Anda di halaman 1dari 5

SCRIB PODCAST

GENERASI Z JADI GENERASI YANG KONSUMTIF ?


BY : DARUL NAAD

Assalamualaikum WR.WB
Hallo semuanya Kembali lagi bersama kami di Podcast “Luar Kelas Channel” cahnnel ini
merupakan salah satu sarana intertaiment yang dapat didengar oleh seluruh masyarakat diluar
dan di dalam Kampus Stai at dan sebagai wadah bagi mahasiswa mahsiswi Serta dosen STAI AT
berkelaborasi sperti memberikan motivasi,bertukar informasi-informasi,ilmu-ilmu dan obrolan-
obrolan bermanfaat lainnya.
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tema yang menarik untuk dibahas
pastinya, yaitu generasi Z jadi generasi yang konsumtif ? apa benar demikian ? Nahh untuk
menghilangkan rasa penasaran kita semua, sudah bersama Narasumber kita Ibu Assyura, M.Si
Selaku Dosen Prodi KPI STAI AT.

Assalamualaikum ibu apa kabarnya ?

Terimakasih Ibu telah hadir pada hari ini untuk menjadi narasumber kami di podcast luar
kelas channel untuk ngobrol dan sharing seputar tema kita pada hari ini, Yaitu Generasi Z jadi
Generasi yang Konsumtif.

Gen Z adalah ?
Generasi Z atau Gen Z disebut sebagai generasi yang lahir setelah generasi Y. Kumpulan
orang yang termasuk ke dalam generasi ini adalah mereka yang lahir di tahun 1995 sampai
dengan 2010. Jadi bila Anda lahir di rentang waktu itu maka Anda juga turut termasuk ke dalam
generasi Z.
Umumnya mereka yang merupakan generasi Z disebut juga sebagai iGeneration atau
generasi internet atau generasi net. Mereka selalu terhubung dengan dunia maya dan dapat
melakukan segala sesuatunya dengan menggunakan kecanggihan teknologi yang ada.

Apa penegrtian dari prilaku konsumtif itu sendiri buk ?


