bahasa

lain.

7. Merek harus dapat menyesuaikan diri (adaptable) dengan produk- produk baru

yang mungkin ditambahkan ke dalam lini produk.

Terdapat 4 (empat) pilihan strategi merek yang sering digunakan oleh

perusahaan (Simamora, 2003:72), yaitu :

a. Merek baru (new brand):

Menggunakan merek baru untuk kategori produk baru.

b. Perluasan lini (lini ekstension):

Menggunakan merek lama untuk kategori produk lama.

c. Perluasan merek (brand ekstension):

Menggunakan merek yang sudah ada untuk produk baru, atau strategi

menjadikan semua produk memiliki merek yang sama.

d. Multi-merek (multibrand):
Menggunakan merek baru untuk kategori merek lama. Dalam pendekatan

ini produknya sama tetapi memiliki merek yang berbeda, sehingga sebuah

perusahaan bisa memiliki beberapa merek untuk produk yang sama.

Tjiptono (2005:49) menyatakan bahwa brand image atau brand description

adalah deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek

tertentu. Brand image merupakan tanggapan tentang merek yang direfleksikan

konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen dan cara orang berpikir

tentang sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran mereka, sekalipun pada saat

mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan langsung dengan produk.

Menurut Kotler (2005:208) citra merek adalah seperangkat keyakinan ide

dan kesan yang terbentuk oleh seseorang terhadap suatu objek. Image atau citra

sendiri adalah suatu gambaran, penyerupaan kesan utama atau garis besar bahkan

bayangan yang dimiliki oleh seseorang tentang sesuatu.Oleh karena itu citra atau

image dapat dipertahankan Sedangkan menurut Keller (2005:93) citra merek

dapat dijelaskan sebagai persepsi tentang sebuah merek yang digambarkan

sebagai asosiasi merek yang ada dalam ingatan konsumen. Brand association

(asosiasi merek) adalah informasi lain yang dihubungkan dengan merek dalam

ingatan dan mengandung arti merek bagi konsumen.

Tjiptono (2005:49) menyatakan bahwa brand image atau brand

description adalah deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap

merek tertentu.Brand image merupakan tanggapan tentang merek yang

direfleksikan konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen dan cara orang

berpikir tentang sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran mereka, sekalipun
pada saat mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan langsung dengan

produk

Menurut Kotler (2005:69), merek citra (brand image) muncul bersama

produk atau jasa yang sulit dibedakan, atau menilai mutunya, atau menyampaikan

pernyataan tentang pengguna. Strateginya meliputi upaya menciptakan desain

tersendiri, mengasosiasikannya dengan pengguna selebriti, atau menciptakan citra

iklan yang kuat.

Menurut Keller (2013:97) dimensi-dimensi utama membentuk citra sebuah

merek tertuang dalam berikut ini:

1. Brand Identity (identitas Merek)

Brand identity merupakan identitas fisik yang berkaitan dengan merek atau

produk tersebut sehingga pelanggan mudah mengenali dan membedakannya

dengan merek atau produk lain, seperti logo, warna, kemasan, lokasi, identitas

perusahaan yang memayungi, slogan, dan lain-lain.

1. Brand Personality (Personalitas Merek).

Brand personality adalah karakter khas sebuah merek yang membentuk

kepribadian tertentu sebagaimana layaknya manusia, sehingga khalayak

pelanggan dengan mudah membedakannya dengan merek lain dalam kategori

yang sama, misalnya karakter tegas, kaku, berwibawa, nigrat, atau murah senyum,

hangat, penyayang, berjiwa sosial, atau dinamis, kreatif, independen, dan

sebagainya.

2. Brand Association (Asosiasi Merek).

Brand Association adalah hal-hal spesifik yang pantas atau selalu dikaitkan
dengan suatu merek, bisa muncul dari penawaran unik suatu produk, aktivitas

yang berulang dan konsisten misalnya dalam hal sponsorship atau kegiatan social

resposibility, isu-isu yang sangat kuat berkaitan dengan merek tersebut, ataupun

person, simbol-simbol dan makna tertentu yang sangat kuat melekat pada suatu

merek.

3. Brand Attitude and Behavior (sikap dan perilaku merek).

Brand attitude and behavior adalah sikap atau perilaku komunikasi dan interaksi

merek dengan pelanggan dalam menawarkan benefit-benefit dan nilai yang

dimilikinya. Attitude and behavior mencakup sikap dan perilaku pelanggan,

aktivitas dan atribut yang melekat pada merek saat berhubungan dengan khalayak

pelanggan, termasuk perilaku karyawan dan pemilik merek.

4. Brand Benefit and Competence (Manfaat dan Keunggulan Merek).

Brand benefit and competence merupakan nilai-nilai dan keunggulan khas yang

ditawarkan oleh suatu merek kepada pelanggan yang membuat pelanggan dapat

merasakan manfaat karena kebutuhan, keinginan, mimpi, dan obsesinya

terwujudkan oleh apa yang ditawarkan tersebut.

Menurut Kotler dan Keller (2012:347), citra merek dapat dilihat dari:

1. Keunggulan asosiasi merek, salah satu faktor pembentuk brand image adalah

keunggulan produk, dimana produk tersebut unggul dalam persaingan.

2. Kekuatan asosiasi merek, setiap merek yang berharga mempunyai jiwa, suatu

kepribadian khusus adalah kewajiban mendasar bagi pemilik merek untuk


dapat mengungkapkan, mensosialisasikan jiwa/kepribadian tersebut dalam

satu bentuk iklan, ataupun bentuk kegiatan promosi dan pemasaran lainnya.

Hal itulah yang akan terus menerus menjadi penghubung antara

produk/merek dengan pelanggan. dengan demikian merek tersebut akan cepat

dikenal dan akan tetap terjaga ditengah-tengah maraknya persaingan.

Membangun popularitas sebuah merek menjadi merek yang terkenal tidaklah

mudah. Namun demikian, popularitas adalah salah satu kunci yang dapat

membentuk brand image pada pelanggan.

3. Keunikan asosiasi merek, merupakan keunikan-keunikan yang dimiliki oleh

produk tersebut.

2.1.2 Gaya hidup

2.1.2.1 Pengertian gaya hidup

Kasali (2002) mendefinisikan “Gaya hidup adalah suatu pola konsumsi

yang mencerminkan piliihan seseorang terhadap berbagai hal dan bagaimana

menghabiskan waktu dan uangnya ” . Konsep gaya hidup konsumen sedikit

berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan bagaimana seseorang hidup,

bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu

mereka.Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif internal,

yang memperlihatkan karakteristik pola berfikir, perasaan dan presepsi mereka

terhadap sesuatu. Gaya hidup yang diinginkan oleh seseorang mempengaruhi

perilaku pembelian yang ada dalam dirinya, dan selanjutnya akan mempengaruhi
atau bahkan mengubah gaya hidup individu tersebut, Ahmad (2017).

Gaya hidup seseorang juga mempengaruhi kebutuhan produk konsumen,

preferensi merek, tipe media yang digunakan dan bagaimana dan dimana mereka

melakukan pembelian barang, dalam Erlita dan Diah (2015). analisis gaya hidup

adalah analisis terhadap pola hidup sehari-hari dari seseorang yang diungkapkan

dalam Activities (Aktivitas), Interests (Minat), dan Opinions (Opini) orang itu

atau biasa disingkat AIO. dalam Erlita dan Diah (2015).

Gaya hidup melibatkan pengukuran dimensi AIO utama pelanggan, yaitu:

a. Activities atau aktivitas yaitu bagaimana konsumen menghabiskan waktunya,

seperti liburan, hiburan, keanggotaan perkumpulan, dll.

b. Interest atau minat yaitu tingkat keinginan atau perhatian atas pilihan yang

dimiliki oleh konsumen, seperti kelompok masyarakat, rekreasi, mode pakaian,

media, dll.

c. Opinions atau pendapat merupakan jawaban sebagai respon dari stimulus

dimana semacam pertanyaan diajukan. Opini digunakan untuk

mendeskripsikan penafsiran, harapan dan evaluasi. Contohnya seperti, bisnis,

ekonomi, pendidikan, produk, budaya, dll.

Nugroho(2003:148) mendefinisikan gaya hidup secara luas sebagai cara

hidup yang diidentifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka

(aktivitas) apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (keterkaitan)

dan apa yang mereka perkirakan tentang diri mereka sendiri dan dunia sekitarnya.

Menurut Sunarto (2000:103), Gaya hidup atau lifestyle adalah pola

kehidupan seseorang untuk memahami kekuatan -kekuataninikita harus


mengukur dimensi activity, interest dan opinion (AIO). Dimensi activity

(aktivitas) dilihat dari pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, dan kegiatansosial.

Sedangkan dimensiinterest(minat) terdiri dari makanan, mode, keluarga, rekreasi.

Dimensi opinion (pendapat) terdiri dari mengenai diri mereka sendiri, masalah-

masalah sosial, bisnis, dan produk.Gaya hidup mencakup sesuatu yang lebih dari

sekedar kelas sosial ataupun kepribadianseseorang.

Konsep gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya

hidup terkait dengan bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan

uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka. Kepribadian

menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif interal, yang memperlihatkan

karakteristik pola berfikir, perasaan dan presepsi mereka terhadap sesuatu. Gaya

hidup yang diinginkan oleh seseorang mempengaruhi perilaku pembelian yang

ada dalam dirinya, dan selanjutnya akan mempengaruhi atau bahkan mengubah

gaya hidup individu tersebut.

Simamora (2000:114-115) mengkategorikan gaya hidup menjadi dua

bagian:

a. Gaya hidup normatif (normative life style) menggambarkan pengharapan

cultural tersebut dibebankan kepada individu oleh masyarakat mereka dan

merujuk pada sistem nilai ekonomi dan konsumen sebuah masyarakat. Sistem

nilai ini terdiri atas pengaruh sistem gabungan dari agama suatu masyarakat

dan sikapnya terhadap pembangunan ekonomi, hukum dan sebagainya.

b. Gaya hidup pribadi (personal life style) merajuk kepada keyakinan individu

tentang aktivitas konsumen individu di dalam kultur atau sub kultur mereka.
Hal-hal seperti perilaku berbelanja, kesaadaran harga dan keterlibatan keluarga

dan proses pembelian terwujud akibat dari gaya hidup pribadi, sikap psikologis

pengalaman situasi sosial dan ekonomi yang spesifik, lingkungan fisik dan

yang lainnya.

Dari definisi para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa gaya hidup

adalah suatu trend yang selaras dengan kehidupan yang mereka anggap penting

dalam lingkungannya serta mempengaruhi pola pikir serta tingkah laku mereka.

Menganut pendapat Solomon (2011: 264) yang menyatakan bahwa

lifestyle (gaya hidup) mencakup aktivitas, minat, opini, dan demografi. Hal ini

dikarenakan dimensi-dimensi tersebut sesuai dengan kondisi objek penelitian di

lapangan sehingga diiharapkan dapat memberikan informasi yang akurat

mengenai gaya hidup pelanggan.

1. Activity (aktivitas)

Solomon (2011: 264) mengatakan bahwa salah satu variabel atau

dimensi lifestyle yang dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian pasar

sasaran adalah activity. Aktivitas ini dapat berupa kerja, hobi, acara sosial,

liburan, hiburan, keanggotaan perkumpulan, jelajah internet, berbelanja, dan

olahraga.Aktivitas (kegiatan) konsumen merupakan karakteristik konsumen

dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan adanya aktivitas konsumen,

perusahaan dapat mengetahui kegiatan apa saja yang dapat dilakukan oleh

pasar sasarannya, sehingga mempermudah perusahaan untuk menciptakan

strategi-strategi dari informasi yang didapatkan tersebut. Rio Budi Prasadja

Tan (2009: 34) mengatakan bahwa aktivitas merupakan apa yang mereka
lakukan dalam pekerjaan, apa kegemaran mereka dan bagaimana mereka

melalui liburannya, olahraga macam apa yang mereka lakukan dan klub tempat

mereka menjadi

Aktivitas konsumen merupakan titik tolak dari penciptaan dan

penawaran produk. Hal ini dikarenakan produk merupakan faktor utama yang

menjadi fokus perhatian konsumen. Oleh karena itu penciptaan produk dan

kesesuaiannya dengan aktivitas konsumen adalah strategi yang efektif guna

membentuk persepsi keputusan berkunjung konsumen (pasar sasaran).

2. Interest (Minat)

Pada dasarnya setiap manusia memiliki minat yang berbeda-beda. Ada

yang tertarik pada makanan, ada juga yang tertarik pada mode pakaian, dan

sebagainya. Minat merupakan faktor pribadi konsumen dalam mempengaruhi

proses pengambilan keputusan. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu

memahami minat dan hasrat para pelanggannya. James F. Engel, et,al

(1994:385) mengungkapkan bahwa interest (minat) adalah ketertarikan akan

semacam objek, peristiwa, atau topik adalah tingkat kegairahan yang menyertai

perhatian khusus maupun terus menerus kepadanya. Sedangkan Rio Budi

Prasadja Tan (2009:34) mengungkapakan minat (interest) yaitu apakah

konsumen tertarik untuk menata tempat tinggal mereka, atau tertarik dengan

mode, majalah dan surat kabar apa yang mereka baca, apakah mereka tertarik

denganmakanan dan makanan seperti apa. Singkatnya, minat merupakan apa

yang konsumen anggap menarik untuk meluangkan waktu dan mengeluarkan


uang.