Gaya hidup konsumtif adalah tindakan menggunakan suatu produk secara tuntas. Jadi
satu produk belum habis digunakan, tapi sudah menggunakan produk lain yang fungsinya
kurang-lebih sama. Bisa juga diartikan sebagai berbelanja secara boros dan hanya berdasarkan
keinginan, bukan kebutuhan. Jadi membeli barang tanpa pakai skala prioritas.
Perilaku konsumtif sebenarnya sudah ada sejak dulu. Tapi sekarang peluangnya makin
terbuka lebar dengan adanya belanja online. Sebenarnya belanja online adalah fasilitas positif
yang bisa membawa dampak baik jika kita sebagai konsumen mampu memanfaatkannya dengan
bijak. Kita nggak perlu repot keluar rumah, tanpa ongkos transportasi, tapi tetap bisa belanja.
Belanja online bisa berdampak baik kalau konsumen bisa memilah-milah belanja sesuai
skala prioritas. Tentu sesekali berbelanja untuk keinginan boleh saja, asalkan barang yang
dibutuhkan sudah terbeli. Dengan begitu, perilaku konsumtif bisa dihindari.
Penjelasan Singkat Perilaku konsumtif adalah perilaku atau gaya hidup individu yang senang
membelanjakan uangnya tanpa pertimbangan yang matang.
Dampak negatif dari Prilaku Konsumtif ?
-       Pengeluaran uang belanja yang membludak, padahal hanya untuk barang yang tidak
penting.
-       Nafsu belanja yang sulit dikontrol.
-       Perilaku boros dan hedonisme yang mulai timbul dan sulit dikontrol.
-       Adanya kecemburuan sosial lantaran melihat gaya hidup dan barang yang dimiliki orang
lain, sehingga menimbulkan keinginan untuk meniru dan membelinya.
-       Mengurangi kesempatan menabung.
-       Cenderung tidak mampu menyiapkan kebutuhan mendatang.
-       Tidak memiliki dana darurat
-       Sulit membedakan antara keinginan dan kebutuhan
Masih banyak lagi dampak negatif dari perilaku konsumtif ini.
Contoh Perilaku Konsumtif ?
Contoh perilaku konsumtif bisa dibagi menjadi 5 yaitu:
1. FOMO
Fear of Missing Out (FOMO) biasanya melanda anak muda, tepatnya usia remaja hingga dewasa
muda. Tapi bukan berarti orang dewasa nggak bakal terkena FOMO, lho. Ada juga kok orang
dewasa yang merasakan hal ini. FOMO adalah perasaan kuatir bahkan takut ketinggalan sesuatu.
Entah itu pakai barang keluaran terbaru, mencoba tempat liburan baru, dan masih banyak lagi.
Perasaan takut nggak terlihat trendi ini pastinya erat banget hubungannya dengan perilaku
konsumtif. Karena tiap ada barang baru dirilis, kita merasa harus memiliki atau harus mencoba.
Pasti butuh uang untuk memenuhinya. Padahal sebenarnya rasa FOMO nggak perlu dipenuhi.
Tapi karena selalu kuatir, akhirnya nggak peduli menghabiskan banyak uang cuma untuk hal-hal
yang kurang penting.
Misalnya ada tren baju tertentu. Sebenarnya kita nggak suka dengan model baju itu dan setelah
dicoba pun terlihat kurang cocok dengan proporsi tubuh kita. Tapi ada perasaan kuatir
ketinggalan jaman, jadi tetap beli produknya. Kebiasaan ini terus berlanjut tiap kali ada produk
baru.
2. Beli Produk Cuma Karena Iklan
Sebenarnya memang tujuan iklan untuk promosi. Iklan dianggap sukses kalau konsumen yang
membeli produknya meningkat. Wajar saja kalau konsumen tertarik membeli produk setelah
menonton, mendengar, atau melihat iklan di berbagai media. Asalkan nggak terlalu sering
dilakukan. Jadi tiap lihat iklan baru, tidak langsung cari produknya dan langsung membeli.
Ini berubah jadi konsumtif kalau tiap kali kita melihat iklan kita langsung berkeinginan mencari
produk tersebut dan membelinya. Padahal begitu dibeli ternyata nggak ada gunanya. Malahan
banyak barang yang akhirnya terbuang sia-sia.
3. Beli Barang Karena Gengsi
Perilaku gengsi ini makin meningkat semenjak maraknya sosial media. Kini sosial media jadi
ajang pamer pakai barang-barang mahal, makan dan hang out di tempat trendi dan mahal, sampai
liburan mewah. Nggak bisa dipungkiri, unggahan semacam ini menimbulkan rasa iri bagi yang
melihatnya.
Sebenarnya nggak ada salahnya mengeluarkan uang untuk menghibur diri setelah sekian lama
bekerja keras. Tapi ini jadi konsumtif kalau dilakukan hanya karena gengsi. Biar kelihatan keren,
kita liburan ke destinasi tertentu, lalu foto-foto dan diunggah. Padahal sebenarnya kita nggak
terlalu kepingin liburan ke sana dan nggak butuh juga.
4. Gaya Hidup Mewah
Sebenarnya kalau kita mampu dan memang butuh, gaya hidup mewah itu nggak ada salahnya.
Masalahnya, kemampuan tiap orang berbeda-beda. Nggak semua orang mampu menjalani gaya
hidup ini. Jadi sebaiknya sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing.
Mau pakai barang serba branded, pakai gadget termahal, selalu makan di restoran mewah, dan
liburan ala selebriti Hollywood, sah-sah saja. Asalkan kita punya modalnya dan sudah punya
simpanan dan investasi yang cukup. Tapi kalau tidak punya modal dan dipaksakan, inilah yang
disebut konsumtif.
Dampak negatif dari Prilaku Konsumtif ?
-       Pengeluaran uang belanja yang membludak, padahal hanya untuk barang yang tidak
penting.
-       Nafsu belanja yang sulit dikontrol.
-       Perilaku boros dan hedonisme yang mulai timbul dan sulit dikontrol.
-       Adanya kecemburuan sosial lantaran melihat gaya hidup dan barang yang dimiliki orang
lain, sehingga menimbulkan keinginan untuk meniru dan membelinya.
-       Mengurangi kesempatan menabung.
-       Cenderung tidak mampu menyiapkan kebutuhan mendatang.
-       Tidak memiliki dana darurat
-       Sulit membedakan antara keinginan dan kebutuhan
Kalau perilaku konsumtif dibiarkan, ini bisa menyebabkan gangguan, karena kita akan merasa
selalu ada yang kurang kalau nggak belanja dan menghabiskan uang. Jadi kita sadar kalau nggak
butuh, tapi karena “gatal” ingin belanja, jadi tetap dibeli saja. Tentu ini sudah nggak normal dan
bisa menyebabkan kondisi finansial kita memburuk.
Perilaku konsumtif kalau terjadi pada konglomerat mungkin nggak akan terlalu berdampak
besar. Tapi bagi kebanyakan orang, ini berdampak buruk pada keuangan. Bisa-bisa kita jadi
nggak punya tabungan. Jangankan investasi, menyisihkan gaji untuk menabung saja nggak bisa.
Tiap bulan gaji selalu ludes nggak bersisa dan merasa kurang meski sebenarnya gaji mengalami
peningkatan secara stabil.
Lebih buruknya lagi, kalau ternyata kita sampai berhutang untuk memenuhi gaya hidup
konsumtif. Berhutang sebenarnya oke-oke saja asal untuk kebutuhan primer dan cicilannya
sesuai dengan kemampuan kita. Tapi kalau berhutang untuk produk yang nggak penting-penting
amat dan sering dilakukan, tentu jadi nggak sehat.
Kalau sudah nggak punya tabungan dan terjerat hutang, akibatnya jdi jauh lebih sulit untuk
punya rencana di masa depan. Atau sebenarnya kita sudah rencana, tapi jadi hancur berantakan
karena modalnya nggak pernah terkumpul.
Menghindari Prilaku konsumtif ?
Adapun berbagai cara untuk mengatasi perilaku konsumtif diantara lain, membuat daftar
prioritas kebutuhan, menabung, dan membuat anggaran belanja. Membuat daftar prioritas
kebutuhan bertajuan agar kita dapat mengetahui dan mementingkan kebutuhan sehari-hari.
Menabung, salah satu langkah tepat untuk menghindari terjadinga pemborosan.

Sekian Podcast Kami pada hari ini terimakasih telah menonton saya akhiri Wassalamualaikum
WR.WB

Anda mungkin juga menyukai