Perusahaan dapat menciptakan konsep pemasaran dengan memahami

minat pelanggan guna mempengaruhi proses pembelian para pasar sasarannya.

Solomon (2011: 264) mengungkapkan bahwa minat terdiri dari keluarga,

rumah tangga, pekerjaan, kelompok masyarakat, rekreasi, mode pakaian,

makanan, media, dan prestasi. Keluarga merupakan organisasi kecil yang

penting dalam mempengaruhi perilaku anggotanya yang bersumber dari orang

tua. Setiap anggota kelurga memiliki peran yang berbeda dalam mempengaruhi

pembelian. Dengan memahami minat konsumen yang terdiri dari faktor

keluarga, perusahaan dapat mengenali peran yang relatif dominan antara

suami, istri, dan anak yang mempengaruhi dalam membeli beragam produk dan

jasa. Kotler & Keller (2009:171) mengungkapkan bahwa terdapat dua keluarga

dalam kehidupan pembeli.Pertama, keluarga orientasi (family of orientation)

yang terdiri dari orang tua dan saudara kandung.Dari orang tua seseorang

orientasi terhadap agama, politik, dan ekonomi serta rasa ambisi pribadi, harga

diri, dan cinta. Bahkan jika konsumen tidak lagi banyak berinteraksi dengan

orang tua mereka, pengaruh orang tua terhadap perilaku mereka sangat besar.

Kedua, keluarga prokreasi (family of procreation) yang terdiri dari pasangan

dan anak-anak. Keluarga proreaksi adalah keluarga yang memiliki pengaruh

lebih langsung terhadap perilaku pembelian setiap hari.

Kotler & Keller (2009:173) mengatakan bahwa faktor pekerjaan juga

mempengaruhi pola konsumsi.Pilihan produk dan jasa sangat dipengaruhi oleh

keadaan ekonomi dan pekerjaan.Dalam hal ini, perusahaan harus memilih


kelompok pasar berdasarkan pekerjaan sebagai target pasarnya.

3. Opinion (opini)

Opini merupakan pendapat dari setiap konsumen yang berasal dari

pribadi mereka sendiri. Solomon (2011: 264) mengatakan bahwa opini dapat

terdiri dari konsumen itu sendiri, isu sosial, isu politik, bisnis, ekonomi,

pendidikan, produk, masa depan, dan budaya. Rio (2009:34) mendefinisikan

opinion (opini) sebagai apa pendapat konsumen tentang politik, partai politik

apa yang menjadi pilihan konsumen, apa pendapat konsumen tentang ekonomi

dan kegiatan bisnis, apa pendapat mereka tentang pendidikan, dan apa

pendapat konsumen tentang masadepan. Sedangkan James F. Engel, et al

(1994: 385) mengatakan bahwa opinion (opini) adalah “jawaban” lisan atau

tertulis yang orang berikan sebagai respon terhadap situasi stimulus di mana

semacam “pertanyaan” diajukan. Opini digunakan untuk mendeskripsikan

penafsiran, harapan, dan evaluasi seperti kepercayaan mengenai maksud orang

lain, antisipasi sehubungan dengan peristiwa masa datang, dan penimbangan

konsekuensi yang memberi ganjaran atau menghukum dari jalannya tindakan

alternatif.

Ekonomi dapat dan sedang berubah dengan cukup cepat. Efeknya bisa

bisa menjadi sangat jauh dan membutuhkan perubahan dalam strategi

pemasaran oleh setiap perusahaan. Isu politik juga dapat mempengaruhi

keputusan pembelian konsumen. Beberapa perusahaan bisnis telah menjadi

sangat sukses dengan mempelajari lingkungan politik dan menyusun strategi

yang memanfaatkan peluang yang terkait dengan perubahan dimensi politik.


Lingkungan budaya dan sosial juga mempengaruhi bagaimana dan

mengapa masyarakat hidup dan berperilaku seperti saat ini, yang

akanmempengaruhi perilaku pembelian. Beberapa variabel mempengaruhi

lingkungan budaya dan sosial dalam menentukan proses keputusan pembelian

konsumen. Beberapa contohnya adalah bahasa yang digunakan,jenis

pendidikan yang mereka miliki, keyakinan agama, jenis makanan, gaya

berpakaian, dan tempat tinggal. Lingkungan sosial dan budaya mempunyai

dampak yang sangat luas, namunkebanyakan perusahaan tidak memikirkannya.

Perusahaan juga tidak memikirkan bagaimana lingkungan budaya tersebut

dapat berubah, atau bagaimana lingkungan tersebut bsa jadi berbeda untuk

orang lain. Seorang manajer pemasaran tidak dapat mengabaikan begitu saja

lingkungan sosial dan budaya.Meskipun perubahan cenderung datang perlahan,

lingkungan ini dapat memberikan dampak yang merambah jauh.Seorang

manajer perusahaan yang melihat perubahan lebih awal dapat mengidentifikasi

peluang-peluang besar. Lebih jauh, dalam masyarakat luas manapun,

subkelompok masyarakat yang berbeda-beda dapat dipengaruhi oleh

lingkungan budaya dan sosial melalui berbagai cara.

4. Demographic

Pemasar target (target marketer) yakin bahwa pelanggan harus menjadi

fokus semua aktivitas bisnis dan pemasaran.Tujuan mereka adalah menyusun

strategi yang unik dan menemukan pelanggan yang belum terpuaskan, yang

kemudian dapat mereka tawarkan nilai superior melalui pemasaran yang lebih

menarik.Dengan memahami faktor demografi, pemasar target dapat


menciptakan ide-ide kreatif yang kemudian bertujuan untuk meningkatkan

jumlah penjualan serta keuntungan perusahaan. Solomon (2011:264)

mengutarakan bahwa demografi itu terdiri dari pendapatan, usia, siklus hidup

keluarga, wilayah geografis, etnisitas, hunian, jabatan, ukuran keluarga, dan

pendidikan.

2.1.3 Keputusan pembelian

2.1.3.1 pengertian keputusan pembelian

Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung

terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap

produk yang ditawarkan oleh penjual. Pengertian keputusan pembelian, menurut

Kotler & Armstrong (2013:226) dalam Ahmad (2017) adalah tahap dalam proses

pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli.

Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung

terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.

Keputusan pembelian yang dilakukan konsumen sangat bervariasi, ada

yang sederhana dan komplek. Kotler & Keller (2009) dalam Erlita dan Diah

(2015) mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan pembelian dapat

dibagi menjadi lima tahapan sebagai berikut:

1. Pengenalan masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau

kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau


eksternal.Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu

kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah

konsumen, para pemasar dapat mengidentifikasikan rangsangan yang paling

sering membangkitkan minat akan kategori yang mampu memicu minat

konsumen.

2. Pencarian informasi

Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk

mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua

level rangsangan.Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan

penguatan perhatian. Pada level itu orang hanya sekedar lebih peka terhadap

informasi produk.

Pada level selanjutnya, orang itu mungkin masuk ke pencarian

informasi secara aktif : mencari bahan bacaan, menelpon teman, dan

mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Sumber informasi

konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok :

a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.

b. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko.

c. Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.

d. Sumber pengalaman : pengenalan, pengkajian, dan pemakaian produk.

3. Evaluasi alternative

Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model yang terbaru

memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi

kognitif, yaitu model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian


atas produk dengan sangat sadar dan rasional.

Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi

konsumen: pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua,

konsumen memandang masingmasing produk sebagai sekumpulan atribut

dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang

digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

Para konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang

berbagai atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan

perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya.

4. Keputusan pembelian

Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas

merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan.Konsumen tersebut juga

dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Terdapat dua

faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen yaitu, faktor

pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain mengurangi

alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal :

a. Intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai

konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.

Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain

tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin mengubah niat

pembeliannya.

b. Faktor kedua adalah faktor sutuasi yang tidak terantisipasi yang dapat

muncul dan mengubah niat pembelian, seperti : harga yang diharapkan, dan
manfaat yang diharapkan.

5. Perilaku Pasca Pembelian (Postpurchase Behavior)

Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami konflik dikarenakan


melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau mendengar hal-hal menyenangkan
tentang merek lain dan waspada terhadap informasi yang mendukung
keputusannya.

Keputusan konsumen timbul karena adanya penilaian objektif atau karena

dorongan emosi.Keputusan untuk bertindak adalah hasil dari serangkaian aktivitas

dan rangsangan mental emosional. Proses untuk menganalisa, merasakan dan

memutuskan, pada dasarnya adalah sama seperti seorang individu dalam

memecahkan banyak permasalahannya. Menurut Kotler & Armstrong (2008:146)

ada enam keputusan yang dilakukan oleh pembeli, yaitu:

1. Pilihan Produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli suatu produk

atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini perusahaan harus

memutuskan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membelu suatu

produk alternatif yang mereka pertimbangkan.

2. Pilihan Merek

Konsumen harus memutuskan merek mana yang akan dipilih. Setiap

merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri.Dalam hal ini perusahaan

harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.

3. Pilihan Saluran Distribusi

Konsumen harus mengambil keputusan tentang cara mana yang akan


digunakan untuk melakukan pembelian. Setiap konsumen berbeda-beda dalam

hal menentukan cara yang mana yang paling efektif dikarenakan faktor lokasi,

harga yang murah, persediaan barang yang lengkap, kenyamanan berbelanja,

keluasan tempat dan sebagainya.

4. Waktu Pembelian

Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu berbelanja atau membeli

bisa berbeda-beda, misalnya ada yang berdasarkan waktu liburan, keperluan

bisnis, mengisi waktu luang, seminar, event, dan sebagainya.

5. Jumlah Pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak

produk yang akan dipesan pada suatu saat.

6. Metode Pembayaran

Konsumen dalam membeli produk pasti harus melakukan suatu

pembayaran.Pada saat pembayaran inilah biasanya konsumen ada yang

melakukan pembayaran secaratunai maupun menggunakan kartu kredit.Hal ini

tergantung dari kesanggupan tamu dalam melakukan suatu pembayaran.

Tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian di atas

menunjukkan bahwa para konsumen harus melalui seluruh urutan tahap ketika

membeli produk, namun tidak selalu begitu. Para konsumen dapat melewati atau

membalik beberapa tahap.

Lebih lanjut Kotler (2005:203) menyatakan bahwa perilaku pembelian

konsumen dipengaruhi oleh faktor- faktor berikut :


1. Faktor budaya

Faktor-faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling

dalam.Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku

pembelian.Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling

dasar. Sub budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah

geografis. Sedangkan kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif

homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan yang para

anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak

hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan,

pendidikan, dan wilayah tempat tinggal.

2. Faktor social

Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor

sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status

sosial.Kelompok acuan adalah kelompok yang memiliki pengaruh langsung

(tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang

tersebut.Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling

penting dalam masyarakat, dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan

primer yang paling berpengaruh. Sedangkan peran meliputi kegiatan yang

diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran

menghasilkan status. Seseorang akan memilih produk yang dapat

mengkomunikasikan peran dan status mereka di masyarakat.

3. Faktor pribadi

Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.


Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan

ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep-diri pembeli. Usia

berhubungan dengan selera seseorang terhadap pakaian, produk, dan juga

rekreasi. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap

pada aktivitas, minat, dan opininya, sedangkan kepribadian merupakan

karakteristik kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku

pembeliannya.

4. Faktor psikologis

Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi

utama.Faktor-faktor tersebut terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran, serta

keyakinan dan sikap. Kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga

mencapai tahap intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang

memadai untuk mendorong seseorang bertindak. Persepsi adalah proses yang

digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi

masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.

Persepsi dapat sangat beragam antara individu satu dengan yang lain yang

mengalami realitas yang sama.

2.2 Penelitian terdahulu

1. Dwi Yoga Paradamas. 2013. ”Pengaruh Gaya Hidup Dan Brand Image

Terhadap Keputusan Pembelian Ponsel Android” Hasil pengujian secara


simultan menunjukkan pengaruh variabel bebas yang terdiri dari gaya hidup,

dan brand image secara bersama-sama (simultan) terhadap keputusan membeli

ponsel android signifikan. Hasil ini didukung dengan perolehan Koefisien

determinasi (R2) sebesar 47,1% yang menunjukkan kontribusi kedua variabel

tersebut terhadap keputusan membeli ponsel andorid adalah besar.Hasil

pengujian secara partial menunjukkan variabel gaya hidup, dan brand image

masing-masing berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam

membeli ponsel android. Hasil ini ditunjukkan dengan perolehan tingkat

signifikansi dari masing-masing variabel tersebut masih dibawah α = 5%. Hasil

pengujian koefisien determinasi parsial menunjukkan variabel gaya hidup

memiliki nilai koefisien determinasi yang tertinggi. Hal ini mengindikasikan

bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh yang dominan terhadap keputusan

membeli ponsel android.

2. Erlita Prasetyaningsih, Diah Fistiani Sukardiman. 2015 “Pengaruh Citra Merek

dan Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian Produk Tas Branded Tiruan

pada Wanita Karir di Jakarta” Based on the analysis IBMSPSS Ver. 21.0 can

be concluded that brand image have positive and significant impact on

purchasing decisions. Then lifestyle has positive and significant impact on

purchasing decisions.

3. Ahmad Ikhu. 2017 “ Pengaruh Citra Merek (Brand Image) dan Gaya Hidup

(Lifestyle) Terhadap Pengambilan Keputusan PembelianMotor Honda Vario

(Studi pada Mahasiswa Feb Unila)” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

variable Citra Merek dan Gaya Hidup berpengaruh positif secara signifikan
dengan sumbangan sebesar 62.4% terhadap keputusan pembelian. Hasil

analisis kuantitatif membuktikan bahwa variable Citra Merek (X1)

memberikan pengaruh paling besar dengan nilai β sebesar .sedangkan variable

Gaya Hidup (X2) memberikan pengaruh terkecil dengan nilai β sebesar 0.403.

4. Rusdania wisudawati “pengaruh citra merek dan gaya hidup terhadap

keputusan pembelian tas Hermes tiruan pada wanita karir” hasil penelitian ini

menunjukan bahwa variable citra merek berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian sebesar 2,756 > t-tabel 1,645 . dan variable gaya hidup

sebesar 7,842 > t-tabel 1,645

2.3 Hubungan Antar Variabel

2.3.1 Hubungan antara citra merek dan gaya hidup terhadap keputusan

pembelian

Keputusan pembelian adalah pada tahap evaluasi, konsumen menyusun

merek-merek dalam himounan pilihan serta membentuk nilai pembelian. Biasanya

konsumen akan memilih merek yang disukai tetapi ada pula factor yang

mempengaruhi seperti sikap orang lain dan factor-faktor keadaan tidak terduga.

Keputusan pembelian konsumen seringkali ada lebih dari dua pihak dari proses

pertukaran atau pembelian, orang yang mempunyai persepsi baik terhadap suatu

barang akan juga mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian terhadap

barang tersebut

Menurut Ferinda Dewi (2009: 203) berpendapat citra merek adalah

merupakan konsep yang diciptakan oleh konsumen karena alas an subjektif dan
emosi pribadinya. Ditambah citra merek adalah persepsi tentang merek yang

digambarkan oleh asosiasi merek yang ada dalam ingatan. Citra merek yang baik

terhadap suatu barang akan meningkatkan persepsi yang baik pula terhadap

seseorang. Dengan demikian citra merek yang baik terdapat dalam baju bermerek

tiruan seperti Supreme yang mereknya ditiru, dan akan mempengaruhi keputusan

pembelian terhadap baju bermerek supreme tiruan.

Gaya hidup seseorang juga mempengaruhi kebutuhan produk konsumen,

preferensi merek, tipe media yang digunakan dan bagaimana dan dimana mereka

melakukan pembelian barang (Pride dan Ferrell, 2010)

Dari penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Ikhu. 2017 “ Pengaruh Citra

Merek (Brand Image) dan Gaya Hidup (Lifestyle) Terhadap Pengambilan

Keputusan PembelianMotor Honda Vario (Studi pada Mahasiswa Feb Unila)”

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variable Citra Merek dan Gaya Hidup

berpengaruh positif secara signifikan dengan sumbangan sebesar 62.4% terhadap

keputusan pembelian. Hasil analisis kuantitatif membuktikan bahwa variable Citra

Merek (X1) memberikan pengaruh paling besar dengan nilai β sebesar .sedangkan

variable Gaya Hidup (X2) memberikan pengaruh terkecil dengan nilai β sebesar

0.403. ini menunjuakna bahwa citra merek dan gaya hidup memilki hubungan

yang searah terhadap keputusan pembelian.


2.3 Kerangka Konseptual

Citra merek
(X1)

Keputusan
pembelian

Gaya hidup (Y)

(X2)

2.4 Hipotesis penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka hipotesis yang

dikemukakan dalam penelitian ini yaitu adalah :

1. Diduga citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

baju bermerek tiruan

2. Diduga gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

baju bermerek tiruan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Causal

(Sebab-Akibat).Dengan desain penelitian ini peneliti mencari tipe sesungguhnya

dari fakta untuk membantu memahami dan memprediksi hubungan, kemudian

dikembangkan suatu bentuk model penelitian yang bertujuan menguji hipotesis

yang telah ditentukan sebelumnya.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Mataram Nusa Tenggara Batat

pada konsumen baju bermerek tiruan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode sampel survey. karna Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang

sebelumnya telah membeli baju bermerek tiruan. Dalam penelitian ini tidak semua

konsumen dapat dijadikan sampel, karena akan membutuhkan waktu, tenaga, dan

biaya yang cukup besar. Menurut (Nasir 1999:325) Sampel survey adalah suatu

prosedur dimana hanya sebagian dari populasi saja yang diteliti dan dipergunakan

untuk menggambarkan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi


3.4 Penentuan Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini populasinya tidak diketahui, maka sampel ditentukan

oleh peneliti. Menurut Roscoe yang dikutip Sekaran (2006) dalam Erlita dan Diah

(2015) memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel:

a. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk

kebanyakan penelitian,

b. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan

sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat,

c. Dalam penelitian multivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran

sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian,

d. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang

ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil

antara 10 sampai dengan 20.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti menentukan sampel

sebanyak 100 orang. Hal ini dikarenakan pada point c dijelaskan bahwa dalam

melakukan penelitian multivariate (termasuk analisis berganda), maka ukuran

sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel.Variabel dalam penelitian

ini ada 3, sehingga jumlah sampel harus lebih dari 30 orang (3 x 10). Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling purposive di mana teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010).

Kriteria/pertimbangan tertentu antara lain:

1. Mengetahui tentang merek Supreme

2. Menggunakan merek Supreme


3. Berusia diatas 18 tahun

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan angket.

dengan alat penelitian kuesioner. Untuk memperoleh data berkaitan dengan citra

merek, gaya hidup dan keputusan konsumen dilakukan dengan menyebarkan

kuesioner. Kuesioner yang disebarkan merupakan kuesioner tertutup, yakni

kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan disertai dengan pilihan jawaban.Hal

ini dilakukan agar memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan

penelitian.

Pengukuran pada alternatif jawaban menggunakan skala likert, Menurut

(Ridwan, 2007). Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau suatu gejala sosial.

Masing-masing item pertanyaan atau pernyataan menyediakan alternative pilihan

jawaban dengan rentang skala 1 - 5. Oleh karena itu setiap variabel mempunyai

definisi yang berbeda, maka setiap katagori variabel diberikan istilah yang

berbeda sebagai berikut :

a. Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 1


b. Tidak Setuju (TS) Skor 2
c. Netral (N) Skor 3
d. Setuju (S) Skor 4
e. Sangat Setuju (SS) Skor 5
Nilai rata-rata dari responden dapat dikelompokan dalam kelas interval

dengan jumlah kelas = 5, interval kelas dihitung dengan rumus :

Nilai Tertinggi−Nilai Terendah 5−1


Interval Kelas = = = 0,80
Jumlah Kelas 5

Pada penelitian ini memiliki interval 0,80

Dari skala interval tersebut, selanjutnya diinterprestasikan ke dalam rata-

rata jawaban responden dengan kriteria :

Tabel Kategori Interval Tanggapan Resonden

No Interval Kategori
1 4.20 - 5.00 Sangat baik
2 3.41 - 4.20 Baik
3 2.61 - 3.40 Netral
4 1.81 - 2.60 Tidak baik
5 1.00 - 1.80 Sangat Tidak baik

3.6 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer yang

dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari objek penelitian.Data Primer yaitu

data yang diperoleh peneliti secara langsung dari responden melalui kuisioner

yang dibagikan oleh peneliti.Hasil dari data primer adalah jawaban dari responden

atas pernyataan-pernyataan yang di ajukan di dalam koesioner. Pernyataan

tersebut menyangkut pengaruh citra merek dan gaya hidup terhadap keputusan

pembelian baju bermerek tiruan.


3.7 Klasifikasi Variabel

Dari identifikasi variabel yang dilakukan sebelumnya maka variabel

tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Variabel Bebas atau Independent Variable

Variabel bebas atau independent variable adalah variabel yang

mempengaruhi variabel terikat secara positif maupun negatif. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah citra merek (X1) dan gaya hidup (X2)

2. Variabel Terikat atau Dependent Variable

Variabel terikat atau dependent variable adalah variabel yang nilainya

tergantung pada variabel lain, dimana nilainya akan berubah jika variabel yang

mempengaruhinya berubah (Sitrisni, 2010). Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah keputusan pembelian (Y)

3.8Identifikasi Variabel

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah variabel bebas yang

meliputi:

Citra Merek (X1), Menurut Keller (dalam Ferrinadewi, 2009), faktor-

faktor pendukung terbentuknya brand image dapat dijelaskan sebagai berikut: 1)

Keunggulan asosiasi merek (favor-ability of brand association), hal ini dapat

membuat konsumen percaya bahwa atribut dan manfaat yang diberikan oleh suatu

brand dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga

menciptakan sikap yang positif terhadap brand tersebut. 2) Kekuatan asosiasi

merek (strenght of brand association), hal ini bergantung pada bagaimana


informasi masuk dalam ingatan konsumen dan bagaimana informasi tersebut

dikelola oleh data sensoris di otak sebagai bagian dari brand image. Ketika

konsumen secara aktif memikirkan dan menguraikan arti informasi pada suatu

produk atau jasa, akan tercipta asosiasi yang semakin kuat pada ingatan

konsumen. 3) Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association), sebuah

brand haruslah unik dan menarik sehingga produk tersebut memiliki ciri khas dan

sulit untuk ditiru para pesaing. Keunikan suatu produk akan memberikan kesan

yang cukup membekas terhadap ingatan pelanggan akan keunikan brand. Sebuah

brand yang memiliki ciri khas haruslah dapat melahirkan keinginan pelanggan

untuk mengetahui lebih jauh dimensi brand yang terkandung di dalamnya.

Gaya Hidup (X2), Menurut Cannon, Pereault dan McCarthy (2008),

analisis gaya hidup adalah analisis terhadap pola hidup sehari-hari dari seseorang

yang diungkapkan dalam Activities (Aktivitas), Interests (Minat), dan Opinions

(Opini) orang itu atau biasa disingkat AIO. Gaya hidup melibatkan pengukuran

dimensi AIO utama pelanggan, yaitu: 1) Activities atau aktivitas yaitu bagaimana

konsumen menghabiskan waktunya, seperti liburan, hiburan, keanggotaan

perkumpulan, dll. 2) Interest atau minat yaitu tingkat keinginan atau perhatian atas

pilihan yang dimiliki oleh konsumen, seperti kelompok masyarakat, rekreasi,

mode pakaian, media, dll. 3) Opinions atau pendapat merupakan jawaban sebagai

respon dari stimulus dimana semacam pertanyaan diajukan. Opini digunakan

untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan dan evaluasi.Contohnya seperti,

bisnis, ekonomi, pendidikan, produk, budaya, dll.


Variabel terikat adalah gejala atau unsur variabel yang dipengaruhi

variabel lain, yang menjadi variabel terikat dari penelitian ini adalah Keputusan

Pembelian, yaitu tahap selanjutnya setelah adanya niat atau keinginan membeli

namun keputusan pembelian adalah tidak sama dengan pembelian yang

sebenarnya (actual purchase).

3.9 Definisi Konseptual

1. Citra Merek (Brand Image)

Citra merekmerupakan tanggapan tentang merek yang direfleksikan

konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen dan cara orang berpikir

tentang sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran mereka, sekalipun pada

saat mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan langsung dengan

produk (Keller, 2003:66).

2. Gaya Hidup (lifestyle)

Gaya hidup atau lifestyle adalah pola kehidupan sesorang untuk

memahami kekuatan-kekuatan ini kita harus mengukur dimensi AIO

utamakonsumen aktivitas (pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, kegiatansosial),

minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi), pendapat (mengenai diri mereka

sendiri, masalah-masalah sosial, bisnis, produk) (Sunarto, 2000).

3. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah suatu tahap dimana konsumen telah

memiliki pilihan dan siap untuk melakukan pembelian atau pertukaran antara
uang dan janji untuk membayar dengan hak kepemilikan atau penggunaan

suatu barang atau jasa (Kotler, 2005:202).

3.10 Definisi Operasional

Secara operasional masing-masing variabel dapat diukur melalui indikator-

indikator sebagai berikut :

1. Citra merek adalah tanggapan tentang merek baju merek supreme tiruan yang

diingat konsumen sekalipun pada saat mereka memikirkannya mereka tidak

berhadapan langsung dengan produk baju merek Supreme tiruan. Indikator

yang diukur adalah kualitas produk, produk yang klasik, produk khusus,

produk terbatas dan harga produk.

2. Gaya hidup adalah pola kehidupan konsumen yang suka memakai baju

bermerek. Indikator yang diukur adalah kesukaan berbelanja, kesukaan

terhadap fashion, kesukaan terhadap trend, perhatian pada penampilan, image

sosialita, dan konsep diri.

3. Keputusan konsumen adalah tindakan akhir yang diambil para konsumen yang

suka menakai baju bermerek dalam membeli baju merek Supreme tiruan

setelah melalui proses dan tahapan keputusan konsumen. Indikator yang diukur

adalah kemantapan pada sebuah produk, kebiasaan dalam membeli produk,

memberikan rekomendasi kepada orang lain, dan melakukan pembelian ulang.


3.11Prosedur Analisis Data

1. Uji Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang

tertampung pada suatu kuesioner dalam mengukur apa yang diukur. Dalam

penelitian ini mengukur mengenai variable citra merek dan gaya hidup

terhadap keputusan pembelian. Adapun korelasi korelasi product moment

pada program SPSS for windows dengan level signifikan sebesar 5 persen

Menurut sugiyono (2008), bila nilai r hitung lebih besar dari nilai r kritis ( r

hitumg ≥ 0,30) maka instrument dikatakan valid, dan jika sebaliknya di

nyatakan tidak valid.

Rumus korelasi product moment dari person adalah sebagai berikut:

𝑟𝑥𝑦 = 𝑛 (∑ 𝑥𝑦) − (∑ 𝑥 ∑ 𝑦)
√[𝑛 ∑ 𝑥2 ]√[𝑛 ∑𝑦 2 − (∑ 𝑦)] ²

Keterangan:

r : koefisien korelasi product moment

n : jumlah subjek

x : variabel bebas

y : variabel terikat

Ʃx : jumlah sekor item

Ʃy : jumlah sekor total

Ʃxy : jumlah perkalian antara sekor item dan sekor total

Ʃx² : kuadran skor item

Ʃy² : kuadran skor total


b. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2008:273) Reliabilitas adalah tingkat

kemampuan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data secara tepat

dari sekelompok individu. Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan

stabilitas hasil skala pengukuran tertentu. Pengujian reliabilitas ini

dilakukan dengan menggunakan formula alfa pada program SPSS. Dalam

penelitian ini digunakan formula alfa cronbach dengan rumus sebagai

berikut:

𝑘 ∑ 𝑆𝑖 2
𝑟= [1 − ]
𝑘−1 𝑆𝑖 2

Dimana:

k : mean kuadran yang dicari

ƩSi² : mean kuadrat antar kesalahan

Si² : varian total

Instrument dikatakan andal (reliable) bila memiliki koefisien

reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih, bila lebih kecil dari 0,6 maka maka

dinyatakan tidak reliable, instrumen dikatakan andal (reliable) bila memiliki

koefisien reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih, dapat diterima bila 0,61-0,79,

bila lebih kecil dari 0,6 maka dinyatakan tidak reliable.

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat yaitu antara citra merek (X1), gaya

hidup (X2), terhadap keputusan pembelian (Y). Selain itu untuk mengetahui

sejauh mana besarnya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.
Persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = a + b1x1+ b2x2

Dimana :

Y : keputusan pembelian

a : Konstanta

b1…b4 : Koefisien regresi

X1 : Citra Merek

X2 : Gaya Hidup

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Apabila harga korelasi di bawah 0,30 (< 0,30), maka instrumen tersebut

tidak valid dan apabila harga korelasi di atas 0.30 (> 0,30), maka instrumen

tersebut dinyatakan valid. Untuk mencari nilai korelasinya menggunakan

rumus Pearson Product Moment.Pengujian Reliabilitas menurut Sunyoto

(2011:70), adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut dapat diandalkan.

Pengujian reliabilitas kuisioner dilakukan dengan Alpha Chronbach > 0,60.

4. Uji Asumsi Klasik

Dilakukan sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan

yang tidak biasa dan efisiensi maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang

harus dipenuhi yaitu :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang akan

digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak (Ghozali,


2005). Untuk mengkaji suatu data berdistribusi normal atau tidak, dapat

diketahui dengan menggunakan grafik normal plot (Ghozali, 2005). Pada

grafik normal dengan asumsi :

Apabila data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal,

maka regresi memenuhi asumsi normalitas.Apabila data menyebar jauh dari

diagonal dana/atau tidak mengikuti arah diagonal atau grafik histogram

tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak

memenuhi uji asumsi normalitas.

b. Uji Multikolineritas

Dalam analisis regresi ada persyaratan yang harus dipernuhi yaitu

variabel bebas dalam fungsi yang dibentuk harus bebas antara yang satu

dengan yang lainnya.Syarat ini harus dipenuhi untuk dapat menghasilkan

fungsi yang efisien (standar error dari setiap parameter rendah).Pengujian

dilakukan dengan analisis Variance Inflation Faktor (VIF), yang disyaratkan

nilai VIF harus kurang dari 10 (Ghozali, 2005). Apabila terjadi gejala

multikolonieritas terhdap suatu model regresi, salah satu langkah untuk

memperbaikinya adalah dengan menghilangkan variabel dari model regresi,

sehingga dapat dipilih model yang baik. Untuk mendeteksinya ada beberapa

hal yang harus diperhatikan ( Ghozali, 2007) :

Nilai R2 yang dihasilkan oleh persamaan regresi tersebut sangat

tinggi tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang

tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.


Jika antar variabel dependen ada korelasi yang cukup tinggi

(umumnya lebih dari 0,90), maka hal ini mengindikasikan adanya gejala

Multikolineritas. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai dari tolerance dan

varianc inflation faktor (VIF) lebih dari 10 dan nilai tolerance mendekati

nilai 1.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidak

samaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

(Ghozali, 2009). Model regresi yang baik adalah yang homokesdastisitas

atau yang tidak terjadi heteroskesdastisitas. Deteksi dapat dilakukan dengan

menggunakan uji metode grafis yaitu dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu yang tergambar pada scatter plot. Dasar pengambilan keputusan

adalah jika ada pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.Jika tidak ada pola yang

jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,

maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

5. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi klasik terhadap data, selanjutnya

dilakukan uji hipotesis. Untuk membuktikan hipotesis secara parsial maka

digunakan alat uji sebagai berikut:

 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)


Secara persial, pengujian hipotesisi dilakukan dengan uji t-

test.Menurut Gozali (2005) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas/independen secara

individual dalam menerangkan variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan

membandingkan signifikansi 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan ketentuan:

Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada ɑ 0.05, maka HO ditolak

Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada ɑ 0.05, maka HO diterima


PERTANYAAN SARINGAN/PEMBUKA

Dimohon kepada Bapak?Ibu/Sdr/I untuk menjawab pertanyaan pembuka

dengan memberikam jawaban IYA/TIDAK.

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Apakah bpk/ibu/sdr/I mengetahui merek

baju supreme?

2 Apakah bpk/ibu/sdr/I membeli baju

merek supreme?

3 Apakah bpk/ibu/sdr/I berusia 18 thn

lebih?

A. IDENTITAS RESPONDEN
Dimohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk memberikan jawaban
pada kuesioner berikut dengan cara member tanda silang (X) pada tempat
yang tersedia sesuai dengan realitas yang ada dan sesuai dengan hati
nurani Bapak/Ibu/Sdr/i.

1. Nama :
2. Jenis Kelamin : P/L
3. Usia :
4. Tingkat Pendidikan Terakhir : (Pilih salah satu alternatif jawaban )
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan Tinggi
5. Perkerjaan : (Pilih salah satu alternatif jawaban )
a. Mahasiswa/Pelajar
b. PNS
c. Pegawai Swasta
d. Wirausaha
e. Lainnya
6. Penghasilan per bulan:
a. <Rp. 1.000.000
b. Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000
c. >Rp. 3.000.000
B. PETUNJUK PENGISIAN
Berilah jawaban pada pernyataan berikut ini sesuai dengan
pendapat Saudara, dengan cara memberi tanda (√) pada kolom yang
tersedia dengan keterangan sebagai berikut:

SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
C. DAFTAR PERTANYAAN

1. Citra Merek

Pernyataan Jawaban
No
SS S N TS STS

1 Baju merek Supreme memiliki

kualitas yang baik.

2 Saya memilih baju merek Supreme

karne memiliki produk yang klasik.

3 Produk baju Supreme tidak meniru

produk lain.

4 Produk baju Supreme diproduksi

terbatas.

5 Baju merek Supreme tiruan memiliki

harga yang terjangkau.

2. Gaya Hidup

No Pernyataan Jawaban

SS S N TS STS

6 Saya suka membeli baju merek

supreme.

7 Saya suka menggunakan baju merek

Supreme karna sesui fashion saya.

8 Saya menggunakan baju merek


Supreme karna produknya sesuai trand

saat ini.

9 Saya menggunakan baju merek

Supreme untuk menunjang

penampilan.

10 Baju merek Supreme mimiliki citra

baik dikaangan sosialita.

11 Saya berpakaian sesuai dengan jati diri

saya.

3. Keputusan Pembelian

No Pernyataan jawaban

SS S N TS STS

12 Saya membeli baju merek Supreme

karan kemantapan pada produk

Supreme.

13 Saya selalu membeli baju merek

Supreme.

14 Saya merekomendasikan produk baju

Supreme kepada orang lain.

15 Saya melakukan pembelian ulang

terhadap baju merk Supreme


DAFTAR PUSTAKA

Cannon, Joseph P. Perreault, Jr. William D, McCarthy. E. Jerome. 2008.


Pemasaran dasar: Pendekatan Manajerial Global. Edisi ke-16. Selemba Empat.
Jakarta

Engel, James F. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi Ke-6. Jakarta Barat: Binapura
Aksara.

Ferinda Dewi, Erna. 2009.Market dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta Graha


Ilmu.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivarite: Dengan Program SPSS.


Semarang: Universitas Dipenogoro.

Ghozali .2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan


Penerbitan Universitas Diponogoro, Semarang.

Ghozali .2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan


Penerbitan Universitas Diponogoro, Semarang.

Kasali. 2002. Membidik pasar Indonesia:Segmenting, targeting, dan Positioning.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kotler dan keller, Manajemen Pemasaran Jilid 1 dan 1 edisi 13


(Jakarta : Indeks,2009)

Kotler. (2005). Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Jakarta : PT Indeks


Kelompok Gramedia.

Keller. 2003. Strategi Brand Managemen, Building Measurement and Managing


Brand Equity, Upper Sadle River, NJ Pearson Education International.

Nasir, M.1998.Metode Penelitian. Ghalia. Jakarta. Indonesi.

Nugroho. 2003. “ Prilaku konsumen”.Penerbit PT.Kencana Penanda Media,


Jakarta.

Pride , Ferrell Willliam. 2010. Marketing. Western: Gramedia Pustaka Utama.

Rio Budi Prasadja Tan.2009. Psikiologi Pelayanan Jasa Hotel, Resto, dan Kafe,
Esensi Erlangga Group: Jakarta

Santoso. (2011). Consumer Complicity pada Produk Bajakan. Skripsi. Universitas


Atma Jaya Jogjakarta.
Simamora. 2003. “memenanfkan pasar dengan pemasaran efektif dan profitable”.
Jakarta: PT gramedia Pustaka Utama.

Simamora, Henri. 2000. Manajemen Pemasaran Internasional. Jilid I, Salemba


Empat: Jakarta.

Solomon.2011. Consumer Behavior: Buying, Having and Being New Jarsie:


Pearson Addison Wesley.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualotatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualotatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunarto. 2000. Pengantar sosiologi (Edisi Kedua). Jakarta: Lembaga Penerbit


Fakultas Ekonimi Universitas Indonesia.

Tjiptono. (2008) Strategi Pemasaran “Unsur-unsur Atribut Produk”

Susanto dan Wijanarko. (2004). Power Branding Membangun Merek Unggul dan
Organisasi Pendukungnya. Jakarta:Kompas.

Tjiptono. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi 3. Yogyakarta: Andi Offset

Tjiptono. 2005. Brand Management dan Strategy. Andy. Yogyakarta.

Sumber lain:

Ahmad Ikhu. 2017 “ Pengaruh Citra Merek (Brand Image) dan Gaya Hidup
(Lifestyle) Terhadap Pengambilan Keputusan PembelianMotor Honda Vario
(Studi pada Mahasiswa Feb Unila)”

Dwi Yoga Paradamas. 2013. ”Pengaruh Gaya Hidup Dan Brand Image Terhadap
Keputusan Pembelian Ponsel Android”

Erlita Prasetyaningsih, Diah Fistiani Sukardiman. 2015 “Pengaruh Citra Merek


dan Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian Produk Tas Branded Tiruan
pada Wanita Karir di Jakarta”

Rusdania wisudawati “pengaruh citra merek dan gaya hidup terhadap keputusan
pembelian tas Hermes tiruan pada wanita karir”
Sumber insternet:

https://zetizen.jawapos.com/show/4934/mengenal-supreme-fashion-brand-
berharga-fasntastis.

www.hki.co.id

Anda mungkin juga menyukai